Optimasi penggunaan lahan dengan menggunakan model simulasi hidrologi daerah aliran sungai studi kasus di Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI HIDROLOGI
DAERAH ALIRAN SUNGAI
(Studi Kasus di Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat)

DINDA TRISNADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRACT
DINDA TRISNADI. Optimation of Land Use by using Watershed Simulation
Model (Case Study in Upper Ciliwung Sub Watershed, Jawa Barat) Supervised by
Dr. Ir. BUDI KUNCAHYO, MS and Dr. Ir. HENDRAYANTO, M. Agr.
The flood and drought that almost every year hit in Jakarta is related to the
condition of Upper Ciliwung Sub Watershed as a recharge and protection area of
Ciliwung Watershed. The high growth of population in the watershed caused
increasing land needs and eventually decreasing forested land that supporting the
function of recharge and protection of Upper Ciliwung Sub Watershed.

Modelling is a way to find alternative measures for solving flood and
drought problem in Jakarta. By using a model, behavior of river as the result of
land uses changes can be observed without implemented in field, hence it save
time and cost. Complicated and interrelated hydrologic processes as well as rapid
land uses change requires a model to accomodate those factors with adequate
accuracy. Beside using already available models, hidrologic parameter estimation
in Upper Ciliwung Sub Watershed has also been done by using self-made model
by using model builder software. Rozi (2002) has made a model by using
STELLA. In his model, Rozi used monthly time unit that the model can’t be used
to observe average daily debit that have potential contribution in causing flood in
Jakarta.
This research is conducted to obtain Watershed’s hydrologic model
simulation that can be used in identifying the most optimum land use in
restraining river debit fluctuation in Upper Ciliwung sub watershed. The criteria
of the most optimum land use is land composition that give the lowest river
regime value and normal maximum daily-debit average (lower than 244 m3/sec.).
According to qualitative model evaluation by comparing daily-debit
average of simulation with daily rainfall of Upper Ciliwung sub watershed as well
as daily-debit average of measurement, the model already reasonable and logical.
Statistical quantitative evaluation by using paired t-test shows that daily-debit

average from simulation has no significant difference with daily-debit average
from measurement. In quantitative evaluation, the t statistic shows -3,103 with
acceptance range of (-13,383) – (-3) on confidence level of 95%. Based on those
qualitative and quantitative evaluation, the model from this research have
reliability in estimating daily debit average on site.
From simulation of several land uses changes scenario, it is obvious that the
change of debit depends on the ability of land in detaining and reducing runoff
and infiltrating water into the ground. The most optimum land use in depressing
debit fluctuation in Upper Ciliwung Sub Watershed is those in scenario 4, which
are settlement (14.54%) with addition of infiltration well, plantation (21.60%)
with increasing the number of fruit trees, highland crop (22.27%) with addition of
terrace and casting of crop residue cover, and paddy field (2.72%) with the casting
of crop residue cover that both land area and treatment is equal to forest area of
81.30%. Scenario 4 gives river regime coefficient of 55.56 and maximum daily
debit average of 240.0 m2/sec and minimum daily debit average of 4.32 m3/sec.

RINGKASAN

DINDA TRISNADI. Optimasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Model
Simulasi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus di Sub DAS Ciliwung

Hulu, Jawa Barat) Dibimbing oleh Dr. Ir. BUDI KUNCAHYO, MS dan
Dr. Ir. HENDRAYANTO, M. Agr.
Kejadian banjir dan kekeringan yang hampir setiap tahun melanda Jakarta
terkait dengan kondisi Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu sebagai
kawasan penyangga dan pelindung DAS Ciliwung. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi di DAS Ciliwung menyebabkan kebutuhan lahan meningkat dan akhirnya
mengurangi luasan lahan bervegetasi yang mendukung fungsi penyangga dan
pelindung Sub DAS Ciliwung Hulu.
Pemodelan merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam membantu
mencari alternatif cara memecahkan masalah banjir dan kekeringan di Jakarta.
Dengan menggunakan model, perilaku sungai dan pengaruh perlakuan dapat
diketahui tanpa perlu menerapkan perlakuan tersebut dilapangan, sehingga akan
menghemat waktu dan biaya. Proses-proses hidrologi yang rumit dan saling
terkait serta perubahan luasan lahan yang cepat menuntut adanya suatu model
yang dapat mengakomodasi hal tersebut dengan tingkat keakuratan yang
memadai. Selain penggunaan model-model yang sudah tersedia, pendugaan
parameter hidrologi di Sub DAS Ciliwung Hulu juga dilakukan dengan
menggunakan model yang dibangun sendiri dengan menggunakan perangkat
lunak pembuat model yang spesifik untuk suatu daerah. Rozi (2002) membuat
model hidrologi untuk Sub DAS Ciliwung Hulu dengan menggunakan perangkat

lunak STELLA. Dalam modelnya tersebut, Rozi menggunakan satuan waktu
bulanan sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui debit harian yang
berpotensi menimbulkan banjir di Jakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model simulasi hidrologi DAS
yang dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling optimal
untuk menekan fluktuasi debit sungai harian rata-rata di Sub DAS Ciliwung Hulu.
Kriteria penggunaan lahan yang paling optimal adalah komposisi lahan yang
memberikan nilai koefisien rejim sungai (KRS) terendah dan debit harian rata-rata
maksimum yang normal (debit maksimum dibawah 244 m3/detik).
Berdasarkan evaluasi model secara kualitatif dengan membandingkan debit
harian rata-rata hasil simulasi dengan curah hujan harian Sub DAS Ciliwung Hulu
dan debit harian rata-rata hasil pengukuran, model yang dibuat dalam penelitian
ini sudah wajar dan logis. Evaluasi kuantitatif secara statistik dengan
menggunakan uji t berpasangan menunjukkan bahwa debit harian rata-rata hasil
simulasi tidak berbeda nyata dengan debit rata-rata hasil pengukuran. Dalam
evaluasi kuantitatif tersebut diperoleh t hitung sebesar -3,103 dengan wilayah
penerimaan (-13,383) – (-3) pada selang kepercayaan 95%. Berdasarkan evaluasi
secara kualitatif dan kuantitatif tersebut maka disimpulkan bahwa model yang
dibuat dalam penelitian ini dapat diandalkan untuk menduga kejadian debit harian
rata-rata di lapangan.

Penggunaan model dengan beberapa skenario penggunaan lahan
menunjukkan bahwa besarnya perubahan debit pada suatu lahan tergantung pada

kemampuan lahan dalam menahan dan mengurangi terjadinya runoff dan
menyerapkan air ke dalam tanah. Semakin tinggi kemampuan lahan tersebut,
maka debit yang terjadi akan semakin kecil, sehingga pengalihgunaan suatu lahan
menjadi lahan lain yang memiliki kemampuan yang jauh berbeda akan
memberikan perubahan yang lebih nyata dibandingkan dengan pengalihgunaan
antar lahan dengan kemampuan yang hampir sama. Kemampuan lahan tersebut
dipengaruhi oleh kondisi vegetasi yang ada pada lahan.
Penggunaan lahan yang paling optimal dalam menekan fluktuasi debit
adalah skenario 4, yaitu pemukiman (14,54%) dengan menambahkan pembuatan
sumur-sumur resapan air, perkebunan (21,6%) dengan meningkatkan penanaman
tanaman buah-buahan, pertanian dataran tinggi (22,27%) dengan tambahan
pembuatan teras dan pemberian mulsa sisa hasil panen, dan sawah (2,72%)
dengan perlakuan pemberian mulsa hasil panen yang semuanya memberikan
kesetaraan luasan hutan sebesar 81,3%. Skenario 4 memberikan nilai KRS sebesar
55,56 dan debit rata-rata harian maksimum sebesar 240 m3/detik dengan debit
harian rata-rata minimum sebesar 4,32 m3/detik.


OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI HIDROLOGI
DAERAH ALIRAN SUNGAI
(Studi Kasus di Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat)

DINDA TRISNADI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Skripsi

Nama

NRP
Departemen
Program Studi

: Optimasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Model
Simulasi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus di
Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat)
: Dinda Trisnadi
: E01499053
: Manajemen Hutan
: Manajemen Hutan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
NIP. 131 578 798


Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr.
NIP. 131 578 788

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP : 131 430 799

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Agustus 1980 dari ayah
Dedi Kusnadi dan ibu Yani Herliani. Penulis merupakan putra pertama, kakak dari
Rizky Yandi Saputra dan Milla Nurdiana.
Penulis memulai pendidikan formal di SDN Cilandak Timur 04 Petang,
Jakarta pada tahun 1987 dilanjutkan di SMPN 212 Jeruk Purut, Jakarta Tahun

1993 dan pada tahun 1994 mutasi ke SMPN 4 Depok. Selanjutnya pada tahun
1996 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Depok. Pada tahun 1999
penulis menyelesaikan pendidikan menengah atasnya dan lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB. Penulis diterima di Program Studi
Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten untuk mata kuliah
Dendrologi pada Tahun 2002 dan Ekologi Hutan pada Tahun 2003. Penulis
mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H), dengan Pengenalan
Hutan di jalur Batu Raden-Cilacap dan Pengelolaan Hutan di KPH Indramayu,
Jawa Barat, dan Praktek Kerja Lapang di PT Arara Abadi, Perawang, Riau.
Selama aktif sebagai mahasiswa, penulis aktif di International Forestry
Students’ Association komite lokal IPB (IFSA LC-IPB). Pada tahun 2001-2003
penulis ikut menjadi panitia penyelenggara The 30th International Forestry
Students’ Symposium 2002 di Indonesia sebagai koordinator Sekretaris. Pada
periode 2003-2004 penulis menjadi Ketua Departemen Sekretariat IFSA LC-IPB.
Pada Tahun 2004 penulis mengikuti kursus Biogeochemical in the tropic
dan Forest Health Monitoring di Sverige Landbruksuniversitet (SLU), Umea,
Swedia. Pada tahun yang sama, bersama 24 orang rekan dari IFSA, The Global
Youth Link Network, dan Initiative Jeunes dari 15 negara tergabung dalam Major
Groups Children and Youth pada United Nations Forum and Forests session 4

(UNFF 4) di Jenewa, Swiss. Penulis merupakan salah satu peneliti dalam
penelitian yang diadakan oleh IFSA dan the International Federation of Builders
and Wood Workers (IFBWW) dengan judul Social and cultural integration
between the forestry sector and PRSP’s: A search for policy entry points.
Penelitian tersebut didukung oleh sekretariat UNFF dan disajikan pada UNFF 4.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas karunia Iman, Islam dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dengan Judul yang diambil adalah
Optimasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Model Simulasi Hidrologi
Daerah Aliran Sungai dengan mengambil kasus di Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa
Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS dan Dr.
Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran
dan arahan serta Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F.
sebagai dosen penguji. Disamping itu juga penulis turut berterima kasih kepada
Bapak Tegen dari Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, Bapak Andi dari

Bendungan Katulampa, Bapak Dedi dari Balai PSDA Bogor, Ibu Wati dari Badan
Meteorologi dan Geofisika Darmaga yang telah banyak membantu selama
pengumpulan data. Tidak lupa yang terakhir dan terutama kepada Bapak, Ibu dan
para adik (Kiki dan Milla) atas segala doa, bantuan, dan kasih sayang yang tidak
terhingga. Tidak terlupa kepada teman-teman dan para sahabat yang membantu
dalam hal moril dan materiil.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini
masih jauh dari sempurna, sehingga jika ada kritik, saran atau komunikasi lebih
lanjut dapat disampaikan melalui ka_kek@yahoo.com. Semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan manfaat.
Bogor, April 2006

Dinda Trisnadi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................

1

Tujuan .....................................................................................................

2

Manfaat Penelitian ..................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai ..............................................................................

3

Aliran Sungai (Streamflow) ....................................................................

3

Aliran Permukaan (Runoff) .............................................................

4

Aliran Bawah Permukaan (Interflow) .............................................

4

Aliran Air Bawah Tanah (Groundwater Flow/Baseflow) ..............

4

Analisis Sistem ........................................................................................

5

Stella ........................................................................................................

5

Penelitian di DAS Ciliwung ....................................................................

6

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian .....................................................................................

7

Alat dan Bahan ........................................................................................

7

Kerangka Pendekatan ..............................................................................

7

Pengolahan Data Dasar ...........................................................................

8

Pembuatan Model ...................................................................................

8

Formulasi Model Konseptual .........................................................

8

Spesifikasi Model Kuantitatif .........................................................

9

Evaluasi Model ...............................................................................

9

Penggunaan Model .................................................................................. 11
KEADAAN UMUM
Keadaan Geografis .................................................................................. 14
Iklim ........................................................................................................ 14
Jenis Tanah .............................................................................................. 14

ix

Kondisi Topografi ................................................................................... 15
Hidrologi dan Prasarana Perairan ............................................................ 15
Penggunaan Lahan .................................................................................. 16
Kependudukan ........................................................................................ 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pembuatan Model .......................................................................... 19
Evaluasi Model ........................................................................................ 24
Evaluasi Model Kualitatif ............................................................... 24
Evaluasi Model Kuantitatif ............................................................. 25
Hasil Penggunaan Skenario Perubahan Penggunaan Lahan ................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 36
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39
LAMPIRAN ...................................................................................................... 42

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Skenario luas penggunaan lahan yang digunakan pada
tahap penggunaan model (dalam persen) ...................................................... 12
2 Perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung
Hulu Tahun 1999 dan 2001 (dalam ha) ......................................................... 16
3 Jumlah penduduk per kecamatan wilayah administratif
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor yang termasuk Sub
DAS Ciliwung Hulu ...................................................................................... 17
4 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan usaha utama Kabupaten Bogor ........................................ 18
5 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan usaha utama Kabupaten Bogor ........................................ 18
6 Debit harian rata-rata minimum, maksimum, rata-rata
serta KRS pada berbagai (m3/detik) .............................................................. 26

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Hubungan antar sub model .......................................................................... 19
2 Sub model atas permukaan ........................................................................... 20
3 Sub model bawah permukaan ...................................................................... 22
4 Sub model aliran sungai ............................................................................... 23
5 Curah hujan harian dan debit rata-rata harian hasil simulasi ....................... 24
6 Perbandingan antara debit harian rata-rata hasil
pengamatan dengan debit harian rata-rata hasil simulasi ............................. 25
7 Nilai KRS hasil simulasi skenario perubahan penggunaan
lahan ............................................................................................................. 27
8 Debit harian rata-rata maksimum hasil simulasi skenario
perubahan penggunaan lahan . ...................................................................... 27
9 Besar runoff, interflow dan baseflow pembentuk debit
aliran sungai hasil simulasi model pada kondisi awal ................................. 29
10 Hutan dan tumbuhan bawahnya di daerah Megamendung,
Sub DAS Ciliwung Hulu ............................................................................ 30
11 Lahan perkebunan di daerah Gunung Mas, Sub DAS
Ciliwung Hulu .............................................................................................. 31
12 Lahan pertanian datarang tinggi pada kelerengan yang
curam di daerah Megamendung, Sub DAS Ciliwung Hulu ........................ 32
13 Kawasan pemukiman di daerah Desa Cilember, Sub DAS
Ciliwung Hulu............................................................................................... 33
14 Lahan persawahan di daerah Desa Cilember, Sub DAS
Ciliwung Hulu............................................................................................... 34

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta tata guna lahan Sub DAS Ciliwung Hulu Tahun 2001 ......................... 42
2 Ordo dan kelompok besar tanah pada masing-masing
penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu ........................................... 43
3 Penentuan nilai angka kurva untuk Sub DAS Ciliwung
Hulu .............................................................................................................. 44
4 Nilai CN (angka kurva) dan fraksi tanah berdasarkan
penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu ............................................ 45
5 Daftar DAS kritis prioritas 1 ......................................................................... 46
6 Spesifikasi model kuantitatif ......................................................................... 49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai Ciliwung merupakan salah satu DAS yang termasuk
dalam kelompok DAS kritis prioritas I bersama dengan 62 DAS lain (Departemen
Kehutanan dan Perkebunan 1999). Kategori DAS kritis prioritas I menunjukkan
bahwa DAS tersebut memiliki kondisi yang buruk, yang salah satu indikator
hidrologinya adalah koefisien rejim sungai (KRS). Semakin kecil koefisien ini
berarti kondisi hidrologi suatu DAS makin baik (Asdak 1995).
Kondisi DAS Ciliwung yang buruk tersebut dipengaruhi oleh jumlah
penduduk di Sub DAS Ciliwung Hulu yang tinggi. Jumlah penduduk di Sub DAS
tersebut meningkat setiap tahun dan cenderung terus meningkat. Pada tahun 2001
jumlah penduduk di Sub DAS Ciliwung Hulu adalah 422.796 orang, meningkat
menjadi 435.641 orang dan 446.658 orang pada tahun 2002 dan 2003 (BPS
2001a, 2001b, 2003a dan 2003b). Peningkatan penduduk ini mengakibatkan
kebutuhan lahan meningkat, baik untuk usaha, pemukiman maupun keperluan
lain. Kebutuhan lahan ini ikut mempengaruhi kondisi buruk DAS Ciliwung
karena mendesak dan mengurangi lahan-lahan bervegetasi yang ada yang terlihat
dari kejadian banjir dan kekeringan di Jakarta yang hampir setiap tahun terjadi.
Sub DAS Ciliwung Hulu sebagai area penyangga dan pelindung DAS
Ciliwung sangat terpengaruh dengan perubahan lahan tersebut. Dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang menurut BRLKT (2000) mencapai rata-rata 3,642%
per tahun pada periode 1990-2000 sehingga tekanan terhadap lahan di masa
datang akan semakin tinggi dan akan sangat berpengaruh terhadap fungsi
penyangga dan pelindung dari Sub DAS Ciliwung Hulu. Gangguan terhadap
fungsi penyangga dan pelindung ini akan memperburuk kondisi DAS Ciliwung
dan dapat meningkatkan intensitas kejadian banjir dan kekeringan di Jakarta.
Pencarian pemecahan masalah banjir dan kekeringan yang efektif dan
efisien telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Dalam usaha tersebut,
pemodelan merupakan salah satu cara yang banyak dilakukan. Dengan
menggunakan pemodelan perilaku sungai di masa depan dapat diduga,
berdasarkan kecenderungan yang terjadi saat ini dan di masa lampau, sehingga

2

pengaruh perlakuan terhadap sungai dapat diketahui tanpa perlu benar-benar
diterapkan. Dengan demikian pemodelan akan menghemat waktu dan biaya.
Proses hidrologi merupakan proses yang rumit yang meliputi sifat hujan,
tanah, iklim, dan penggunaan lahan yang saling mempengaruhi. Selain itu,
perubahan penggunaan lahan di Sub DAS juga berubah dengan cepat karena
terkait dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya.
Karena alasan tersebut maka penggunaan model-model linear sederhana untuk
menduga perilaku hidrologi Sub DAS Ciliwung Hulu tidak lagi memadai
sehingga saat ini banyak digunakan model-model hidrologi yang menggunakan
banyak parameter-parameter hidrologi. Model-model yang sudah digunakan di
Sub DAS Ciliwung Hulu antara lain adalah model ANSWER yang digunakan
dalam penelitian Laela (2002) untuk menduga parameter hidrologi di Sub Sub
DAS Ciliwung Hulu dan HEC-1 yang digunakan Singgih Irianto (2002) dalam
kajian Hidrologi DAS Ciliwung.
Selain menggunakan model-model yang telah tersedia, pendugaan
parameter hidrologi di Sub DAS Ciliwung Hulu juga dilakukan dengan
menggunakan model yang dibangun sendiri dengan menggunakan perangkat
lunak pembuat model. Rozi (2002) membuat model hidrologi untuk Sub DAS
Ciliwung Hulu dengan menggunakan perangkat lunak STELLA. Dalam modelnya
tersebut, Rozi menggunakan satuan waktu bulanan sehingga debit rata-rata harian
yang berpotensi menimbulkan banjir di Jakarta tidak dapat diketahui.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model simulasi hidrologi DAS
yang dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling optimal
untuk menekan fluktuasi debit sungai harian rata-rata di Sub DAS Ciliwung Hulu.
Manfaat Penelitian
Penggunaan lahan hasil dari model simulasi hidrologi DAS diharapkan
dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi pemerintah, terutama dalam
kegiatan perencanaan dan pengelolaan wilayah guna menekan laju kerusakan dan
memperbaiki kondisi DAS Ciliwung pada umumnya dan fungsi penyangga dan
pelindung Sub DAS Ciliwung Hulu pada khususnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (Badudu 1994), daerah aliran
sungai (DAS) adalah daerah sekitar sungai yang melebar sampai ke ujung bukit
yang merupakan sumber air tempat semua curahan air hujan yang jatuh diatasnya
mengalir ke sungai. Sedangkan Asdak (1995) menyatakan bahwa daerah aliran
sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana
air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung
tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama.
Menurut undang-undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air, daerah
aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Aliran Sungai (Streamflow)
Viessman et al. (1989) menyatakan bahwa streamflow dihasilkan dari
presipitasi selama kejadian hujan dan oleh air tanah yang masuk ke saluran
permukaan. Selama musim kering, streamflow tetap mengalir dari pengeluaran air
tanah. Sumber air tanah berada di bawah saluran sungai, sering terjadi pada
daerah arid, sungai berhenti mengalir selama periode tanpa hujan yang panjang.
Streamflow, pada masing-masing lokasi aliran air, digambarkan oleh
hidrograf. Grafik bersambung ini mengambarkan sifat streamflow terhadap waktu,
biasanya dihasilkan dengan menggunakan pencatat yang terus-menerus yang
menunjukkan tingkat (kedalaman) terhadap waktu (tingkat hidrograf), dan
kemudian dirubah menjadi keluaran hidrograf dengan menggunakan penaksiran
kurva.
Bentuk sebuah hidrograf untuk masing-masing sungai adalah fungsi dari
total persediaan aliran permukaan yang tersedia (overland flow/runoff), aliran
bawah permukaan (subsurface flow/interflow), aliran air tanah (groundwater

4

flow/baseflow), kemiringan segmen permukaan dan sungai, karakteristik
kekasaran elemen aliran dan geometri saluran (Brass 1990). Linsley et al. (1988)
menyatakan bahwa rute yang dilalui partikel air, mulai saat partikel air menyentuh
tanah hingga masuk ke saluran sungai, berliku-liku. Secara sederhana tiga rute
lintasan utama dapat digambarkan sebagai aliran permukaan (overland flow),
aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran air tanah (groundwater flow).
Aliran Permukaan (Runoff)
Aliran permukaan(Surface Runoff) adalah bagian dari curah hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan (Asdak
1995). Runoff merupakan bagian dari presipitasi yang mencari jalan sendiri
menuju saluran air, danau, atau laut sebagai permukaan atau sub permukaan dari
suatu aliran. Istilah runoff biasanya mengacu pada aliran permukaan. Teknik sipil
merancang saluran dan suatu struktur untuk menangani aliran permukaan alami
dengan mempertimbangkan: nilai beban puncak dari runoff, volume runoff, dan
distribusi temporer atas nilai dan volume runoff (Schwab et al. 1981).
Aliran Bawah Permukaan (Interflow)
Sejumlah air yang menginfiltrasi permukaan tanah dapat bergerak
menyamping melalui lapisan tanah bagian atas hingga masuk ke saluran sungai.
Air ini disebut aliran bawah permukaan tanah (interflow), bergerak lebih lambat
daripada runoff dan menyusul masuk ke sungai. Proporsi dari runoff total yang
menjadi interflow tergantung pada fitur fisik DAS. Suatu profil tanah terdiri atas
lapisan batuan, hardpan, atau plowbed, berada sedikit dibawah permukaan tanah
dan sangat menentukan jumlah interflow, sedangkan tanah permeabel yang
seragam membantu perkolasi lebih bawah ke air tanah. Meskipun berjalan lebih
lambat daripada runoff, jumlah interflow dapat lebih besar, terutama pada hujan
dengan intensitas sedang, dan hal ini dapat dijadikan faktor utama dalam kenaikan
kecil dalam aliran sungai (Linsley et al. 1988).
Aliran Air Bawah Tanah (Groundwater Flow/Baseflow)
Baseflow adalah komponen aliran sungai yang berasal dari air yang
diperkolasikan kebawah hingga mencapai kolam air tanah dan kemudian mengalir
ke aliran permukaan sebagai keluaran air tanah (Viessman et al. 1989).
Sumbangan baseflow pada aliran sungai tidak akan berfluktuasi dengan cepat

5

karena mengalir sangat lambat. Pada beberapa kasus, baseflow memerlukan waktu
dua tahun untuk menuju aliran sungai (Linsley et al. 1988). Biasanya, saluran
dalam suatu DAS memiliki sejumlah tertentu baseflow selama hampir sepanjang
tahun. Aliran ini datang dari sumbangan air bawah tanah atau mata air dan dapat
dianggap sebagai aliran normal sepanjang hari (Viessman et al. 1989).

Analisis Sistem
McLeod (2001) menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut
Grant et al. (1997), dalam hubungannya dengan ilmu alam dan ilmu hayat, sistem
adalah sekumpulan hubungan fisik komponen-komponen yang dipengaruhi oleh
kesatuan batas dan fungsi. Sistem adalah suatu kumpulan dari materi-materi dan
proses-proses yang “berkomunikasi” yang bersama-sama membentuk suatu
fungsi.
Analisis sistem didefinisikan sebagai aplikasi yang bersifat paling langsung
dari metode ilmiah untuk suatu masalah yang mencakup sistem yang kompleks,
analisis sistem merupakan kesatuan dari teori-teori dan teknik untuk mempelajari,
menggambarkan, dan membuat prediksi tentang sesuatu yang kompleks yang
besarnya dicirikan dengan penggunaan prosedur-prosedur matematis dan statistik
tingkat tinggi serta penggunaan komputer (Grant et al. 1997). Lebih lanjut
Grant et al. (1997) mengemukakan bahwa analisis sistem merupakan pendekatan
filosofis sekaligus kumpulan teknik termasuk simulasi. Analisis sistem
menekankan pendekatan holistik pada pemecahan masalah dan penggunaan model
matematis untuk mengidentifikasi dan mensimulasikan karakter-karakter dalam
sistem yang kompleks.

STELLA
STELLA adalah perangkat lunak yang dirancang untuk meningkatkan
efektivitas suatu rangkaian proses yang digunakan untuk menampilkan,
mensimulasikan, menganalisa dan mengkomunikasikan model mental yang
diinginkan. Model mental adalah sesuatu yang diperlukan yang kita bawa di
kepala kita yang membantu kita untuk: (1) mengartikan apa yang kita alami, (2)

6

membagi dan mengembangkan arti tersebut dengan mengkomunikasikannya
dengan orang lain, dan (3) menilai dan memutuskan tujuan yang sesuai atas suatu
aksi. Model mental adalah hal yang sangat penting. Belajar untuk membangun
suatu model mental yang lebih baik untuk menggambarkan apa yang dicoba
ditiru, dan belajar untuk mensimulasikannya supaya lebih dapat diandalkan
merupakan sesuatu yang vital untuk membuat ‘dunia’ yang kita buat bekerja lebih
efektif. Tujuan dari STELLA adalah untuk mempercepat dan memperkaya proses
belajar tersebut (High Performance Systems, Inc. 2000).

Penelitian di DAS Ciliwung
Penelitian yang dilakukan oleh Rozi (2002) dengan mengunakan model
hidrologi yang dibangun menggunakan STELLA menunjukkan bahwa peran
penggunaan lahan di Sib DAS Ciliwung Hulu sebagai pengatur dan pengendali air
sangat besar. Daerah perumahan dan sawah menghasilkan debit rata-rata terbesar
dibanding daerah hutan dan perkebunan, yaitu sebesar 1876,35 mm/tahun diikuti
dengan debit daerah hutan 358,52 mm/tahun dan debit daerah perkebunan sebesar
338,98 mm/tahun.
Kajian hidrologi DAS Ciliwung menggunakan HEC-1 yang dilakukan oleh
Irianto (2000) menemukan bahwa tindakan konservasi tidak cukup hanya
dilakukan pada Sub DAS Ciliwung saja tetapi perlu juga dilakukan di Sub DAS
Ciliwung Tengah. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa perubahan luas
pemukiman sebesar 98% dari luas pemukiman tahun 1981, dengan curah hujan
45,7 mm terjadi peningkatan volume aliran sebesar 418.680 m3 yaitu dari 711.540
m3 menjadi 1.130.220 m3 atau naik 58,8% selain itu terjadi peningkatan debit
puncak (Qp) sebesar 67,63%.
Simulasi dari penggabungan Sub DAS Ciliwung Hulu dan Sub DAS
Ciliwung Tengah (pada SPAS Ratujaya) ternyata menghasilkan volume aliran
sebesar 8.640.000 m3 dengan Qp 1.335 m3/detik. Konstribusi terbesar dari Sub
DAS Ciliwung Tengah sebesar 44,4%, sedangkan kontribusi Sub DAS Ciliwung
Hulu sebesar 38,1% (Irianto 2000). Waktu tempuh aliran dari Gunung Pangrango
ke Katulampa adalah 3 jam, dari Katulampa ke Ratujaya adalah 6 jam dan dari
Ratujaya ke Manggarai adalah 1 Jam (Tim IPB 2002).

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Ciliwung Hulu yang mencakup
sebagian wilayah administratif Kabupaten Bogor dan Kotamadya Bogor, Jawa
Barat.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer
dengan sistem operasi Windows XP Profesional. Perangkat lunak yang digunakan
adalah ArcView 3.2 dan ArcGIS 9 untuk pengolahan peta digital, STELLA 8
Research untuk pembuatan dan menjalankan model simulasi dan SPSS 11 untuk
pengolahan statistik.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta penggunaan lahan
Ciliwung dan Cisadane tahun 2001 hasil pengolahan citra satelit, peta tanah semi
detil skala 1:50.000 dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, daftar tanah
klasifikasi hydrologic soil groups (HSG) dari Natural Resources Conservation
Service (NRCS), Departemen Pertanian Amerika, daftar klasifikasi ordo tanah,
dan daftar angka kurva untuk masing-masing penggunaan lahan. Sebagai
pembanding terhadap data penggunaan lahan yang diperoleh dari pengolahan
peta, digunakan pula data penggunaan lahan tahun 1999 (Kuswadi 2002). Data
iklim yang digunakan adalah curah hujan harian tahun 2001 dan data hidrologi
yang digunakan adalah debit harian di bendungan Katulampa tahun 2001 yang
didapat dari BPSDA WS Ciliwung-Cisadane.

Kerangka Pendekatan
Model pada penelitian ini adalah model simulasi proses-proses hidrologi
yang terjadi di suatu DAS, dalam hal ini Sub DAS Ciliwung Hulu. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan neraca air untuk skala daerah aliran sungai
dengan lima tipe penggunaan lahan sebagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan aliran sungai (debit).

8

Pengolahan Data Dasar
Pengolahan data dasar diperlukan untuk menyesuaikan masukan model
dengan keluaran yang diinginkan. Pengolahan data dasar yang dilakukan adalah:
1. Luas penggunaan lahan dan luas tipe tanah
Luas penggunaan lahan didapatkan dengan menggunakan peta penggunaan
lahan Ciliwung-Cisadane yang ditumpang-tindih dengan peta tanah semi detil Sub
DAS Ciliwung Hulu skala 1:50.000. Dari hasil tumpang tindih ini didapatkan
penggunaan lahan pada masing-masing jenis tanah (kelompok besar tanah-great
groups).
2. Angka kurva
Angka kurva atau curve number adalah angka yang menyatakan potensi
kejadian runoff dari suatu lahan yang dipengaruhi oleh tipe penggunaan,
perlakuan tanah yang diberikan, kondisi hidrologis dan klasifikasi HSG.
Pembuatan Model
Pembuatan model pada penelitian ini mengacu kepada Grant et al. (1997):
Formulasi Model Konseptual
Tujuan dari tahap pertama analisis sistem ini adalah untuk membangun
suatu konseptual atau kualitatif model dari sistem yang akan dibuat. Mengacu
kepada tujuan pembuatan model, harus ditentukan komponen-komponen mana
yang ada dalam sistem di dunia nyata yang harus dimasukkan ke dalam sistem
yang akan dibuat dan bagaimana mereka harus berhubungan satu dengan yang
lainnya. Tahapan ini meliputi:
a. Penentuan tujuan model
b. Pembatasan model
c. Kategorisasi komponen-komponen dalam system
d. Identifikasi hubungan antar komponen
e. Menyatakan model konseptual
f. Menggambarkan pola yang diharapkan dari perilaku model

9

Spesifikasi Model Kuantitatif
Tujuan dari tahapan kedua dari sistem analisis adalah untuk membangun
suatu kuantitatif dari model yang diinginkan. Tahapan-tahapannya adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan struktur kuantitatif umum untuk model
b. Menentukan unit waktu dasar untuk simulasi
c. Mengindentifikasi bentuk-bentuk fungsional dari persamaan model
d. Menduga parameter dari persamaan-persamaan model
e. Memasukkan persamaan model ke dalam computer
f.

Menjalankan simulasi acuan

g. Menetapkan persamaan model
Evaluasi Model
Tujuan dari tahapan ketiga analsis sistem adalah untuk mengevaluasi
kesesuaian model dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi model dilakukan
dengan menggunakan validasi secara kualitatif dan kuantitatif.
Langkah-langkah dalam evaluasi model meliputi :
a. Evaluasi Kualitatif
-

Mengevaluasi kewajaran dan kelogisan model
Evaluasi kualitatif dilakukan dengan cara melihat kewajaran dan
kelogisan model yang dilakukan dengan membandingkan grafik curah
hujan harian yang terjadi di Sub DAS Ciliwung Hulu dengan grafik debit
harian rata-rata hasil simulasi. Karena debit harian rata-rata hasil simulasi
merupakan suatu keluaran dari input berupa curah hujan harian, maka
model yang dibuat dikatakan wajar dan logis apabila perilaku debit harian
rata-rata mirip dengan perilaku curah hujan harian. Perilaku umum curah
hujan harian yang terjadi di Sub DAS Ciliwung adalah cenderung tinggi
pada akhir dan awal tahun dan cenderung rendah pada pertengahan tahun.

-

Mengevaluasi hubungan antara perilaku model dengan perilaku model
yang diharapkan
Evaluasi hubungan ini dilakukan dengan membandingkan grafik
debit harian rata-rata hasil pengukuran di lapangan dengan grafik debit
harian rata-rata hasil simulasi. Karena model ini dibuat untuk mendekati

10

kejadian debit harian rata-rata sebenarnya di lapangan, maka diharapkan
perilaku debit harian rata-rata hasil simulasi mirip dengan perilaku debit
harian rata-rata hasil pengukuran.
b. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif untuk model pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan debit harian rata-rata hasil simulasi dengan debit harian ratarata hasil pengukuran secara statistik. Uji statistik yang digunakan untuk
evaluasi kuantitatif tersebut adalah uji t berpasangan (paired t-test)
Selang kepercayaan pada uji t berpasangan adalah sebagai berikut
⎛ s ⎞
⎛ s ⎞
d − t α / x ⎜ d ⎟ sampai d + t α / x ⎜ d ⎟
⎝ n⎠
⎝ n⎠
keterangan:
d

=

∑d
n

dengan d = x1-x2 dan x1 adalah hasil pengamatan dan x2

adalah hasil simulasi.

t α / 2 = nilai dari sebaran t dengan α 1-selang kepercayaan/100
sd

= simpangan baku dari ragam

n

= jumlah nilai yang berpasangan

Simpangan baku sebaran dihitung dengan persamaan berikut:
sd =

∑ (d − d )

2

(n − 1)

Perhitungan nilai statistik t dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut:

t=

d − μd
s
( d )
n

dengan μd adalah ragam hipotesis. Untuk menguji hasil simulasi dengan hasil
pengamatan digunakan ragam hipotesis = 0, artinya hasil simulasi dengan
hasil pengamatan memiliki ragam yang sama.
Dengan hipotesis uji :
Ho : μd = 0

11

H1 : : μd ≠ 0
Dengan kriteria uji :
- Terima Ho jika -tα/2 < t < tα/2, berarti hasil simulasi model sama dengan
hasil pengamatan lapangan secara statistik.
- Tolak Ho jika nilai t tidak berada pada selang t tersebut
Penggunaan Model

Tujuan dari tahapan akhir analisis sistem ini adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada awal pembuatan model. Tahapan ini
melibatkan skenario perubahan penggunaan lahan yang mungkin terjadi di
lapangan.
Penggunaan model dilakukan dengan menerapkan beberapa kemungkinan
skenario untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling optimal dalam
menekan fluktuasi debit, maka skenario yang digunakan adalah perubahan luas
penggunaan lahan. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
-

Skenario 1: merubah 3,50% perkebunan dan 16,00% pertanian dataran tinggi
menjadi hutan.

-

Skenario 2: merubah 16,00% perkebunan dan 3,50% pertanian dataran tinggi
menjadi hutan.

-

Skenario 3: merubah 12,34% pemukiman, 10,45% perkebunan,

32,31%

pertanian dataran tinggi dan 0,33% sawah menjadi hutan.
-

Skenario 4: merubah 12,34% pemukiman, 16,95% perkebunan, 32,31%
pertanian dataran tinggi dan 0,33% sawah menjadi hutan.
Pada periode 1999-2001, terjadi perubahan lahan perkebunan sebesar

3,49% dan pertanian dataran tinggi sebesar 15,96%. Pada periode yang sama
terlihat pula terjadi penyempitan luas hutan sebesar 16,62%.
Skenario 1 mencoba melihat pengaruh yang terjadi jika luas lahan
perkebunan dan pertanian dataran tersebut kembali dikurangi, untuk perkebunan
dikurangi 3,5% dan pertanian dataran tinggi sebesar 16%.
Skenario 2 sama-sama merubah lahan perkebunan dan pertanian dataran
tinggi menjadi hutan. Tetapi pada skenario ini besar perubahan lahan pada
perkebunan adalah sebesar 16% dan pertanian dataran tinggi sebesar 3,5%.

12

Skenario 3 mempunyai perubahan yang sama seperti pada skenario 1.
Hanya saja skenario ini mencoba melihat pengaruh tindakan konservasi pada
masing-masing lahan yang mempengaruhi nilai kurva pada masing-masing
penggunaan lahan. Pembuatan sumur resapan di daerah pemukiman memberikan
kesetaraan dengan perubahan 12,34% lahan pemukiman menjadi hutan. Tindakan
konservasi berupa pembuatan teras kesetaraan dengan perubahan 6,95% lahan
perkebunan menjadi hutan.
Pembuatan teras dan pemberian mulsa sisa hasil panen di lahan pertanian
memberikan kesetaraan dengan perubahan 16,31% lahan pertanian dataran tinggi
menjadi lahan hutan. Untuk lahan persawahan, memberikan mulsa hasil panen
sebagai perlakuan tambahan atas penanaman sejajar garis kontur dan berteras
setara dengan perubahan 0,33% sawah menjadi hutan.
Skenario 4 hampir sama dengan skenario 3. Perbedaan yang ada dengan
skenario 3 adalah pada lahan perkebunan yang diarahkan menjadi perkebunan
dengan jenis vegetasi berkayu seperti buah-buahan yang setara dengan perubahan
6,5% perkebunan menjadi hutan.
Tabel 1. Skenario luas penggunaan lahan yang digunakan pada tahap
penggunaan model (dalam persen)
Awal*
Pemukiman
Hutan
Perkebunan
Pertanian dataran tinggi
Sawah

14,54
19,37
25,10
38,27
2,72

Skenario 1
14,54
38,87
21,6
22,27
2,72

Skenario 2
14,54
38,87
9,1
34,77
2,72

Skenario 3
2,2
74,8
14,65
5,96
2,39

Skenario 4
2,2
81,3
8,15
5,96
2,39

Keterangan: *) Awal adalah kondisi penggunaan lahan pada tahun 2001 sebagai acuan

Besarnya fluktuasi debit aliran sungai yang terjadi dapat diketahui dengan
menggunakan koefisien rejim sungai (KRS). Koefisien rejim sungai merupakan
perbandingan antara debit harian rata-rata maksimum dan debit harian rata-rata
minimum. KRS biasa digunakan untuk mengevaluasi kondisi suatu DAS.
Semakin kecil koefisien ini berarti kondisi hidrologi dari suatu wilayah DAS
semakin baik (Asdak 1995).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kriteria penggunaan lahan yang
optimal dalam menekan fluktuasi debit dalam penelitian ini adalah tipe
penggunaan lahan yang mampu memberikan nilai KRS yang rendah. Kriteria lain

13

yang digunakan dalam penentuan lahan yang paling optimal adalah debit harian
rata-rata maksimum yang tidak melebihi batas debit normal di pintu bendungan
katulampa.
Kriteria debit harian rata-rata maksimum yang normal ditetapkan
berdasarkan batas debit harian rata-rata maksimum normal dari bendungan
katulampa, yaitu debit yang tidak melebihi 244 m3/detik. Debit yang melebihi
angka tersebut sudah termasuk kategori status siaga I yaitu debit yang berada
antara 244 m3/detik dan 411 m3/detik. Status siaga I mewajibkan penjaga
bendungan untuk memberikan laporan setiap 6 jam sekali pada Satgas
Penanggulangan Banjir di Jakarta. Pelaporan tersebut diperlukan karena debit
yang terjadi di bendungan sudah memiliki potensi untuk menimbulkan banjir di
Jakarta.

KEADAAN UMUM
Keadaan Geografis
Sub DAS Ciliwung Hulu terletak di ketinggian 1.530 mdpl, topografi
bergelombang dan berbukit, kelas lereng 2,7%-74,3% dengan panjang lereng 500700 m. Sub DAS Ciliwung Hulu terletak pada koordinat geografis 106°48’45”107°00’30” Bujur Timur serta 6°36’30”-6°46’30” Lintang Selatan di wilayah
administrasi pemerintahan Daerah Tingkat II Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu meliputi Kodya dan Kabupaten Bogor dan
mencakup beberapa kecamatan, yakni Kabupaten Bogor mencakup Kecamatan
Cisarua, Megamendung, Ciawi dan Kecamatan Sukaraja, dan Kodya Bogor yang
mencakup Kecamatan Kota Bogor Timur (BRLKT 2000).

Iklim
Sub DAS Ciliwung Hulu mempunyai Curah Hujan rata-rata sebesar 2929–
4956 mm/tahun. Perbedaan Bulan Basah dan Kering sangat mencolok yaitu 10,9
bulan basah per tahun dan hanya 0,6 bulan kering per tahun. Tipe iklim Sub DAS
Ciliwung Hulu menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) yang
didasarkan pada besarnya curah hujan, Bulan Basah (>200 mm) dan Bulan Kering
(90 dan agak tahan terhadap erosi serta sifat kimia tanah pada
dasarnya tergolong baik dengan pH tanah agak netral serta kandungan bahan
organik biasanya rendah dan sedang. Jenis tanah Rogosol dan Andosol umumnya
agak peka terhadap erosi, kedalaman efektifnya bervariasi, kandungan hara dan
bahan organik relatif tinggi (BRLKT 2000).

Kondisi Topografi
Berdasarkan bentuk topografinya, wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu
bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam, curam sampai dengan sangat
curam. Di wilayah ini, kemiringan lereng diatas 15% dan 40% sangat menyebar
luas dan mendominasi wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu. Keadaan tersebut
menyebabkan potensial erosi yang sangat besar, sehingga perlakuan yang
dilakukan di Sub DAS Ciliwung Hulu perlu memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi tanah, baik vegetatif maupun teknik sipil (BRLKT 2000).

Hidrologi dan Prasarana Perairan
Kondisi tata air di wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu dibentuk dari beberapa
aliran air dari berbagai hulu sungai yang mengalir melalui anak-anak sungai dan
selanjutnya bergabung ke dalam suatu tangkapan sungai utama, yaitu Sungai
Ciliwung. Sungai-sungai yang terdapat di Sub DAS Ciliwung Hulu umumnya
bukan merupakan sarana transportasi, namun lebih banyak dimanfaatkan untuk
sarana pengairan seperti untuk waduk dan bendungan (BRLKT 2000).
Nisbah limpasan permukaan yang teramati pada stasiun Katulampa rata-rata
terjadi jeluk limpasan Sungai Ciliwung di bagian hulu. Hal ini menunjukkan
adanya potensi terjadinya banjir kiriman ke bagian tengah dan hilir. Limpasan
permukaan di wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu teramati melalui stasiun

16

Katulampa adalah sebesar 519,29 m3/detik dengan nisbah limpasan sebesar
99,78% (BRLKT 2000).
Debit harian rata-rata yang terjadi di Sub DAS Ciliwung Hulu yang
teramati di Stasiun Katulampa yaitu debit tertinggi pada bulan Januari sebesar
21,0 m3/detik (untuk periode tahun 1977-1990) dan sebesar 16,8 m3/detik (untuk
periode tahun 1991-1996). Debit terendah tercatat sebesar 8,9m3/detik pada bulan
Juni untuk periode 1997-1990 dan sebesar 7,3 m3/detik untuk periode bulan Juli
dan September 1990-1996. Debit maksimum di stasiun Katulampa adalah sebesar
91,87 m3/detik dan debit minimum adalah sebesar 3,28 m3/detik (BRLKT 2000).

Penggunaan Lahan
Kawasan hutan di daerah Sub DAS Ciliwung Hulu sebagian besar
merupakan Hutan Lindung yang berstatus Hutan Negara. Kawasan hutan ini
didominasi oleh vegetasi hasil suksesi alami dan menurut data tahun 1986,
kerapatan vegetasi pada Hutan Lindung tersebut makin lama makin berkurang
(rata-rata sekitar 190 pohon/Ha). Pada wilayah Hutan Lindung, penyebaran
vegetasinya tidak merata, sehingga terdapat daerah gundul yang perlu segera
direhabilitasi. Sekitar 30% kawasan hutan di Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan
Hutan Produksi yang didominasi oleh jenis Pinus sp. yang banyak dimanfaatkan
masyarakat sekitar (BRLKT 2000).
Tabel 2 Perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Ciliwung Hulu Tahun 1999
dan 2001 (dalam Ha)
Pemukiman
Hutan
Perkebunan
Pertanian dataran tinggi
Sawah

1999*
507,75
5.385,00
3.235,05
3.338,25
2.497,75
14.963,80

2001**
2.175,82
2.898,45
3.756,64
5.727,00
405,88
14.963,80

Perubahan (%)
11,15
-16,62
3,49
15,96
-13,98

Sumber: *Kuswadi (2002) dan ** hasil interpretasi peta penggunaan lahan DAS Ciliwung Tahun
2001

Wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam kawasan Bopuncur
(Bogor-Puncak-Cianjur) yang pengelolaan ruangnya diatur oleh Keppres No.
75/1985 tentang penetapan Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Puncak. Dalam
keputusan Presiden tersebut jelas digariskan bahwa kawasan Bopuncur ditetapkan

17

fungsi utamanya sebagai kawasan konservasi air, tanah, udara, flora dan fauna.
Selain itu, kawasan ini juga memiliki fungsi budidaya untuk kegiatan pariwisata,
pertanian, perindustrian, pemukiman, pedesaan dan pemukiman perkotaan
(BRLKT 2000).

Kependudukan
Secara keseluruhan penduduk di Sub DAS Ciliwung Hulu adalah sebanyak
219.395 jiwa terdiri dari 110.688 jiwa laki-laki dan 108.702 jiwa perempuan
dengan jumlah keluarga sebanyak 48.159 kepala keluarga. Dengan kondisi jumlah
laki-laki dan perempuan seperti itu, maka sex rationya adalah 1,02. Jumlah
penduduk tidak produktif lebih kecil yaitu sebanyak 100.959 jiwa dari jumlah
penduduk yang produktif 118.431 jiwa, yang menunjukkan beban tanggungan
tenag