Perubahan Diameter Kauda Epididimis

98

1. Perubahan Diameter Kauda Epididimis

Perubahan diameter kauda epididimis yang diamati setelah perlakuan pasak bumi adalah: ukuran diameter setiap sampel saluran terpilih, di dalam kauda epididimis. Profil diameter kauda epididimis tampak pada Tabel 15. Tabel 15 Diameter kauda epididimis setelah perlakuan pasak bumi Keterangan: huruf kecil superskrip pada setiap kolom yang sama menyatakan perbedaan nyata pada taraf 5 , Uji Duncan α = 0,05. Berdasarkan data pada Tabel 15, diameter kauda epididimis meningkat secara nyata pada hari ke-3 366,00 µ m pemberian pasak bumi dibanding kontrolaquades pada hari ke-1 195, 26 µ m dan pasak bumi hari ke-1 308, 01 µ m , tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol pada hari ke-3 332, 35 µm. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian pasak bumi sekali setiap hari selama tiga hari tidak meningkatkan secara nyata diameter kauda epididimis yang juga secara tidak langsung menunjukkan bahwa volume spermatozoa di dalam kauda epididimis tidak meningkat nyata. Volume spermatozoa di dalam kauda epididimis secara tidak langsung ditunjukkan dengan profil diameter saluran-saluran dalam kauda epididimis yang mengalami peningkatan sedikit tidak nyata dengan pemberian pasak bumi. Diameter kauda epididimis tampak meningkat nyata hanya pada hari ke-1 dibandingkan dengan kontrol hari ke-1. Peningkatan volume spermatozoa hari ke-1 di dalam kauda epididimis diduga terkait dengan peningkatan libido yang terjadi pada hari ke-1 pemberian pasak bumi, sehingga mendorong sebagian cairan semen dan spermatozoa yang meningkat di dalam tubuli seminiferi berpindah ke saluran-saluran spermatozoa di dalam kauda epididimis. Spermatozoa mengalami maturasi atau pematangan di dalam epididimis. Proses pematangan maturasi spermatozoa sangat diperlukan karena ketika spermatozoa memasuki vasa eferentia tidak cukup mampu untuk bergerak dan tidak dapat membuahi oosit. Spermatozoa dibawa oleh cairan dari tubulus seminiferus Gambar 16 ke rete testis, disana terjadi sedikit perubahan ion- No Perlakuan Rerata diameter kauda epididimis µ m 1 Aquades hari ke-1 195, 26±11,47 a 2 Aquades hari ke-3 332, 35±10,82 b c 3 Pasak bumi hari ke-1 308, 01± 19,82 b 4 Pasak bumi hari ke-3 366, 00±21,05 c 99 ionnya. Selanjutnya dibawa oleh cairan vasa eferentia dan masuk ke duktus epididimis. Gambar 16 Potongan melintang saluran – saluran di dalam kauda epididimis. Bagian lumen diisi oleh sejumlah besar spermatozoa pewarnaan HE. Uraian berikut menjelaskan proses pematangan maturasi spermatozoa Norman Litwack 1987; Johnson Barry 1998: Cairan dari vasa eferentia yang mengandung banyak spermatozoa di dalam epididimis diserap kembali reabsorpsi sehingga konsentrasi spermatozoa menjadi lebih pekat, yaitu 100 kali dari konsentrasi semula. Di samping itu, epididimis mensekresikan senyawa- senyawa antara lain karnitin, gliseroposporilkolin, fruktosa, dan glikoprotein. Dua senyawa yang terakhir membungkus permukaan spermatozoa. Proses pematangan maturasi spermatozoa di dalam duktus epididimis berkaitan dengan perubahan-perubahan biokimiawi dan morfologi spermatozoa. Setelah mendiami kauda epididimis, spermatozoa mampu aktif bergerak berenang dan melakukan fertilisasi, terutama setelah keluar terlepas dari saluran jantan. Sel-sel di dalam saluran-saluranduktus epididimis mempunyai reseptor, reseptor- reseptor intraseluler mengikatmengambil androgen dan 5α reduktase, mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron untuk menghasilkan tingkat jaringan yang lebih aktif terhadap androgen aktif. Kebanyakan androgen yang memicu fungsi epididimis bukan berasal dari sirkulasi darah tetapi dari limfa dan cairan rete testis Norman Litwack 1987; Johnson Barry 1998. 100 Perubahan-perubahan semen dan spermatozoa di dalam epididimis Norman Litwack 1987; Johnson Barry 1998 antara lain: Konsentrasi kepekatan semen meningkat dibanding ketika di vasa eferen, pemadatan inti, dan bentuk akrosom menjadi lengkap. Kolesterol dan fosfolipid secara selektif dimetabolisme untuk keseimbangan menjadi diasil gliserol, asam lemak tak jenuh, dan dermosterol. Meningkatnya ketergantungan pada fruktosa eksternal untuk produksi energi melalui glikolisis. Peningkatan ikatan disulfida antara protein- protein di bagian luar serat padat ekor spermatozoa sehingga lebih keras dan lebih kuat bergetar. Kandungan cAMP ekor spermatozoa meningkat. Ketika spermatozoa meninggalkan kauda epididimis menuju vas deferen, spermatozoa berada dalam bentuk sangat kental. Transpor spermatozoa mengikuti pergerakan cairan yang terutama ditimbulkan oleh kegiatan otot muscular activity dari epididimis dan vas deferen. Pada ketiadaan ejakulasi, spermatozoa akan bergerak menuju terminal ampula dari vas deferen ke dalam urethra dan selanjutnya dialirkan keluar bersama dalam urin Norman Litwack 1987; Johnson Barry 1998.

2. Kerja Pasak Bumi pada Kualitas Semen Secara Makroskopis