Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru

6 Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kasus memiliki perilaku meludah yang sesuai, yaitu sebanyak 17 responden 80,95 . Sebagian besar responden kontrol juga memiliki perilaku meludah yang sesuai, yaitu sebanyak 18 responden 85,72 . 3.2.3 Hasil Analisis Bivariat Tabel 10. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016 No. Variabel Kejadian Tuberkulosis Keterangan P-value OR 95 CI 1 Jenis lantai 0,024 3,864 1,170- 18,686 Ada hubungan 2 Jendela kamar tidur 0,031 4,000 1,109- 14,431 Ada hubungan 3 Ventilasi rumah 0,121 Tidak ada hubungan 4 Suhu rumah 0,212 Tidak ada hubungan 5 Kelembaban rumah 0,095 Tidak ada hubungan 6 Pencahayaan alamiah 0,002 8,000 2,012- 31,803 Ada hubungan 7 Kepadatan hunian 0,495 Tidak ada hubungan 8 Tindakan membuka jendela 0,064 Tidak ada hubungan 9 Perilaku meludah 1,000 Tidak ada hubungan Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB paru dengan nilai p-value = 0,024 dan OR = 3,864 dengan 95 CI = 1,170-18,686, ada hubungan yang bermakna antara jendela kamar tidur dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah, dengan nilai p-value 0,031 dan OR = 4,000 dengan 95 CI = 1,109-14,431. Selanjutnya, ada hubungan antara pencahayaan alamiah dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah, dengan nilai p-value = 0,002 dan OR = 8,000 dengan 95 CI =2,012-31,803. Selain itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah, suhu rumah, kelembaban rumah, kepadatan hunian, tindakan membuka jendela, dan perilaku meludah dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

3.3 PEMBAHASAN

3.3.1 Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru

Berdasarkan Kepmenkes No. 829MenkesSKVII1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan menyatakan bahwa persyaratan komponen rumah untuk lantai, yaitu kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai kedap air seperti keramik, ubin, dan plester, sedangkan lantai tidak kedap air, yaitu tanah atau plester yang rusak. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kasus memiliki rumah berplester rusak dan atau tanah, yaitu sebanyak 11 responden 52,38 , sedangkan sebagian besar responden kontrol memiliki rumah berkeramik atau berplester, yaitu sebanyak 17 rumah 80,95 . Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa tingkat kemampuan ekonomi dapat mempengaruhi kondisi rumah sehingga kondisi lantai rumah responden kasus yang sebagian besar tidak memenuhi syarat dapat disebabkan karena status sosial ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden kasus berpendapatan kurang dari UMK, yaitu sebanyak 14 responden 66,67 . Selain itu, upaya pemeliharaan yang dilakukan oleh responden dalam menjaga kondisi lantai kurang maksimal. Beberapa responden menyatakan sudah menyapu lantai, namun ada juga beberapa responden yang belum rutin menyapu lantai. Irianto 2014 menyatakan bahwa lantai ubin atau semen adalah baik. Syarat lantai yang penting adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat tidak berdebu dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan 7 sarang penyakit. Berdasarkan teori tersebut, upaya yang dilakukan ialah membersihkan lantai setiap hari agar tidak menjadi sarang penyakit. Lantai dapat berperan sebagai media penularan TB paru. Apabila dahak penderita diludahkan ke lantai, maka kuman TB akan bertebangan di udara dan akan menginfeksi bagi orang-orang yang ada di sekitar. Jika lantai tanah akan menimbulkan kelembaban sehingga mendukung perkembangbiakan kuman. Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kasus memiliki perilaku meludah yang sesuai, yaitu sebanyak 17 responden 80,95 . Sebagian besar responden kontrol juga memiliki perilaku meludah yang sesuai, yaitu sebanyak 18 responden 85,72 . Sehingga upaya responden meludah di tempat yang sesuai dapat mengurangi risiko penularan TB paru. Berdasarkan hasil hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,024 dan OR = 4,675 dengan 95 CI = 1,170-18,686 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB paru karena nilai p-value 0,05. Setelah dilakukan analisis perhitungan risiko, nilai OR yang didapat adalah 4,675, artinya rumah yang berlantai tanah atau plester rusak berisiko 4,675 kali lebih besar terhadap kejadian TB paru dibandingkan rumah yang berlantai plester atau keramik. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Ruswanto, dkk 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 dengan nilai p-value = 0,000 dan OR = 3,842 dengan CI = 1,761-8,383. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ayomi, dkk 2012 juga menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai dengan kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura, dengan nilai p-value = 0,001 dan OR = 3,718 dengn 95 CI = 1,626-8,502. Selain itu, didukung oleh penelitian Naben, dkk 2013 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB paru di Kecamatan Kota Kefa dan Kecamatan Miomafo Timur, dengan nilai p- value = 0,003 dan OR = 3,7 dengan 95 CI = 1,5-8,9. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TB paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, dengan demikian juga dapat mempengaruhi viabilitas kuman TBC di lingkungan Achmadi, 2010. Teori tersebut berarti bahwa jenis lantai yang memenuhi syarat dapat mengatur kelembaban di ruangan sehingga dapat mencegah perkembangbiakan kuman. 3.3.2 Jendela Kamar Tidur dengan Kejadian TB Paru Berdasarkan Kepmenkes No. 829MenkesSKVII1999 menyatakan bahwa di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Jendela merupakan salah satu jenis ventilasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden kasus tidak memiliki jendela kamar tidur, yaitu sebanyak 14 responden 66,67 , sedangkan sebagian besar responden kontrol memiliki jendela kamar tidur, yaitu sebanyak 14 responden 66,67 . Berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa responden yang memiliki jendela namun tidak pernah dibuka karena letak rumah yang saling berdempetan sehingga jendela tertutup oleh dinding. Selain itu, dapat disebabkan karena status sosial ekonomi. Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar responden kasus berpendapatan kurang dari UMK, yaitu sebanyak 14 responden 66,67 sehingga responden yang tidak memiliki jendela dimungkinkan karena status sosial ekonomi. Jendela berfungsi sebagai alat pertukaran udara sehingga mengatur kelembaban di dalam ruangan. Udara yang berasal dari dalam ruangan yang memungkinkan mengandung debu dan bakteri dikeluarkan dan disirkulasi dengan udara segar sehingga juga diperlukan upaya pembersihan jendela. Menurut Notoatmodjo 2003, jendela tidak hanya sebagai ventilasi, tetapi juga sebagai jalan masuk cahaya. Responden yang tidak memiliki jendela dan memungkinkan untuk membuat jendela khususnya dari segi ekonomi dan lahan, sebaiknya memperhitungkan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan. Lokasi penempatan jendela juga harus diperhatikan agar sinar matahari lama menyinari lantai. Maka, sebaiknya jendela harus di tengah-tengah tinggi dinding Irianto, 2014. Jika tidak memungkinkan untuk membuat jendela karena kondisi rumah yang berdempetan dan kendala ekonomi dan lahan, responden dapat membuat lubang angin boven yang dapat berfungsi sebagai ventilasi dan letaknya di manapun dan diupayakan agar sirkulasi udara berjalan secara optimal. Pemasangan boven ini tidak memerlukan lahan yang luas. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,031 dan OR = 4,000 dengan 95 CI = 1,109-2,669, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara jendela kamar tidur dengan kejadian TB paru karena nilai p-value ≤ 0,05. Nilai OR = 4,000 berarti bahwa rumah yang tidak mempunyai jendela kamar tidur mempunyai risiko menderita tuberkulosis paru 4 kali dibandingkan dengan rumah yang tidak mempunyai jendela kamar tidur. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ruswanto 2012 dengan hasil p-value = 0,024 dan OR = 0,285 dengan CI = 0,096-0,849 8 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jendela ruangan dengan kejadian TB paru.

3.3.3 Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB Paru

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta Tahun 2016.

0 3 4

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

3 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 4 6

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

0 2 16

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Gambaran Kondisi Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar.

0 2 16

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENDERITA TUBERKULOSIS (TB) PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPOR 1

0 0 62