Penyaradan Kayu dengan Sistem Traktor Di Hutan Alam Indonesia

Penyaradan Kayu dengan Sistem Traktor Di Hutan Alam Indonesia
Muhdi
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Keterlibatan alat-alat berat dalam kegiatan pengelolaan hutan sangat penting. Perananan alat berat terutama dalam kegiatan penyaradan kayu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mewujudkan kelancaran produksi kayu. Areal kerja yang berat dan sulit serta aksesibilitas yang sangat rndah dan keterbatasan tenaga manusia mendorong kegiatan di bidang pengelolaan hutan menggunakan alat-alat berat.
Sistem dan metode serta teknik yang dikembangkan di dalam suatu areal hutan tergantung kepada keadan areal htan, seperti keadaan topografi, keadaan tanah, iklim dan ketersediaan tenaga kerja serta tentu saja luas dan volume perkerjaaan. Hal ini akan menyebabkan peralatan yang cocok digunakan disesuaikan dengan sistem pemanenan kayu yang akan dilaksanakan.
Saat ini model dan spesifikasi alat berat yang cocok diterapkan di sektor kehutanan terus berkkembang dengan terus malkukan inovasi, improvement teknologi, remodifikasi dan aspek-aspek lain yang diperlukan, serta tuntutan dunia kerja di bidang kehutanan yang kian menantang. Salah satu aspek yang sangat diperhatikan saat ini adalah dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas alat-alat berat. Sehingga diharapkan alat berat dalam aplikasinya di lapangan akan mampu bekerja secara optimal baik secara teknis, ekonomis dan aspek kerusakan lingkungan yang minimal.
II. PENYARADAN KAYU DI HTAN ALAM INDONESIA
Alat penyaradan yang akan dipakai dalam kegiatan penyaradan kayu harus dipilih sesuai dengan keadaan lapangan danukuran kayu yang disarad. Sistem pemanenan kayu dalam pelaksanaan TPTI di hutan alam yang selama ini dipakai oleh para pemegang HPH adalah long wood system, dengan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penyaradan adlah traktor crawler 110-130 PK, yang dilengkapi dengan pisau dozer dan winch.
Traktor crawler merupakan saalah satu alat penyaradan yang berfugsi untuk menyarad kayu dengan menggunakan ban ualt atau berban baja atau ban rantai (track) yang dilengkapi dengan blade yang berfungsi untuk membuat dan membuka jalan sarad dan untuk menumpuk kayu.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

1

III. PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR
Penyaradan adalah fungsi suatu proses kegiatan memindahkan kayu (log) dari tempat tebangan (stump) atau petak tebang (block harvesting) ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) atau pinggir jalan angkutan.
Suparto (1997) menyatakan bahwa kisaran berat dan tenaga crawler adalah dari 2 ton sampai 3 ton, dengan tenaga 20 sampai di atas 230 PK. Bermacam perlengkapan dikembangkan untuk mengurangi gesekan antara log dan tanah serta mencegah log menyusup ke dalam tanah saat penyaradan atu terkait pada tungakdan smpah. Perlengkapan seperti skidding pan, arch, sulky dan lain-lain sebenarnya sangat berrmanfaat memperlancar kerja dan memungknkan penyerrahan log dalam keadaan lebih bersih. Modal ‘arch integral” yang menjadi bagian dari traktor makin poular karena mengggantikan model arch yang ditarik dari belakang, sehingga meningkatkan manuverbilitas, hal yang pentig di areal yang lebat speerrti di areal hutan hujan tropika basah.
Crawler kelas medium berkekuatan 50-160 PK dengan bobot 5-12 ton dengan attachment seperti di atas, ditambah kemudahan dalam pengendalian dengan powersteering, menjadikan alat ini sangat popular di antar para operator karen meleelahkan. Dilengkapai dengan arch integral, crawler ini menjadi alat yang saangat efektif (Suparto, 1997).
Skidder beroda ban karet telah memantapkan diri sebagai alat penyarad yang handal daalam kegiatan logging, bahkan menjadi saingan bagi crawler. Kisaran wheel skidder dimulai dari 30 PK smpai 278 PK, dengan bobot 3-28 ton. Perlengkapan seperti pelindung bagi operator, chocker, winch, fairlead, dan lain-lain juga pada mesin ini.
Wheel skidder kecil dengan dua roda penggerak yang tergolong tipe pertanian atau industrial, tidak memadai untuk logging. Tetapi masih dalam kelas kecil, yaitu 2.7-4.5 ton, wheel skidder bertenaga smpai 50 PK, mendapat tempat yang baik dalam lingkungan logging. Mulai kelas ini ke atas biasnya wheel skidder emiliki rangka artikulet yang kompak, dengan 4 roda penggeak. Radius belokan yang kecil memungkinkan mesin ini mampu mengjindari tunggak, pohon inti dn hambatan lain, serta mampu menanggulangi lereng curam dengan mudah. Pisau dozerr di depan dan fairlead di belakang, meningkatkan kemampuan mesin ini dalam operasinya. Sifat oksilasi sumbu depan, meningkatkan daya traktor dan stabilitasnya.

Kelas berat di antara wheel skidder berbobot di atas 13.5 ton dengan tenaga di atas 160 PK mampu menangani kayu bear. Tipe yang biasanya menggunakan tenaga dari motor diesel, sedaangkan tipe yang lain setiap rodanya digerakkan oleh motor listrik masing-masing, dengan energi dari generator (Pearce, 1972).

IV. KELEBIHAN DAAN KEKURANGAN MENGGUNAKAN CRAWLER DAN WHEEL SKIDDER
Suparto (1997) menyatakan bahwa perkembangan yang relatif baru adalah pemasangan skidding grapple pada wheel skidder ukuran medium. Mesin ini sesuai untuk kombinasi 2 tipe penyaradan batang treelength satu demi satu tanpa pemasangan chocker, dibawa ke bunching-landing. Setelah cukup baru sebuah skidder berukuran besar menarik

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2

tumpukan ini melalui jalan yang sudah dibuka buldozer ke Tpn. Tahap ini disebut ‘roading”. Perkembangan yang tepat antara jumlah unit-unit bunching dan unit roading memungkinkan produksi maksimum. Walaupun kecenderungan perkembangan traktor bergerak ke arah wheel skidder, crawler tractor tetap memiliki banyak keuntungan. Yang penting, bahwa ia adalah mesin yang serba guna. Berguna untuk logging, untuk knstruksi jalan, alat untuk menarik berbagai muatan, dapat dipasangi berbagai atacchment dan merupakan alat mobil sebagai penggerak generator, kompressor dan lain-lain. Crawler memiliki “flotation” dan traksi yang baik di atas berbagai permukaan. Dapat berputar pada satu titik. Dapat bergerak ke mana saja pada cuaca apa saja. Kekurangannya adalah kecepatannya rendah, dan baja merusak perakaran pohon dan mengaduk tanah di musim hujan. Ini mengakibatkan perlumpuran sungai, bila beroperasi pada lereng.
Wheel skidder berban karet memiliki kelebihan : kecepatan tinggi dan mobil, terutama di atas permukaan yang telah di bolduzer, seperti pada jalan roading. Kekurangannya adalah : traksi dan flotation-nya kurang baik, dan tidak memiliki keserbagunaan seperti crawler. Kekurangan dalam traksi dan flotation dapat diatasi sebagian dengan pemasaangan ban berdiameter besaar dengan tekanan rendah (Suparto, 1997).
Dengan demkian dapat dilihat bahwa keuntungan dari crawler antara lain : 1. Alat dengan mudah dapat membuka jalan melalui hutan untuk mecapai kayu yang
akan disrad. 2. Alat mampu bekerja pad tanjakan yang curam dan permukaan tanah yang licin atau
basah karena berat operasi besar, faktor traksi yang kuat dan flotation yang lebih baik. 3. Dengan adanya daya traksi atau cengkeraman yang tinggi maka traktor tipe crawler cocok untuk enarik beban berat.
Adapun kekurangannya adalah : 1. Kecepatan menyarad yang terbatas dimana kecepatan alat lebih kurang 4-4 km/jam 2. Keterbatasan jarak tempuh sarad. Jarak yang ekonomis pada traktor tipe crawler
lebih kurang 500 m, karena adanya biaya undercarriage. Keuntungan menggunakan traktor wheel skidder adalah :
1. Memungkinkan mengangkut kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) lebih besar. Teruatama bila medan relatif rata atau bergelombang ringan dan jarak sarad jauh. Dengan kecepatan yang tinggi tersebut akan didapatkan siklus waktu yang pendek, sehingga produktivitas alat tinggi. Wheel skidderr dapat bergerak tiga saampai empat kali lebih cepat dari traktor crawler tergantung kepada curamnya tanjakan dan kondisi permukaan tanah.
2. Kemampuan melakukan penumpukan dan penyusunan kayu di Tpn lebih baik. 3. Mobilitas alat tinggi dan lincah.
Adapun kekurangan dari wheel skidder adalah : 1. Tidak dapat bekerja dengan efisien tinggi pada tanjakan curam dengan tanah yang
lunak dan basah. Dan akan tidak sangat menguntungkan apabila alat ini bekerja pada kondisi areal tersebut. 2. Tidak dapat membuat jalan srad sendiri (Purnomo, 1998).


e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

3

IV. ALTERNATIF SISTEM PENYARADAN DENGAN KABEL
Kemungkinan penggunaan sistem kabel di atas areal TPTI guna meningkatkan produksi, terbatas paada sistem skyline. Sistem yang mutahkhir, dengan balon atau helikopter hanya bisa dibenarkan secara ekonomis, untuk jenis kayu yang sangat tingi nilai per satuan beratnya dalam jmlah yang besar per satuan luas.
Pertimbangan untuk menggunakan sistem skyline sama seperti di areal HTI, dengan perbedaan bahwa di kawasan TPTI ada kemungkinan dijumpainya areal yang kondisinya membenarkan penggunaan sistem kabel, yaitu areal yang berawa-rawa atau medan yang sangat curam. Di samping itu bis membenarkan kekurangan-kekurangan sistem kabel, seperrti mobilitas rendah dan biaya tetap yang tinggi.
V. KESIMPULAN
1. Sistem pemanenan kayu dalam pelaksanaan TPTI di hutan alam yang selama ini dipakai oleh para pemegang HPH adalah long wood system, dengan peralatan yang digunakan dalam kegiatan penyaradan adlah traktor crawler 110-130 PK, yang dilengkapi dengan pisau dozer dan winch.
2. Crawler memiliki “flotation” dan traksi yang baik di atas berbagai permukaan. Dapat berputar pada satu titik. Dapat bergerak ke mana saja pada cuaca apa saja. Kekurangannya adalah kecepatannya rendah, dan baja merusak perakaran pohon dan mengaduk tanah di musim hujan. Ini mengakibatkan perlumpuran sungai, bila beroperasi pada lereng.
3. Wheel skidder berban karet memiliki kelebihan : kecepatan tinggi dan mobil, terutama di atas permukaan yang telah di bolduzer, seperti pada jalan roading. Kekurangannya adalah : traksi dan flotation-nya kurang baik, dan tidak memiliki keserbagunaan seperti crawler. Kekurangan dalam traksi dan flotation dapat diatasi sebagian dengan pemasaangan ban berdiameter besaar dengan tekanan rendah
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, J and G. Stenzel. 1972. Logging and Pulp-Wood Production. Seattle.
Purnomo, R.J. Forestry Article I. PT. Trakindo Utama. Jakarta.
Suparto, R.S. 1997. Sistem logging HTI dan TPTI. Makalah yang disajikan dalam seminar Jurusan Teknologi hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor, Desember 1997.
Suparto, R.S. 1979. Eksploitasi Hutan Modern. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara


4