PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN PASIEN SCABIES Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Scabies pertama kali dilukiskan di Old Testment oleh Aristoteles. Nama
Sarcoptes scabei berasal dari lukisan Yunani “sarx” yang berarti daging dan
“koptein” yang berarti irisan/potongan, serta dari bahasa Latin “scabere” yang
berarti garukan (Hicks dan Elston, 2009). Penyakit scabies ini dikenal dengan
nama the itch, gudik, atau gatal agogo (Handoko,2009).
Penyakit kulit scabies merupakan penyakit yang mudah menular. Scabies
menular

dengan

dua

cara

yaitu

secara


kontak

langsung

dan

tidak

langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita,
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Sedangkan
kontak tidak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti
pakaian, handuk, bantal, dan lain -lain (Handoko, 2009). Penyakit kulit scabies
merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat di tularkan secara
langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda)
misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan selimut (Djuanda,2006).
Scabies adalah erupsi kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei var.
Hominis dan bermenfestasi lesi populer, pustul, vesikel; kadang-kadang erosi serta
krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan yang sangat gatal
terutama pada daerah lipatan kulit (Aisah, 2006). Scabies adalah penyakit kulit

yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya
pada tubuh. Scabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal
pada malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas (Siregar,2004). Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
tungau (mite). Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau
ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat
mikroskopis (Yosefw, 2007).

1

Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis
kelamin, akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak -anak usia sekolah dan
dewasa muda/remaja (Murtiastutik, 2008). Berdasarkan pengumpulan data
Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah
sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies
dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -14 tahun) sebesar 54,6%
serta penderita berjenis kelamin laki -laki lebih banyak daripada perempuan yakni
sebesar 63,4%. Dibeberapa negara termasuk Indonesia penyakit scabies ini mulai
meraja lelah kembali. Awalnya penyakit scabies ini merupakan penyakit tentara
jepang pada jaman gestapu ( gerakan 30 September) sehingga penyakit scabies ini

disebut juga penyakit gestapu. Selain itu juga didapatkan info terbaru berupa
scabies Norwegia yang telah dilaporkan oleh dinas kesehatan mengindikasikan
bahwa penyakit scabies telah meningkat dibeberapa daerah Norwegia (Agoes,
2009).

Menurut Depertement Kesehatan RI prevalensi scabies di Indonesia

mencapai 4,60-12,95% dan scabies menduduki peringkat ke 3 dari 12 penyakit
tersering (Notobroto, 2005).
Berdasarkan data di Puskesmas kedung kandang Malang pada tahun 2014
terdapat 690 jiwa yang terserang penyakit scabies, sedangkan anak-anak dan para
remaja yang terserang penyakit scabies berjumlah 567 jiwa. Berdasarkan survey
yang di lakukan di 4 rumah tangga yang berada di sekitar puskesmas, terdapat
salah satu rumah tangga yang anaknya tidak di bawa ke instasi kesehatan untuk
mendapatkan penanganan dari petugas kesehatan. Setelah pengobatan 2 hari, pada
ketiga rumah tangga yang membawa anaknya ke puskesmas kedung kandang di
peroleh data bahwa: pada rumah tangga I dan II, penderita berusia 7 tahun dan
sudah terserang scabies selama 1 bulan. Pada kedua rumah tangga ini telah
menghabiskan obat oral sebanyak 3 tablet dan di minum secara teratur dengan di
bantu ibu nya. Sedangkan obat yang berbentuk salep di oleskan oleh ibu 3x sehari,

yaitu pada pagi, siang dan malam hari. Sebelum salep di oleskan, terlebih dahulu
ibu membersihkan kulit anaknya yang terserang scabies dengan air mengalir
kemudian baru di keringkan dengan menggunakan handuk kering. Setelah itu baru
salep dioleskan pada kulit anaknya. Keadaan kulit yang terserang scabies sudah
kering karena sebelum dibawa ke puskesmas, penderita sebelumnya pernah di

2

bawa ke bidan oleh orang tua nya. Pada rumah tangga III, penderita berusia 14
tahun dan sudah terserang scabies selama 1 minggu. Pada rumah tangga III ini
telah menghabiskan obat oral sebanyak 5 tablet dan di minum secara teratur tanpa
bantuan ibu nya, tetapi terkadang di ingatkan oleh ibunya karena anaknya
seringkali lupa meminum obat dari puskesmas. Sedangkan obat yang berbentuk
salep di oleskan oleh anaknya sendiri 2x sehari, yaitu pada pagi dan sore hari
setelah mandi. Keadaan luka yang terserang scabies masih basah karena
sebelumnya belum pernah melakukan pengobatan. Sedangkan pada rumah tangga
IV penderita berusia 3 tahun dan sudah terserang scabies selama 14 hari. Pada
rumah tangga IV sebelumnya tidak melakukan pengobatan ke instasi kesehatan
karena menganggap penyakit scabies ini merupakan penyakit gatal-gatal biasa.
Keluarga hanya melakukan pengobatan sendiri dirumah dengan cara mengoleskan

minyak tawon pada kulit anaknya yang terserang scabies. Setelah 14 hari, ternyata
tidak menunjukkan perubahan pada penyakit scabies yang di derita anaknya.
Kemudian peneliti memberikan pengarahan pada orang tua untuk membawa
anaknya ke puskesmas kedung kandang agar mendapat penanganan dari petugas
kesehatan. Akhirnya ibu mengikuti saran dari peneliti untuk membawa anaknya
ke puskesmas. 2 hari setelah di bawa ke puskesmas, obat oral sudah berkurang 1
½ tablet, sedangkan obat yang berbentuk salep di oleskan ibu 2x sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari setelah mandi. Keadaan luka yang terserang scabies masih
basah (O : terdapat scabies pada kaki, paha, genetalia eksterna di tandai dengan
adanya iritasi, kemerahan dan munculnya gelembung berair pada kulit An.F).
Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk memilih rumah tangga IV ini sebagai
partisipan studi kasus.
Berdasarkan hasil survey yang di lakukan di 4 rumah tangga dapat di
simpulkan bahwa keluarga memiliki peran yang sangat tinggi dalam mengelola
kesehatan pada tiap-tiap anggota keluarga. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peran Keluarga dalam Pengelolaan
Kesehatan Pasien Scabies Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang”

3


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran keluarga dalam merawat klien dengan scabies di
Wilayah Puskesmas Kedung Kandang?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk memaparkan peran keluarga dalam merawat klien dengan scabies di
Wilayah Puskesmas Kedung Kandang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Keluarga
Manfaat bagi keluarga adalah keluarga mampu menerapkan perannya
sebagai keluarga untuk merawat klien dengan scabies.
1.4.2 Bagi Perawat
Manfaat bagi perawat adalah sebagai media sosialisasi pada masyarakat
tentang penyakit scabies dan dapat meningkatkan peran keluarga dalam
mengelola dan merawat pasien dengan scabies.
1.4.3 Bagi Puskesmas
Manfaat bagi Puskesmas adalah bisa meningkatkan teknik perawatan
klien scabies. Serta dapat meningkatkan model keperawatan kolaboratif
baik dalam masa perawatan maupun proses penyembuhan.
1.4.4 Bagi Institusi
Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah sebagai sumber informasi

penambahan ilmu pengetahuan tentang bagaimana peran keluarga
dalam merawat klien dengan scabies.

4

PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN
PASIEN SCABIES
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang
STUDI KASUS

Oleh:
Vindy Dwi Novitasari
(NIM: 201210300511026)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2015
i


PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN
PASIEN SCABIES
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang

STUDI KASUS
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
Vindy Dwi Novitasari
(NIM: 201210300511026)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2015

ii

i


ii

iii

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
STUDI KASUS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5
2.1 Konsep Dasar Scabies .................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Scabies………….............................................. 3
2.1.2 Etiologi ............................................................................... 6
2.1.3 Cara penularan .................................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi Scabies ............................................................. 7
2.1.5 Menifestasi Klinis .............................................................. 8
2.1.6 Patogenesis ......................................................................... 9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................... 10
2.1.8 Penatalaksanaan ............................................................... 11
2.2 Konsep Keluarga ........................................................................ 13
2.2.1 Pengertian ........................................................................ 13
2.2.2 Bentuk-bentuk Keluarga .................................................. 13
2.2.3 Fungsi Keluarga ............................................................... 13
2.2.4 Peran Keluarga ................................................................. 14
2.2.5 Peran Keluarga di Bidang Kesehatan ............................... 15
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga.16

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 18
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 18
3.3 Setting Penelitian ........................................................................ 18
3.4 Subyek Penelitian ....................................................................... 19
3.5 Metode Pengumpulan Data......................................................... 19
3.5.1 Observasi Partisipatif ....................................................... 20
3.5.2 Wawancara tak Terstruktur .............................................. 21
3.5.3 Metode Uji Keabsahan Data ............................................ 21
3.5.4 Metode Analisa Data ........................................................ 22
3.5.5 Etika Penelitian ................................................................ 22

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 24
4.1 Informasi Partisipan .................................................................... 24
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 26
4.3 Pembahasan ................................................................................ 30
BAB V PENUTUP…… .............................................................................. 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 33
5.2 Saran ........................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 35

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Informasi Partisipan .............................................................. 24

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Permohonan Menjadi Partisipan ................................. 35

Lampiran 2

Surat Persetujuan Partisipan ................................................. 36

Lampiran 3

Analisa Data ......................................................................... 39

Lampiran 4

Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................. 42

Lampiran 5

Transkip Wawancara ............................................................ 44

x

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2009). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Bandung: Institut Teknologi
Press.
Aisah, S. (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Bratawidjaya, K. (2007). Immunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran.
Burhan . B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.
Cordoro, K & Iston, D. (2012). Scabies. eds eMedicine World Medical Library
[online]. Di publikasikan di http:www.emedicine.com/derm/topic
382.html. accessed 15 April 2015.
Chosidow, O. (2006). Scabies. The New England Jouurnal Of Medicine. Jakarta:
EGC.
Djuanda, A. (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Emier. (2007). Scabies. Di publikasikan di http://emier86.blogspot.com/2007/10/
scabies.html. accessed 15 April 2015.
Hamzah, M. (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Handoko, R. ( 2009). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harahap, M. (2013). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Hicks, M & Elston, D. (2009). Scabies Dermatology Therapy. Jakarta: EGC.
Murtiastutik, D. (2008). Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga
University Press Surabaya.
Mubarok. (2009). Asuhan Keperawatan Keluarga dan Konsep Aplikasi Kasus.
Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
Notobroto. (2005). Faktor Sanitasi Lingkungan yang berperan Terhadap
Prevalensi Penyakit Scabies. Surabaya: FKM UNAIR.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Setiawati, S. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
EGC.
Siregar. (2004). Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Sudirman. (2006). Diagnosis dan Pengobatan Scabies. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunyono. (2011). Teknik Wawancara Dalam Penelitian Kualitatif. Surabaya:
Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Yosefw, I. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Bandung: Refika Aditama.

35