Karakterisasi Morfologi Anggrek Phalaenopsis Hibrid

KARAKTERISASI MORFOLOGI ANGGREK
Phalaenopsis HIBRID

FAJAR PANGESTU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakterisasi Morfologi
Anggrek Phalaenopsis Hibrid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Fajar Pangestu
NIM A24090155

4

ABSTRAK
FAJAR PANGESTU Karakterisasi Morfologi Anggrek Phalaenopsis Hibrid.
Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan DEWI SUKMA.
Anggrek merupakan tanaman hias yang memiliki nilai estetika tinggi dan
Phalaenopsis hibrid merupakan salah satu jenis anggrek yang terkenal di
Indonesia. Keragaman Phalaenopsis hibrid yang cukup tinggi, sehingga perlu
dilakukan karakterisasi untuk mengetahui kemiripan antar Phalaenopsis hibrid
maupun dengan Phalaenopsis spesies asli sebagai informasi dasar dalam kegiatan
pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakter
morfologi dan kemiripan antara lima genotipe Phalaenopsis hibrid yaitu empat
genotipe hibrid berbunga putih, satu genotipe hibrid berbunga kuning dan
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’. Berdasarkan morfologi daun dan bunga,
dua dari empat genotipe hibrid berbunga putih memiliki koefisien kemiripan

1.00, tanpa pengamatan pada warna bunga. Semua Phalaenopsis hibrid
berkelompok menjadi satu pada koefisien kemiripan 0.729, sementara satu
ulangan dari hibrid berbunga kuning memiliki koefisien kemiripan 0.47 dengan
perbedaan utama pada bentuk daun dan tipe pembungaan. Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’ memiliki koefisien kemiripan 0.528 dengan Phalaenopsis hibrid,
perbedaan utama pada bentuk bunga dan tipe pembungaan.
Kata kunci: Bunga, daun, karakter morfologi, koefisien kemiripan, Phalaenopsis
hibrid
ABSTRACT
Orchid is one of ornamental plants that have a high aesthetic value and
Phalaenopsis hybrid is one type of orchid that was famous in Indonesia.
Characterization of Phalaenopsis hybrid should be made to determine the
similarity between hybrids and as a basic information on plant breeding activities.
The purpose of this study was to study the morphological character and similarity
of 5 gentype of Phalaenopsis hybrid i.e, four genotype white flowering hybrid, one
genotype yellow flowering hybrids and Phalaenopsis amabilis ‘Cidaun’ ecotype.
Based on the morphology of leaves and flowers, two of the four genotype white
flowering hybrid have similarity coefficient 1.00, without observation on flower
color. Every Phalaenopsis hybrid clustered together on the similarity coefficient
0.729, but one of three replications yellow flowering hybrids have similarity

coefficient 0.47 with main differences in leaf shape and flowering types.
Phalaenopsis amabilis ‘Cidaun’ ecotype have similarity coefficient 0.528 with
main differences with Phalaenopsis hybrid in flowers shape and flowering types.
Keywords: Coefficient similarity, flowers, leaves, morphological character,
Phalaenopsis hybrid

6

KARAKTERISASI MORFOLOGI ANGGREK
Phalaenopsis HIBRID

FAJAR PANGESTU

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

8

Judul Skripsi: Karakterisasi Morfologi Anggrek Phalaenopsis Hibrid
Nama
: Fajar Pangestu
NIM
: A24090155

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
Pembimbing I

Dr Dewi Sukma, SP MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Karakterisasi Morfologi Anggrek Phalaenopsis Hibrid
Nama
: Fajar Pangestu
NIM
: A24090155

Disetujui oleh

--

Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
Pembimbing I


Tanggal Lulus:

\..0


\ 7

セ オ@

': '

Dr Dewi Sukma, SP'/ISi
Pembimbing II

f
, I

+'t

10


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 adalah Karakterisasi Morfologi Anggrek
Phalaenopsis Hibrid.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS
dan Dr Dewi Sukma, SP MSi selaku pembimbing skripsi, Prof Dr M. Syukur, SP
MSi selaku penguji dan Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing
akademik. Di samping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis yang memberikan dukungan, rekan-rekan terutama Agronomi
dan Hortikultura 46 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya selama
pelaksanaan penelitian, juga kepada dosen dan karyawan Departemen Agronomi
dan Hortikultura yang telah memberikan bantuannya dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung
selama pelaksanaan studi, penelitian dan penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi mahasiswa atau sivitas akademik
Institut Pertanian Bogor khususnya dan semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Februari 2014

Fajar Pangestu

12

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
Hipotesis .............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
Botani Anggrek .................................................................................................... 2
Morfologi Anggrek Phalaenopsis ....................................................................... 3
Budidaya Anggrek ............................................................................................... 3
Karakterisasi Morfologi ....................................................................................... 4
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 4
Bahan Penelitian .................................................................................................. 4
Peralatan Penelitian ............................................................................................. 5
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 5
Metode Penelitian ................................................................................................ 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 13
Data Kuantitatif ................................................................................................. 13
Data Kualitatif ................................................................................................... 15
Perbandingan Data Kuantitatif dan Kualitatif ................................................... 18
Analisis Stomata ................................................................................................ 19
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 21
Simpulan ............................................................................................................ 21
Saran .................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 28

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata, panjang daun dan lebar daun beberapa genotipe anggrek
Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
2 Rata-rata panjang dan lebar bunga, sepal dan petal beberapa genotipe
anggrek Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’
3 Rata-rata panjang, lebar dan kerapatan stomata anggrek Phalaenopsis
hibrid

4 Rasio panjang, lebar, dan kerapatan stomata anggrek Phalaenopsis
hibrid dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’

13

14
20
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

26
27
28
29
30

Phalaenopsis yang digunakan untuk karakterisasi
Penampang melintang daun
Tipe tonjolan pada bibir
Bentuk daun
Bentuk ujung daun
Susunan daun
Bentuk tepi daun
Tekstur permukaan daun
Simetri daun
Tipe pembungaan
Perhiasan bunga
Bentuk bunga
Bentul sepal dorsal dan lateral
Bentuk petal
Bentuk ujung sepal dan petal
Penampang melintang sepal dan petal
Bibir
Penampang melintang bibir
Susunan petal
Bentuk keping tengah bibir Phalaenopsis
Tipe Bentuk keping sisi bibir Phalaenopsis
Tipe penampang keping sisi bibir Phalaenopsis
Perbedaan bentuk daun Phalaenopsis
Tipe pembungaan tunggal (a), tandan (b), dan malai (c)
Dendrogram 18 tanaman anggrek Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ berdasarkan karakter morfologi pada daun dan
bunga
Phalaenopsis hibrid memiliki whisker (A) dan tidak memiliki whisker (B)
Perbandingan bentuk bunga Phalaenopsis hibrid dengan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’
Hibrid bunga putih 3.1dan hibrid bunga putih 3.3 dengan kemiripan
bentuk bunga, bentuk petal, dan susunan petal
Hibrid bunga putih 1.1 dengan hibrid bunga putih 4.1 dengan koefisien
kemiripan 1.00 tanpa pengamatan warna bunga
Stomata pada Phalaenopsis

5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
11
11
11
12
12
13
15

16
17
17
17
18
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Karakter Morfologi Daun Anggrek Phalaenopsis
Karakter Morfologi Bunga Anggrek Phalaenopsis

24
25

14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman hias memiliki arti penting sepanjang sejarah peradaban manusia.
Sejak dulu tanaman hias banyak digunakan untuk mengungkapkan perasaan
sekaligus sebagai bahan untuk menambah keasrian lingkungan. Berbagai suku
bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin masih melestarikan kebiasaan
penggunaan tanaman hias untuk menyemarakkan upacara adat, keagamaan, dan
perayaan hari besar nasional. Pada masa kini, ketika kehidupan masyarakat mulai
mapan, penggunaan tanaman hias menjadi populer (Hasim dan Reza 1995).
Salah satu jenis tanaman hias penting di dunia adalah anggrek. Para ahli
botani menyatakan terdapat lebih dari 25 000 spesies anggrek di dunia. Di
Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5 000 jenis (Rukmana
2000), sekitar 80% genera dan spesies anggrek berada di kawasan Asia Tenggara
(Amiarsi et al. 1996). Anggrek yang merupakan famili Orchidaceae merupakan
salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia,
dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali padang pasir yang kering dan daerah
yang selalu tertutup salju (Widiastoety et al. 1998; Sandra 2005).
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi.
Bentuk dan warna bunga serta karakteristik lainnya yang unik menjadi daya tarik
tersendiri dari spesies tanaman hias ini sehingga banyak diminati oleh konsumen,
baik di dalam maupun luar negeri. Anggrek yang disukai adalah dalam bentuk
bunga potong dan tanaman pot.
Keragaman anggrek yang cukup tinggi di Indonesia, sehingga dibutuhkan
suatu penelitian mengenai karakterisasi anggrek sehingga dapat mengetahui
kekerabatan/kemiripan dalam famili Orchidaceae. Pada Phalaenopsis hibrid,
karakterisasi digunakan untuk mengidentifikasi kedekatan hubungan dari anggrek
tersebut ataupun dengan spesies asli. Informasi kedekatan hubungan secara
morfologi mencirikan adanya kedekatan hubungan secara genetik yang
merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk kegiatan pemuliaaan tanaman.
Karakterisasi digunakan untuk mengetahui karakter-karakter tanaman, baik
karakter kuantitatif maupun karakter kualitatif (Miswar et al. 2012). Pada
anggrek, karakter morfologi daun dan bunga merupakan karakter yang digunakan
sebagai penanda untuk membedakan antar kelompok tanaman. Karakterisasi
dilakukan berdasar Panduan Karakterisasi Anggrek (Balithi 2007). Bunga
merupakan penanda dalam membedakan spesies anggrek dalam satu genus,
karena variasi morfologi terdapat pada bunga (Purwantoro et al. 2005).
Phalaenopsis hibrid sudah banyak dipasarkan di pasar anggrek atau tempattempat penjualan anggrek, namun tidak semua tanaman yang dijual diberi label
nama varietas. Dalam upaya koleksi plasma nutfah anggrek ditemukan beberapa
tipe hibrid yang banyak dipasarkan yaitu hibrid berbunga putih, bunga kuning
atau bunga merah muda hingga merah tua.

2

Tujuan
1. Mengidentifikasi ciri morfologi 5 genotipe anggrek Phalaenopsis hibrid.
2. Mengetahui kekerabatan/kemiripan antar Phalaenopsis hibrid
Hipotesis
Sedikitnya terdapat dua genotipe Phalaenopsis hibrid dengan kemiripan
yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek
Tanaman anggrek merupakan famili yang memiliki jumlah keragaman yang
sangat besar yang tersebar di seluruh dunia (Puspitaningtyas dan Mursidawati
1999). Contoh dari genus anggrek yaitu Phalaenopsis, Dendrobium, Cattleya,
Vanda, Paphiopedilum, Renanthera, dan masih terdapat banyak genus yang lain.
Anggrek secara umum hidup secara epifit di batang-batang pohon di hutan tropis
namun ada juga yang hidup secara terestrial di atas permukaan tanah, saprofit atau
litofit (di permukaan batu). Genus Phalaenopsis merupakan anggrek yang hidup
secara epifit.
Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibagi ke dalam dua
tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial batangnya tidak
tampak di permukaan media, yang terlihat seperti daun seolah-olah keluar dari
rhizomnya, dan biasanya mempunyai anakan. Anggrek monopodial memiliki
batang yang tumbuh terus ke atas dan kemudian bunga akan keluar dari antara
daun pada titik tumbuhnya (Mattjik 2010). Anggrek yang termasuk dalam jenis
simpodial contohnya adalah Dendrobium dan Paphiopedilum, dan yang termasuk
dalam jenis monopodial adalah Vanda dan Phalaenopsis
Anggrek memiliki permukaan daun yang dilapisi kutikula (lapisan lilin)
yang dapat melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Kedudukan
daun tersusun secara berjajar berseling. Batang anggrek yang menebal merupakan
batang semu yang dikenal dengan pseudobulb (pseudo-semu, bulb-batang yang
menggembung), berfungsi sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan
dalam keadaan kering (Sastrapradja 1980). Daun anggrek mengandung klorofil
yang membantu dalam penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dalam habitat
aslinya di hutan yang kurang cahaya.
Akar tanaman anggrek berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi akar lekat
dan akar udara. Akar udara berfungsi sebagai alat untuk mengambil air dan unsur
hara dari media tempat tumbuhnya, akar lekat berfungsi untuk melekatkan dan
menguatkan tubuh tanaman pada media. Contoh akar udara dapat dijumpai pada
anggrek monopodial seperti Phalaenopsis dan Renanthera, sedangkan akar lekat
pada jenis anggrek simpodial seperti Dendrobium dan Cattleya (Hew et al. 1997).

3

Bunga merupakan organ penting dari anggrek. Sandra (2005) menyatakan
struktur dasar bunga terdiri dari tiga kelopak bunga (sepal) dan tiga mahkota
bunga (petal), salah satu petal berfungsi sebagai tempat hinggap serangga yang
disebut bibir bunga atau labellum. Bagian inilah yang menjadi ciri khas dalam
bunga anggrek sehingga berbeda dengan famili tanaman lainya
Buah anggrek berbentuk kapsular dengan biji yang sangat banyak di
dalamnya. Biji berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung. Biji-biji tersebut
tidak memiliki
endosperm (cadangan
makanan)
sehingga
dalam
perkecambahannya diperlukan tambahan nutrisi dari luar atau dari lingkungan
sekitarnya. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai
dan melanjutkan perkembangannya hingga menjadi tanaman dewasa (Hew et al.
1997).
Morfologi Anggrek Phalaenopsis
Anggrek merupakan tanaman golongan Monocotyledonae yang termasuk
dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi.
Keragamannya semakin bertambah lagi dengan munculnya anggrek-anggrek
hibrid, yaitu anggrek hasil silangan dan kultivar yang jumlahnya sudah mencapai
100 000 spesies (Kencana 2007).
Bentuk bunga anggrek Phalaenopsis ada dua, yaitu bulat (round shape) dan
bintang (star). Warna bunga anggrek Phalaenopsis beraneka macam, seperti
warna dasar putih, ungu, merah, kuning, hijau, dan cokelat dengan warna lidah
bunga yang berbeda. Selain itu, bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif
yang beragam diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan semburat
(splash). Susunan bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah,
dan berselang-seling (Setiawan 2005).
Sandra (2005) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki bentuk
daun yang lebar, teksturnya yang lemas dengan susunan tunggal berhadapan.
Berbeda dengan Dendrobium, anggrek Phalaenopsis tidak memiliki batang semu
dan kalaupun ada tidak terlihat karena sangat pendek. Berdasarkan pola
pertumbuhannya, anggrek Phalaenopsis mempunyai pertumbuhan monopodial,
yaitu jenis anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terus ke atas tanpa batas.
Budidaya Anggrek
Phalaenopsis atau di Indonesia dikenal dengan nama anggrek bulan
termasuk anggrek epifit yaitu menempel pada tanaman lain tetapi tidak
menimbulkan kerugian bagi tanaman inang (Sandra 2005). Setiawan (2005)
menyatakan anggrek Phalaenopsis tumbuh baik pada ketinggian 600-1 200 m dpl.
Anggrek Phalaenopsis membutuhkan cahaya sekitar 15-25% dengan kelembaban
relatif (RH) sekitar 60-85% dan suhu udara yang dibutuhkan pada malam hari
sekitar 16-18 ºC serta suhu siang hari kurang dari 29 ºC. Fungsi kelembaban yang
tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi.
Oleh karena itu, diusahakan agar media dalam pot tidak terlalu basah.
Kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara
pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan
sprayer (Sutiyoso 2006).

4

Secara alami anggrek Famili Orchidaceae hidup epifit pada pohon dan
ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat
ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. (Chan et al. 1994). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor
lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta
pemeliharaan seperti: pemupukan, penyiraman serta pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT).
Tanaman akan berbunga apabila terdapat perbedaan yang cukup antara suhu
pada siang hari dengan penurunan suhu pada malam hari. Anggrek yang hidup di
dataran tinggi membutuhkan suhu malam berkisar antara 13-18 ºC dan suhu siang
berkisar antara 18-21 ºC sedangkan anggrek yang hidup pada dataran rendah
membutuhkan suhu malam berkisar antara 21–27 ºC dan suhu siang berkisar
antara 27–32 ºC. Pada umumnya anggrek membutuhkan kelembaban udara yang
tinggi berkisar antara 60 - 80% (Balithi 2007).
Karakterisasi Morfologi
Karakterisasi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi tanaman
berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki tanaman tersebut (Langenheim dan
Thimann 1992). Tidak ada individu yang memiliki sifat-sifat yang sama secara
detail. Setelah dilakukan karakterisasi maka dilakukan pengkategorian atau
klasifikasi berdasarkan keragaman sifat. Pada anggrek, karakter morfologi daun
dan bunga merupakan karakter yang digunakan sebagai penanda untuk
membedakan kelompok tanaman (Bechtel et al 1981). Menurut Fauziah (2013)
hasil analisis kemiripan 14 genotipe Phalaenopsis spesies asli yang berasal dari
genotipe yang sama memiliki koefisien kemiripan sebesar 1.00 atau persentase
kemiripan sebesar 100%. Hasil karakterisasi suatu tanaman dapat dijadikan
sebagai informasi dasar dalam kegiatan pemuliaan tanaman karena dengan
karakterisasi maka akan diketahui kekerabatan antar genotipe yang
dikarakterisasi.

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 genotipe
Phalaenopsis hibrid yang dipasarkan oleh pedagang anggrek yaitu Phalaenopsis
hibrid bunga putih 1, Phalaenopsis hibrid bunga putih 2, Phalaenopsis hibrid
bunga putih 3, Phalaenopsis hibrid bunga putih 4, Phalaenopsis hibrid bunga
kuning 1, dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ sebagai pembanding.
Masing – masing genotipe terdiri dari 3 tanaman sebagai ulangan.

5

A

B

C

D

E

F

Gambar 1 Phalaenopsis yang digunakan untuk karakterisasi. Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ (A), hibrid bunga putih 1 (B), hibrid bunga
putih 2 (C), hibrid bunga putih 3 (D), hibrid bunga putih 4 (E), hibrid
bunga kuning 1 (F).
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah benang, penggaris, jangka
sorong, meteran dan mikroskop dan kamera.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Screen House Gunung Batu, Bogor, Jawa
Barat dan Micro Technique Laboratory Departemen Agronomi dan Hortikultura,
IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 – Juni 2013
Metode Penelitian
Karakterisasi
Karakterisasi anggrek Phalaenopsis akan dilakukan dengan mengamati ciriciri fisik yang terdapat pada masing-masing varietas anggrek dan disesuaikan
berdasarkan Panduan Karakterisasi Anggrek (Balithi 2007), tanpa melakukan
pengamatan pada warna bunga. Parameter yang diamati dibedakan menjadi
kuantitatif dan kualitatif. Parameter kuantitatif yang diamati yaitu: panjang daun,
lebar daun, panjang bunga, lebar bunga, panjang sepal dan petal serta lebar sepal
dan petal. Parameter kualitatif (karakter morfologi anggrek) yang diamati adalah
sebagai berikut:
1. Keragaan umum tanaman
1.1 Penampang melintang daun
1. Teret / pesil
2. Bilaterarly compressed (zigomorf/tipe simetri ditekan)
3. Conduplicate (tidak rangkap)

6

1

2

3

Gambar 2 Penampang melintang daun
1.2 Tipe tonjolan/kalus pada bibir
1. Lamellate/dilengkapi
dengan lempengan

2. Complex/komplek
3. Simple/sederhana

`
1

2

3

Gambar 3 Tipe tonjolan pada bibir
2.1 Daun
2.2 Bentuk daun
1. Subulate/berbentuk jarum
2. Linear/berbentuk
pita/lurus
3. Oblong/lonjong
2. Eliptic/jorong/bujur telur
3. Spathulate/berbentuk
sendok
4. Lanceolate/berbentuk
lanset/mata lembing

1

2

11

3

4

5

6

Oblanceolate/ kebalikan
lanset
6. Ovate/bulat telur
7. Obovate/bulat telur
sungsang
8. Trullate/berbentuk sekop
9. Cordate/berbentuk jantung
10. Triangular/segitiga
5.

7

8

12

Gambar 4 Bentuk daun

9

10

7

2.2 Bentuk ujung daun
1. Acute/lancip/menajam ke
ujung
2. Acuminate/meruncing
dengan sisi-sisi yang tajam
3. Apiculate/berujung
runcing
4. Mucronate/berujung
suntih dangkal bertulang
runcing
5. Obtuse/tumpul

1

2

10

11

3

4

5

6. Truncate/bentuk
pepat/memotong
7. Retuse/romping/tumpul
bertakik sedikit
8. Emarginated/terkoyak,
ujung membelah
9. Tridentate/bergigi tiga
10. Praemorse/bergerigi
11. Setose/berbentuk sikat
12. Caudate/berekor

6

7

8

9

12
Gambar 5 Bentuk ujung daun

2.3 Susunan daun
1. Convolute/tergulung

2. Duplicate/rangkap

1

2
Gambar 6 Susunan daun

2.4 Bentuk tepi daun
1. Entire/mengutuh
2. Undulate/mengombak
3. Sinuate/berliuk

4. Angulate/menyudut
5. Erose/terkerkah

1
2
3
4
5
Gambar 7 Bentuk tepi daun

8

2.5 Tekstur permukaan daun
1. Glabrous/gundul
2. Rugulose/berkeriput

3. Papillose/seperti papila

1
2
3
Gambar 8 Tekstur permukaan daun
2.6 Simetri daun
1. simetri

1

2

2. tidak simetri

3
4
Gambar 9 Simetri daun

3. Bunga
3.1 Tipe pembungaan
1. Single flowered/berbunga
tunggal/soliter
2. Cymose/perbungaan
terbatas
3. Spicate/berpakupaku/permukaan yang

1

5

6

tertutup berjalar-jarar
halus, tegak, dan
mendaging
4. Racemose/raceme/tandan
5. Paniculate/malai

2
3
4
Gambar 10 Tipe pembungaan

3.2 Perhiasan bunga
Terdiri atas 3 sepal dorsal, 2 petal, 1 bibir
Keterangan:
1. Sepal dorsal
2. Sepal lateral
3. Petal
4. Bibir

Gambar 11 Perhiasan bunga

5

9

3.3 Bentuk bunga
1. Bulat (saling menumpang
antara sepal dan petal)

1

2
Gambar 12 Bentuk bunga

3.4 Bentuk sepal dorsal dan lateral
1. Lanceolate/berbentuk
lanset/mata lembing
2. Linear/berbentuk
pita/lurus
3. Oblong/lonjong
4. Elliptic/jorong
panjang/bujur telur/oval

1

2

3

2

5. Transverse elliptic/jorong
pendek
6. Spatulate/seperti sendok
7. Obovate/bulat telur
sungsang
8. Ovate/bulat telur
9. Circular/agak bulat

4
5
6
7
8
Gambar 13 Bentuk sepal dorsal dan lateral

3.5Bentuk petal
1. Linear/berbentuk
pita/lurus
2. Oblong/lonjong
3. Elliptic/jorong, oval
4. rhombic/belah ketupat

1

2. Bintang

3

5. Obovate/bulat telur
sungsang
6. Spathulate/berbentuk
sendok
7. Ovate/bulat telur
8. Semi-circular

4
5
Gambar 14 Bentuk petal

3.6 Bentuk ujung sepal dan petal
1. Acute/lancip/menajam ke
ujung

9

2.

6

7

acuminate/meruncing
dengan sisi-sisi yang
tajam

8

10

3.
4.

5.
6.

1

Apiculate/berujung
runcing
Mucronate/berujung
suntih dangkal bertulang
runcing
Obtuse/tumpul
Truncate/bentuk
pepat/memotong

2

3

Retuse/romping/tumpul
bertakik sedikit
8. Emarginated/terkoyak,
ujung membelah
9. Tridentate/bergigi tiga
10. Praemorse/bergerigi
11. Setose/berbentuk sikat
12. Caudate/berekor
7.

4
5
6
7
8
9
10
Gambar 15 Bentuk ujung sepal dan petal

11

12

3.7 Penampang melintang sepal dan petal
1. Concave/cembung
2. Straight/datar

3. Convex/recurving/cekung

1
2
3
Gambar 16 Penampang melintang sepal dan petal
Labellum (Bibir)

Gambar 17 Bibir
3.8 Penampang melintang bibir
1. Melengkung ke dalam
dengan ujung membalik
2. Melengkung sangat dalam
3. Melengkung agak
ke
dalam

4.
5.
6.
7.

Datar
Membalik agak dalam
Membalik sangat dalam
Membalik keluar dengan
ujung melengkung

11

1

2
3
4
5
6
7
Gambar 18 Penampang melintang bibir

4. Keragaan khusus tanaman Phalaenopsis
4.1 Susunan petal
1. Terbuka
3. saling menumpang
2. Bersentuhan

1

2
3
Gambar 19 Susunan petal

4.2 Bibir: bentuk keping tengah
1. Ovate/bulat telur
2. Elliptic/jorong
3. Obovate/bulat telur tungsang
4. Orbicular/bulat
5. Semi-sircular/agak bulat
6. Deltoid/segitiga
7. Obdeltoid/segitiga terbalik
8. Rhombic/belah ketupat

1

2
3
4
5
6
7
Gambar 20 Bentuk keping tengah bibir Phalaenopsis
4.3 Bibir: tipe bentuk keping sisi
1. Tipe I
2. Tipe II
3. Tipe III
4. Tipe IV
5. Tipe V

8

12

1

2

3

4
5
Gambar 21Tipe bentuk keping sisi bibir Phalaenopsis
4.4 Bibir: tipe penampang keping sisi
1. Tipe I
2. Tipe II
3. Tipe III

1
2
3
Gambar 22 Tipe penampang keeping sisi bibir Phalaenopsis
Setelah didapat data dari hasil pengamatan dilakukan uji t-dunnet terhadap
data kuantitatif dengan menggunakan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
sebagai kontrol/pembanding dan juga dibuat tabel deskriptor berdasarkan Panduan
Karakterisasi Anggrek (Balithi, 2007), yang selanjutnya digunakan sebagai acuan
dalam pembuatan dendrogram dengan aplikasi NTSYS-PC untuk mengetahui
kekerabatan/kemiripan antar genotipe Phalaenopsis hibrid.
Anatomi Daun
Pengamatan anatomi daun dilakukan terhadap jumlah stomata, ukuran
stomata dan kerapatan stomata. Anatomi daun diamati secara destruktif pada
permukaan bagian bawah daun yang telah membuka sempurna (daun ke 3-5).
Pengamatan dilakukan dengan membuat preparat dari daun setiap genotipe
dengan ukuran 2 cm, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran
40 x 10, sehingga diketahui jumlah stomata pada setiap preparat, selain itu
dilakukan pengukuran stomata pada mikroskop yang telah terhubung dengan
komputer. Kerapatan stomata dihitung dengan menggunakan rumus:
Kerapatan stomata =

��







� (mm 2)

Luas bidang pandang untuk pembesaran 40 x 10 diketahui: 0. 19625 m.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Kuantitatif
Panjang daun dan lebar daun
Data kuantitatif karakter morfologi daun terdiri dari jumlah daun, panjang
daun dan lebar daun. Hasil uji t-dunnett dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’ sebagai kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata panjang daun dan lebar daun beberapa genotipe anggrek
Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
Genotipe
Hibrid bunga kuning 1
Hibrid bunga putih 1
Hibrid bunga putih 2
Hibrid bunga putih 3
Hibrid bunga putih 4
Ph. amabilis Cidaun

Panjang Daun (cm)
27.70*
25.77*
27.13*
23.13*
24.67*
26.33

Lebar Daun (cm)
7.00*
7.10*
7.07*
6.70*
7.80*
6.60

* Angka-angka yang diikuti oleh simbol yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan
kontrol pada uji t-dunnett taraf α = 5%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daun terpanjang terdapat pada
hibrid bunga kuning 1 sebesar 27.70 cm dan daun terlebar terdapat pada hibrid
bunga putih 4 sebesar 7.80 cm (Tabel 1). Hasil uji t-dunnet menunjukkan bahwa
pengamatan yang dilakukan terhadap 6 genotipe terlihat bahwa panjang daun dan
lebar daun dari Phalaenopsis hibrid yang diamati tidak berbeda nyata dengan
kontrol.
Panjang dan lebar daun tanaman dipengaruhi oleh bentuk daun. Hibrid
bunga putih 2, hibrid bunga putih 3, hibrid bunga putih 1, hibrid bunga putih 4
hibrid bunga kuning 1, dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ memiliki
bentuk daun yang sama yaitu lanset terbalik, sedangkan satu ulangan dari hibrid
bunga kuning 1 memiliki bentuk daun yang berbeda yaitu bulat telur terbalik.

A

B

C

Gambar 23 Perbedaan bentuk daun Phalaenopsis. Hibrid bunga putih 1 (a) hibrid bunga
putih 4 (b) dengan bentuk daun lanset terbalik dan hibrid bunga kuning 3 (c)
dengan bentuk daun bulat telur terbalik

14

Panjang dan Lebar Bunga, Sepal dan Petal
Data kuantitatif karakter morfologi bunga terdiri dari panjang dan lebar
bunga, petal, sepal dorsal, sepal lateral Hasil uji t-dunnett dengan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ sebagai kontrol (Tabel 2).
Tabel 2 Rata-rata panjang dan lebar bunga, sepal dan petal beberapa genotipe
anggrek Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
Genotipe

K1
P1
P2
P3
P4
PAC

Bunga
Panjang Lebar
8.83
11.03
10.13
9.50
8.80
5.70

7.63*
10.10*
9.62*
9.3*
8.10*
7.40

Petal
Panjang Lebar
(cm)
4.77*
4.50
6.77
5.33
6.63
5.20
5.97
4.83
4.82*
4.27
3.70
3.10

Sepal Dorsal
Panjang Lebar

Sepal Lateral
Panjang Lebar

4.07*
3.57*
3.53*
3.63*
3.63*
3.10

4.77
5.47
5.03
4.43
4.57
3.20

4.13
5.33
4.70
4.00
4.13
1.30

3.17
3.10
2.96
2.83
3.00
1.40

* Angka-angka yang diikuti oleh simbol yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan
kontrol pada uji t-dunnett taraf α = 5%
P1, P2, P3, P4: Hibrid bunga putih, K1: Hibrid bunga kuning, PAC: Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan bahwa bunga
terpanjang dan bunga terlebar terdapat pada hibrid bunga putih 1 dengan panjang
11.03 cm dan lebar 10.10 cm. Hasil uji t-dunnet menunjukkan bahwa panjang
bunga dari 5 genotipe yang diamati berbeda nyata dengan kontrol. Lebar bunga
seluruh genotipe tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Hibrid bunga putih 1 memiliki petal terpanjang dan terlebar pada semua
genotipe dengan panjang 6.77 cm dan lebar 5.33 cm. Hasil uji statistik
menunjukkan panjang petal dari 5 genotipe yang diamati menunjukkan hasil
hibrid bunga putih 1, hibrid bunga putih 2, dan hibrid bunga putih 3 berbeda nyata
dengan kontrol. Lebar petal menunjukkan bahwa seluruh genotipe yang diamati
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Panjang sepal dorsal dari 5 genotipe yang diamati tidak berbeda nyata
dengan kontrol dan lebar sepal dorsal seluruh genotipe berbeda nyata dengan
kontrol. Sepal dorsal terpanjang terdapat pada hibrid bunga kuning 1 sepanjang
4.07 cm. Sepal dorsal terlebar terdapat pada hibrid bunga putih 1 dengan lebar
5.33 cm. Panjang dan lebar sepal lateral yang diamati menunjukkan bahwa
seluruh genotipe berbeda nyata dengan kontrol. Sepal lateral terpanjang terdapat
pada hibrid bunga putih 1 dengan panjang 5.47 cm dan sepal lateral terlebar
terdapat pada hibrid bunga kuning 1 dengan lebar 3.17 cm.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Phalaenopsis hibrid (bunga putih
2, bunga putih 3, bunga kuning 1, bunga putih 1, bunga putih 4) memiliki bunga
yang berukuran lebih besar dibandingkan Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’. Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk bunga bulat, sedangkan
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ memiliki bentuk bunga bintang.

15

Data Kualitatif
Data kualitatif diamati untuk mengetahui keragaman karakter morfologi
daun dan karakter morfologi bunga 5 genotipe Phalaenopsis hibrid dan
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ serta melakukan pendugaan hubungan
kekerabatannya. Karakterisasi pada anggrek penting untuk membedakan dan
menggambarkan perubahan pada karakter yang disukai (Okuno dan Fukuoka
2002). Persamaan antar genotipe Phalaenopsis hibrid disebabkan oleh kesamaan
sifat genetik pada masing-masing genotipe, karena terdapat pada satu genus yang
sama, yaitu genus Phalaenopsis, sedangkan perbedaan pada sifat-sifat tanaman
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seperti, nutrisi, suhu, kelembaban, dan
iklim (Hardiyanto et al. 2007).
Berdasarkan data karakter morfologi daun dan bunga, 6 genotipe yang
diamati memiliki keragaman pada bentuk daun, bentuk ujung daun, susunan daun,
tekstur permukaan daun, tipe pembungaan, bentuk bunga, bentuk sepal dorsal,
bentuk sepal lateral, bentuk petal, bentuk ujung sepal, bentuk ujung petal,
penampang melintang sepal, penampang melintang petal, penampang melintang
bibir, susunan petal, ada atau tidaknya whisker, tipe keping sisi, penampang
keping sisi, tipe tonjolan pada bibir, dan bentuk keping tengah. Kemiripan pada 6
genotipe yang diamati terdapat pada karakter morfologi daun, yaitu penampang
melintang daun, bentuk tepi daun, dan simetri daun. Karakterisasi yang dilakukan
tanpa pengamatan warna daun dan bunga. Hasil karakterisasi dalam bentuk tabel
deskriptor tersaji dalam lampiran.

A

B

C

Gambar 24 Tipe pembungaan tunggal (A), tandan (B), dan malai (C)

Pendugaan kekerabatan berdasarkan kemiripan morfologi daun dan bunga
Pendugaan hubungan kekerabatan dilakukan pada 15 tanaman dari 5
genotipe Phalaenopsis hibrid dan 3 tanaman spesies asli Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’. Tingkat kemiripan masing-masing individu ditunjukkan pada
koefisien kemiripan dengan skala dari 0.00 sampai 1.00. Enam genotipe
Phalaenopsis yang diamati menunjukkan kemiripan pada morfologi daun yaitu
pada penampang melintang daun, bentuk tepi daun, dan simetri daun, sedangkan
untuk morfologi bunga masing-masing genotipe menunjukkan karakter yang
berbeda. Berdasarkan pengamatan pada morfologi daun dan bunga membentuk 3
kelompok yaitu hibrid bunga kuning 1.1 pada koefisien kemiripan sebesar 0.47,
kelompok Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ pada koefisien kemiripan
sebesar 0.528, dan kelompok Phalaenopsis hibrid pada koefisien kemiripan
sebesar 0.729. Genotipe yang memiliki kemiripan yang paling tinggi adalah hibrid

16

bunga putih 1.1 dan hibrid bunga putih 4.1 dengan kofisien kemiripan sebesar
1.00, diduga memiliki kekerabatan yang dekat, namun perlu dievaluasi lebih
lanjut karena hasil analisis belum memasukkan pengamatan warna bunga.
Hubungan kekerabatan antara dua individu atau populasi dapat diukur
berdasarkan kesamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter-karakter
berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik (Purwantoro et al.
2005).

A

P3.1
P3.2
P2.1
P2.3
P4.2
P4.3
P1.1
P4.1
P1.2
P1.3
P2.2
K1.2
K1.3
P3.3
PAC1
PAC2
PAC3
K1.1

A1

A2

B

0.45

0.47

0.50

0.55

0.528

0.60

0.65

0.700.7290.75

0.80

0.85

0.90

0.95

Koefisien Kemiripan

Gambar 25 Dendrogram 18 tanaman anggrek Phalaenopsis hibrid dan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ berdasarkan karakter morfologi pada daun dan
bunga tanpa pengamatan terhadap warna daun dan bunga

Kekerabatan yang jauh dapat dianalisis melalui karakter kualitatif. Hibrid
bunga kuning 1.1 tidak mengelompok dalam kelompok Phalaenopsis hibrid
karena memiliki perbedaan utama pada bentuk daun dengan bentuk daun bulat
telur terbalik, sedangkan genotipe lainnya memiliki bentuk daun lanset terbalik.
Perbedaan lainnya terdapat pada ada atau tidaknya whisker, hibrid bunga kuning
1.1 tidak memiliki whisker sedangkan genotipe lainnya memiliki whisker. Bentuk
keping tengah, tipe keping sisi, dan penampang melintang bibir juga merupakan
faktor-faktor utama hibrid bunga kuning 1.1 tidak berkelompok dengan
Phalaenopsis hibrid lainnya.

1.00

17

A

B

Gambar 26 Phalaenopsis hibrid memiliki whisker (A) dan tidak memiliki whisker (B)

Faktor-faktor yang membedakan antara Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’ dan Phalaenopsis hibrid antara lain susunan daun, tipe pembungaan,
bentuk bunga, bentuk sepal dorsal, bentuk petal, dan penampang melintang petal.
Perbedaan utama terdapat pada bentuk bunga dan tipe pembungaan. Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ memiliki bentuk bunga bintang, sedangkan pada
kelompok Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk bunga bulat. Tipe pembungaan
pada Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ merupakan malai, sedangkan pada
kelompok Phalaenopsis hibrid memiliki tipe pembungaan tandan.

A

B

Gambar 27 Perbandingan bentuk bunga Phalaenopsis hibrid (A) dengan
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ (B)

Kelompok Phalaenopsis hibrid mengelompok berdasarkan kemiripan
bentuk daun, bentuk tepi daun, simetri daun, sususan daun, tipe pembungaan,
bentuk bunga, bentuk keping tengah, tipe tonjolan pada bibir, tipe keping sisi,
penampang keping sisi, ada penampang melintang bibir, dan ada atau tidaknya
whisker. Kelompok Phalaenopsis hibrid membentuk 3 kelompok yaitu hibrid
bunga putih 3.3 pada koefisien kemiripan 0.729, hibrid bunga putih 3.1 pada
koefisien kemiripan 0.753 dan kelompok A dan B yang bertemu pada koefisien
kemiripan 0.779. Hibrid bunga putih 3.1 dan hibrid bunga putih 3.3 terpisah
karena memiliki perbedaan pada bentuk ujung daun dan bentuk sepal dorsal,
tetapi memiliki kemiripan bentuk bunga, bentuk petal, dan susunan petal.
Kelompok A dan B terpisah karena memiliki perbedaan utama pada penampang
melintang petal.

Gambar 28 Hibrid bunga putih 3.1 dan hibrid bunga putih 3.3 dengan kemiripan
bentuk bunga, bentuk petal, dan susunan petal

18

Kelompok A berkelompok berdasarkan kemiripan pada penampang
melintang daun, bentuk daun, bentuk tepi daun, simetri daun, susunan daun, tipe
pembungaan, bentuk bunga, tipe tonjolan pada bibir, tipe keping, penampang
melintang bibir, dan ada atau tidaknya whisker. Kelompok A terbagi menjadi 3
yaitu hibrid bunga putih 3.2 pada koefisien kemiripan 0.798, kelompok A1 dan A2
pada koefisien kemiripan 0.823. Kelompok A1 dan A2 terdapat pada kelompok
yang terpisah karena masing masing genotipe dalam kelompok tersebut memiliki
perbedaan pada bentuk ujung daun, tekstur permukaan daun, bentuk sepal dorsal,
bentuk sepal lateral, bentuk petal, susunan petal, penampang melintang petal,
penampang keping sisi, bentuk ujung sepal, dan bentuk ujung petal.
Hibrid bunga putih 2.1, hibrid bunga putih 2.3, dan hibrid bunga putih 4.2
terdapat pada koefisien kemiripan 0.913 dan mengelompok dengan hibrid bunga
putih 4.3 pada koefisien kemiripan 0.899 yang membentuk kelompok A1.
Kelompok A2 terdiri dari hibrid bunga putih 1.1 dan hibrid bunga putih 4.1
dengan koefisien kemiripan 1.00 yang mengelompok dengan hibrid bunga putih
1.2 dengan koefisien kemiripan 0.957, dan kemudian mengelompok dengan hibrid
bunga putih 1.3 dengan koefisien kemiripan 0.883. Hibrid bunga putih 1.1 dan
hibrid bunga putih 4.1 memiliki warna yang berbeda tetapi memiliki morfologi
daun dan bunga yang sama sehingga memiliki koefisien kemiripan 1.00.

Gambar 29 Hibrid bunga putih 1.1 dengan hibrid bunga putih 4.1 dengan koefisien
kemiripan 1.00 tanpa pengamatan terhadap warna bunga

Genotipe pada kelompok B mengelompok berdasarkan kemiripan pada
penampang melintang daun, bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk tepi daun,
simetri daun, susunan daun, tipe pembungaan, bentuk bunga, bentuk sepal lateral,
bentuk petal, bentuk keping tengah, tipe tonjolan pada bibir, tipe keping sisi,
bentuk ujung petal, penampang melintang bibir, dan ada atau tidaknya whisker.
Hibrid bunga kuning 1.2 dan hibrid bunga kuning 1.3 terdapat pada koefisien
kemiripan 0.957 dan kemudian mengelompok dengan hibrid bunga putih 2.2 pada
koefisien kemiripan 0.804.
Perbandingan Data Kuantitatif dan Kualitatif
Hasil pengelompokan Phalaenopsis secara kuantitatif berdasarkan
morfologi daun selaras dengan pengelompokan secara kualitatif. Secara kualitatif
bentuk daun dari setiap genotipe Phalaenopsis sebagian besar memiliki bentuk
daun yang sama yaitu lanset terbalik, selaras dengan pengelompokan secara
kuantitatif dimana masing masing genotipe Phalaenopsis memiliki panjang dan
lebar daun yang tidak berbeda nyata.
Secara kuantitatif, karakter-karakter yang membedakan Phalaenopsis hibrid
dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ adalah panjang bunga, lebar petal,

19

lebar sepal dorsal, dan panjang lebar lateral berbeda nyata. Panjang bunga
dipengaruhi oleh bentuk bunga, Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk bunga bulat,
hal ini menyebabkan Phalaenopsis hibrid memiliki panjang bunga berbeda nyata
dengan kontrol. Lebar petal dipengaruhi oleh bentuk petal, lebar petal
Phalaenopsis hibrid secara kuantitatif berbeda nyata dengan kontrol hal ini
disebabkan bentuk petal Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk petal yang berbeda
dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’. Bentuk sepal dorsal
Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk yang berbeda dengan Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’, secara kuantitatif lebar sepal dorsal Phalaenopsis hibrid berbeda
nyata dengan kontrol, karena lebar sepal dorsal dipengaruhi oleh bentuk sepal
dorsal. Panjang dan lebar sepal lateral Phalaenopsis hibrid secara kuantitatif
berbeda nyata dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’, karena secara
kualitatif bentuk sepal lateral Phalaenopsis hibrid berbeda dengan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’. Sepal lateral Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
berbentuk oval sedangkan Phalaenopsis hibrid memiliki bentuk sepal lateral yang
bervariasi.
Perbandingan data kuantitatif dan kualitatif untuk bentuk daun hibrid bunga
kuning 1.1 kurang akurat, karena untuk kuantitatif data bentuk daun dari 3
ulangan hibrid bunga kuning 1 dirata-rata, sedangkan secara kualitatif bentuk dain
dari hibrid bunga kuning 1.1 memiliki bentuk daun yang berbeda dibandingkan
dengan ulangan yang lainnya.
Analisis Stomata
Analisis stomata bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan ukuran stomata
pada daun dari Phalaenopsis hibrid. Pengamatan dilakukan pada genotipe hibrid
bunga putih 1, hibrid bunga putih 3, hibrid bunga putih 4, hibrid bunga kuning 1
dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’. Bagian yang diamati adalah
permukaan bawah daun. Hibrid bunga putih 2 tidak teramati karena keterbatasan
bahan tanaman. Hasil pengamatan stomata pada Phalaneopsis hibrid ditampilkan
pada Gambar 30.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop, dapat dilihat
bahwa stomata pada Phalaenopsis berbentuk ginjal dan tidak teratur letaknya.
Menurut Rompas et al. (2011), susunan stomata Phalaenopsis amabilis tidak
beraturan letaknya, serta berbentuk ginjal dan tipe anomistik yaitu sel sel penjaga
tidak beraturan letaknya dan tidak dapat dibedakan dari sel-sel epidermis lainnya.
Stomata dikelilingi oleh 4-5 sel tetangga dan dua sel tetangga masing-masing
terdapat di samping sebuah sel penutup yang merupakan ciri tumbuhan monokotil
(Hidayat 1995).
Kerapatan stomata dari empat genotipe (Tabel 3) memiliki nilai rata-rata
yang relatif sama sebesar 13.50 mm-2, sedangkan hibrid bunga putih 4 memiliki
nilai kerapatan yang sebesar 11.80 mm-2 dan Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’ memiliki nilai kerapatan 23.78 mm-2. Jumlah stomata berkurang dengan
menurunnya intensitas cahaya. Hal ini sangat berhubungan dengan habitat dari
tanaman anggrek bulan yang hidup di bawah naungan yang tidak mendapat sinar
matahari langsung (Yano 2008). Menurut Rompas (2011) Kerapatan stomata
sangat bergantung pada konsentrasi CO2, yaitu bila CO2 naik jumlah stomata per
satuan luas lebih sedikit.

20

A

B

C

D

E
Gambar 30 Stomata pada Phalaenopsis. Hibrid bunga putih 1 (A), hibrid
bunga putih 4 (B), hibrid bunga putih 3(C), hibrid bunga kuning
1 (D) dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ (E)

Panjang dan lebar stomata diukur untuk menentukan ukuran stomata.
Genotipe dengan ukuran stomata terbesar adalah hibrid bunga putih 3 karena
memiliki nilai panjang dan lebar tertinggi, sedangkan Phalaenopsis amabilis
ekotipe ‘Cidaun’ memiliki ukuran stomata terkecil karena panjang dan lebar
stomata terkecil.
Tabel 3 Rata-rata panjang, lebar dan kerapatan stomata anggrek Phalaenopsis
hibrid dan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
Genotipe

Panjang (nm)

Lebar (nm)

Kerapatan (mm-2)

K1
P1
P3
P4
PAC

29555.53
36446.83
36576.74
35150.81
24705.19

25895.70
30875.96
32503.59
26590.55
18717.10

13.50
11.80
13.50
13.50
23.78

P1, P3, P4: Hibrid bunga putih, K: Hibrid bunga kuning, PAC: Phalaenopsis amabilis
Cidaun

21

Tabel 4 Rasio panjang, lebar, dan kerapatan stomata anggrek Phalaenopsis hibrid
dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
Genotipe
K1
P1
P3
P4
Rata-rata

Rasio Panjang - PAC
1.20
1.48
1.48
1.42
1.39

Rasio lebar - PAC
1.38
1.65
1.74
1.42
1.55

Rasio kerapatan - PAC
0.57
0.50
0.57
0.57
0.55

P1, P3, P4: Hibrid bunga putih, K: Hibrid bunga kuning, PAC: Phalaenopsis amabilis
Cidaun

Ukuran stomata berpengaruh terhadap tingkat ploidi dan tingkat ploidi
berpengaruh terhadap ukuran bunga. Menurut Poespodarsono (1988), perbedaan
tingkat ploidi menunjukkan perbedaan ukuran sel dan stomata. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Damayanti (2007) yang menyatakan bahwa pisang
genotipe AK8P dengan tingkat ploidi triploid yang memiliki ukuran sel epidermis
dan stomata yang lebih besar dibanding genotipe lainnya yang memiliki tingkat
ploidi diploid. Menurut Nurhasanah (2011) pada tanaman rapeseed tanaman
tetraploid mempunyai ukuran kuncup bunga dan bunga yang lebih besar
dibandigkan tanaman diploid.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rata-rata rasio panjang dan lebar
stomata Phalaenopsis hibrid dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
(Tabel 4) sebesar 1.39 untuk panjang stomata dan 1.55 untuk lebar stomata,
menunjukkan bahwa rata rata ukuran stomata Phalaenopsis hibrid lebih besar dari
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’, berbanding lurus dengan ukuran bunga
Phalaenopsis hibrid yang lebih besar dari Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’. Rasio kerapatan stomata Phalaenopsis hibrid dengan Phalaenopsis
amabilis ekotipe ‘Cidaun’ sebesar 0.55, menunjukkan bahwa rata-rata kerapatan
stomata Phalaenopsis hibrid lebih kecil dari Phalaenopsis amabilis ekotipe
‘Cidaun’.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakter kuantitatif pada daun dan bunga Phalaenopsis hibrid dan
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ menunjukkan nilai yang beragam. Hasil
analisis statistik dengan uji t-dunnet menunjukkan beberapa parameter tidak
berbeda nyata dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ sebagai kontrol
adalah panjang daun, lebar daun, lebar bunga, panjang sepal dorsal, lebar, dan
panjang petal hibrid 1 bunga kuning dan hibrid bunga putih 4.
Tingkat kemiripan masing-masing genotipe Phalaenopsis hibrid cukup
beragam dan yang memiliki koefisien kemiripan senilai 1.00 adalah hibrid bunga
putih 1.1 dan hibrid bunga putih 4.1, menunjukkan bahwa Phalaenopsis hibrida

22

yang memiliki warna berbeda memiliki morfologi daun dan bunga yang sama.
Phalaenopsis hibrida dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’ memiliki
koefisien Phalaenopsis hibrid dengan Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’
memiliki koefisien kemiripan sebesar 0.528 kecuali hibrid bunga kuning 1.1 yang
membentuk kelompok sendiri pada koefisien kemiripan 0.47 akibat perbedaan
utama bentuk daun dan tipe pembungaan.
Ukuran stomata masing-masing Phalaenopsis hibrid lebih besar dari
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’, diduga ukuran stomata berpengaruh
terhadap ukuran bunga, karena bunga Phalaenopsis hibrid lebih besar dari
Phalaenopsis amabilis ekotipe ‘Cidaun’.
Saran
Bahan yang digunakan untuk karakterisasi Phalaenopsis hibrid sebaiknya
berasal dari tempat yang sama dan mengetahui tetua-tetua dari Phalaenopsis yang
digunakan untuk karakterisasi. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk
menggunakan Panduan Pengujian Individual (PPI) Phalaenopsis.

DAFTAR PUSTAKA
[BALITHI] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Panduan Karakterisasi
Tanaman Anggrek. Jakarta: Pusat penelitian dan pengembangan
hortikultura, Badan penelitian dan pengembangan pertanian.
Amiarsi D, Syaifullah, Yulianingsih. 1996. Komposisi terbaik untuk larutan
perendaman bunga anggrek potong Dendrobium Sovia Deep Pink. J Hort.
9(1):45-50.
Bechtel H, P Cribb, E Launert. 1981. The Manual of Cultivated Orchid Species.
Poole Dorset (UK): Blandford Press.
Chan CL, A Lamb, PS Shim, JJ Wood. 1994. Orchid of Borneo Vol I:
Introduction and Selection of Species. Kota Kinabalu & Kew (MY): The
Sabah Society and RBG Kew
Damayanti F. 2007. Analisis jumlah kromosom dan anatomi stomata pada
beberapa plasma nutfah pisang (musa sp.) asal Kalimantan Timur.
Bioscientiae. 4(2):53-61.
Fauziah N. 2013. Karakterisasi anggrek Phalaenopsis spp. spesies asli Indonesia
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hardiyanto, Mujiarto E, Sulasmi ES. 2007. Kekerabatan genetik beberapa spesies
jeruk berdasarkan taksonometri. J Hort. 17(3):203-216.
Hasim I, M Reza. 1995. Krisan. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya.
Hew CS, JWH Young. 1997. The Physiology of Tropical Orchids in Relation to
the Industry. Singapore: World Scientific.
Hidayat EB, Suradinata TS. 1990 Penuntun praktikum anatomi tumbuhan