Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Tomkins Dengan Menggunakan Metode House Of Quality (HOQ) Di PT Primarindo Asia Infrastructure TBK

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan sepatu, perusahaan ini memiliki permintaan pasar yang cukup banyak, mulai dari dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini mempunyai model sepatu yang cukup banyak, dari mulai untuk anak-anak, remaja maupun dewasa. Dengan jumlah permintaan yang cukup banyak, perusahaan memiliki cara tersendiri dalam memproduksi sepatu, namun dalam pelaksanaanya banyak ditemukan kendala, seperti unit produk cacat.

Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit dan tahun 2014 sebanyak 23272 unit di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa adanya peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi. Jenis cacat pada produksi sepatu sangatlah beragam diantaranya lasting miring,

velcro miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Berdasarkan jumlah unit cacat yang tinggi perusahaan harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan teknik perbaikan sangatlah membantu, diantaranya yaitu metode Statistical Quality Control (SQC) dan House Of Quality (HOQ).

Statistical Quality Control (SQC) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur maupun jasa melalui menggunakan metode statistik. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Secara garis besar House Of Quality (HOQ) adalah


(2)

upaya untuk mengkonversi suara konsumen (Costumers Need’s) secara langsung terhadap karaktersitik atau spesifikasi teknis dari sebuah produk.

Pengendalian kualitas secara stastistik (Statistical Quality Control) dapat digunakan untuk menganalisis jenis cacat yang dominan sehingga dapat memfokuskan penelitian terhadap objek penelitian untuk dilakukan perbaikan berdasarkan tingginya kesalahan atau unit cacat. Dari hasil analisis metode SQC, HOQ (House Of Quality) memperlihatkan struktur untuk proses perbaikan dan pengembangan berdasarkan kebutuhan pelanggan, sehingga terjadi kesinambungan dalam proses usulan perbaikan.

Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dalam laporan tugas akhir ini peneliti mengambil judul “USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF

QUALITY (HOQ) DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat didentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Jenis cacat produksi apa yang banyak terjadi 2. Jenis sepatu yang paling banyak unit cacatnya

3. Perbaikan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi produksi cacat

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi jumlah unit cacat

2. Mengidentifikasi unit cacat berdasarkan House Of Quality (HOQ) 3. Membuat usulan perbaikan sepatu


(3)

1.4. Asumsi

Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:

1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama. 2. Beban kerja operator sama

1.5. Pembatasan Masalah

Pembatas dan asumsi dibuat agar ruang lingkup masalah yang dilakukan oleh peneliti tidak terlalu luas serta memberikan arahan dalam menyelesaikan masalah. Adapun batasan-batasan yang digunakan antara lain:

1. Produk yang diteliti meliputi sepatu Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter 2. Tidak melakukan banchmarking

3. Data produk disatukan, tidak berdasarkan size

1.6. Sistematika Penulisan

Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak

Lembar Peruntukan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

Bab 1 Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang terjadi, serta menjelaskan mengenai apa yang akan kita dapatkan dengan memecahkan masalah itu.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Berisikan mengenai teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, serta metode-metode yang berkaitan dengan penelitian


(4)

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Berisiskan kerangaka pemecahan masalah (flow chart) serta tahapan pengerjaan penelitian yang dilakukan

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berisikan mengenai data dan cara pengolahannya berdasakan metode yang digunakan

Bab 5 Analisis

Berisikan mengenai analisis data hasil perhitungan pada tahap pengolahan data, yang nantinya menghasilkan kesimpulan untuk penelitian yang dilakukan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan disertai saran yang sesuai dengan penelitian yang ada

Daftar Pustaka Lampiran


(5)

5 2.1. Definisi Statistik

Dengan ruang lingkup yang cukup luas definisi statistik tidak pernah memuaskan, sehingga banyak sekali orang yang mengartikan hal tersebut berbeda-beda berdasarkan pemahamannya masing-masing. Namun statistik bisa diartikan dalam beberapa kategori, yaitu dalam arti sempit dan luas. J Supranto, M.A dalam bukunya Statistik Terori dan Aplikasi mengartikan kedua hal tersebut, sebagai berikut:

a. Statistik Dalam Arti Sempit

Statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif). Statistik penduduk misalnya, merupakan data atau keterangan berbentuk angka ringkasan mengenai penduduk didalamnya terdapat jumlah, rata-rata umur, distribusi, dan persentase akan hal tersebut. Contoh lain adalah statistik personalia didalamnya terdapat rata-rata masa kerja, rata-rata-rata-rata jumlah angka keluarga, persentase sarjana dan lain sebagainya.

b. Statistik Dalam Arti Luas

Statistik merupakan ilmu yang mempelajari mengenai cara pengumpulan, pengolahan/pengelompokan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan kesimpulan dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep probabilitas.

Ilmu statistik mempunyai banyak manfaat, seperti halnya dalam pengambilan keputusan dan pengolahan data sehari-hari. Namun dalam kenyataanya statistik merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu lainnya melalui riset. Dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain, statistik mempunyai cara atau teknik tersendiri untuk pemecahan persoalan yang berbeda dalam mendukung hal tersebut. Misalnya, statistik yang diterapkan dalam ilmu


(6)

teknologi disebut teknomertik, dalam biologi disebut biometrik, dan dalam ekonomi disebut ekonometrik.

Dorothea Wahyu Ariani dalam bukunya “Pengendalian Kualitas Statistik” menyatakan bahwa, sejak awal pengembangan kualitas, para praktisi telah memperdebatkan pentingnya metode statistik dalam mencapai kualitas yang memuaskan. Namun, pengetahuan mengenai metode-metode statistik saja tidak cukup, pengetahuan tentang produk dan proses yang khusus dalam industri itulah yang harus dipahami sebagai kunci dan alat yang penting dalam pendekatan metode tentang kualitas. Tanpa statistik, maka penggambaran penyelesaian mengenai data akan menjadi sumber malapetaka dalam penerapannya pada berbagai kasus.

Konsep penting lain adalah variasi atau penyimpangan yang membahas mengenai tidak adanya dua hal yang sama secara sempurna. Variasi merupakan kenyataan baik dalam dunia nyata maupun dalam industri. Seperti halnya kaleng yang tampak serupa akan ada perbedaan walaupun tipis dalam tinggi, diameter, berat dan seterusnya. Apabila tidak memperhatikan variasi atau penyimpangan tersebut, maka hal ini akan menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah utama dalam perusahaan atau organisasi. Ilmu statistik akan membantu menganalisis dta dengan tepat dan menggambarkan penyelesaiannya, dengan memperkecil keberadaan variasi tersebut. Variasi terjadi secara acak, yang biasanya lebih besar darpada yang diperkirakan orang. Seringkali keputusan yang diambil menentukan tindakan apakah yang adanya data historis. Data seringkali ditampilkan baik secara ringkas maupun secara lengkap dalam bentuk tabel, grafik atau angka-angka.

Untuk menampilkan data dalam bentuk ringkas, dapat digunakan bentuk pengukuran kecenderungan memusat (central tendency) untuk mengetahui banyaknya data yang terpusat dan bentuk pengukuran penyebaran (dispersion) untuk mengetahui banyaknya penyebaran dalam data tersebut. Pengukuran


(7)

kecenderungan memusat dapat digunakan rata-rata (mean) atau nilai tengah (median). Nilai tengah berguna untuk mengurangi dampak dari nilai ekstrim atau untuk data yang dapat diurutkan tetapi tidak mudah diukur seperti warna atau yang tampak secara visual. Untuk mengukur penyebaran, yang umum digunakan adalah jarak (range) dan penyimpangan standar (standar deviation) akan lebih tepat. Ada lagi satu teknik untuk menghitung pengukuran penyimpangan atau variasi relatif sebagai deviasi standar ditentukan dengan rata-rata (the coefficient of variation).

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik

Total Quality Management (TQM) merupakan hasil dari revolusi antara kualitas dan manajemen selama setengah abad terakhir. Secara umum TQM berisi dua komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik. Sistem manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas produk atau jasa. Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas dalam desain produk, perencanaan dan desain proses, serta pengendalian bahan baku antara produk dalam proses dan produk jadi.

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Konsep terpenting dalam pengendalian kualitias statistik adalah variabilitas, dimana semua prosedur pengendalian kualitas statistik membuat keputusan berdasarkan sampel yang diambil dari populasi yang lebih besar. Variabilitas yang dimaksud adalah variabilitas antar sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah) dan varibilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi). Apabila diambil sampel dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sampel ke sampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan dasar dari batas yang dihitung pada peta pengendali (control chart) dan banyaknya penerimaan yang digunakan pada acceptance sampling. Apabila penyimpangan atau


(8)

variabilitas tidak dikenal, maka dilakukan pencarian dengan penyesuaian proses dan klasifikasi bahan baku yang datang.

Penyelesaian masalah dengan statistik mencakup dua hal, seperti melebihi batas pengendalian bila proses dalam kondisi terkendali atau tidak melebihi batas pengendalian bila proses dalam kondisi diluar kendali. Secara statistik, kedua hal tersebut digolongkan kedalam kesalahan tipe I dan tipe II atau dalam acceptance sampling dikenal dengan resiko produsen (menolak produk baik) dan resiko konsumen (menerima produk cacat). Prosedur pengendalian kualitas statistik umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe I. Karena itu, peta pengendalian (control chart) mengasumsikan bahwa proses berada dalam batas pengendalian dan acceptance sampling mengasumsikan bahwa produk dapat diterima tanpa kontradiksi dengan tingkat kepastian yang tinggi. Kesalahan tipe I dan tipe II ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating characteristic curve). Kurva karakteristik operasi menunjukan probabilitas penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe I adalah 1-probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima, sedangkan kesalahan tipe II adalah probabilitas penerimaan bila kualitas dapat diterima.

Perusahaan mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan baku, proses dan produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa waktu, antara lain:

1. Pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok

2. Pada waktu bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut 3. Sebelum proses dimulai

4. Selama proses produksi berlangsung 5. Setelah proses produksi

6. Sebelum dikirimkan kepada pelanggan

Selain itu, perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk


(9)

selama masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah diselesaikan. Atau dengan mengadakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya untuk inspeksi 100%, kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk diuji. Tetapi kelemahannya, seringkali produk justru rusak selama dalam pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu , dan tenaga yang tidak sedikit. Sementara itu, pengujian dengan pengambin sampel, kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga dibandingkan dengan cara inspeksi 100%. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah, sehingga seringkali menimbulkan resiko baik dari pihak produsen (producer’s risk) atau dari pihak konsumen (consumer’s risk).

Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistical quality control) atau yang sering disebut dengan control chart dan rencana penerimaan sampel produk atau yang sering dikenal acceptance sampling. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengendalian Kualitas Statistik

Pengendalian Kualitas Statistik (Control Chart)

Rencana Penerimaan Sampel Produk (Acceptance Sampling)

Data Variabel Data Atribut Data Variabel Data Atribut

Gambar 2.1. Pengendalian Kualitas Statistik Sumber: Buku Pengendalian Statistik, Dorothea Wahyu Ariani, 2004

Dari gambar tersebut tampak bahwa pengendalian kualitas proses dan produk juga dapat dibagi menjadi dua golongan menurut jenis datanya, yaitu data variabel dan


(10)

data atribut. Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data atribut, namun demikian, data varibel tidak dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase suatu proses. Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar proses, sementara data atribut tidak dapat menunjukan informasi tersebut

Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004), terdapat beberapa langkah dalam menyusun peta pengendali proses atau control chart, yaitu:

1. Memilih karakteristik yang akan direncanakan, yang meliputi:

a. Memberikan prioritas tinggi pada karakteristik yang dijalankan saat ini dengan tingkat kesalahan yang paling tinggi, untuk itu dapat digunakan analisis pareto

b. Mengidentifikasi variabel-variabel proses dan kondisi-kondisi yang dapat memberikan kontribusi dalam karaktristik produk akhir.

c. Memeriksa dan memastikan proses pengukuran telah memenuhi syarat ketepatan dan keakuratan pemberian data yang tidak mengaburkan variasi dalam proses manufaktur maupun pelayanan. Variasi atau penyimpangan dalam proses tersebut menunjukan tidak hanya penyimpangan proses manufaktur tetapi juga kombinasi penyimpangan dan pengukuran proses.

d. Penentuan titik paling awal dalam proses produksi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penyebab khusus bahwa peta pengendali digunakan sebagai peringatan awal untuk mencegah kesalahan

2. Memilih jenis peta pengendali dengan melihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Perbandingan Berbagai Peta Pengendali Pengukuran

Statistik

Peta Pengendali untuk Data Variabel

Peta Pengendali untuk Data Atribut

(%)

Peta Pengendali untuk Data Atribut

(jumlah) Jenis data yang

dibutuhkan

Data Variabel (Pengukuran nilai-nilai karakteristik

Data Atribut (Banyaknya unit produk yang cacat)

Data atribut (banyaknya kelahan pada setiap unit


(11)

produk Gambaran penerapan secara umum Pengendalian karakteristik inividu Pengendalian seluruh bagian kesalahan proses Pengenalian seluruh kesalahan tiap unit produk

Manfaat yang penting

 Penggunaan secara maksimum informasi yang teredia dari data

 Penyediaan informasi secara menditail pada data-data proses

 Data yang dibutuhkan seringkali sudah tersedia dari laporan inspeksi

 Mudah dipahami seluruh personil

 Data yang dibutuhkan seringkali telah tersedia dari laporan inspeksi dan penyimpangan dari pengendalian dimensi-dimensi individu  Menyediakan seluruh gambaran kualitas  Mudah dipahami seluruh personil  Menyediakan seluruh gambaran kualitas Kelemahan yang perlu diingat

 Tidak dapat dipahami tanpa pelatihan  Dapat menyebabkan kebingungan untuk membedakan antara batas-batas pengendalian dengan batas-batas toleransi

 Tidak dapat digunakan pada tipe data cacat atau baik  Tidak menyediakan informasi secara menditail untuk pengendalian karakteristik individu

 Tidak mengenal tingkat kesalahan yang berbeda pada unit-unit produk tersebut  Tidak Menyediakan informasi secara menditail untuk pengendalian karakteristik individu

Ukuran sampel Biasanya 4 atau 5 unit setiap kali

Menggunakan hasil inspeksi tertentu

Beberapa unit produk yang telat


(12)

observasi atau setiap sub-kelompok

atau sampel dari 25, 50. 100 unit dan seterusnya

seperti 100 m kawat atau seperangkat TV

3. Mene

ntukan garis pusat (central line) yang menggunakan rata-rata dari masa lalu atau rata-rata yang dikehendaki. Garis batas tersebut biasanya berada pada ± 3σ, tetapi garis batas lain juga dapat dipilih berdasarkan risiko statistik yang berbeda

4. Pemil

ihan sub kelompok. Tiap titik pada peta pengendali menunjukan sub kelompok yang berasal dari beberapa unit produk. Untuk tujuan pengendalian proses, sub kelompok harus dipilih, sehingga unit-unit yang ada dalam sub-kelompok mempunyai kemungkinan terbesar menjadi serupa dan unit-unit diatara sub-kelompok memiliki kemungkinan besar menjadi berbeda

5. Peny

ediaan sistem pengumpulan data. Jika peta pengendali untuk alat pengendali diwajibkan, maka harus dibuat sederhana dan memenuhi pemakaian.

6. Perhi

tungan batas pengendali dan penyediaan intruksi-intruksi khusus dalam interpretasi terhadap hasil dan tindakan para karyawan produksi tersebut

7. Pene

mpatan data dan membuat interpretasi terhadap hasilnya.

Selanjutnya, pengendalian kualitas juga dapat dilakukan pada produk yang dihasilkan , atau dikenal dengan acceptance sampling. Acceptance sampling

merupakan proses evaluasi bagian produk dan seluruh produk yang dihasilkan untuk menerima seluruh produk yang dihasilkan tersebut. Manfaat utama


(13)

sampling adalah pengurangan biaya inspeksi. Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004), manfaat acceptance sampling antara lain:

1. Staf

inspeksi yang lebih sedikit akan mengurangi komplektifitas inspeksi dan biaya administrasi inspeksi tersebut

2. Berk

urangnya kerusakan produk

3. Sekel

ompok produk dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek sehingga penjadwalan dan penyerahan dapat dilakukan secara tepat dan cepat

4. Masa

lah yang membosankan dan kesalahan penguji yang disebabkan 100% inspeksi dapat diminimalkan

5. Penol

akan produk yang tidak sesuai cenderung mengesankan penyimpangan kualitas dan penting bagi organisasi untuk mencari tindakan pencegahan

6. Desai

n yang pantas dalam rencana pengambilan sampel memerlukan pengkajian terhadap tingkat kualitas yang disyaratkan oleh pemakai.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut

Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut Beserfiled (1998), atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, warna atau bagian yang hilang.

Pengendalian kualitas proses statistik untuk data atribut ini digunakan sebagai pengganti pengendali kualitas proses statistik untuk data variabel. Hal ini dapat terjadi apabila pengukuran seperti kesalahan warna, adanya bagian yang hilang, dan seterusnya tidak dapat diukur. Selain itu, dalam peta pengendali kualitas proses stastistik untuk data variabel harus dihitung semua karakteristik kualitas


(14)

untuk dapat dibuat peta pengendali rata-rata proses maupun tingkat keakuratan proses.

Dalam menyusun peta pengendali proses statistik untuk data atribut tersebut diperlukan beberapa langkah. Menutur Besterfield, langkah tersebut meliputi

1. Mene

ntukan sasaran yang akan dicapai

Sasaran ini akan mempengaruhi jenis peta pengendali kualitas proses statistik data atribut mana yang harus digunakan. Hal ini tentu saja dipengarui oleh karakteristik kualitas suatu produk dan proses, apabila proporsi atau banyaknya ketidaksesuaian dalam sampel atau sub kelompok, ataukah bagian ketidaksesuaian dari suatu unit setiap kali mengadakan observas

2. Mene

ntukan banyaknya sampel dan banyaknya observasi

Banyaknya sampel yang diambil adak mempengaruhi jenis peta pengendali disamping karakteristik kualitasnya

3. Meng

umpulkan data

Data yang dikumpulkan tentu disesuaikan dengan jenis peta pengendali. Misalnya, suatu perusahaan atau organisasi menggunakan p-chart, maka data yang dikumpulkan juga harus diatur dalam bentuk proporsi kesalahan terhadap banyaknya sampel yang diambil

4. Mene

ntukan garis pusat dan batas-batas pengendali

Penentuan garis pusat dan batas-batas pengendali akan ditunjukan secara rinci pada sub bagian berikut ini, pada masing-masing peta pengendali. Biasanya, perusahaan menggunakan ± 3σ sebagai batas-batas pengendaliannya

5. Mere


(15)

Revisi terhadap garis pusat dan batas-batas pengendali dilakukan apabila dalam peta pengendali kualitas prsoes statistik untuk data atribut terdapat data yang berada diluar batas pengendali statistik (out of statistical control) dan diketahui kondisi tersebut disebabkan karena penyebab khusus. Demikikan pula, data yang berada di bawah garis batas pengendali bahwa apabila ditemukan penyebab khusus didalamnya tentu juga diadakan revisi.

2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya Kesalahan (np-chart dalam Sampel)

Pengendali proporsi kesalahan (p-chart) dan banyaknya kesalahan (np-chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. Untuk peta pengendali proporsi dan banyak digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama amaka kita dapat menggunakan peta pengendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np-chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan 100% inspeksi atau inspeksi total, juga dapat disebabkan kurangnya karyawan dan biaya.

Perubahan dalam banyaknya sampel yang diambil atau ukuran sub kelompok tesebut menyebabkan perubahan dalam batas-batas pengendali, meskipun garis pusatnya tetap. Apabila ukuran sampel atau ukuran sub kelompok yang digunakan setiap kali observasi naik atau lebih banyak, maka batas-batas pengendali menjadi lebih rendah. Namun apabila banyaknya sampel atau sub kelompok yang digunakan setiap kali observasi turun atau berkurang, maka batas-batas pengendali menajdi lebih tinggi atau meningkat. Kondisi ini dapat mempengaruhi karakteristik kualitas proses produksi yang dimiliki perusahaan. Hal inilah yang


(16)

merupakan kelemahan dalam pengendalian kualitas proses statistik untuk data atribut.

Bila sampel yang diambil untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat mernggunakan peta pengendali p maupun np. Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setip kali melakukan observasi berubah ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta kontrol p. Rumus yang kita gunakan adalah:

Untuk jumlah sampel konstan

Dimana

= proporsi cacat dalam setiap sampel

x = jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel n= jumlah sampel yang diambil dalam inspeksi

Standar deviasi

σ =

...(2.2)

Menghitung Batas Kendali Atas dan Bawah

...(2.3) ...(2.4)

2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas

Kaoru Ishikawa adalah orang yang pertama kali mengembangkan metode/teknik/alat ini, yang digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian kualitas suatu produk atau jasa. Ketujuh alat dasar kualitas tersebut adalah sebagai berikut:


(17)

1. Diagr am Alir (Flow Chart)

Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual dari urutan operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir merupakan langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik administrasi maupun manufaktur. Dalam diagram alir dapat dilihat unsur-unsur penyusun suatu pekerjaan dan urutan proses-prosesnya. Setiap proses akan membutuhkan input untuk menyelesaikan tugas dan akan memberikan output ketika tugas telah selesai.

2. Lemb

ar Periksa (Check Sheet)

Merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data sebuah proses yang mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar kerja yang telah dicetak sedemikian rupa sehingga dapat dikumpulkan dengan mudah dan singkat. Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk peralatan kualitas.

3. Diagr

am Pareto (Pareto Chart)

Merupakan grafik yang digunakan untuk melihat penyebab terbesar suatu masalah (Rampersad, 2005). Grafik ini menampilkan distribusi variabel data-data. Biasanya diagram pareto digunakan sebagai identifikasi masalah yang paling penting. Dalam diagram pareto berlaku aturan 80/90, artinya yaitu 20% jenis kesalahan/kecacatan dapat menyebabkan 80% proses.

4. Diagr

am Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Merupakan alat yang memungkinkan meletakkan secara sistematis representasi grafis jalur terkecil (penyebab-penyebab) yang pada akhirnya mengarah pada akar penyebab suatu masalah kualitas.


(18)

5. Histo gram

Merupakan alat bantu statistik yang memberikan gambaran tentang suatu proses operasi pada satu waktu. Tujuannya adalah menentukan penyebaran atau variasi suatu himpunan titik data dalam bentuk grafis. Alat ini secara grafis juga memperkirakan kapasitas suatu proses, beserta hubungannya terhadap spesifikasi dan target. Selain itu, alat ini juga mengindikasi bentuk populasi dan dapat melihat jarak antar data

6. Diagr

am Pancar (Scatter Diagram)

Alat ini digunakan untuk mengkaji hubungan (relasi) yang mungkin antara variabel bebas (x) dengan variabel terikar (y). Diagram ini juga digunakan untuk mengidentifikasi korelasi yang mungkin ada antara karakteristik kualitas dan faktor yang mungkin mempengaruhinya

7. Diagr

am Kendali (Control Chart)

Alat ini digunakan untuk menganalisa proses menurut berjalannya waktu ( time-based) atau urutan (order-based). Diagram ini digunakan untuk mencari pola data dan bersifat siklis. Tujuan dari diagram ini adalah untuk memastikan bahwa suatu proses dalam kendali dan memonitor variasi proses secara terus menerus.

2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat

Menurut Kotler dalam bukunya kuliatas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil/kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang


(19)

diinginkan pelanggan. Sedangkan Gaspersz, untuk menentukan kualias produk dapat dimakuskan ke dalam 8 dimensi, yaitu:

1. Perfo

rmance yaitu berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Featu

re yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya

3. Relia

bility yaitu berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

4. Conf

ormance yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kesesuaian merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

5. Dura

bility yaitu berkaitan dengan berapa lama suatu prouduk dapat digunakan

6. Servi

ce Ability yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang

7. Aesth

etic merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertibangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.

8. Fit


(20)

dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk sebagai produk yang berkualitas

Menurut Salam (2008), suatu produk dikatan cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya sertra tidak memenuhi syarat-syarat keamanan tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat yang

bersifat “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang

itu “ tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan ”berkurangnya

manfaat” bernda tersebut dari tujuan semsestinya. Menurut Jiwa (2009) penyebab

suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori yaitu, cacat produk atau cacat manufaktur, cacat desain, dan cacat peringatan atau intruksi

2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur 2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner

Kuesioner yang telah selesai disusun kemudian disebarkan untuk melakukan uji awal kuesioner. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat perlu direvisi atau tidak, sehingga kuesioner yang digunakan sebagai sumber data nantinya akan memiliki realibitas dan validitas yang baik. Bila setelah mengalami pengujian awal kuesioner masih belum memiliki realibitas dan validitas yang baik, maka kuesioner harus direvisi. Tetapi bila setelah mengalami pengujian awal kuesioner telah memiliki realibitas dan validitas yang baik, maka kuesioner dapat langsung dilanjutkan untuk melakukan uji kecukupan data.

2.3.2.Korelasi Item

Suatu alat ukur merupakan sekumpulan item yang menanyakan suatu hal yang ingin diukur atau diketahui. Suatu alat ukur dikatakan berhasil menjalankan fungsi ukurnya apabila alat ukur tersebut dapat menunjukan hasil ukurannya dengan cermat dan akurat. Dengan demikian kualitas suatu alat ukur ditentukan oleh kualitas item-itemnya. Sebuah alat ukur yang berisi item berkualitas tinggi walaupun dalam jumlah yang sedikit akan jauh lebih berguna daripada sebuah alat


(21)

ukur yang berisi puluhan item kualitas rendah. Item-item berkualitas rendah tidak hanya akan menurunkan kualitas dari fungsi alat ukur, tetapi juga akan memberikan informasi hasil pengukuran yang menyesatkan.

Langkah pertama guna menciptakan alat ukur yang baik yang berisi item –item berkualitas tinggi yaitu dengan melakukan penyusunan alat ukur berdasarkan pada suatu spesifikasi yang jelas, dengan penulisan item menggunakan kaidah dan petunjuk penulisan yang telah digariskan, dan dengan latihan yang disertai kreativitas serta pengalaman yang baik. Alat ukur yang disusun dengan cara demikian itulah yang disebut sebagai alat ukur yang theoretical sounds, yaitu alat ukur yang secara teoritis adalah baik.

Disisi lain, suatu yang telah direncanakan dengan cermat dan baik berdasarkan teori, masih harus diuji kebenarannya secara cepat. Diuji dalam hal ini adalah melalui data dari suatu hasil uji coba alat ukur yang sesungguhnya. Dari data hasil uji coba alat ukur inilah diharapkan diperoleh bukti mengenai kualitas item-item alat ukur yang bersangkutan. Dan dari hasil analisis mengenai data empiris inilah dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui korelasi item adalah dengan melihat daya pembeda item, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor keseluruhan yang dapat dilihat dari bersarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan, dengan persamaan Pearson sebagai berikut:

Dimana : r = Korelasi

X = Skor setiap item Y= Skor total


(22)

Setelah koefisien korelasi untuk setiap item telah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari nilai koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negative atau koefisien yang medekati nilai nol (0,00).

Menurut Kaplan dan Saccuzzoo (1993), item yang baik adalah item yang biasaya mempunyai nilai koefisien korelasi antara 0,30-0,70. Disamping itu besarnya koefisien korelasi yang diperoleh dapat ditentukan pula berdasarkan kritersia Guilford (1956) dalam Marlon (2004) pada tebel berikut:

Tabel 2.2.Kriteria Penentuan Tingkat Korelasi Item Guilford

Koefisien-Korelasi Ketentuan

Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi

0,20-0,39 Korelasi Rendah

0,40-0,69 Korelasi Sedang

0,70-0,89 Korelasi Tinggi

0,90-0,99 Korelasi Tinggi Sekali

1,00 Sempurna

2.3.3.Uji Realibitas (Keandalan Alat Ukur)

Realibitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran, yang mengindikasikan stabilitas dan kekonsistenan alat ukur. Pengukuran yang mempunyai realibitas tinggi mempunyai arti bahwa pengukuran mampu memberikan hasil ukur yang konsisten (reliable) dan dapat memberikan hasil yang relatif sama jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda.


(23)

Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Realibitas memberikan gambaran sejauh mana suatu pengukuran terbebas dari kesalahan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisaran antara 0 – 1,00. Besarnya koefisien reliabilitas minimal yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur adalah 0,70 (Kaplan dan Saccuzzo, 1993). Di samping itu, walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun negatif, namun dalam hal reliabilitas, koefisien yang besarnya kurang dari nol tidak mempunyai apa-apa karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif

2.4. Quality Fucntion Development (QFD)

Quality Function Development (QFD) adalah suatu metode yang digunakan dalam mendukung dan melaksanakan filosofi Total Quality Management (TQM). QFD dalam buku Manajemen Kualitas (Dorothea;88) QFD adalah metode perencanaan dan pengembangan produk secara terstruktur yang memungkinkan tim pengembangan mengidentifikasikan secara jelas kebutuhan dan harapan pelanggan, dan mengevaluasi kemampuan produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan tersebut.

QFD mulai digunakan pada tahun 1984 oleh seorang karyawan Xerox Corporation, Don Clausing yang sangat tertarik pada metode The Robust Design

dari Dr. Genichi Taguchi yang merupakan konsultan perusahaan tersebut. Sedangkan sofwere QFD baru dikenal pada tahun 1989, namun QFD ditemukan pertama kali oleh seoreang profesor Jepang yaitu Yoji Akoo pada akhir tahun 1980 dengan percobaan yang dilakukannya pada perusahaan pensil Writesharp Inc. QFD digunakan berbagai perncanaan, dimana semua anggota tim dapat mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu.


(24)

QFD digunakan untuk memperbaiki proses perencanaan, mengatasi permasalahan dalam suatu tim, serta membantu dalam mengadakan perbaikan terhadap budaya perusahaan atau organisasi. Ada tiga manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan bila menggunakan QFD, yaitu:

 Mengurangi biaya

Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada pengulangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pelanggan. Pengurangan biaya dapat dicapai dengan pengurangan biaya pembelian bahan baku, pengurangan biaya overhead atau pengurangan upah, penyederhanaan proses produksi dan pengurangan pemborosan (waste)

 Meningkatkan pendapatan

Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih meningkat. Dengan QFD produk atau jasa yang dihasilkan akan lebih memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan

 Pengurangan waktu produksi

QFD adalah kunci penting dalam pengurangan biaya produksi. QFD akan membuat tim pengembangan produk atau jasa untuk membuat keputusan awal dalam proses pengembangan . Ada beberapa cara dimana QFD dapat mengurangi biaya produksi antaran lain:

QFD membantu mengurangi perubahan-perubahan

QFD membantu mengurangi biaya pelaksanaan produksi karena pengulangan kegiatan.

2.5. House Of Quality

House Of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendisain manajemen yang dikenal sebagai Quality Fuction Development. (Cohen,L.,1995). HOQ memperlihatkan struktur untuk mendisain dan membentuk suatu siklus, dan


(25)

bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan.

Hal tersebut mungkin menambah waktu perencanaan awal (initial planning time) dalam proyek pengembangan, tetapi waktu desain atau me-redesain dan membawa produk atau jasa kepasaran (time to market) akan berkurang. HOQ merupakan suatu organisasi dalam arti inter-departemental atau inter-junction planning & communication yang berawal dari atribut-atribut pelanggan (Customer Atributes/Cas) yang menggambarkan produk, proses, dan karakteristik. Gambar 2.2. menunjukan komponen-komponen yang penting dari tabel kualitas atau diagram QFD-The House Of Quality

Gambar 2.2. House Of Quality

Dalam proses perancangan produk penerapan teknologi quality fuction deployment secara keseluruhan meliputi tahapan penyusunan 4 jenis matiks yaitu:

1. Matriks Perencanaan Produk 2. Matriks Perencanaan Komponen 3. Matriks Perencanaan Proses

Technical Correlations Needs Customer Need

Relationship

Technical Response

Planning Matrix

Technical Response Priorities Competitif Banchmark


(26)

4. Matriks Perencanaan Produksi

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membangun HOQ sebagai berikut: 1. Melakukan identifikasi semua kebutuhan dan keinginan konsumen

terhadap produk atau jasa yang ada. Lebih lanjut, kebutuhan dan keinginan konsumen ini disebutkan sebagai karaktristik konsumen, mengelompokkan karakteristik yang diperoleh kedalam kelompok primer, sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh data-data tersebut diuraikan dan dicatat pada bagian kiri rumah kualitas

2 Mengidentifikasikan tingkat kepentingan konsumen untuk masing-masing karakteristik konsumen yang diperoleh. Masukan nilai-nilai tersebut kedalam kolom tingkat kepentingan (importance) pada rumah kualitas

3 Menterjemahkan seluruh kebutuhan dan keinginan konsumen (Want)

kedalam karakteristik desain (How’s), yang menunjukan bagaimana

perusahaan melakukan tahap desain guna memenuhi permintaan konsumen terhadap produk atau jasanya. Mengelompokkan karakteristik desain kedalam kelompok primer, sekunder dan bila perlu tesier. Seluruh data yang diperoleh diuraikan dan dicatat pada bagian atas dari rumah kualitas.

4 Menentukan hubungan yang terjadi antara masing-masing karakteristik desain. Adapun hubungan yang dimaksud dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu hubungan kuat, sedang dan lemah. Masing-masing dengan lambang penulisan yang berbeda. Hubungan ini digambarkan pada bagian tengah rumah kualitas.

5 Menentukan target perusahaan terhadap masing masing karakteristik desain yang ada, yang akan diusahakan pencapaiannya guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam kolom target yang terletak dibagian bawah rumah kualitas.

6 Target perusahaan yang telah ditentukan dapat ditingkatkan atau diturunkan sesuai dengan perkembangan yang diinginkan


(27)

7 Dengan menempatkan nilai-nilai yang berupa angka pada matiks-matriks hubungan keinginan konsumen dan karakteristik desain maka seluruh penilaian dapat disusun berdasarkan kepentingan relatif dari setiap kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengurutan penilaian-penilaian ini akan menunjukan item-item mana yang harus diberikan perhatian penuh berdasarkan pertimbangan pada tahap ini.

Pembobotan yang dilakukan pada HOQ ini bertujuan untuk melihat sejauh mana atribut-atribut teknik berkaitan dengan atribut yang diinginkan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari pemberian skor untuk masing-masing atribut berdasarkan perkalian antara bobot yang diinginkan konsumen dengan tingkat hubungan atribut teknik dengan atribut konsumen yaitu kuat, sedang dan lemah. Hal ini dilakukan bersama-sama dengan pihak perusahaan.

2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix)

HOQ merupakan sentral atau dasar dalam membuat QFD dan merupakan matrik yang sangat komleks karena terdiri atas beberapa matrik yang terdapat didalamnya. Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan keinginan pelanggan (Customers Needs and Benefits)

2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix)

Pada matrik perencanaan ini berisi data kuantitatif, yaitu merupakan tempat penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran atau tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas binis perusahaan dengan prioritas-prioritas kebutuhan konsumen. Hal ini merupakan tahap paling penting dalam perencanaan suatu produk yang ingin dikembangkan (Cohen. L, 1995).

Suatu alasan untuk mengisi planning matrix segera setelah customers need and benefits selesai adalah karena customers needs menjadi prioritas, tim QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan pelanggan yang


(28)

tinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses QFD (Cohen L, 1995)

Jika planning matrix ditunda sampai beberapa waktu, setelah bagian reationship

terisi, maka tim tidak akan membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui customers needs mana yang paling penting bagi mereka. Tetapi, beberapa praktisi mengajarkan planning matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lebih familiar dengan kebutuhan pelanggan. (Cohen L, 1995).

Rumus yang digunakan (Cohen L, 1995).

2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix)

Karakteristik teknik ini disebut juga subtitue quality characteristic. Karakteristik teknik ini menunjukan bahasa suara pengembang (voice of developer). Penjabaran teknik ini diperoleh dari informasi kebutuhan dan keninginan konsumen yang kemudian informasi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa pengembang. Karakteristik teknik ini merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan.

Pada proses penentuan karakteristik teknik ini memberikan kebebasan kepada tim untuk menyusun analisis mereka pada tingkat karakteristik tertinggi atau terendah dengan detail melalui pemilihan tingkat hierarki primer, sekunder, tesier. Terdapat beberapa informasi yang didapat dari technical response, yaitu kebutuhan konsumen terhadap produk atau jasa dan kemampuan atau fungsi produk atau jasa.


(29)

2.5.4. Matrik Hubungan

Pada matrik ini dikenal dengan matrik prioritas (priorization matrix) yang merupakan bagian terbesar dari matrik dan pekerjaan perancang. Matrik ini menghubungkan antara kebutuhan dan keinginan konsumen dengan karakteristik teknik yang menunjukan nilai kepuasan pelanggan. Hubungan relationship ini dinyatakan dalam bentuk simbol didalam matrik dan terdapat empat kemungkinan, yaitu:

Not Linked/tidak berhubungan (nilai 0)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa pada karakteristik teknik ini tidak akan berpengaruh pada performasi kepuasan konsumen. Performasi kepuasan konsumen ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan yang berkaitan.

Possibly Linked/lemah (nilai 1)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada karakteristik teknik ini akan memberikan sedikit perubahan pada peformasi kepuasan konsumen.

Moderately Linked/kuat (nilai 3)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif besar pada karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada peformasi kepuasan konsumen.

Strongly Linked/sangat kuat (nilai 9)

Hubungan yang terjadi adalah bahwa perubahan yang relatif kecil pada karakteristik teknik akan memberikan pengaruh yang besar pada peformasi kepuasan konsumen.

2.5.4. Matrik Arah Perbaikan

Nilai target memperlihatkan teknik yang diperlihatkan secara fisik. Nilai target ini adalah sebuah keluaran dari QFD yang merupakan rangkaian keseluruhan proses untuk memperoleh berbagai informasi, struktur, dan bentuk tingkatan pengembangan desain produk atau jasa yang melibatkan berbagai fungsi yang ada.


(30)

Informasi dari nilai target ini menyatakan kepada pengembangan (developers),

tentang karakteristik teknis apa saja yang akan menjadi penggerak bagi kepuasan konsumen.

2.5.5. Banchmarking

Benchmarking merupakan salah satu alat (tools) peningkatan kualitas. Terdapat beberapa istilah atau pengertian Benchmarking didefinisikan sebagai suatu standar atau titik referensi dimana item dapat diukur atau dinilai.

Benchmarking didefinisikan sebagai sebuah cara sisternatis untuk mengidentifikasikan, memahami dan secara kreatif menciptakan pengembangan produk, jasa, desain, peralatan, proses dan diterapkan untuk meningkatkan peformasi suatu organisasi. Benchmarking adalah kegiatan yang tergabung dalam aktivitas fungsi perusahaan kompetitor dan non kompetitor dalam usaha proses dan produk perusahaan.

Benchmarking dalam arti formil adalah suatu proses berkelanjutan (kontinyu) dalam mengukur produk, jasa dan dilakukan untuk menghadapi atau melawan kompetitor yang kuat atau perusahaan yang terkenal sebagai industri leader.

Adapun melakukan benchmarking adalah melihat proses yang digunakan oleh perusahaan lain dan mempelajarinya untuk meningkatkan proses menuju ke arah pandangan daya saing dan daya mutu yang lebih baik. Dalam proses peningkatan kualitas harus mempertimbangkan pesaing (kompetitor), peformasi produk, dan kepuasan pelanggan (customer sastifiction). Melalui proses Benchmarking ini diharapkan memperoleh hasil dengan daya saing tinggi, produktivitas tinggi, biaya rendah, memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.


(31)

30 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Alur proses penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar masalah yang dikaji pada penelitian beserta peniliaiannya dapat dimengerti dengan baik

Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Penentuan Jumlah Kuesioner

Pembuatan dan Penyusunan Kuesioner

Penyebaran Kuesioner

Uji Validasi dan Reliabilitas

Data Valid dan Reliabel?

Membuat HOQ -Menentukan Customers Need -Menentukan Planning Matrix -Menentukan Relationship Matrix -Menentukan Technical Response -Menentukan Technical Corelation -Menentukan Absolute Importance Data Permintaan Tahun 2014

Data Produk cacat (Jenis cacat, jumlah cacat)

Membuat SQC -Menentukan Jumlah Sampel Pemeriksaan -Membuat Peta Kontrol -Membuat Histogram Jenis Cacat

Kesimpulan Selesai Analisis

Ya Tidak

Observasi dan Wawancara

Studi Literatur

Data Berada Pada Batas

Kontrol? Tidak

Ya


(32)

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah 3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Studi literatur berupa konsep dan metode yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan landasan pemikiran yang mendukung serta menunjang penelitian ini. Tahapan ini dilakukan dengan mencari, membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

Studi lapangan merupakan tahap awal penelitian yaitu dengan melakukan wawancara dan survei langsung ke lapangan untuk mengetahui permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

3.2.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan dimana keadaan yang terjadi dirumuskan secara sistematik berdasarkan hasil studi literatur. Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara memperbaiki produk cacat berdasarkan suara konsumen dan mengurangi jumlah produk cacat.

3.2.3. Perumusan Masalah

Pada tahap ini masalah yang sudah terindentifikasi dirumuskan menjadi poin-poin pokok untuk dicari dan diteliti sehingga ditemukannya solusi dari hal tersebut.

3.2.4. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah menghasilkan usulan perbaikan kualitas sepatu. Data yang diambil dari perusahaan maupun pelanggan sangat mempengaruhi penelitian ini, dengan banyaknya data maka perlu adanya pembatas, sehingga tujuan dari penelitian mudah untuk dicapai

3.2.5. Observasi dan Wawancara

Observasi dilakuan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan, agar dalam penelitian tidak terdapat ketidaksesuaian antara metode dengan situasi yang


(33)

ada. Agar lebih sesuai kegiatan wawancara sangat mendukung dengan observasi, sehingga asumsi awal dari seorang peneliti berkesinambungan dengan kondisi lapangan.

3.2.6. Pengumpulan Data

3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014

Pada tahap ini peneliti mengambil data permintaan dari devisi PPIC (Planning Production Inventori and Controling). Data yang diambil berdasarkan jenis sepatu yang akan diteliti, yaitu sepatu Jasmine untuk child, Philip untuk junior, Pompeii untuk women dan Carter untuk men tahun 2014.

3.2.6.2. Data Produk Cacat

Dalam menunjang SQC peneliti mengambil data produk cacat sepatu. Dalam hal ini selain data jumlah cacat, peneliti mengambil data mengenai jenis cacat yaitu

lasting miring, out sole, eyelet miring, dan lain-lain. Sehingga dalam pengolahan data untuk produk cacat dapat diketahui secara rinci dan detail mengenai jumlah dan jenis cacat yang dominan.

3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control

Pada tahap ini data yang data sudah diambil, diolah berdasarkan metode yang digunakan. Dalam tahap pertama, data yang diperoleh dipisah berdasarkan model dan jenis sepatu, baik itu jumlah cacat maupun jumlah cacat berdasarkan jenis cacatnya. Setelah dipisah maka langkah selanjutnya yaitu membuat peta kendali, apabila terdapat data yang keluar dari batas kendali, Setelah membuat peta kontol, maka tahap selanjutnya ialah membuat histogram. Apabila data berada pada batas kontrol tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah ke tahap analisis, dan apabila diluar batas kendali lakukan tahap selanjutnya yaitu mentukan jumlah dan membuat kuesioner.


(34)

3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak operator yang melayani pelanggan di

Factory Outlet diperusahaan, maka ditentukanlah jumlah populasi sebanyak 100 orang, sehingga untuk penyebaran kuesioner apabila kita memilih tingkat kepercayaan sebersar 5% pada tabel kirce maka jumlah responden atau sampel yaitu sebanyak 78 orang.

3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner

Pada tahap pembuatan kuesioner peneliti melakukan studi literatur dan wawancara kepada pihak perusahaan agar sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti dan masuk kedalam tujuan penelitian.

3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan di factory outlet perusahaan, dengan teknis peneliti memberikan langsung kuesioner kepada konsumen yang ada, agar dalam pengisian kuesioner responden tidak mengalami kebingungan dalam pengisian. Selain itu peneliti memastikan jumlah kuesioner yang disebarkan itu sesuai jumlah yang ditetapkan dan tidak mengalami banyak kesalahan dalam pengisiannya.

3.2.6.7. Uji Validasi dan Reliabilitas

Setelah data yang diperoleh dari kuesioner terkumpul peneliti melakukan uji validasi dan reliabilitas. Pada tahap ini peneliti menggunakan softwere SPSS 2.0 dalam melakukan uji validasi dan reliabilitas, sehingga waktu untuk pengujian relatif sebentar. Uji validasi bertujuan untuk menguji apakah setiap pertanyaan yang ada di kuesioner saling berkesinambungan atau tidak, sedangkan untuk uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner yang dibuat. Namun apabila masih terdapat keterangan belum valid makan perlu dilakukan pembuatan kuesioner ulang


(35)

3.2.6.8. Membuat House Of Quality

Setelah pengujian kuesioner mendapatkan hasil valid, maka tahap selanjunya adalah melakukan pembuatan HOQ, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan Customers Needs

b. Menentukan Planning Matrix c. Menentukan Relationship Matrix

d. Menentukan Technical Response

e. Menentukan Technical Corelation

f. Menentukan Absolute Importance

3.2.7. Analisis

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis mengenai apa yang telah diolah secara rinci, baik itu dari jumlah cacat yang maupun model sepatu. Selain daripada itu dalam tahap ini peneliti memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan terkait pengembangan produk maupun pegurangan jumlah cacat

3.2.8. Kesimpulan

Dalam tahap ini peneliti menyimpulkan mengenai penelitian yang sudah dilakukan, apakah sudah memenuhui tujuan awal penelitian atau belum, atau perlukah dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dari penelitian lanjutan itu dijadikan acuan dalam metode perbaikan sepatu


(36)

TUGAS AKHIR

Karya tulis disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Industri

Oleh:

Denden Chaerul FH NIM: 10311018

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(37)

86 6.1. Kesimpulan

6.1.1. Sepatu Jasmine

Sepatu jasmine memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 358, Outsole berjumlah 4 unit, keriput sebanyak 29 unit, cacat upper sebanyak 55 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu jasmine tahun 2014 = 452 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (47,44%)

 Kenyamanan sepatu (47,44%)

 Aksesoris sepatu (35,90%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (44,87%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (52,56%)

 Jahitan benang sepatu rapih (47,44%)

 Daya rekat lem pada sepatu baik (53,85%)

 Alas sepatu tidak licin (44,87%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 84 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu

 Daya rekat lem pada sepatu


(38)

6.1.2. Sepatu Philip

Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 948, Eleyet/Verlcro miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit, keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu philip tahun 2014= 1133 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (58,97%)

 Kenyamanan sepatu (52,56%)

 Aksesoris sepatu (48,72%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (58,97%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (38,46%)

 Jahitan benang rapih (38,46%)

 Daya rekat lem pada sepatu (65,38%)

 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut :

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Daya rekat lem pada sepatu

 Alas sepatu tidak licin

6.1.3. Sepatu Pompeii

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 79, Outsole berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total cacat sepatu pompeii tahun 2014=191


(39)

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (52,52%)

 Kenyamanan sepatu (57,69%)

 Aksesoris sepatu (37,18%)

 Tidak ada robekan pada sepatu (60,26%)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (44,87%)

 Jahitan benang rapih (58,97%)

 Daya rekat lem pada sepatu (64,10%)

 Alas sepatu tidak licin (39,74%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 78 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Jahitan benang sepatu rapih

 Daya rekat lem pada sepatu

 Outsole (alas) sepatu tidak licin

6.1.4. Sepatu Carter

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 39, Outsole berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat upper

sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit. Total cacat sepatu carter tahun 2014= 424 buah

Aspek penting yang dibutuhkan pelanggan atau responden:

 Daya tahan sepatu (66,67%)

 Kenyamanan sepatu (56,41%)

 Aksesoris sepatu (42,31%)


(40)

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak (39,74%)

 Jahitan benang rapih (51,28%)

 Daya rekat lem pada sepatu (62,82%)

 Alas sepatu tidak licin (56,41%)

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance

responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu

 Lubang tali sepatu tidak mudah rusak

 Daya rekat lem pada sepatu

 Alas kaki tidak licin

6.2. Saran

Dalam hal ini peneliti menyarankan bahwa perusahaan harus melakukan perbaikan berdasarkan data survei, sehingga pada saat perbaikan aspek yang harus diubah atau diperbaiki menjadi spesifik. Karena dengan adanya perbaikan yang spesifik perusahaan tidak harus menyediakan dana lebih untuk melakukan perbaikan keseluruhan yang nyatanya menghasilkan kualitas produk yang cacat juga. Selain daripada itu peneliti menyarankan agar melakukan pelatihan yang baik kepada karyawan sehingga tidak melakukan kesalahan dalam proses produksi, percuma saja apabila sebuah sistem produski sudah bagus, namun operatornya tidak terlatih, hal tersebut sama saja tidak mempengaruhi kepada pengurangan jumlah unit cacat, bahkan bertambah. Studi banding dengan perusahaan lain atau mengikuti seminar tentang pengendalian kualitas bisa memberikan inspirasi dalam perbaikan sistem produksi guna mengurangi jumlah unit cacat.


(41)

vii

Lembar Pernyataan ii

Abstrak iii

Lembar Peruntukan iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel xiii

Daftar Gambar xv

Daftar Lampiran xvii

Bab 1 Pendahuluan ...1 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 2 1.4. Asumsi ... 3 1.5. Pembatasan Masalah ... 3 1.6. Sistematika Penulisan ... 3

Bab 2 Tinjauan Pustakan ...5 2.1. Definisi Statistik ... 5

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas Statistik ... 7

2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Proses Statistik Data Atribut ... 13

2.2.2. Peta Pengendali Proporsi Kesalahan (p-chart) dan Banyaknya

Kesalahan (np-chart dalam Sampel) ... 14

2.2.3. Tujuh Alat Dasar Kualitas ... 16

2.2.4. Pengertian Kualitas Produk dan Produk Cacat ... 18

2.3. Pengujian Statistik Alat Ukur ... 19

2.3.1.Metode Pengujian Kuesioner ... 19


(42)

viii

2.5.1. Matrik Kebutuhan Pelanggan (Customers Need Matrix) ... 26

2.5.2.Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ... 26

2.5.3.Matrik Karakteristik Teknik (Technical Response Matrix) ... 27

2.5.4. Matrik Hubungan ... 27

2.5.4. Matrik Arah Perbaikan ... 28

2.5.5. Banchmarking ... 28

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah...30 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah ... 31

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 31

3.2.1. Studi Literatur dan Studi Lapangan ... 31

3.2.2. Identifikasi Masalah ... 31

3.2.3. Perumusan Masalah ... 31

3.2.4. Tujuan Penelitian ... 31

3.2.5. Observasi dan Wawancara ... 31

3.2.6. Pengumpulan Data... 32

3.2.6.1. Data Permintaan Sepatu Tahun 2014 ... 32

3.2.6.2. Data Produk Cacat ... 32

3.2.6.3. Membuat Statistical Quality Control ... 32

3.2.6.4. Penentuan Jumlah Sampel ... 33

3.2.6.5. Pembuatan Kuesioner... 33

3.2.6.6. Penyebaran Kuesioner ... 33

3.2.6.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.2.6.8. Membuat House Of Quality ... 34

3.2.7. Analisis ... 34


(43)

ix

4.1.2. Data Permintaan Sepatu Tomkins 2014 ... 37

4.1.3. Data Produk Cacat Sepatu ... 38

4.1.3.1. Data Produk Cacat Sepatu Jasmine ... 39

4.1.3.2. Data Produk Cacat Sepatu Philip ... 39

4.1.3.3. Data Produk Cacat Sepatu Pompeii ... 40

4.1.3.4. Data Produk Cacat Sepatu Carter ... 40

4.2. Pengolahan Data ... 41 4.2.1. Menghitung Bagan Kendali ... 41

4.2.1.1. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Jasmine ... 41

4.2.1.2. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Philip ... 42

4.2.1.3. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Pompeii ... 42

4.2.1.4. Menghitung Bagan Kendali Sepatu Carter ... 43

4.2.2. Membuat Diagram Pareto Berdasarkan Jumlah dan Jenis Cacat ... 44

4.2.3. Pengolahan data Menggunakan HOQ ... 44

4.2.3.1. Penentuan Jumlah Sampel Kuesioner ... 44

4.2.3.2. Pembuatan Kuesioner dan Penyusunan Kuesioner ... 45

4.2.3.3. Penyebaran Kuesioner ... 46

4.2.4. Uji Validasi dan UjiReliabilitas ... 46

4.2.4.1. Uji Validitas ... 46 4.2.4.2. Uji Reabilitas ... 49 4.2.5. Membuat House Of Quality (HOQ) ... 49

4.2.5.1. Menentukan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan ... 49

4.2.5.1.1. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu Jasmine ... 50

4.2.5.1.2. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu Philip ... 52

4.2.5.1.3. Menentukan Tingkat Kepentingan Pelanggan Sepatu


(44)

x

4.2.5.2.1. Membuat Planning Matrik Sepatu Jasmine ... 56

4.2.5.2.2. Membuat Planning Matrik Sepatu Philip ... 58

4.2.5.2.3. Membuat Planning Matrik Sepatu Pompeii ... 60

4.2.5.2.4. Membuat Planning Matrik Sepatu Carter... 62

4.2.5.3. Menentukan Karakteristik Teknik (Technical Response) ... 63

4.2.5.4. Membentuk Matrik Hubungan (Relationship Matrik) ... 64

4.2.5.5. Membentuk Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation Matrix)... 65

4.2.5.6. Menentapkan Target (Absolute Importance) ... 67

4.2.5.6.1. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine

... 68

4.2.5.6.2. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Philip 68

4.2.5.6.3. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii

... 69

4.2.5.6.4. Menentapkan Target (Absolute Importance) Sepatu Carter

... 69

4.2.5.7. House Of Quality ... 70 4.2.5.7.1. HouseOf Quality Sepatu Jasmine ... 70

4.2.5.7.2. House Of Quality Sepatu Philip ... 71

4.2.5.7.3. House Of Quality Sepatu Pompeii ... 72

4.2.5.7.4. House Of Quality Sepatu Carter ... 73

Bab 5 Analisis...74 5.1.Analisis Statistical Quality Control (SQC) ... 74

5.1.1. Analisis Jenis Cacat ... 74

5.1.1.1. Analisis Jenis Cacat Sepatu Jasmine ... 74

5.1.1.2. Analisis Jenis Cacat Sepatu Philip ... 74


(45)

xi

5.1.2.2. Peta Kontrol Sepatu Philip ... 75

5.1.2.3. Peta Kontrol Sepatu Pompeii ... 75

5.1.2.4. Peta Kontrol Sepatu Carter ... 75

5.1.3. Analisis Histogram Jenis Cacat ... 76

5.2. Analisis Uji Kuesioner ... 76

5.3. Analisis House Of Quality (HOQ) ... 77

5.3.1. Matrik Kepentingan ... 77

5.3.1.1. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Jasmine ... 77

5.3.1.2. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Philip ... 77

5.3.1.3. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Pompeii ... 78

5.3.1.4. Matrik Kepentingan Pelanggan Sepatu Carter ... 78

5.3.2. Planning Matrik ... 78

5.3.2.1. Planning Matrik Sepatu Jasmine ... 78

5.3.2.2. Planning Matrik Sepatu Philip ... 79

5.3.2.3. Planning Matrik Sepatu Pompeii ... 79

5.3.2.4. Planning Matrik Sepatu Carter... 79

5.3.3. Karekteristik Teknik (Technical Response) ... 79

5.3.4. Matrik Hubungan Karakteristik Teknik (Technical Correlation Matrix) ... 81

5.3.5. Target (Absolute Importance) ... 82

5.3.5.1. Target (Absolute Importance) Sepatu Jasmine ... 82

5.3.5.2. Target (Absolute Importance) Sepatu Philip ... 82

5.3.5.3. Target (Absolute Importance) Sepatu Pompeii ... 82

5.3.5.4. Target (Absolute Importance) Sepatu Carter ... 83

5.4. Usulan Perbaikan ... 83

5.4.1. Sepatu Jasmine ... 83

5.4.2. Sepatu Philip ... 83


(46)

xii

6.1. Kesimpulan ... 86

6.1.1. Sepatu Jasmine ... 86

6.1.2. Sepatu Philip ... 87

6.1.3. Sepatu Pompeii ... 87

6.1.4. Sepatu Carter ... 88


(47)

 Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung

 Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004). Pengendalian Kualitas Statistik.

Yogyakarta: ANDI

 Cohen, Lou. (1995), Quality Function Development: How to Make QFD Work for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.

 Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

 Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan Celana Pembalut (Nalut). Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia

 Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft Excel 2003.

Bandung:Yrama Widya

 Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Melalui Sistem Penerapan GKM dengan Menggunakan Metode PDAC dan HOQ

.Tugas Akhir.Bandung: Universitas Komputer Indonesia

2. Artikel Jurnal

 Ajeng, Shenlly., & Wirawan, Christina. (2012) Usulan Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Butik Rocafella Di Mall BTC dengan Menggunakan Metode QFD. Teknik Industri.20,1-20

 Bakar, Yusrizal., Noviyasari.,& Darwis, Yuliza. (2012). Peningkatan Kualitas Produk Dengan Quality Function Development (QFD) Di Industri Sepatu Kota Padang.Teknik Industri.11,1-11

 Meidasari.Shofi, Dewi. & Bachtiar, Iyan. (2015). Usulan Produk Pantofel Wanita dengan Pendekatan Quality Function Development (QFD) di CV. Madas.Teknik Industri.9,1-9.


(48)

v

hidayah dan anugrah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat, rahmat dan kerunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan risalah Tugas Akhir yang berjudul

USULAN PERBAIKAN KUALITAS SEPATU TOMKINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF QUALITY (HOQ) DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE TBK. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga terlimpahcurahkan pada junjunan kita Nabi Muhammad S.A.W. kepada keluarga, sahabat dan pada kita semua selaku umatnya.

Banyak ucapan terima kasih yang ingin saya sampaikan kepada pihak–pihak yang telah membantu. Terutama kepada dosen pembimbing penulis yaitu I Made Aryanta A, ST., M.T. yang telah memberikan waktu dan dedikasinya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau dengan sebaik-baiknya. Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Cep Hikmat S.Pd., M.Pd dan Ida Farida S.Pd selaku Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan penuh, baik itu materil maupun moril. Semoga Doa yang selalu terucap dengan ikhlas dari mereka menjadi jalan dan keberuntungan dalam menghadapi masa depan.

2. Dr. Henny, ST., M.T., sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia dan selaku wali kelas angkatan 2011 yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa. 3. Ibu Julian Robecca, S.T., M.T selaku kordinator Tugas Akhir.

4. Seluruh dosen Teknik Industri UNIKOM yang memberikan

pengetahahuannya kepada penulis

5. Bapak Mulyadi sebagai pimpinan HRD yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian

6. Bapak Nana Sujana sebagai pembimbing di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk,


(49)

vi

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta, karena dengan ketulusan dan semua doa yang terucap dari mereka menjadi sebuah jalan kemudahan dalam menyelesaikan risalah ini. Tak lupa Tugas Akhir ini saya persembahkan juga kepada adik-adik saya Muhammad Chairil Fadil dan Siti Alisa Rihadatul A. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bandung, Agustus 2015

Denden Chaerul FH NIM 10311018


(50)

Universitas Komputer Indonesia

Jl. Dipatiukur 112-116 Bandung 40132 Telp 022-2504119 - 022-2503371

Choerul999@gmail.com

Abstrak - Jumlah unit cacat dalam sebuah perusahaan merupakan hal yang rumlah terjadi, baik itu perusahaan yang berskala lokal maupun internasional. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pada sebuah perusahaan sepatu yang berlokasi di wilayah industri Gede Bage. Objek penelitan yang digunakan adalah empat model sepatu yang diproduksi oleh PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Model sepatu tersebut adalah Jasmine, Philip, Pompeii dan Carter. Pada setiap model sepatu memiliki jenis cacat yang berbeda, terutama jenis cacat lasting miring. Statistical Quality Control

(SQC) dan House Of Quality (HOQ) digunakan sebagai metode dalam upaya melakukan perbaikan sistem perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi, dimana unit produk cacat bisa diminimalisir. Dengan penggunaan metode tersebut bahwa pada sepatu Jasmine aspek yang musti diperbaiki yaitu daya tahan sepatu, tidak ada robokan, lubang tali sepatu, alas sepatu agar tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Philip yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu, dan alas sepatu tidak licin. sepatu Pompeii yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak ada robekan, lubang tali sepatu, jahitan benang rapih, alas sepatu tidak licin dan daya rekat lem pada sepatu. Sepatu Carter yang harus diperbaiki adalah daya tahan sepatu, tidak ada robekan, lubang tali sepatu tidak mudah rusak, daya rekat lem pada sepatu dan alas kaki tidak licin.

Kata kunci : SQC, HOQ, Sepatu

Abstract-the number of unit handicap in a company is rumlah happen, be it the company's local and international scale.

In this case the researchers doing research on a shoe company that is located in the industrial area of Gede Bage. The object of the study used are four models of shoes manufactured by PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. is the shoe Model Jasmine, Philip, Pompeii and Carter. On each model of the shoe has a different flaw types, especially the kind of lasting disability. Statistical Quality Control (SQC) and House Of Quality (HOQ) is used as a method in an attempt to make improvements in the conduct of the company's system of production, where the unit handicap products can be minimised. With the use of methods that at Jasmine shoes aspect that must be fixed, namely shoe durability, no robokan, eyelet shoes, shoe trays so that it is not slippery and adhesives glue on shoes. Philip's shoe to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes not easily broken shoelaces, adhesives glue on shoes, shoe trays and not slippery. shoes Pompeii to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes, stitching lace threads to mess with, alas not slippery and shoe adhesives glue on shoes. Carter's shoes are to be fixed is the durability of the shoes, no rips, holes not easily broken shoelaces, adhesives glue on shoes and footwear are not slippery.

Keywords: SQC, HOQ, shoes

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah unit produk cacat ditahun 2013 yaitu 21322 unit dan tahun 2014 sebanyak 23272 unit di PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk mengindikasikan bahwa adanya peningkatan unit cacat dan terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi. Jenis cacat pada produksi sepatu sangatlah beragam diantaranya lasting miring, velcro

miring, keriput, cacat upper, out sole dan lain-lain. Berdasarkan jumlah unit cacat yang tinggi perusahaan harus bisa bertindak dalam perbaikan akan hal tersebut. Penggunaan metode yang tepat dalam menentukan teknik perbaikan sangatlah membantu, diantaranya yaitu metode Statistical Quality Control (SQC) dan House Of

Quality (HOQ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat didentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Jenis cacat produksi apa yang banyak terjadi 2. Jenis sepatu yang paling banyak unit cacatnya 3. Perbaikan apa yang harus dilakukan untuk

mengurangi produksi cacat C. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jumlah unit cacat

2. Mengidentifikasi unit cacat berdasarkan House Of

Quality (HOQ)

3. Membuat usulan perbaikan sepatu D. Asumsi

Adapun asumsi yang diguanakan antara lain:

1. Tingkat kemampuan operator diasumsikan sama. 2. Beban kerja operator sama


(1)

= Perbaikan yang dilakukan perusahaan apabila semakin meningkat akan semakin baik

= Perbaikan yang harus dilakukan apabila semakin menurun akan menjadi baik

Gambar 2. Hasil Matriks Korelasi Teknis dan Arah Perbaikan

f. Menetapkan Target (Absolute Importance)

Matrik nilai target adalam merupakan nilai yang menunjukan pencapaian yang harus dicapai oleh perusahaan. Nilai ini menjadikan patokan untuk perusahaan dalam proses pengembangan produknya. Nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan tingkat kepentingan pelangan (rate of customers importance) kemudian dijumlahkan untuk setiap kelompoknya

Absolute Importance=

∑ tingkat kepentingan pelanggan x relationship

IV. Kesimpulan

A. Sepatu Jasmine

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance responden dengan nilai 84 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu  Lubang tali sepatu

 Daya rekat lem pada sepatu  Outsole (alas) sepatu tidak licin

B. Sepatu Philip

Sepatu philip memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 948, Eleyet/Verlcro miring sebanyak 6 unit, Outsole berjumlah 6 unit, keriput sebanyak 10 unit, cacat upper sebanyak 153 unit dan lain-lain sebanyak 6 unit. Total cacat sepatu philip tahun 2014= 1133 buah

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut :

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu  Lubang tali sepatu tidak mudah rusak  Daya rekat lem pada sepatu

 Alas sepatu tidak licin

C. Sepatu Pompeii

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 79, Outsole berjumlah 5 unit, keriput sebanyak 9 unit, cacat upper

sebanyak 82 unit dan lain-lain sebanyak 16 unit. Total cacat sepatu pompeii tahun 2014=191

Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance responden dengan nilai 78 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu  Lubang tali sepatu tidak mudah rusak  Jahitan benang sepatu rapih

 Daya rekat lem pada sepatu  Outsole (alas) sepatu tidak licin

D. Sepatu Carter

Sepatu pompeii memiliki unit cacat yang terdiri dari jenis cacat lasting miring sebanyak 39, Outsole berjumlah 10 unit, keriput sebanyak 154 unit, cacat upper sebanyak 219 unit dan lain-lain sebanyak 2 unit. Total cacat sepatu carter tahun 2014= 424 buah Aspek yang harus diperbaiki berdasarkan penilaian dan absolute importance responden dengan nilai 87 adalah sebagai berikut:

 Daya tahan sepatu

 Tidak ada robekan pada sepatu  Lubang tali sepatu tidak mudah rusak  Daya rekat lem pada sepatu

 Alas kaki tidak licin

BIODATA MAHASISWA

Nama : Denden Chaerul FH Email : choerul999@gmail.com No Telp :081322468439

BIODATA DOSEN

Nama : I Made Aryantha A., S.T.,M.T Email : rhayadias@yahoo.com Prodi :Program Studi Teknik Industri

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

 Adriana, Iyan. (2012). SPSS 2.0. Bandung  Ariani, Dorothea. Wahyu. (2004).

Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta: ANDI

 Cohen, Lou. (1995), Quality Function Development: How to Make QFD Work for You. Massachusset. Addison-Wesley Publishing Company.

 Haizer, Jay. & Render, Barry. (2008). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat  Legawa, Yuda. (2013). Proses Perancangan

Celana Pembalut (Nalut). Tugas Akhir. Bandung: Universitas Komputer Indonesia  Rizky,Abdul. Raza1. 2003. Belajar Microsoft

Excel 2003. Bandung:Yrama Widya

 Sukmana, Dudung. (2007). Usulan Perbaikan Kualitas Produk Melalui Sistem Penerapan GKM dengan Menggunakan Metode PDAC dan HOQ .Tugas Akhir.Bandung: Universitas Komputer Indonesia


(2)

(3)

(4)

(5)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

:

Denden Chaerul FH

TTL

: Cianjur, 4 Mei 1993

Alamat

: Kp.Bojong Petir RT 09/01 Kec. Pagelaran Kab. Cianjur

E-mail

:

choerul999@gmail.com

No. Telp

:081322468439

Hobi

: Basket, Sepeda, Volly Ball, Traveling, Berenang, Membaca.

Gol. Darah :

AB

Riwayat

Pendidikan

:

1.

SDN Pagelaran 2000

2005

2.

SMPN 1 Pagelaran 2005

2008

3.

SMAN 1 Cilaku-Cianjur 2008

2011

4.

Program Studi Teknik Industri UNIKOM 2011

Sekarang

Riwayat Keorganisasian

:

1.

Ketua OSIS SMPN 1 Pagelaran Periode 2006-2007

2.

Remaja Masjid Darul Ulun SMAN 1 Cilaku-Cianjur

3.

Ketua OSIS SMAN 1 Cilaku-Cianjur Periode 2009-2010

4.

Staff Hubungan Masyarakat HMTI UNIKOM 2011

5.

Ketua HMTI UNIKOM 2011-2012

6.

Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Sistem

Kerja dan Ergonomi 2012

7.

Asisten Laboratorium Bidang Pengembangan Bahan Ajar Lab. Praktikum Statistik

2012


(6)

F