Menurut Adam Smith di dalam bukunya yang berjudul An Inqiury into the Nature and Causes of the Wealth Nations, mengemukakan 4 kaidah atau asas pemungutan
pajak yang harus diperhatikan, yang disebut dengan “The Four Maxims” atau “The Four Canons
”yaitu:
24
1. Equality
Pajak itu harus adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untu membayar ability to pay pajak tersebut dan
juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya. 2.
Certainty Pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, sebaliknya pajak itu harus jelas bagi
wajib pajak dan seluruh masyarakat. Berapa jumlah yang harus dibayar, kapan harus dibayar, dan bagaimana cara membayarnya. Bagi Adam Smith kepastian adalah lebih
penting daripada keadilan. Jadi, suatu sistem yang telah dirancang menurut asas keadilan, apabila tanpa kepastian bisa saja menjadi tidak adil.
3. Convinience of payment
Saat Wajib Pajak harus membayar pajak hendaknya ditentukan pada saat yang tidak akan menyulitkan Wajib Pajak. Kemudahan atau kenyamanan menyatakan bahwa
saat pembayaran pajak hendaklah dimungkinkan pada saat yang menyenangkan dan memudahkan wajb pajak.
24
Opcit. Yuswanto, dkk, hlm26
4. Economic of collective
Biaya pemungutan bagi kantor pajak dan biaya yang memenuhi kewajiban pajak compliance cost bagi Wajib Pajak hendaknya sehemat mungkin.
2.1.3 Jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah sebagai berikut: 1.
Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut ini. a.
Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasilan. b.
Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut;
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya
yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut :
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai. b.
Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: pajak reklame, pajak hiburan,
Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan BPHTB, Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan, dan Pajak Rokok.
25
2.2 Pajak Daerah
2.2.1 Pengertian Pajak Daerah
Menurut pasal 1 ayat 10 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Pengertian pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang kepada oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bari
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Badan yang dimaksud adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, badan usaha milik daerah BUMD, Badan Usaha
Milik Negara BUMN, dengan nama dalam bentuk apapun Firma, Kongsi, Koperasi,
25
Opcit.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, hlm 14
Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Dari uraian tersebut diatas yang dimaksud dengan Pajak daerah adalah iuran wajib
pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk didaerah diatur lebih lanjut
dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang.
Secara umum, kriteria yang harus dipenuhi suatu Pajak Daerah adalah:
26
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi
2. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah KabupatenKota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah KabupatenKota yang bersangkutan.
3. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
4. Potensinya memadai, hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya
pemungutan. 5.
Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi
antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor. 6.
Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
26
Opcit Marlia Eka Putri hlm. 12-13