Uji Hipotesis Uji Persyaratan

50

1.1.2.3 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan dari setiap variabel bebas dengan variabel terikat, karena hasil uji linieritas garis regresi menunjukkan ada hasil yang tidak linier, dengan demikian uji parametrik tidak dapat dilanjutkan. Dan Menurut Singgih Santoso 2005 : 398 bahwa untuk mengetahui hubungan antar variabel apabila uji parametrik yaitu uji regresi tidak bisa dilanjutkan maka uji yang digunakan adalah uji non pametriknya yaitu uji Kendalls tau_b. Selanjutnya uji non parametrik Kendalls tau_b hasil perhitungannya adalah seperti berikut ini : Tabel : 4.5 Hasil Perhitungan Uji Kendalls tau_b Variabel Denyut Nadi, Kapasitas Vital Paru terhadap Kapasitas Aerobik Correlations Cor relations 1,000 ,296 ,276 . ,144 ,162 15 15 15 ,296 1,000 ,966 ,144 . ,000 15 15 15 ,276 ,966 1,000 ,162 ,000 . 15 15 15 Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed N Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed N Correlation Coef f ic ient Sig. 2-tailed N Deny ut Nadi Kapasitas V ital Paru Kapasitas A erobik Kendalls tau_b Deny ut Nadi Kapasitas V ital Paru Kapasitas A erobik Correlation is s ignif icant at the 0.01 lev el 2-tailed. . Penelitian ini akan mencari signifikansi hubungan variabel Denyut Nadi, Kapasitas Vital Paru dengan Kapasitas Aerobik, dan uji yang dipergunakan adalah uji non parametrik ialah uji Kendalls tau_b dan hasil perhitungannya adalah seperti pada Tabel 4.5 di atas.Berdasarkan hasil perhitungan yang ada pada tabel 5 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 51 2 Hipotesis pertama berbunyi “Ada korelasi denyut nadi dengan kapasitas aerobic pada pemain futsal CTRMP Semarang.”. Angka koefisien korelasi denyut nadi dengan kapasitas Aerobik diperoleh angka sebesar 0.276 dan nilai signifikansi sebesar 0,162. Dari angka koefisien korelasi ada dua hal dalam menafsirkan 1 berkenaan dengan besaran angka, dengan rentang nilai korelasi sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat mengenai apakah angka korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi atau lemah. Namun bisa dijadikan pedoman sederhana, bahwa angka korelasi di atas 0.5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0.5 menunjukkan korelasi lemah. Berdasarkan pada hasil perhitungan untuk variabel menunjukan hasil angka sebesar 0.276 0.5 berarti di atas 0.5 dengan demikian korelasi atau hubungan antara denyut nadi terhadap kapasitas aerobic adalah lemah. 2 Selain besar korelasi atau hubungan, ada tanda positif + dan negatif - juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda positif + pada output menunjukkan adanya arah hubungan yang sama, sedangkan tanda negatif - menunjukkan arah yang berlawanan. Dari hasil perhitungan di atas terlihat ada tanda korelasi + positif sempurna karena hasilnya positif. Kemudian langkah berikutnya adalah menguji apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikansi atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel tersebut. Untuk menguji hipotesis, uji yang dilakukan adalah uji dua sisi karena yang akan dicari adalah ada atau tidaknya hubungan dua variabel. Adapun untuk mengambil keputusan didasarkan pada ketentuan : jika nilai probabilitas 0.05 maka H diterima atau jika nilai probabilitas 0.05 H 0 : ditolak. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka sebesar 0.000 0.05, yang berarti H ditolak, dengan demikian dapat 52 disimpulkan bahwahubungan atau korelasi antara denyut nadi dengan kapasitas aerobic adalah lemah. 3 Hipotesis kedua “Ada korelasi antara kapasitas vital paru dengan dengan kapasitas aerobic pada pemain futsal CTRMP Semarang.” Berdasarkan pada hasil perhitungan untuk variabel kapasitas vital paru menunjukkan hasil angka korelasi sebesar 0,937 0.5 berarti bahwa angka korelasi diperoleh di atas 0.5, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa korelasi atau hubungan antara kapasitas vital paru terhadap kapasitas aerobic adalah kuat. Kemudian dari hasil perhitungan ada tanda - negatif, yang berarti bahwa semakin besar kapasitas vital parunya akan menghasilkan kapasitas aerobic kecil atau sebaliknya semakin kecil kapasitas vital parunya semakin besar kapasitas aerobiknya karena hasilnya negatif. Kemudian untuk menguji signifikansi hubungan, diuji dengan ketentuan : jika nilai probabilitas 0.05 maka H diterima atau jika nilai probabilitas 0.05 H 0 : ditolak. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka sebesar 0.506 0.05, yang berarti H diterima, dengan demikian dapat disimpulan bahwa ada hubungan atau korelasi yang signifikan antarakapasitas vital paru dengan kapasitas aerobic adalah kuat. 4 Hipotesis ketiga berbunyi:”Ada korelasi antaradenyut nadi dan kapasitas vital paru dengan kapasitas aerobic pada pemain futsal CTRMP Semarang.”. Uji hipotesis disini berarti uji korelasi ganda, dan berdasarkan pada uji korelasi ganda dan uji korelasi sederhana, seperti terlihat pada Tabel 6 berikut ini : Tabel : 4.6 53 Hasil Perhitungan Uji Korelasi Variabel Denyut Nadi dan Kapasitas Vital paru Dengan Kapasitas Aerobik Apabila dilihat berdasarkan pada hasil uji korelasi tunggal, variabeldenyut nadi menunjukkan hasil bahwa nilai signifikansi 0.05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak signifikan. Sedangkan variable kapasitas vital paru menunjukkan hasil 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungkan yang signifikan. Apabila dilihat dengan uji regresi ganda diperoleh nilai F hitung sebesar 40,379 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 0.05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU DAN KAPASITAS VITAL PAKSA ANTARA QORI’ DAN NON QORI’ DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Perbedaan Kapasitas Vital Paru Dan Kapasitas Vital Paksa Antara Qori’ Dan Non Qori’ Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 3 13

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU DAN KAPASITAS VITAL PAKSA ANTARA QORI’ DAN NON QORI’ DI UNIVERSITAS Perbedaan Kapasitas Vital Paru Dan Kapasitas Vital Paksa Antara Qori’ Dan Non Qori’ Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 19

HUBUNGAN OLAHRAGA BULUTANGKIS DENGAN KAPASITAS Hubungan Olahraga Bulutangkis Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pemain Bulutangkis.

0 2 18

HUBUNGAN OLAHRAGA BULUTANGKIS DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEMAIN BULUTANGKIS Hubungan Olahraga Bulutangkis Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pemain Bulutangkis.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Olahraga Bulutangkis Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pemain Bulutangkis.

0 2 4

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru.

0 4 17

KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK: Studi Deskriptif pada SSB PSBUM UPI KU13-KU15.

1 3 23

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU DAN DENYUT NADI DENGAN VO2 MAKSIMAL PADA ORANG YANG MELAKUKAN YOGA.

0 0 12

KORELASI KAPASITAS VITAL PARU DENGAN LARI CEPAT 40 METER PADA PEMAIN BULUTANGKIS MOROTRESNO TAHUN 2015 -

0 1 40

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SENAM AEROBIK DAN YOGA TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SENAM AEROBIK DAN YOGA TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU PADA REMAJA PUTRI - DIGILIB UNISAY

0 0 13