61
Dari reaksi yang terjadi dapat kita simpulkan bahwa didalam saluran pernapasan terdapat mekanisme untuk menjaga supaya benda-benda yang
tidak biasa dan ada potensi untuk menimbulkan ketidaknyamanan masuk kedalam saluran pernapasan. Mekanisme ini bersifat non spesifik, jadi
berlaku untuk semua jenis benda yang berpotensi menimbulkan hal-hal diluar normal dan mengganggu fungsi normal organ tersebut.
c. Kekebalan Spesifik
Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh hewan selain menghadapi kekebalan non spesifik seperti sel fagfositik, respon peradangan dan protein
antimikroba juga menghadapi sel limfosit yang merupakan benteng terakhir dalam system kekebalan. Limfosit merespon terhadap kontak dengan
mikroba dengan cara membangkitkan respon kekebalan yang efisien dan selektif, bekerja diseluruh tubuh untuk mengeluarkan bibit penyakit. Tubuh
hewan vertebrata mengandung dua jenis limfosit yaitu limfosit B sel B dan limfosit T sel T. Kedua jenis limfosit ini bersirkulasi dalam darah dan limfa.
Limfosit memiliki sifat spesifisitas, artinya hanya mengenali dan merespon terhadap mikroba tertentu dan molekul asing Molekul asing yang
menstimulir respon spesifik dari limfosit disebut antigen. Antigen bisa berupa virus, bakteri, fungi, protozoa dan parasit cacing. Molekul antigenic
dapat ditemukan pula pada serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Kedua sel tersebut yaitu sel T dan sel B mempunyai aktivitas pertahanan
yang berbeda-beda tetapi saling melengkapi. Salah satu cara antigen menimbulkan respon kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B
untuk mensekresi protein yang disebut antibodi. Antigen merupakan singkatan dari antibodi generator. Masing-masing antigen mempunyai
bentuk molekuler khusus dan merangsang sel B untuk mensekresi antibodi yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Sel T dan sel B dapat
62
mengenali antigen spesifik karena adanya reseptor antigen yang terikat pada membran plasmanya.
Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh hewan menghadapi banyak sel B dan sel T, tetapi mikroorganisme tersebut hanya berinteraksi dengan limfosit
yang mengandung reseptor yang spesifik untuk berbagai molekul antigenic yang dimilikinya. Kemudian limfosit yang terseleksi ini akan diaktifkan
untuk membelah dan berdiferensiasi dan akhirnya membentuk dua klon sel. Satu klon terdiri atas sejumlah sel efektor, yaitu sel yang berumur pendek
yang melawan dan menyerang antigen yang sama . Klon yang lain terdiri atas sel memori, yaitu sel yang berumur panjang yang mengandung reseptor
spesifik untuk antigen yang sama. Perbanyakan dan diferensiasi limfosit secara selektif yang terjadi pertama
kali tubuh terinfeksi suatu antigen disebut respon kekebalan primer. Dalam respon primer ini limfosit terseleksi akan membangkitkan respon sel efektor.
Sel B dan sel T terseleksi akan membangkitkan secara berturut-turut sel efektor B yang menghasilkan antibodi yang disebut sel plasma dan sel
efektor T. Pada saat sel efektor ini sedang berkembang , individu yang terserang organisme bisa menjadi sakit. Gejala sakit tersebut akan hilang
ketika antibodi dan sel efektor T membersihkan antigen dari tubuh. Jika individu tersebut suatu waktu terserang antigen yang sama, respon yang
dihasilkan akan lebih besar , lebih cepat dan bertahan lebih lama. Respon ini disebut respon kekebalan sekunder. Konsentrasi antibodi dalam serum
darah akan lebih tinggi pada respon kekebalan sekunder daripada pada saat respon kekebalan primer. Selain itu afinitas antibodi yang dihasilkan dalam
respon kekebalan sekunder lebih tinggi dari pada antibodi yang dihasilkan pada saat respon kekebalan primer. Kemampuan system kekebalan untuk
membangkitkan respon kekebalan sekunder inilah yang menjadi dasar dalam memori immunologis.
63
Limfosit berasal dari sel induk pluripoten yang ada dalam sumsum tulang. Limfosit ini pada tahap awalnya tampak sama, kemudian berkembang
menjadi sel T dan sel B, tergantung dimana sel tersebut melanjutkan proses pematangannya. Limfosit yang bermigrasi dari sumsum tulang ke timus akan
berkembang menjadi sel T berasal dari kata timus. Limfosit yang berada dalam sumsum tulang dan meneruskan proses pematangannya disana
disebut sel B. B ini berasal dari kata Bursa Fabrisius, suatu organ unik pada unggas tempat sel B unggas mengalami pematangan dan tempat dimana sel
limfosit B pertama kali ditemukan. Pada hewan ruminansia sel B berkembang dalam sumsum tulang, sehingga B bisa berarti pula bone .
d. Respon Kekebalan