Pengaruh Penyaradan Kayu Dengan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah Di Kalimantan Barat

Pengaruh Penyaradan Kayu Dengan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah Di Kalimantan Barat
Muhdi
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Saat ini masalah kerusakan hutan telah menjadi isu politik yang penting di tingkat internasional. Hutan tropis Indonesia telah diakui sebagai paru-paru dunia yang mampu menjaga ekosistem bumi dari kemerosotan lingkungan. Selain itu, dalam rangka kebijakan pengelolan htan yang lestari, dipandang perlu untuk mengurangi dampak erusakan lingkungan (vegetasi dan tanah) serrta pengaruhnya terhadap flora dan fauna lainnya dalam rangka menjamin terpeliharanya sumberdaya hutan.
Pemanenan kayu merupakan sauatu kegiatan produksi dimana kayu bulat dan hasil hutan lainnya sebagai hasilnya. Pemanenan hasil hutan betapapun hati-hatinya dilaksanakan, namun kerusakan terhadap vegetasi dan tanah yang timbul tidak mungkin dapat dihindari sepenuhnya.
Penyaradan kayu merupakan salah satu tahapan dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu yang bertujuan untuk memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (Tpn). Alat penyarad dan kayu yang disarad menghendaki keleluasaan gerak yang dapat mengakibatkan keruskan pada pohon-pohon di sekitarnya. Demikian pula kontak antaraalat penyarad dan kayu yang disarad deengan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah.
II. PENGUKURAN PEMADATAN TANAH
Untuk mengetahui kerapatan massa tanah akibat penyaradan kayu dilakukan pengamtan pada jalan-jalan sarad utama, cabang dan di tempat pengumpulan kayu (Tpn) yang ada pada plot permanen yang berukuran 100 m x 100 m. Pengamatan pada jalan sarad dilakukan tiga kali ulangan, dimanan titik-titik pengambilan contoh tanah ditempatkan secara sistematis pada kedua sisi dan tengah jalan sarad.
Kerapatam massa tanah diukur dengan menggunakan metode lobang beraturan pada kedlaman tanah masing-masing 5 cm, 15 cm dan 30 cm dengan cara mengambil contoh tanah dengan cara memasukkan cylinder soil sampler ke dalam tanah dengan bantuan palu (Idris, 1987).
Contoh tanah juga diambil tiga kali ulangan dari lantai hutan yang belum terganggu dekat jalan sarad untuk mendapatkan gambaran keadan kerapatan massa tanah sebelum kegiatan penyaradan berlangsung.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

1

Contoh uji tanah diuji di laboratorium tanah, Fakultas Pertanian Universitas Tanjung Pura (UNTAN), Pontianak. Data yang diambil meliputi : berat basah tanah dan berat kering tanah.

III. PENGARUH PENYARADAN TERHADAP TAHANAN PENETRASI TANAH

Rata-rata hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah (kg/cm2) di jalan sarad dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah (kg/cm2) di jalan sarad pada

petak pemanenan kayu konvensional dan RITH dengan menggunakan

penetrometer saku.

No Plot

Teknik Konvensional

Teknik RITH

Kedalaman tanah (cm)

Kedalaman tanah (cm)

0-5

10-15


25-30

0-5

10-15

25-30

I

10.3 14.9 13.6

9.0

9.4

8.3

II


10.0 14.6 16.0

7.8

8.6

9.6

III 8.7 10.2 9.0 8.8 9.3 9.2

VF 6.9 8.6 10.2 6.9 8.6 10.2

Rataan

9.7

13.2 12.8

8.5


9.1

9.0

Tabel 1. memperlihatkan bahwa rata-rata tahanan penetrasi pada petak permanenan kayu konvensional dan RITH pada kedalaman 0-5 cm masing-masing sebesar 9.7 kg/cm2 dan 8.5 kg/cm2. Pada kedalaman 10-15 cm tahanan penetrasi pada kedua petak sebesar 13.2 kg/cm2 dan 9,1 kg/cm2 dan untuk kedalaman 25-30 cm tahanan penetrasi sebesar 12.0 kg/cm2 dan 9.0 kg/cm2.
Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa pada petak pemanenan kayu konvensional tahanan penetrasi tanahanya lebih besar dari pada pada tahanan penetrasi tanah pada tanah yang belum terusik (virgin forest) dan petak pemanenan kayu RITH.
Bila dibandingkan dengan keadaan tanah yang belum terusik (virgin forest), maka perubahan tahanan penetrasi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional relatir lebih besar dari pada perubahan tahanan penetrasi pada petak pemanenan kayu RITH. Bahkan pada kedalaman 25-30 cm, tahanan penetrasi tanah pada petak pemannenan kkayu RITH lenih kecil dari tanah yang belum terusik (virgin forest). Hal ini disebabkan pada jalan sarad dengan teknik RITH, traktor tidak menyentuh tanah seluruhnya secara langsung akan tetapi tertahan oleh bantalan kayu yang diletakkan di atas jalan sarad.
Peningkatan tahanan pentrasi pada petak pemanean kayu konvensional sangat besa bila dibandingkan dengan tahanan pentrasi tanah pada tanah yang tidak terusik (virgin forest) terutama pada plot I dan plot II. Pada kedalaman 25-30 cm untuk plot I dan plot II masih menunjukkan perubahan yang signifikan walaupun cenderung menurun. Hal ini menunjukkan pemadatan tanah yang sangat intensif sebagai akibat lalu lintas traktor.
Peningkatan tahanan pentrasi pad jalan sarad pada petak pemanenan kayu RITH bila dibandingkaan dengan tahanan penetrasi tanah yang tidak terusik (virgin forest) terutama pada plot I, plot II dan plot II. Perubahan nilai tahanan pentrasi ini tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat bahwa pada kedalaman 10-15 cm walaupun terjadi peningkatan namun cendering menurun. Pada kedalaman 25-30 cm untuk plot I dan plot

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2

II dan plot II tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemadatan tanah pada jalan sarad pada petak pemanenan kayu RITH tidak intensif karena traktor tidak bersentuhan dengan permukaan tanah akan tetapi terhalang oleh galangan kayu.
Nilai rata-rata tahanan penetrasi tanah secara umum meningkat kedalaman tanah dan cenderung menurun pad kedalaman 25-30 cm. Hal ini menujukkan karena tanah mengalami pemadatan tanah dari permukaan tanah karena laulintas alat dan pada tanah yang berada di bawah permukaan mengalami akumulasi pemadatan tanah di atasnya. Pemadatana tanah mencapai maksimum pada kedalaman 10-15 cm dan cenderung menurun pada kedalaman di bawahnya.
Nilai tahanan penetrasio tanah pad jalan sarad yang dilalui demgan intensitas lebih tinggi, meningkatkan tahanan penetrasi tanah. Penelitian ini menunjukkan bahwa tahanan pentrasi tanah cenderung lebih besar pada plot I dari pada plot II dan plot II dan plot II lebih padat dari apda plot III. Nilai tahanan penetarasi maksimum pada masingmasing petak pemanenan kayu konvensional dan RITH berada pada plot I. Hal ini memungkinkan karena intensitas lewatnya alat sarad (traktor) lebih tinggi pada plot I yang lebih dekat ke Tpn. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intensitas lewatnya traktor berpengaruh terhadap pemadatan tanah, dimana semakin besar intensitas lalu lintas alat traktor maka tahanan penetrasi tanah semakin besar.

IV. PENGARUH PENYARADAN TERHADAP PERUBAHAN BERAT ISI TANAH


Hasil pengukran berat isi tanah pada petak pemaenan kayu konvensional dan RITH disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata berat isi tanah (gr/cm3) pada petak pemanenan kayu konvensional dan

RITH.

No Plot

Teknik Konvensional

Teknik RITH

Kedalaman tanah (cm)

Kedalaman tanah (cm)

0-5

10-15


25-30

0-5

10-15

25-30

I 1.33 1.15 1.23 0.91 1.09 1.05

II 1.04 1.03 1.05 0.91 0.97 1.18

III 0.81 0.99 1.18 0.83 0.84 1.02

VF 0.69 0.83 0.91 0.71 0.79 0.95

Rataan

1.06


1.06

1.15

0.88

0.96

1.08

Tabel 2 menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan areal hutan yang tidak
dialllui alat sarad (traktor), maka pada petak pemanenan kayu konvensional terjadi
perubahan tahanan pentrasi yang jauh lebih bear bila dibandingkan dengan petak
pemanenan kayu RITH. Pada petak pemanenan kayu konvensional untuk kedalaman 0-5
cm, 10-15 cm dan 25-30 cm terjadi peningkatan nilai tahanan penetrasi rata-rata berturutturut dari 0.69 gr/cm3 menjadi 1.06 gr/cm3, 0.83 gr/cm3 menjadi 1.06 gr/cm3 dan dari 0.91 gr/cm3 menjadi 1.15 gr/cm3. Pada petak pemanenan kayu dengan kedalaman tanah
yang sma terjadi peningkatan nailai tahan penetrasi tanah namun relatif kecil yakni dari

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara


3

0.71 gr/cm3 menjadi 0.88 gr/cm3, 0.79 gr/cm3 menjadi 0.96 gr/cm3 dan dari 0.96 gr/cm3 menjadi 1.08 gr/cm3.
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa bera isi tanah rata-rata yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensional berkisar antara 0.80-1.33 gr/cm3 pada kedalaman tanah 05 cm, 0.99 – 1.15 gr/cm3 pada kedalaman 10-15 cm dan 1.05 – 1.23 gr/cm3 pada
kedalaman 25-30 cm. Hal ini mempelihatkan bahwa pemadatan tanah yang lebih besar
pada setiap kedalaman tanah bila dibandingkan dengan hasi pemadatan tanah yang terjadi
pada petak pemanenan kayu RITH yakni masing-masing berkisar antara 0.83 – 0.91 gr/cm3 pada kedalaman 0-5 cm, 0.84 – 1.09 gr/cm3 pada kedalaman 10-15 cm dan berkisar antara 1.02 – 1.18 gr/cm3 pada kedalaman 25-30 cm. Bila dibandingkan dengan
hasill penelitian Idris (1987) dimana pemadatan tanah rata-rata pada jalan sarad sebesar 1.15 gr/cm3 dengan kisaran 0.80 – 1.77 gr/cm3, maka hasil pemadatan tanah pada kedua
petak pemanenan kayu lebih kecil.
Matangaran (1995) menyatakan bahwa kondisi areal yang baik untuk pertumbuhan
benih yang jatuh dan berkecambah secara alami adalah dengan batas kerapatan limbak (bulk density) 1.3 gr/cm3. Jika melewati batas kerapatan limbak tersebut, maka benih
akan sangat terganggu pertumbuhannya, bahkan mungkin mati. Berdasarkan eenelitian
ini maka petak pemanenan kayu RITH masih cukup baik untuk pertumbuhan benih
secara alami. Pada petak pemaenan kayu konvenional masih cukup baikuntuk
pertumbuhan benih secara alami tetapi pada plot I tidak demikian (bulk density) rata-rata 1.33 gr/cm3).
Perubahan berat isi tanah dihubungkan dengan kedalaman tanah pada petak
pemanenan kayu konvensional sngat besar bila dibandingkan dengan tahanan penetrasi
tanah yang tidak terusik (virgin forest) terutama pada plot I dan plot II. Pada kedalaman
25-30 cm untuk plot I dan plot II masih menunjukkan perubahan yang signifikan
walaupun menurun. Hal ini menujukkan pemadatan tanah yang sangat intensif sebagai

akibat lalulintas traktor.

V. PENGARUH PENYARADAN TEHADAP POROSITAS TANAH

Porositas tanah berkaitan erat dengan berat isi tanah. Porositas tanah pada petak pemanenan kayu konvensioal dan RITH dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Porositas tanah pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH.

No Plot

Teknik Konvensional

Teknik RITH

Kedalaman tanah (cm)

Kedalaman tanah (cm)

0-5


10-15

25-30

0-5

10-15

25-30

I 49.4 56.3 53.3 65.3 58.7 60.7

II 60.4 60.8 60.2 65.5 63.3 55.4

III 69.4 62.5 55.2 68.66 68.2 61.5

VF 73.7 68.3 65.5 73.1 70.0 63.8

Rataan


59.8

59.9

56.3

66.5

63.4

59.2

Tabel 3 menunjukan bahwa dengan adanya kegiatan penyaradan menyebabkan terjadinya penurunan porositas tanah pada jalan sarad pada kedua petak pemaneann kayu.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

4

Hal ini ditunjukkan oleh adanya penurunan nilai porositas tanah bila dibandingkan dengan porositas tanah pad tanah yang tidak dilalui alat sarad. Pada petak pemanenan kayu konvensional terjadi penurunan nilai porositas tanah pada lapisan tanah yang lebih dalam, yakni pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm, porositas tanah sebesar 73.7 % menjadi 59.8 %, 68.3 % menjadi 59.9 % dan 65.5 % menjadi 56.3 %. Pada petak pemanennan kayu RITH perubahan yang terjadi relatiff lebih kecil yakni pada masingmasing kedalaman tanah sebesar 73.0 % menjadi 66.5 %, 70.0 % menjadi 63.4 % dan dari 63.8 % menjadi 59.2 %.
Tabel 3 di atas juga memperlihatkan bahwa porositas tanah rata-rata pada petak pemanenan kayu konvensional akibat penyaradan kayu pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm berturut-turut adalah 59.8 %, 59.9 % dan 56.3 % lebih kecil dibandingkan pada petak pemanenan kayu RITH yakni pada kedalaman 0-5 cm sebesar 66.5 %, 10-15 cm sebesar 63.4 % dan pada kedalaman 25-30 cm sebesar 59.2 %. Hal ini disebabkan penyardan pada petak pemanenan kayu konvensional tidak dilakukan perlindungan terhadap tanah sehingga terjadi pemampatan tanah yang lebih besar yang menyebabkan kadar kesranag tanah (porositas tanah) menjadi lebih rendah bila dibandingakn pada petak pemanenan kayu RITH.
Menurut Hillel (1971) minimum porositas tanah untuk pertumbuhan tanaman sebesr 10 %, maka pengaruh pemadatan tanah yang terjadi akibat penyaradan kayu pada kedua petak pemanenan kayu belum merupakan maslah yagn serius bagi regenerasi hutan.
V. KESIMPULAN
1. Rata-rata tahanan penetrasi pada petak permanenan kayu konvensional dan RITH pada kedalaman 0-5 cm masing-masing sebesar 9.7 kg/cm2 dan 8.5 kg/cm2. Pada kedalaman 10-15 cm tahanan penetrasi pada kedua petak sebesar 13.2 kg/cm2 dan 9,1 kg/cm2 dan untuk kedalaman 25-30 cm tahanan penetrasi sebesar 12.0 kg/cm2 dan 9.0 kg/cm2
2. Pada petak pemanenan kayu konvensional untuk kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm terjadi peningkatan nilai tahanan penetrasi rata-rata berturut-turut dari 0.69 gr/cm3 menjadi 1.06 gr/cm3, 0.83 gr/cm3 menjadi 1.06 gr/cm3 dan dari 0.91 gr/cm3 menjadi 1.15 gr/cm3.
3. Pada petak pemanenan kayu konvensional terjadi penurunan nilai porositas tanah pada lapisan tanah yang lebih dalam, yakni pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm, porositas tanah sebesar 73.7 % menjadi 59.8 %, 68.3 % menjadi 59.9 % dan 65.5 % menjadi 56.3 %.
4. Pada petak pemanennan kayu RITH perubahan yang terjadi relatif lebih kecil yakni pada masing-masing kedalaman tanah sebesar 73.0 % menjadi 66.5 %, 70.0 % menjadi 63.4 % dan dari 63.8 % menjadi 59.2 %.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

5

DAFTAR PUSTAKA
Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical Principles and Processes. Academic Press, New York and London.
Idris, M.M. 1987. Pengaruh penyaradan kayu dengan trakto berban ulat terhadap kerusakan tegakan tinggal, pergeseran tanah serta pemadatan atanah hutan. Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Bogor.
Matangaran, J.R. 1995. Pengaruh intensitas penyaradan kayu oleh traktor berban ulat terhadap pemadatan tanah dan pertumbuhan kecambah sengon (Paraserianthes falcataria) dan meranti (Shorea sp). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Bogor.
Suparto, R.S. 1979. Eksploitasi Hutan Modern. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

6