Studi perencanaan penggunaan lahan pertanian terpadu dan kaitannya dengan upaya pengelolaan daerah aliran sungai (studi kasus DAS Citarum Hulu, Jawa Barat)
*
STUD1 PERENCANAAN PENGCUNAAN LAHAN
PERTANIAN TERPADU DAN KAITANNYA
DENGAN UPAYA PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
( Studi Kasus DAS Citarum
Hulu Jawa Barat
DISERTASI
Oleh :
OTOWG SUHARA
FAKULTAS PASCA SARJAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1991
)
R I N G K A S A N
"OTONG SUHARA . S t u d i Perencan&n Penggunaan Lahan Yertani&n
Terpadu dan Kaitannya dengan Upaya Pengelo laan Daerah
Aliran Sungai, Studi Kasus DAS Citarum Hulu, Jawa Barat
(di bawah bimbingan H. ISHEMAT SOERIANEGARA sebagai Ketua,
H. ERIYATNO, NAIK SINUKABAN dan KOOSWARDHONO MUDIKDJO
sebagai anggota ) .
Kualitas suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat
dipengaruhi oleh cara-cara manusia memanfaatkan lahan DAS
itu yang selanjutnya akan menentukan DAS tetap produktif
secara lestari atau sebaliknya menjadi ruaak dan tidak
produktif lagi. Penelitian untuk merumuskan Model Pengelolaan DAS secara Terpadu ini telah dilakukan di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, Propinai Daerah Tingkat
I Jawa Barat, khususnya Sub
DAS Cikapundung dan Sub DAS
Citarik.
DAS diyakini sebagai suatu ekosistem yang kompleks
dan berkembang dengan perubahan waktu, oleh karena itu
pendekatan sistem dengan menggunakan model dan simulasi
merupakan alat analisis yang tepat. Dengan menggunakan
model dan simulasi, dapat dilakukan eksperimentasi tanpa
mengubah sistem yang ada sehingga dengan demikian berkemampuan sebagai alat perencanaan.
Tii.iuan
penel i t i a n
ini
aclalah
msnvusun
rnodei
dan
m e l a k u k a n e k s r t e r i m e n t a s i d e n g a n menqgunakan r n o d ~ l t . e r s e G u t
terhadap
alokasi
days d u k u n g
.
~umberdaya lahan.
el-asi.
keperidl~ciukan.
p e r i lalcu s e r t a e f i s i e n s i f a k r o r p r o i i u k s i
u n t u k m e n e i p t a l r a r i pols p e n g g u n a a n
l a h h n t.er-padu.
Fsda
a k h i r n y a ciapat d i r i ~ m u s k a n a u a c u upay& p e n g e i o i a a n i ~ & e r s h
kliran ~ungai.
Pada
penel it ihn
in1
telah
digunhkan
iima
submadel
a n a l i s i s y a n q d i e i n t e t i s m e n j a d i model p e r e n c a n a m pengel o l a a n Daer-ah A 1 i r a n S u n g a i . K e 1 ima submc.de 1 c ~ r - . ~ ~ G u t
y a i ~ usubmodel e r o s i .
submodel a l o k a s i sumberdaya l a h a t i .
s u b m o d e l d a y & dukung.
submodel p o p u l a s i
penduduk.
dan
submodel f u n g s i p r o d u k s i .
Submodel e r o s i d i g u n a k a n u n t u k m e m p r e d i k s l e r o s i p a d a
setiap
penggunaan
alternatif
dan
tindakan
pengelolaan
konservasi
yang
tanah.
o p t i ~ n a l . Submodel
daya
dukung
y a n g a d & . S~zbmodel p o p u l ~ s ip e n d u d u k
perkembangan
merancang
Submodel
u n t u k m e n g h i t u n g , d a y a dukung i n t e r n d a r i
meramalkan
dan
alokasi
uncuk m e n c a r i pola thnam l a h a n
s u m b e r d a y a l a h a n di-%nakan
percanian
iahan.
pendudulr
di
digunakan
lahan usahatani
dipunakatl untuk
mash mendatang.
3e-
d a n g k a n submodel f u n g s i p r o d u k s i d i g u n a k a n u n t u k n l e l i h a t
tingkat
yroduksi.
skala
usahatani
dan
K e t i g ~ submodel
efisiensi
yang
penggunaan
terakhir
fhktclr
diguliakan untuk
mengkaji k e b i j a k s a n a a n p e n g e l o l a a n Iiaerah A l i r a n Sungai.
Hasil simulasi denqan menggunakan model yang dirumuskan daiam penel it ian ini n~enun~jukkan
bahwa penggunaan
lahan dan pengelolaannya di DAS Cikapundung dan I!AS Cita'rik perlu ditata kembali karena merugikan baik secara
ekologis maupun secara ekonomis.
Berdasarkan hasil prediksi erosi. ternyata bahwa
semua .jenis pola tanam di perladangan menghaeilkan erosi
yang masih jauh berada di atas ambane; batas erosi dapat
ditoleransikan. Qenqan aemikian rnutlak periu
tindakan-
tindakan konservasi tanah. Teknik-teknik konservasi tanah
yang dapat diterapkan yaitu
:
penanaman se.la,iar kontur
denqan terhs g u l u d ~ nuntuk lahan berlerene 3% dan 8%.
penanaman se.ja.?ar kontur memakai strip rumput dengan teras
guludan untuk lahan berlereng 15%. penanaman seja.jar
kontur memakai mulsa dengan strip rumput dan teras guludan
atau pembuatan teras tradisional untuk lahan berlereng 25%
dan pembuatan teras bangku atau kebun rumput permanen
untuk lahan berlereng 45%.
Berdasarkafi hasil alokasi sumberdaya lahan, pola
tanam optimal di Sub DAS Cikapundung yaitu pola tanam
bawang merah-ubi kayu untuk lahan kering dan pola tanam
padi-padi-
tamat dan padi-tomat untuk lahan aawah. Sedang-
kan di Sub IjAS Citarik yaitu pola tanam tembakau+cabejagung untuk lahan kerinq dan pola tanam padi-tomat untuk
lahan sawah.
Penggunaan lahan pertanian terpadu yang dapat menghasilkan pendapatan maksimal dan bebas dari ancaman bahaya
erosi di Sub DAS Cikapundung yaitu dengan kodposisi penggunaan : sawah dengan pola tanam padi-padi-tomat 6.5%. sawah
dengan pola tanam padi-tomat 16.2X.
tanam padi-padi 15.2 Sd.
sawah dengan p ~ l a
kebun campuran 2 6 . 5 % .
ladang
dengan pola t a n m bawang merah-ubi kayu 25.2%. dan kebun
rumput permanen 4.6%. Sedangkan di Sub DAS Citarik komposisi penqgunaannya adalah : sawah denqhn pol& t m a m paditomat 17.6%'.
kebun
sawah dengan pol& tanam padi-padi 16.9%.
campuran
37.07:.
ladang
dengan
pola
tanam
tembakau+cabe-j6qung 20.8%. dan kebun rurnput 5.7%. dengan
harus melakuanakan tindakan-tindakan konservasi tanah
seperti di atas.
Tingkat kepadatan agraris dari penduduk di kedua Sub
DAS telah jauh melampaui batas daya dukung lahan. Dilihat
dari kemungkinan perkembangan penduduk dan tekanan penduduk terhadap lahan. sampai tahun 20il0 diperkirakan bahwa
pertanian tanaman pangan di Sub DAS Cikapundung hanya akan
m m p u mendukung 25.2% populasi penduduk. Sedangkan pertanian tanman pangan di Sub DAS Citarik masih mampu mendukung sekitar 64.6% populasi pellduduk. Dengan demikian
perlu ada upaya-upaya untuk meningkatkan daya dukung
wilayah.
Hasil analisis funwsi produksi menunjukkan bahwa
tingkat
usahatani sudah berada pada fase
kenaikan hasil
d e n e a n l a 3 u menurun ( d e c r e a s i n g r e r u r n co s c a l e
Di eamping i t u 1-asio a n t . a r a ljrc,dulr m a r g i n a l
b i a y a korbanan m a r g i n a l
t
1121
iPM)
Ruang Pori Total dan Permeabilitas)
Daerah Penelitian......................
Faktor Kedalaman Tanah dari Berbagai
Jenis Tanah ............................
Kedalaman Tanah Minimum yang Dapat
Diterima dan Nilai Faktor Penggunaan
Lahan Dari Berbagai Jenis Tanaman/
Penggunaan Lahan .......................
Nilai TSL Setiap Pola Tanam Pada Jenis
Tanah ..................................
Luas Setiap Jenis Tanah Pada Setiap
Lereng di Sub DAS Cikapundung dan Sub
DAS Citarik ............................
Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Nilai
Erodibilitas (Kl Contoh Tanah dari Sub
DAS Cikapundung dan Sub DAS Citarik ....
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung..........
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I..-......--.-.
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I1 .............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I11 ............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif IV .............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik ..............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif I.................-.
Matriks 1 - 0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif 11 ..................
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian 'Sub IjAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif I11 .................
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub IjAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif IV ..................
Input-Output Per Hektar Per Musim Tanam
Komoditi Lahan Kering di Sub DAS
Cikapundung............................
Input-Output Fer HeBtar Per Musim Tanam
Komoditi Lahan Kering di Sub IjAS Citarik
Input-Output Per Hektar Per Mueim T a n m
Komoditi Lahan Sawah di Sub DAS
Cikapundung dan Sub DAS Citarik ........
Contoh
Formulasi
Model
Linear
Programming Untuk Solusi Optimal .......
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Tomat ..........................
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Bawang Merah ...................
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Cabe ............................
Perhitungan
Produktivitas
Faktor
Produksi Dalam Usahatani Tomat .........
Perhitungan Tingkat Efisienei Usahatani
Tomat ..................................
Perhitungan
Froduktivitau
Faktor
Produksi Daiam U~ahataniEawang Merah..
Perhitungan Tir~gkat Efisiensi Usahatani
Bawah Merah ............................
39.
Perhitungan
Produktiviths
Faktor
Produksi Dalam [JaahataniCabe .........
277
40.
Perhitung~nTinffkatEfisiensi Usrhathni
Cabe ...................................
278
41.
Contoh Ferhitungan Nilai Fhktor C
.....
279
Di dalam
ekoistem daerah aliran sungai (DAS) ada
dua proses alami yang sangat penting
hubungan yang erat
kaan
dan
mempunyai
satu sama lainnya yaitu aliran
dan erosi. Erosi yang terjadi
dapat
permu-
menyebabkan
degradasi lahan yang akhirnya menyebabkan menurunnya
produktivitas lahan.
Sedangkan
dilain pihak erosi dapat
pula menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai, bendungan
dan danau dibagian hilirnya,
serta
badan-badan perairan stagnan.
Selain itu. aliran permu-
kaan yang terlalu besar
mengakibatkan
banjir
akan
eutrofikasi pada
terjadinya
yang dapat menyebabkan kerugian harta bahkan jiwa
manusia.
Erosi dan banjir tidak hanya menimbulkan dampak
negatif terhadap aspek fisik dan biologis sumberdaya alam
dan lingkungan, tetapi juga lebih
luas lagi akan menim-
bulkan dampak negatif terhadap aosial ekonomi masyarakat.
Erosi dan
banjir
dapat
menurunkan kualitas dan kuanti-
tas sumberdaya lahan dan air, sehingga produktivitas
sumberdaya
menjadi
semakin menurun. Akibat
lebih jauh, produksi pertanian,
perikanan, dan produksi-
produksi
tersebut
lainnya
yang
menggunakan
sumberdaya
air
(termasuk tenaga listrik) akan menurun.
Terjadinya
.nya dengan
erosi
dan
erat
kaitan-
air di bagian hulu, sehingga
mencegah/ mengurangi
lahan harus
untuk
diperbaiki
disertai dengan
tanah
melakukan
dan air aesuai dengan
kemampuan lahan yang bersangwtan.
Sampai saat ini belum banyak diketahui jenis
naan
dan
kon-
terjadinya erosi dan banjir, penggu-
uaaha-usaha konservasi
kelas
ban3 ir sangat
penggunaan lahan dan tindakan-tindakan
servasi tanah
naan
dan
penggu-
lahan yang selain dapat mengurangi terjadinya
banjir juga tetap mendukung kehidupan sosial
erosi
ekonomi
yang layak bagi masyarakat di daerah aliran sungai. Dengan
kata
perlu dicari suatu penggunaan
lain,
lahan
optimal
baik ditinjau dari segi hidrologi maupun dari segi
ekonomi .
\
DAS
Citarum dalam PELITA IV dikelompokkan
soaial
ke
dalam
salah satu DAS dari 22 DAS yang mendapat prioritas
pena-
nganan di Indonesia saat ini. Ditinjau dari segi fungsinya, DAS
Citarum
bangunan daerah
itu
Jawa
telah dibangun
Saguling,
tahun
mempunyai peranan penting
tiga
proyek
mempunyai
PLTA
proyek keempat yaitu PLTA
Dengan demikian jelas bahwa DAS Citarum
dapat dikatakan merupakan satu-satunya
yang
beaar yaitu
PLTA Juanda, dan dalam beberapa
akan dibangun
Radjamandala.
pem-
Barat. Hal ini disebabkan di DAS
PLTA Cirata,
lagi
bagi
DAS
di Pulau Jawa
potensi sangat besar. Keempat waduk PLTA
itu aangat vital
artinya bagi kesejahteraan penduduk
yaitu berupa sumber pembangkit tenaga
perikanan,
pertanian
pengembangan wisata
Dalam
kuantitas
(irigasi teknis)
serta
beberapa
listrik,
dan wilayah
kebtltuhan air rumah tangga.
tahun
terakhir
ini,
kualitas
sumberdaya hutan, tanah dan air di DAS
menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun.
kualitas
daerah
dan kuantitas sumberdaya alam ini
penyediaannya
bagi
berbagai
keperluan
dan
Citarum
Penurunan
mengakibatkan
menjadi
semakin
terbatas. Keterbataaan ini mendorong penggunaan sumberdaya
alam
secara
menimbulkan
tidak tepat dan
dampak
negatif
berlebihan,
terhadap
sehingga
&an
lingkungan hidup,
seperti terjadinya erosi, banjir dan kekurangan air. Hasil
penelitian
Fakultas
(1984) menunjukkan
Citarum
berat.
Hulu
60%
Pertanian
bahwa
Universitas
tingkat bahaya
tergolong dari
sedang
Padjadjaran
erosi
di
sampai
Hal ini sejalan pula dengan laporan Balai
sangat
Rehabi-
litasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah IV, yaitu
tingkat
bahaya
erosi di DAS Citarum Hulu
DAS
bahwa
57% tergolong
dari sedang sampai eangat berat.
Masih
tingginya tingkat erosi tersebut,
menunjukkan
bahwa kondisi hidroorologis DAS Citarum Hulu sudah menjadi
semakin
kritis. Kritisnya kondisi hidroorologis
DAS
ini
antara lain diaebabkan karena penggunaan lahan terutama di
bagian
hulu
(up-stream) yang masih
belum
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
memperhatikan
Di
yang
bagian
hulu DAS ini, pola dan
sistem
usahatani
dilakukan penduduk adalah pola usahatani yang
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, tanpa
timbangkan
tersebut
apakah
pola dan sistem usaha
yang
cukup menguntungkan ditinjau dari
hanya
memper-
dilakukan
eegi
ekonomi
dan dari aegi konservasi tanah dan air. Ak$bat dari sistem
dan
pola
tetap
usahatani semacam itu, di satu
berada dalam keadaan ekonomi
yang
sedangkan
di
vupakan
modal penting usahatani, makin
dukungnya
(Manan,
atas,
tidak
pihak lain sumberdaya tanah
pihak
penduduk
memprihatinkan,
dan
air
yang
berkurang
daya
1982). Aktivitas penduduk
hanya menimbulkan akibat negatif
seperti
di
di
bagian
hulu saja, misalnya erosi dan pemiskinan kesuburan
tanah,
juga menimbulkan akibat-akibat negatif di bagian hilir DAS
banjir dan pendangkalan sungai d m waduk
miaalnya
dengan
berbagai konsekuensinya.
Sehubungan dengan ha1 tersebut di atas, rnaka pengelolaan
DAS harus lebih ditekankan agar bagian hulu DAS
berfungsi sebagai sumber pendapatan dan sumber air,
ini
bukan
eebagai sumber sedimen.
Untuk
memecahkan
harus
mencari
penggunaan lahan optimal
permasalahan tersebut di atas,
yang
dapat
tentunya
membandingkan berbagai macam penggunaan
lahan
kita
dan
melakukan penelitian-penelitian yang seksama yang biasanya
akan menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh
karena
itu pendekatan yang tepat untuk melakukan
perban-
dingan-perbandingan
eistem,
teraebut adalah
pendekatan
analisis
karena dapat dilakukan dengan biaya yang
relatif
kecil d a l m waktu yang lebih singkat.
Dengan pendekatan analisis sistem ini dapat dilakukan
ekaperimentasi
akan
ter3adi
lahan
di
atau
simulasi untuk mengetahui
bila diadakan
suatu
yerubahan
daerah aliran
pola
sungai,
yang
apa
pengelolaan
sehingga
dengan
demikian dapat dibandingkan pola pengelolaan lahan di satu
daerah dengan daerah lainnya.
Permasalahan
dalam perencanaan dan
pengelolaan
DAS
eangatlah kompleks, karena menyangkut berbagai aspek
baik
fieik-biologi maupun eosial-ekonomi. Di samping itu,
juga
melibatkan berbagai pihak yang mempunyai tujuan dan kepentingan
berbeda. Untuk itu perlu
yang
dicarikan bentuk-
bentuk indikator yang mudah diukur yang dapat dipergunakan
aebagai
pedoman
oleh
semua
pihak,
pemerintah
dalam
menilai setiay
Dalam
ini,
erosi dipandang
hal
khususnya
program
dapat
dan
instansi
kegiatan.
dipakai
sebagai
i
indikator
dukung
fisik
lahan
biologi, sedangkan pendapatan
dipandang dapat dipakai
sebagai
dan
daya
indikator
sosial-ekonomi.
Dengan
adanya manusia yang
memanfaatkan
sumberdaya
alam daerah aliran sungai, maka sumberdaya di dalam
suatu
DAS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni sumberdaya manusia sebagai yengelola membentuk subsistem sosial
dan sumberdaya alsm membentuk subsistem biofisik.
Subsis-
tern sosial terdiri dari yrilaku manusia yang sangat
beragam,
karena dipengaruhi oleh sikap politik,
pertim-
bangan ekonomi. pandangcm sosial dan budaya. Sedangkan
subsistem biofisik
terdiri dari
nabati, hewani,. tanah,
air
dan iklim.
Perilaku manusia d a l w mengelola
daya
alam ini
baik
citra buruk maupun citra baik. Begitu banyak faktor
akan memberikan citra bagi ekosistem DAS,
dan komponen yang
terlibat
di
dalamnya,
pengelolaannya dituntut/diperlukan
berbagai
serta
sumber-
macam kegiatan
lembaga
yang
keterpaduan
melibatkan
baik horizontal
kelompok-kelompok
maka
dalam
antara
instansi
mauyun vertikal dan
sosi~rl masyarakat . Naaoet ion
( 1986)
mengemukakan, bahwa berdasarkan tipelogi wilayah, DAS
merupakan suatu wilayah perencanaan.
laskan pula, dalam
membuat
Selanjutnya
dije-
model pengelolaannya harus
diperhatikan aspek keterpaduan antara DAS bagian hulu
eebagai produeen sumberdaya air dengan DAS bagian
sebagai konsumen sumberdaya air dan
hilir
sumberdaya alam
lainnya.
Menurut
Mustari (1985) dengan adanya manusia
faatkan sumberdaya alam di DAS, maka di
DAS terdapat
interaksi
antara
dalam
meman-
ekosistem
subsistem biofisik
dan
subaistem sosial ekonomi. Interaksi kedua subsistem terse-
but sangat menentukan mutu lingkungan dari ekosistem
DAS,
baik di bagian hulu maupun di bagian hilir.
Dalam melakukan pengelolaan DAS, pengalaman menunjukkan bahwa pemanfaatan yang dilakukan umumnya hanya menitik
beratkan perhatian pada satu subsistem dengan mengabaikan
subsistem lainnya, sehingga akibatnya pemanfaatan tersebut
hanya
efektif
untuk subsistem itu, tetapi
untuk
jangka
panjang akan mengganggu kepentingan subsistem yang lainpemanfaatan semacam itu,
nya. Adanya
lolaan Daerah
na
Aliran
Sungai
belum
menyebabkan
berhasil
penge-
sebagaima-
yang diharapkan.
Pendekatan
yang
diharapkan dapat
memberikan
yang lebih memuaskan dalam pengelolaan DAS, adalah
katan
hasil
pende-
ekosistem total. Di dalam kerangka pendekatan
ekosistem
total
ini, dicoba
eistem biofisik
dan
nya
dari kedua
subsistem
(1)
daya dukung
lahan
dapat
Dengan
dapat
eub-
Optimal-
itu dicerminkan oleh adanya :
serta penggunaan lahan sesuai dengan
yang
meningkat
kebutuhan yang layak, (3) distribuei
yang baik,
dan (4) kualitas air yang tinggi.
demikian keseimbangan ekosistem DAS diharapkan
dipertahankan untuk menunjang prosea pembangunan
jangka panjang.
setiap
subsietem soeial ekonomi.
(2) pendapatan masyarakat
memenuhi
hasil air
mengoptimasi
lahan yang tinggi, yaitu produktivitas
yang maksimal
kemampuannya,
untuk
tindakan
Secara konkritnya
dalam rangka
dapat
dikatakan bahwa
pengelolaan
DAS,
harus
mempertimbangkan
kedua subsistem
tersebut di atae
sebagai kriteria yengambiian alternatif kelijaksanaan.
Menurut
Odum i1969, d&J.m Haeruman.
15821
segi yengembansan wilayah. suatu DAS
dari
menjadi
ditinjau
dapat
ditaqi
empat linglrungan yanq saling berkaitan, yaitu
:
( 1 ) lingkungan pemukirnan. 12) lingkungan perlindungan: 1 3 )
lingkungan
produksi
Lingkungan
bagi
produksi
dan
(
4f
merupakan
lingkungan yemukiman
lingkungan produksi
dan
ini
lingkungan serba
guna.
landasan
sumber
utama
industri
Pada unrumnya
merupakan sistem
produksi
yang menghaailkan bahan makanan. bahan baku
pertanian
industri dan
sebagainya.
silkan bahan
makanan.
Lingkungan perlindungan mengha-
bahan baku industri dan sebagai-
nya. Lingkungan perlindungan
menghasilkan perlindungan
bagi kelestarian fungsi lingkungan produksi dan lingkungan
pemukiman industri.
rikan
Lingkungan pemukiman industri membe-
kemunqkinan bagi
lingkungan
di sini
kelangsungan fungsi produksi
dan
pe~lindunean.Sedangkan lingkungan serba gun&
merupakan sistem
kompromi
vang
memungkinkan
kelangsungan fungsi lingkungan lainnya.
Kelangsunean
fungsi suatu lingkungan hanya
tercapai
apabila
lainnya
terjamin.
sumberday~ &lam
kelanqsungan
Qleh
karena
funqei
itu
lungk kin
lingkungan
dalam
yanq ada di Daerah Aliran
yanq
memanfaatkan
Sungai.
kita
perlu memwrhbtikan keemtat lingkunean yanq ~alingberkaitanlberinteraksi tersebut
(Odum.
1969
U r n
Haeruman.
1982,.
Menurut
tanah
knwar t1981)
kegiatan-kegiatan penggarapan
atau menebang pohon hutan di bagian hulu DAS
menimbulkan external social oust terhadap beberapa
hilir
DAS
seperti terjadinya endapan
di
dapat
bagian
waduk/bendung.
penyumbatan saluran irigasi dan mulut sungai serta merubah
fluktuasi tata air gang menimbulkan banjir dan kekeringan.
Untuk mengatasi masalah tersebut. dapat sa.ia dilakukan
penataan
kembali
penggunaan
lahan untuk
mencapai
tingkat day& dukung DAS Fang tinggi dengan jalan mengkonversi sebagian tanah-tanah yang telah digarap tadi menjadi
hutan
lindunq. Tetapi cara ini sangat sulit dilaksanakan
atau hampir tidak ada kemungkinan. terutama untuk
yang
padat
mana
disebabkan karena terbentur pada
lahan.
penduduknya seperti di DAS Citarum
luas lahan earapan yang
wilayah
ini.
Hal
status pemilikan
terlalu gempit.
dan
sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani.
Sehubungan dengan ha1 tersebut di atae. yang
masalah
dengan
yaitu
dengan luas hutan yang
ada
sekarang dan
laju kenaikan penduduk yang cukup tinggi. bagaima-
na caranya daya dukung DAS itu dapat
ditingkatkan dan
dipertahankan. Salafi satu upaya yang dapat.
ialah menata
penataan
menjadi
kembali penqqunaan
c i i lakukan
lahan
denpan
diaertai
pola usahatani dan memperbaiki
teknik
bercocok
tanam,
agar
usahatani yang dilakukan
bagian
hulu DAS betul-betul
oleh
penduduk
memperhatikan
kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air. Dengan demikian bagian hulu
dapat
di
DAS
berfungsi selain sebagai lingkungan produksi,
juga
sekaligus sebagai 1,ingkungan perlindungan.
Nampaknya dari uraian-uraian di atas, cara
lahan
di
yang
Gnting
diperhatikan dalam pengelolaan DAS, dan merupakan
tumpuan
berfikir
bagian hulu DAS merupakan
dalam
kunci
mengelola
pengkajiannya berdasarkan
sietem.
memecahkan permasalahan yang ada di DAS Citarum
dilakukan
Citarum
penelitian
Hulu,
pengelolaan
perencanaan model
yang diharapkan
dapat
Untuk
tersebut,
pengelolaan
menciptakan
DAS
model
DAS yang dapat memberikan daya Tiukung
tinggi
dengan resiko kerusakan lingkungan yang relatif kecil.
Usaha ini sejalan dengan upaya pemerintah (Departemen
Kehutanan)
Citarum
dalam
melestarikan DAS
Citarum,
Hulu mendapat prioritae pertama
dimana
untuk
DAS
ditangani
pengelolaannya, karena mempunyai tingkat kekritisan paling
tinggi
dan meru'iakan salah satu penyebab banjir rutin
di
daerah cekungan Bandung.
Untuk
dirumuskan
merupakan
sungai,
melakukan eksperimentasi atau simulasi,
model
gambaran
Dengan
berdasarkan
ekosistem
daerah
abstrak dari
model ini dapat
hasil
simulasi
ini
pengelolaan daerah aliran sungai.
aliran
keadaan
dilakukan
dapat
harus
sungai
daerah
aliran
simulasi
disusun
yang
dan
rencana
Di dalam upaya pengtlolaan DAS tersebut. maka penelitian
ini
dukung,
lebih
dan
ditekankan kepada
tingkat
pendapatan masyarakat. Tingkat
erosi,
erosi
daya
dapat
dipakai sebagai indikator kerusakan lingkungan (lingkungan
biofisik),
dipakai
sedangkan
sebagai
daya dukung
indikator
dan
yendapatan
sosial-ekonomi
dapat
(lingkungan
sosial-ekonorni 1.
Daerah aliran sungai yang dipilih pada penelitian ini
adalah
Daerah ~ l i r a nSungai (DAS) Citarum
Hulu
terutama
Sub bAS Citarik dan Sub DAS Cikapundung, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Sub Daerah Aliran Sungai
( Sub-DAS)
Cikapundung dan
Citarik merupakan suatu areal pertanian yang potensial
bagi Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bandung.
2-
Sub Daerah Aliran Sungai Citarik mempunyai urutan
tingkat
kekritisan tertinggi di DAS Citarum, sehingga
menempati tempat
pertama
dalam
prioritas penanga-
nannya .
3.
Sub Daerah ' ~ l i r a nSungai Cikapundung dan Citarik
merupakan daerah koneervasi (daerah resapan) air untuk
kebutuhan air bawah tanah daerah cekungan Bandung
(Direktorat Geologi. 1983).
4.
Sub Daerah Aliran Sungai Cikapundung telah berkembane
men jadi daerah pariwisata dan akan men jadi daerah
pengembangan Inti Bandung Raya. Sedangkan Sub DAS
Citarik telah berkembang menjadi kota pendidikan dan
daerah industri. Sebagai konsekueneinya kepadatan
penduduk dan areal pemukiman akan meningkat.
5,
Di Daerah Aliran Sungai ini ada proyek Nasional yaitu
PLTA Saguling yang perlu dijaga kelestariannya.
6. Kedua Sub DAS ini merupakan penyebab terjadinya
banjir rutin di cekungan Bandung, jadi mempunyai
peranan yang sangat besar dalam pengendalian banjir di
cekungan Bandung tersebut.
Tujuan pengembangan DAS ialah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan stabilitas lingkungan suatu
DAS secara berkesinambungan melalui tiga sasaran
wilayah
pokok
yaitu
(1) terciptanya distribusi
hasil
air yang
baik, (2) meningkatnya pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat
serta
dan pemerintah melalui
efektivitas
dan air,
peningkatan
produktivitas
pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah
dan (3) meningkatnya peran serta masyarakat
pemakai lahan sebagai gmbina sumberdaya alam.
Berdasarkan kepada tiga sasaran pokok tersebut, maka
penelitian
berikut :
yang
Jilakukan
mempunyai
tujuan
sebagai
1.
Merumuskan model perencanaan pengelolaan lahan yang
menguntungkan dilihat dari segi ekologi dan ekonomi.
Dalam perumusan model tersebut akan didapat salah satu
cara pengelolaan lahan terpilih yang menghaailkan
pendapatan maksimal dan erosi yang tidak berbahaya.
2.
Mempeladari aspek daya dukung wilayah, kependudukan
dan prilaku serta efisiensi beberapa faktor produksi
pertanian sebagai masukan dalam perencanaan model
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terpadu.
Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai masukan
bagi
para pengelola DAS lainnya terutama untuk
mempunyai kondisi yang Burang
IjAS
yang
lebih sama dengan DAS
Citarum Hulu, baik dalam pembuatan rencana induk
pengem-
bangan (RIP) maupun d a l m tahap operasionalnya (rehabilitasi
dan pembinaan).
Khususnya, sebagai masukan
bagi
perencanaan pembangunan Kabupaten Bandung bagian utara.
-
11, TINJAUAN WSTAKA
'A.
and Agricultural Organization (FA01 (1962,
Food
Sheng, 1968) mengemukakan bahwa daerah aliran sungai
adalah suatu kawasan yang mengalirkan air yang jatuh di
ke dalam
atasnya
lir
dari
suatu
aistem aliran sungai yang menga-
hulu menuju ke muara atau tempat-tempat terten-
tu atau untuk suatu pengukuran
awe.
dapat
kota atau stasiun pengukur
berupa
arus. Oleh
dapat
danau, kmpung,
karena
ditentukan
airnya.
Kawasan
itu batas
tersebut
elam
yang dikelola
langsung mupun
dari
DAS
aliran
kawaean
(topographic divide).
DAS dapat merupakan
ekosistem sumberdaya
suatu
dipisahkan dengan
sebagai
sebuah ekosis-
(1977) mengemukakan bahwa
tem sumberdaya.' Soerianegara
ekosistem
ekosistem
berdassrkan prilaku
lainnya oleh pemisah topografi
Suatu
Tempat tertentu ini
adalah kwnpulan
ekosistem-
manusia, yang hasilnya baik
tidak langsung
bermanfaat bagi manusia.
Dengan demikian,
menurut peranannya
ada dua komponen di
dalam ekosistem
sumberdaya, yakni sumberdaya manusia
sebagai pengelola membentuk subaistem sosial dan sumberdaya alam membentuk subsietem biofisik.
.
Menurut
terdiri ataa
dan
~ u d h i y o n o (1982). subsistem
hewan.
nabati,
Jasad
biofisik
renik, lahan.
air
iklim; sedangkan eubeistem sosial budaya hanya ter-
diri dari manusia yang
dalam
rangka
perilaku tersendiri
mencapai tujuan hidupnya, Perilaku manusia
ini sangat beragam
politik,
mempunyai
karena dipengaruhi
pertimbangan
oleh
ekonomis, perilaku soeial dan
pandangan budaya. Pada umumnya, perilaku manusia
mengelo la sumberdaya
sikap
alm
akan
dalam
member ikan citra bagi
ekosistem DAS, baik citra buruk artinya penurunan kualitas
dan kuantitae ~umberdaya misalnya banjir.
erosi
dan poluei: ataupun citra baik
kekeringan,
artinya
sistern
dalam keadaan optimum dan lestari.
Soerdono
(1978) mengatakan bahwa GAS
suatu ekoeistem
merupakan
terdiri dari berbagai komponen
y&ng
dan
unsur, dimana unsur-unsur utanranya adalah vegetaai, tanah,
air
dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di
daerah
oleh
tersebut. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan
Budhiyono 'dan Mudiyarso (1980). mereka menyatakan
bahwa DAS
terdadi
merupakan suatu
interakei
faktor faktor
ekosistem
antara faktor
abiotik
yang didalamnya
biotik (veget~si)dan
(tanah dan iklim).
a. V e g e t a s i
Vegetaei
merupakan
salah satu komponen
biotik
dalam ekosistem daerah aliran sungai yang berfungei pelindung bumi terhadap
dan
hempasan
air hujan, hembuean angin
teriknya sinar matahari. Selain itu, vegetaei juga
berfungsi
menahan untuk
kelembaban
gai
dan
tempat
Fungsi
auhu udara
dari
ragam
di daerah
kebutuhan
Soemarwoto
aliran
kebunan. sawah,
dikatakan
niche
jasad-jasad hidup.
vegetasi adalah
aebagai
bagi kehidupan
buah, kayu, akar, daun, getah
Menurut
titik air, pengatur
di sekitarnya dan juga seba-
berlindungnya atau
lain
berbagai
sementara
manusia berupa
dan sebagainya.
(1974) yang termasuk
sungai meliputi hutan,
ladang
penghasil
vegetasi
tanaman
dan pekarangan atau
perdapat
eemua tetumbuhan dan tanaman yang hidup di
daerah tersebut.
Di
daerah
'
aliran sungai fungsi
utama
dari
taei adalah mengatur tata air dan melindungi tanah.
lindungan ini berlangsung dengan care
tanah
terhadap daya
jatuh, (ii)
aliran air di
Per-
: (i) melindungi
perusak butir-butir hujan yang
melindungi tanah
atas
vege-
terhadap
permukaan tanah
baiki kapasitas infiltrasi tanah
daya perusak
dan (iii) memper-
dan daya absorpsi air.
Ditinjau
dari segi hidrologia, hutan merupakan
bentuk veeetasi
suatu
yang memegang peranan penting dalam
daerah aliran sungai. Hal ini disebabkan karena
hutan dapat memperbaiki/mempertahankan
kuantitas air
kualitas maupun
sungai (Soerjono, 1978).
Hasil penelitian Paembonan (1982) di DAS Sa'dang
Sulawesi Selatan menunj
STUD1 PERENCANAAN PENGCUNAAN LAHAN
PERTANIAN TERPADU DAN KAITANNYA
DENGAN UPAYA PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
( Studi Kasus DAS Citarum
Hulu Jawa Barat
DISERTASI
Oleh :
OTOWG SUHARA
FAKULTAS PASCA SARJAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1991
)
R I N G K A S A N
"OTONG SUHARA . S t u d i Perencan&n Penggunaan Lahan Yertani&n
Terpadu dan Kaitannya dengan Upaya Pengelo laan Daerah
Aliran Sungai, Studi Kasus DAS Citarum Hulu, Jawa Barat
(di bawah bimbingan H. ISHEMAT SOERIANEGARA sebagai Ketua,
H. ERIYATNO, NAIK SINUKABAN dan KOOSWARDHONO MUDIKDJO
sebagai anggota ) .
Kualitas suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat
dipengaruhi oleh cara-cara manusia memanfaatkan lahan DAS
itu yang selanjutnya akan menentukan DAS tetap produktif
secara lestari atau sebaliknya menjadi ruaak dan tidak
produktif lagi. Penelitian untuk merumuskan Model Pengelolaan DAS secara Terpadu ini telah dilakukan di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu, Propinai Daerah Tingkat
I Jawa Barat, khususnya Sub
DAS Cikapundung dan Sub DAS
Citarik.
DAS diyakini sebagai suatu ekosistem yang kompleks
dan berkembang dengan perubahan waktu, oleh karena itu
pendekatan sistem dengan menggunakan model dan simulasi
merupakan alat analisis yang tepat. Dengan menggunakan
model dan simulasi, dapat dilakukan eksperimentasi tanpa
mengubah sistem yang ada sehingga dengan demikian berkemampuan sebagai alat perencanaan.
Tii.iuan
penel i t i a n
ini
aclalah
msnvusun
rnodei
dan
m e l a k u k a n e k s r t e r i m e n t a s i d e n g a n menqgunakan r n o d ~ l t . e r s e G u t
terhadap
alokasi
days d u k u n g
.
~umberdaya lahan.
el-asi.
keperidl~ciukan.
p e r i lalcu s e r t a e f i s i e n s i f a k r o r p r o i i u k s i
u n t u k m e n e i p t a l r a r i pols p e n g g u n a a n
l a h h n t.er-padu.
Fsda
a k h i r n y a ciapat d i r i ~ m u s k a n a u a c u upay& p e n g e i o i a a n i ~ & e r s h
kliran ~ungai.
Pada
penel it ihn
in1
telah
digunhkan
iima
submadel
a n a l i s i s y a n q d i e i n t e t i s m e n j a d i model p e r e n c a n a m pengel o l a a n Daer-ah A 1 i r a n S u n g a i . K e 1 ima submc.de 1 c ~ r - . ~ ~ G u t
y a i ~ usubmodel e r o s i .
submodel a l o k a s i sumberdaya l a h a t i .
s u b m o d e l d a y & dukung.
submodel p o p u l a s i
penduduk.
dan
submodel f u n g s i p r o d u k s i .
Submodel e r o s i d i g u n a k a n u n t u k m e m p r e d i k s l e r o s i p a d a
setiap
penggunaan
alternatif
dan
tindakan
pengelolaan
konservasi
yang
tanah.
o p t i ~ n a l . Submodel
daya
dukung
y a n g a d & . S~zbmodel p o p u l ~ s ip e n d u d u k
perkembangan
merancang
Submodel
u n t u k m e n g h i t u n g , d a y a dukung i n t e r n d a r i
meramalkan
dan
alokasi
uncuk m e n c a r i pola thnam l a h a n
s u m b e r d a y a l a h a n di-%nakan
percanian
iahan.
pendudulr
di
digunakan
lahan usahatani
dipunakatl untuk
mash mendatang.
3e-
d a n g k a n submodel f u n g s i p r o d u k s i d i g u n a k a n u n t u k n l e l i h a t
tingkat
yroduksi.
skala
usahatani
dan
K e t i g ~ submodel
efisiensi
yang
penggunaan
terakhir
fhktclr
diguliakan untuk
mengkaji k e b i j a k s a n a a n p e n g e l o l a a n Iiaerah A l i r a n Sungai.
Hasil simulasi denqan menggunakan model yang dirumuskan daiam penel it ian ini n~enun~jukkan
bahwa penggunaan
lahan dan pengelolaannya di DAS Cikapundung dan I!AS Cita'rik perlu ditata kembali karena merugikan baik secara
ekologis maupun secara ekonomis.
Berdasarkan hasil prediksi erosi. ternyata bahwa
semua .jenis pola tanam di perladangan menghaeilkan erosi
yang masih jauh berada di atas ambane; batas erosi dapat
ditoleransikan. Qenqan aemikian rnutlak periu
tindakan-
tindakan konservasi tanah. Teknik-teknik konservasi tanah
yang dapat diterapkan yaitu
:
penanaman se.la,iar kontur
denqan terhs g u l u d ~ nuntuk lahan berlerene 3% dan 8%.
penanaman se.ja.?ar kontur memakai strip rumput dengan teras
guludan untuk lahan berlereng 15%. penanaman seja.jar
kontur memakai mulsa dengan strip rumput dan teras guludan
atau pembuatan teras tradisional untuk lahan berlereng 25%
dan pembuatan teras bangku atau kebun rumput permanen
untuk lahan berlereng 45%.
Berdasarkafi hasil alokasi sumberdaya lahan, pola
tanam optimal di Sub DAS Cikapundung yaitu pola tanam
bawang merah-ubi kayu untuk lahan kering dan pola tanam
padi-padi-
tamat dan padi-tomat untuk lahan aawah. Sedang-
kan di Sub IjAS Citarik yaitu pola tanam tembakau+cabejagung untuk lahan kerinq dan pola tanam padi-tomat untuk
lahan sawah.
Penggunaan lahan pertanian terpadu yang dapat menghasilkan pendapatan maksimal dan bebas dari ancaman bahaya
erosi di Sub DAS Cikapundung yaitu dengan kodposisi penggunaan : sawah dengan pola tanam padi-padi-tomat 6.5%. sawah
dengan pola tanam padi-tomat 16.2X.
tanam padi-padi 15.2 Sd.
sawah dengan p ~ l a
kebun campuran 2 6 . 5 % .
ladang
dengan pola t a n m bawang merah-ubi kayu 25.2%. dan kebun
rumput permanen 4.6%. Sedangkan di Sub DAS Citarik komposisi penqgunaannya adalah : sawah denqhn pol& t m a m paditomat 17.6%'.
kebun
sawah dengan pol& tanam padi-padi 16.9%.
campuran
37.07:.
ladang
dengan
pola
tanam
tembakau+cabe-j6qung 20.8%. dan kebun rurnput 5.7%. dengan
harus melakuanakan tindakan-tindakan konservasi tanah
seperti di atas.
Tingkat kepadatan agraris dari penduduk di kedua Sub
DAS telah jauh melampaui batas daya dukung lahan. Dilihat
dari kemungkinan perkembangan penduduk dan tekanan penduduk terhadap lahan. sampai tahun 20il0 diperkirakan bahwa
pertanian tanaman pangan di Sub DAS Cikapundung hanya akan
m m p u mendukung 25.2% populasi penduduk. Sedangkan pertanian tanman pangan di Sub DAS Citarik masih mampu mendukung sekitar 64.6% populasi pellduduk. Dengan demikian
perlu ada upaya-upaya untuk meningkatkan daya dukung
wilayah.
Hasil analisis funwsi produksi menunjukkan bahwa
tingkat
usahatani sudah berada pada fase
kenaikan hasil
d e n e a n l a 3 u menurun ( d e c r e a s i n g r e r u r n co s c a l e
Di eamping i t u 1-asio a n t . a r a ljrc,dulr m a r g i n a l
b i a y a korbanan m a r g i n a l
t
1121
iPM)
Ruang Pori Total dan Permeabilitas)
Daerah Penelitian......................
Faktor Kedalaman Tanah dari Berbagai
Jenis Tanah ............................
Kedalaman Tanah Minimum yang Dapat
Diterima dan Nilai Faktor Penggunaan
Lahan Dari Berbagai Jenis Tanaman/
Penggunaan Lahan .......................
Nilai TSL Setiap Pola Tanam Pada Jenis
Tanah ..................................
Luas Setiap Jenis Tanah Pada Setiap
Lereng di Sub DAS Cikapundung dan Sub
DAS Citarik ............................
Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Nilai
Erodibilitas (Kl Contoh Tanah dari Sub
DAS Cikapundung dan Sub DAS Citarik ....
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung..........
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I..-......--.-.
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I1 .............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif I11 ............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Cikapundung Analisa
Post Optimal Alternatif IV .............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik ..............
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif I.................-.
Matriks 1 - 0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub DAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif 11 ..................
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian 'Sub IjAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif I11 .................
Matriks 1-0 Model Pola Tanam Lahan
Pertanian Sub IjAS Citarik Analisa Post
Optimal Alternatif IV ..................
Input-Output Per Hektar Per Musim Tanam
Komoditi Lahan Kering di Sub DAS
Cikapundung............................
Input-Output Fer HeBtar Per Musim Tanam
Komoditi Lahan Kering di Sub IjAS Citarik
Input-Output Per Hektar Per Mueim T a n m
Komoditi Lahan Sawah di Sub DAS
Cikapundung dan Sub DAS Citarik ........
Contoh
Formulasi
Model
Linear
Programming Untuk Solusi Optimal .......
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Tomat ..........................
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Bawang Merah ...................
Hasil Analisis Fungsi Produksi CobbDouglas Cabe ............................
Perhitungan
Produktivitas
Faktor
Produksi Dalam Usahatani Tomat .........
Perhitungan Tingkat Efisienei Usahatani
Tomat ..................................
Perhitungan
Froduktivitau
Faktor
Produksi Daiam U~ahataniEawang Merah..
Perhitungan Tir~gkat Efisiensi Usahatani
Bawah Merah ............................
39.
Perhitungan
Produktiviths
Faktor
Produksi Dalam [JaahataniCabe .........
277
40.
Perhitung~nTinffkatEfisiensi Usrhathni
Cabe ...................................
278
41.
Contoh Ferhitungan Nilai Fhktor C
.....
279
Di dalam
ekoistem daerah aliran sungai (DAS) ada
dua proses alami yang sangat penting
hubungan yang erat
kaan
dan
mempunyai
satu sama lainnya yaitu aliran
dan erosi. Erosi yang terjadi
dapat
permu-
menyebabkan
degradasi lahan yang akhirnya menyebabkan menurunnya
produktivitas lahan.
Sedangkan
dilain pihak erosi dapat
pula menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai, bendungan
dan danau dibagian hilirnya,
serta
badan-badan perairan stagnan.
Selain itu. aliran permu-
kaan yang terlalu besar
mengakibatkan
banjir
akan
eutrofikasi pada
terjadinya
yang dapat menyebabkan kerugian harta bahkan jiwa
manusia.
Erosi dan banjir tidak hanya menimbulkan dampak
negatif terhadap aspek fisik dan biologis sumberdaya alam
dan lingkungan, tetapi juga lebih
luas lagi akan menim-
bulkan dampak negatif terhadap aosial ekonomi masyarakat.
Erosi dan
banjir
dapat
menurunkan kualitas dan kuanti-
tas sumberdaya lahan dan air, sehingga produktivitas
sumberdaya
menjadi
semakin menurun. Akibat
lebih jauh, produksi pertanian,
perikanan, dan produksi-
produksi
tersebut
lainnya
yang
menggunakan
sumberdaya
air
(termasuk tenaga listrik) akan menurun.
Terjadinya
.nya dengan
erosi
dan
erat
kaitan-
air di bagian hulu, sehingga
mencegah/ mengurangi
lahan harus
untuk
diperbaiki
disertai dengan
tanah
melakukan
dan air aesuai dengan
kemampuan lahan yang bersangwtan.
Sampai saat ini belum banyak diketahui jenis
naan
dan
kon-
terjadinya erosi dan banjir, penggu-
uaaha-usaha konservasi
kelas
ban3 ir sangat
penggunaan lahan dan tindakan-tindakan
servasi tanah
naan
dan
penggu-
lahan yang selain dapat mengurangi terjadinya
banjir juga tetap mendukung kehidupan sosial
erosi
ekonomi
yang layak bagi masyarakat di daerah aliran sungai. Dengan
kata
perlu dicari suatu penggunaan
lain,
lahan
optimal
baik ditinjau dari segi hidrologi maupun dari segi
ekonomi .
\
DAS
Citarum dalam PELITA IV dikelompokkan
soaial
ke
dalam
salah satu DAS dari 22 DAS yang mendapat prioritas
pena-
nganan di Indonesia saat ini. Ditinjau dari segi fungsinya, DAS
Citarum
bangunan daerah
itu
Jawa
telah dibangun
Saguling,
tahun
mempunyai peranan penting
tiga
proyek
mempunyai
PLTA
proyek keempat yaitu PLTA
Dengan demikian jelas bahwa DAS Citarum
dapat dikatakan merupakan satu-satunya
yang
beaar yaitu
PLTA Juanda, dan dalam beberapa
akan dibangun
Radjamandala.
pem-
Barat. Hal ini disebabkan di DAS
PLTA Cirata,
lagi
bagi
DAS
di Pulau Jawa
potensi sangat besar. Keempat waduk PLTA
itu aangat vital
artinya bagi kesejahteraan penduduk
yaitu berupa sumber pembangkit tenaga
perikanan,
pertanian
pengembangan wisata
Dalam
kuantitas
(irigasi teknis)
serta
beberapa
listrik,
dan wilayah
kebtltuhan air rumah tangga.
tahun
terakhir
ini,
kualitas
sumberdaya hutan, tanah dan air di DAS
menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun.
kualitas
daerah
dan kuantitas sumberdaya alam ini
penyediaannya
bagi
berbagai
keperluan
dan
Citarum
Penurunan
mengakibatkan
menjadi
semakin
terbatas. Keterbataaan ini mendorong penggunaan sumberdaya
alam
secara
menimbulkan
tidak tepat dan
dampak
negatif
berlebihan,
terhadap
sehingga
&an
lingkungan hidup,
seperti terjadinya erosi, banjir dan kekurangan air. Hasil
penelitian
Fakultas
(1984) menunjukkan
Citarum
berat.
Hulu
60%
Pertanian
bahwa
Universitas
tingkat bahaya
tergolong dari
sedang
Padjadjaran
erosi
di
sampai
Hal ini sejalan pula dengan laporan Balai
sangat
Rehabi-
litasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah IV, yaitu
tingkat
bahaya
erosi di DAS Citarum Hulu
DAS
bahwa
57% tergolong
dari sedang sampai eangat berat.
Masih
tingginya tingkat erosi tersebut,
menunjukkan
bahwa kondisi hidroorologis DAS Citarum Hulu sudah menjadi
semakin
kritis. Kritisnya kondisi hidroorologis
DAS
ini
antara lain diaebabkan karena penggunaan lahan terutama di
bagian
hulu
(up-stream) yang masih
belum
kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
memperhatikan
Di
yang
bagian
hulu DAS ini, pola dan
sistem
usahatani
dilakukan penduduk adalah pola usahatani yang
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, tanpa
timbangkan
tersebut
apakah
pola dan sistem usaha
yang
cukup menguntungkan ditinjau dari
hanya
memper-
dilakukan
eegi
ekonomi
dan dari aegi konservasi tanah dan air. Ak$bat dari sistem
dan
pola
tetap
usahatani semacam itu, di satu
berada dalam keadaan ekonomi
yang
sedangkan
di
vupakan
modal penting usahatani, makin
dukungnya
(Manan,
atas,
tidak
pihak lain sumberdaya tanah
pihak
penduduk
memprihatinkan,
dan
air
yang
berkurang
daya
1982). Aktivitas penduduk
hanya menimbulkan akibat negatif
seperti
di
di
bagian
hulu saja, misalnya erosi dan pemiskinan kesuburan
tanah,
juga menimbulkan akibat-akibat negatif di bagian hilir DAS
banjir dan pendangkalan sungai d m waduk
miaalnya
dengan
berbagai konsekuensinya.
Sehubungan dengan ha1 tersebut di atas, rnaka pengelolaan
DAS harus lebih ditekankan agar bagian hulu DAS
berfungsi sebagai sumber pendapatan dan sumber air,
ini
bukan
eebagai sumber sedimen.
Untuk
memecahkan
harus
mencari
penggunaan lahan optimal
permasalahan tersebut di atas,
yang
dapat
tentunya
membandingkan berbagai macam penggunaan
lahan
kita
dan
melakukan penelitian-penelitian yang seksama yang biasanya
akan menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh
karena
itu pendekatan yang tepat untuk melakukan
perban-
dingan-perbandingan
eistem,
teraebut adalah
pendekatan
analisis
karena dapat dilakukan dengan biaya yang
relatif
kecil d a l m waktu yang lebih singkat.
Dengan pendekatan analisis sistem ini dapat dilakukan
ekaperimentasi
akan
ter3adi
lahan
di
atau
simulasi untuk mengetahui
bila diadakan
suatu
yerubahan
daerah aliran
pola
sungai,
yang
apa
pengelolaan
sehingga
dengan
demikian dapat dibandingkan pola pengelolaan lahan di satu
daerah dengan daerah lainnya.
Permasalahan
dalam perencanaan dan
pengelolaan
DAS
eangatlah kompleks, karena menyangkut berbagai aspek
baik
fieik-biologi maupun eosial-ekonomi. Di samping itu,
juga
melibatkan berbagai pihak yang mempunyai tujuan dan kepentingan
berbeda. Untuk itu perlu
yang
dicarikan bentuk-
bentuk indikator yang mudah diukur yang dapat dipergunakan
aebagai
pedoman
oleh
semua
pihak,
pemerintah
dalam
menilai setiay
Dalam
ini,
erosi dipandang
hal
khususnya
program
dapat
dan
instansi
kegiatan.
dipakai
sebagai
i
indikator
dukung
fisik
lahan
biologi, sedangkan pendapatan
dipandang dapat dipakai
sebagai
dan
daya
indikator
sosial-ekonomi.
Dengan
adanya manusia yang
memanfaatkan
sumberdaya
alam daerah aliran sungai, maka sumberdaya di dalam
suatu
DAS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni sumberdaya manusia sebagai yengelola membentuk subsistem sosial
dan sumberdaya alsm membentuk subsistem biofisik.
Subsis-
tern sosial terdiri dari yrilaku manusia yang sangat
beragam,
karena dipengaruhi oleh sikap politik,
pertim-
bangan ekonomi. pandangcm sosial dan budaya. Sedangkan
subsistem biofisik
terdiri dari
nabati, hewani,. tanah,
air
dan iklim.
Perilaku manusia d a l w mengelola
daya
alam ini
baik
citra buruk maupun citra baik. Begitu banyak faktor
akan memberikan citra bagi ekosistem DAS,
dan komponen yang
terlibat
di
dalamnya,
pengelolaannya dituntut/diperlukan
berbagai
serta
sumber-
macam kegiatan
lembaga
yang
keterpaduan
melibatkan
baik horizontal
kelompok-kelompok
maka
dalam
antara
instansi
mauyun vertikal dan
sosi~rl masyarakat . Naaoet ion
( 1986)
mengemukakan, bahwa berdasarkan tipelogi wilayah, DAS
merupakan suatu wilayah perencanaan.
laskan pula, dalam
membuat
Selanjutnya
dije-
model pengelolaannya harus
diperhatikan aspek keterpaduan antara DAS bagian hulu
eebagai produeen sumberdaya air dengan DAS bagian
sebagai konsumen sumberdaya air dan
hilir
sumberdaya alam
lainnya.
Menurut
Mustari (1985) dengan adanya manusia
faatkan sumberdaya alam di DAS, maka di
DAS terdapat
interaksi
antara
dalam
meman-
ekosistem
subsistem biofisik
dan
subaistem sosial ekonomi. Interaksi kedua subsistem terse-
but sangat menentukan mutu lingkungan dari ekosistem
DAS,
baik di bagian hulu maupun di bagian hilir.
Dalam melakukan pengelolaan DAS, pengalaman menunjukkan bahwa pemanfaatan yang dilakukan umumnya hanya menitik
beratkan perhatian pada satu subsistem dengan mengabaikan
subsistem lainnya, sehingga akibatnya pemanfaatan tersebut
hanya
efektif
untuk subsistem itu, tetapi
untuk
jangka
panjang akan mengganggu kepentingan subsistem yang lainpemanfaatan semacam itu,
nya. Adanya
lolaan Daerah
na
Aliran
Sungai
belum
menyebabkan
berhasil
penge-
sebagaima-
yang diharapkan.
Pendekatan
yang
diharapkan dapat
memberikan
yang lebih memuaskan dalam pengelolaan DAS, adalah
katan
hasil
pende-
ekosistem total. Di dalam kerangka pendekatan
ekosistem
total
ini, dicoba
eistem biofisik
dan
nya
dari kedua
subsistem
(1)
daya dukung
lahan
dapat
Dengan
dapat
eub-
Optimal-
itu dicerminkan oleh adanya :
serta penggunaan lahan sesuai dengan
yang
meningkat
kebutuhan yang layak, (3) distribuei
yang baik,
dan (4) kualitas air yang tinggi.
demikian keseimbangan ekosistem DAS diharapkan
dipertahankan untuk menunjang prosea pembangunan
jangka panjang.
setiap
subsietem soeial ekonomi.
(2) pendapatan masyarakat
memenuhi
hasil air
mengoptimasi
lahan yang tinggi, yaitu produktivitas
yang maksimal
kemampuannya,
untuk
tindakan
Secara konkritnya
dalam rangka
dapat
dikatakan bahwa
pengelolaan
DAS,
harus
mempertimbangkan
kedua subsistem
tersebut di atae
sebagai kriteria yengambiian alternatif kelijaksanaan.
Menurut
Odum i1969, d&J.m Haeruman.
15821
segi yengembansan wilayah. suatu DAS
dari
menjadi
ditinjau
dapat
ditaqi
empat linglrungan yanq saling berkaitan, yaitu
:
( 1 ) lingkungan pemukirnan. 12) lingkungan perlindungan: 1 3 )
lingkungan
produksi
Lingkungan
bagi
produksi
dan
(
4f
merupakan
lingkungan yemukiman
lingkungan produksi
dan
ini
lingkungan serba
guna.
landasan
sumber
utama
industri
Pada unrumnya
merupakan sistem
produksi
yang menghaailkan bahan makanan. bahan baku
pertanian
industri dan
sebagainya.
silkan bahan
makanan.
Lingkungan perlindungan mengha-
bahan baku industri dan sebagai-
nya. Lingkungan perlindungan
menghasilkan perlindungan
bagi kelestarian fungsi lingkungan produksi dan lingkungan
pemukiman industri.
rikan
Lingkungan pemukiman industri membe-
kemunqkinan bagi
lingkungan
di sini
kelangsungan fungsi produksi
dan
pe~lindunean.Sedangkan lingkungan serba gun&
merupakan sistem
kompromi
vang
memungkinkan
kelangsungan fungsi lingkungan lainnya.
Kelangsunean
fungsi suatu lingkungan hanya
tercapai
apabila
lainnya
terjamin.
sumberday~ &lam
kelanqsungan
Qleh
karena
funqei
itu
lungk kin
lingkungan
dalam
yanq ada di Daerah Aliran
yanq
memanfaatkan
Sungai.
kita
perlu memwrhbtikan keemtat lingkunean yanq ~alingberkaitanlberinteraksi tersebut
(Odum.
1969
U r n
Haeruman.
1982,.
Menurut
tanah
knwar t1981)
kegiatan-kegiatan penggarapan
atau menebang pohon hutan di bagian hulu DAS
menimbulkan external social oust terhadap beberapa
hilir
DAS
seperti terjadinya endapan
di
dapat
bagian
waduk/bendung.
penyumbatan saluran irigasi dan mulut sungai serta merubah
fluktuasi tata air gang menimbulkan banjir dan kekeringan.
Untuk mengatasi masalah tersebut. dapat sa.ia dilakukan
penataan
kembali
penggunaan
lahan untuk
mencapai
tingkat day& dukung DAS Fang tinggi dengan jalan mengkonversi sebagian tanah-tanah yang telah digarap tadi menjadi
hutan
lindunq. Tetapi cara ini sangat sulit dilaksanakan
atau hampir tidak ada kemungkinan. terutama untuk
yang
padat
mana
disebabkan karena terbentur pada
lahan.
penduduknya seperti di DAS Citarum
luas lahan earapan yang
wilayah
ini.
Hal
status pemilikan
terlalu gempit.
dan
sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani.
Sehubungan dengan ha1 tersebut di atae. yang
masalah
dengan
yaitu
dengan luas hutan yang
ada
sekarang dan
laju kenaikan penduduk yang cukup tinggi. bagaima-
na caranya daya dukung DAS itu dapat
ditingkatkan dan
dipertahankan. Salafi satu upaya yang dapat.
ialah menata
penataan
menjadi
kembali penqqunaan
c i i lakukan
lahan
denpan
diaertai
pola usahatani dan memperbaiki
teknik
bercocok
tanam,
agar
usahatani yang dilakukan
bagian
hulu DAS betul-betul
oleh
penduduk
memperhatikan
kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air. Dengan demikian bagian hulu
dapat
di
DAS
berfungsi selain sebagai lingkungan produksi,
juga
sekaligus sebagai 1,ingkungan perlindungan.
Nampaknya dari uraian-uraian di atas, cara
lahan
di
yang
Gnting
diperhatikan dalam pengelolaan DAS, dan merupakan
tumpuan
berfikir
bagian hulu DAS merupakan
dalam
kunci
mengelola
pengkajiannya berdasarkan
sietem.
memecahkan permasalahan yang ada di DAS Citarum
dilakukan
Citarum
penelitian
Hulu,
pengelolaan
perencanaan model
yang diharapkan
dapat
Untuk
tersebut,
pengelolaan
menciptakan
DAS
model
DAS yang dapat memberikan daya Tiukung
tinggi
dengan resiko kerusakan lingkungan yang relatif kecil.
Usaha ini sejalan dengan upaya pemerintah (Departemen
Kehutanan)
Citarum
dalam
melestarikan DAS
Citarum,
Hulu mendapat prioritae pertama
dimana
untuk
DAS
ditangani
pengelolaannya, karena mempunyai tingkat kekritisan paling
tinggi
dan meru'iakan salah satu penyebab banjir rutin
di
daerah cekungan Bandung.
Untuk
dirumuskan
merupakan
sungai,
melakukan eksperimentasi atau simulasi,
model
gambaran
Dengan
berdasarkan
ekosistem
daerah
abstrak dari
model ini dapat
hasil
simulasi
ini
pengelolaan daerah aliran sungai.
aliran
keadaan
dilakukan
dapat
harus
sungai
daerah
aliran
simulasi
disusun
yang
dan
rencana
Di dalam upaya pengtlolaan DAS tersebut. maka penelitian
ini
dukung,
lebih
dan
ditekankan kepada
tingkat
pendapatan masyarakat. Tingkat
erosi,
erosi
daya
dapat
dipakai sebagai indikator kerusakan lingkungan (lingkungan
biofisik),
dipakai
sedangkan
sebagai
daya dukung
indikator
dan
yendapatan
sosial-ekonomi
dapat
(lingkungan
sosial-ekonorni 1.
Daerah aliran sungai yang dipilih pada penelitian ini
adalah
Daerah ~ l i r a nSungai (DAS) Citarum
Hulu
terutama
Sub bAS Citarik dan Sub DAS Cikapundung, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Sub Daerah Aliran Sungai
( Sub-DAS)
Cikapundung dan
Citarik merupakan suatu areal pertanian yang potensial
bagi Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bandung.
2-
Sub Daerah Aliran Sungai Citarik mempunyai urutan
tingkat
kekritisan tertinggi di DAS Citarum, sehingga
menempati tempat
pertama
dalam
prioritas penanga-
nannya .
3.
Sub Daerah ' ~ l i r a nSungai Cikapundung dan Citarik
merupakan daerah koneervasi (daerah resapan) air untuk
kebutuhan air bawah tanah daerah cekungan Bandung
(Direktorat Geologi. 1983).
4.
Sub Daerah Aliran Sungai Cikapundung telah berkembane
men jadi daerah pariwisata dan akan men jadi daerah
pengembangan Inti Bandung Raya. Sedangkan Sub DAS
Citarik telah berkembang menjadi kota pendidikan dan
daerah industri. Sebagai konsekueneinya kepadatan
penduduk dan areal pemukiman akan meningkat.
5,
Di Daerah Aliran Sungai ini ada proyek Nasional yaitu
PLTA Saguling yang perlu dijaga kelestariannya.
6. Kedua Sub DAS ini merupakan penyebab terjadinya
banjir rutin di cekungan Bandung, jadi mempunyai
peranan yang sangat besar dalam pengendalian banjir di
cekungan Bandung tersebut.
Tujuan pengembangan DAS ialah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan stabilitas lingkungan suatu
DAS secara berkesinambungan melalui tiga sasaran
wilayah
pokok
yaitu
(1) terciptanya distribusi
hasil
air yang
baik, (2) meningkatnya pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat
serta
dan pemerintah melalui
efektivitas
dan air,
peningkatan
produktivitas
pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah
dan (3) meningkatnya peran serta masyarakat
pemakai lahan sebagai gmbina sumberdaya alam.
Berdasarkan kepada tiga sasaran pokok tersebut, maka
penelitian
berikut :
yang
Jilakukan
mempunyai
tujuan
sebagai
1.
Merumuskan model perencanaan pengelolaan lahan yang
menguntungkan dilihat dari segi ekologi dan ekonomi.
Dalam perumusan model tersebut akan didapat salah satu
cara pengelolaan lahan terpilih yang menghaailkan
pendapatan maksimal dan erosi yang tidak berbahaya.
2.
Mempeladari aspek daya dukung wilayah, kependudukan
dan prilaku serta efisiensi beberapa faktor produksi
pertanian sebagai masukan dalam perencanaan model
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terpadu.
Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai masukan
bagi
para pengelola DAS lainnya terutama untuk
mempunyai kondisi yang Burang
IjAS
yang
lebih sama dengan DAS
Citarum Hulu, baik dalam pembuatan rencana induk
pengem-
bangan (RIP) maupun d a l m tahap operasionalnya (rehabilitasi
dan pembinaan).
Khususnya, sebagai masukan
bagi
perencanaan pembangunan Kabupaten Bandung bagian utara.
-
11, TINJAUAN WSTAKA
'A.
and Agricultural Organization (FA01 (1962,
Food
Sheng, 1968) mengemukakan bahwa daerah aliran sungai
adalah suatu kawasan yang mengalirkan air yang jatuh di
ke dalam
atasnya
lir
dari
suatu
aistem aliran sungai yang menga-
hulu menuju ke muara atau tempat-tempat terten-
tu atau untuk suatu pengukuran
awe.
dapat
kota atau stasiun pengukur
berupa
arus. Oleh
dapat
danau, kmpung,
karena
ditentukan
airnya.
Kawasan
itu batas
tersebut
elam
yang dikelola
langsung mupun
dari
DAS
aliran
kawaean
(topographic divide).
DAS dapat merupakan
ekosistem sumberdaya
suatu
dipisahkan dengan
sebagai
sebuah ekosis-
(1977) mengemukakan bahwa
tem sumberdaya.' Soerianegara
ekosistem
ekosistem
berdassrkan prilaku
lainnya oleh pemisah topografi
Suatu
Tempat tertentu ini
adalah kwnpulan
ekosistem-
manusia, yang hasilnya baik
tidak langsung
bermanfaat bagi manusia.
Dengan demikian,
menurut peranannya
ada dua komponen di
dalam ekosistem
sumberdaya, yakni sumberdaya manusia
sebagai pengelola membentuk subaistem sosial dan sumberdaya alam membentuk subsietem biofisik.
.
Menurut
terdiri ataa
dan
~ u d h i y o n o (1982). subsistem
hewan.
nabati,
Jasad
biofisik
renik, lahan.
air
iklim; sedangkan eubeistem sosial budaya hanya ter-
diri dari manusia yang
dalam
rangka
perilaku tersendiri
mencapai tujuan hidupnya, Perilaku manusia
ini sangat beragam
politik,
mempunyai
karena dipengaruhi
pertimbangan
oleh
ekonomis, perilaku soeial dan
pandangan budaya. Pada umumnya, perilaku manusia
mengelo la sumberdaya
sikap
alm
akan
dalam
member ikan citra bagi
ekosistem DAS, baik citra buruk artinya penurunan kualitas
dan kuantitae ~umberdaya misalnya banjir.
erosi
dan poluei: ataupun citra baik
kekeringan,
artinya
sistern
dalam keadaan optimum dan lestari.
Soerdono
(1978) mengatakan bahwa GAS
suatu ekoeistem
merupakan
terdiri dari berbagai komponen
y&ng
dan
unsur, dimana unsur-unsur utanranya adalah vegetaai, tanah,
air
dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di
daerah
oleh
tersebut. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan
Budhiyono 'dan Mudiyarso (1980). mereka menyatakan
bahwa DAS
terdadi
merupakan suatu
interakei
faktor faktor
ekosistem
antara faktor
abiotik
yang didalamnya
biotik (veget~si)dan
(tanah dan iklim).
a. V e g e t a s i
Vegetaei
merupakan
salah satu komponen
biotik
dalam ekosistem daerah aliran sungai yang berfungei pelindung bumi terhadap
dan
hempasan
air hujan, hembuean angin
teriknya sinar matahari. Selain itu, vegetaei juga
berfungsi
menahan untuk
kelembaban
gai
dan
tempat
Fungsi
auhu udara
dari
ragam
di daerah
kebutuhan
Soemarwoto
aliran
kebunan. sawah,
dikatakan
niche
jasad-jasad hidup.
vegetasi adalah
aebagai
bagi kehidupan
buah, kayu, akar, daun, getah
Menurut
titik air, pengatur
di sekitarnya dan juga seba-
berlindungnya atau
lain
berbagai
sementara
manusia berupa
dan sebagainya.
(1974) yang termasuk
sungai meliputi hutan,
ladang
penghasil
vegetasi
tanaman
dan pekarangan atau
perdapat
eemua tetumbuhan dan tanaman yang hidup di
daerah tersebut.
Di
daerah
'
aliran sungai fungsi
utama
dari
taei adalah mengatur tata air dan melindungi tanah.
lindungan ini berlangsung dengan care
tanah
terhadap daya
jatuh, (ii)
aliran air di
Per-
: (i) melindungi
perusak butir-butir hujan yang
melindungi tanah
atas
vege-
terhadap
permukaan tanah
baiki kapasitas infiltrasi tanah
daya perusak
dan (iii) memper-
dan daya absorpsi air.
Ditinjau
dari segi hidrologia, hutan merupakan
bentuk veeetasi
suatu
yang memegang peranan penting dalam
daerah aliran sungai. Hal ini disebabkan karena
hutan dapat memperbaiki/mempertahankan
kuantitas air
kualitas maupun
sungai (Soerjono, 1978).
Hasil penelitian Paembonan (1982) di DAS Sa'dang
Sulawesi Selatan menunj