dan Langcake, 1977, antikanker Abdullah et al., 2010, antiinflamasi Fatehi et al., 2005, antioksidan Chen et al., 2008, antinausea Milot, 2004,
hepatoprotektif Abdullah et al., 2004, analgetik, dan efek hipoglikemik Ojewole, 2006.
Komponen utama yang ada pada ekstrak jahe adalah minyak atsiri yaitu zingiberen dan zingiberol. Senyawa lain penyusun minyak atsiri yang terdapat
pada ekstrak jahe n-desilaldehid yang bersifat optis dan inaktif, n-nonil aldehid d- kamfen, d-
α-felandren, metal heptenon, sineol, borneol dan geraniol, lineol, asetat dan kaprilat, sitral, chaviol, limonen, fenol zingiberen adalah senyawa yang paling
utama dalam minyak Guenther, 1987, kurkumin Tan dan Vanitha, 2004 dan ada juga senyawa flavonoid Gao dan Zhang, 2010.
2. Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang telah dipilih sehingga zat
yang diinginkan akan larut. Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang ada dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai
kadar tinggi Anief, 2000. Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis
senyawa yang diisolasi Harborne, 1996. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan beberapa faktor
antara lain yaitu cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria netral, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat
berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Farmakope Indonesia menetapkan
untuk proses penyarian, sebagai larutan penyari pada penyarian pembuatan obat tradisional digunakan air dan alkohol Anonim, 1986.
Ada beberapa metode dasar ekstraksi yang dipakai untuk penyarian diantaranya yaitu maserasi, perkolasi, dan sokhletasi. Penggunaan metode tersebut
disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik Anonim, 1986. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dan banyak
digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus. Simplisia ini direndam dalam penyari sampai meresap dan melemahkan susunan
sel sehingga zat-zat akan larut. Serbuk simplisia yang akan disari, dimasukkan pada wadah bejana yang bermulut besar, ditutup rapat kemudian dikocok
berulang-ulang, sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan serbuk simplisia Ansel, 1989. Alkohol merupakan pelarut serba guna Harborne,
1996, yang bisa mengekstraksi senyawa polar maupun nonpolar, maka dari itu alkohol bisa digunakan sebagai cairan penyari dengan metode maserasi.
3. Bakteri
a. Pseudomonas aeruginosa
Sistematika P. aeruginosa adalah sebagai berikut : Kingdom
: Prokaryota Division
: Schizomycetae Class
: Schizomycetae
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa Salle, 1961.
P. aeruginosa merupakan bakteri berbentuk batang, bergerak, dan tumbuh baik pada suhu 37-42°C. Pseudomonas merupakan bakteri Gram negatif
yang banyak ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan
Jawetz et al., 2005. P. aeruginosa tidak bertindak sebagai penginvasi utama, tetapi organisme ini menyebabkan infeksi dan penyakit gawat dalam keadaan
infeksi pada luka jika masuk melalui fungsi lumbar dan infeksi saluran kencing masuk kateter, menginfeksi ventilasi pernafasan, sepsis fatal pada penderita
leukemia, dan resistensinya terhadap banyak antibiotik Volk dan Wheeler, 1990. b.
Shigella dysenteriae Klasifikasi S. dysenteriae adalah sebagai berikut:
Divisio :
Monomychota Subdivisio
: Schizomycetea
Clasiss : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Tribe : Eschericeae
Genus :
Shigella Species :
Shigella dysenteriae Anonim, 1993. Spesies Shigella adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal
sebagai agen penyebab penyakit shigellosis atau sering disebut disentri basiler Supardi dan Sukamto, 1999. Infeksi Shigella sangat menular, untuk
menimbulkan infeksi diperlukan dosis kurang dari 10
3
organisme sedangkan untuk Salmonella dan vibrio adalah 10
5
–10
8
organisme Jawetz et al., 2005. Menurut Volk dan Wheeler 1990, disentri basilar merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya bakteri Shigella dimana terjadi infeksi pada usus besar. Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan, serangan ke
aliran darah sangatlah jarang. Gejala yang ditimbulkan diantaranya adalah mulas dan kejang perut, diare yang bercampur darah dan mukosa, demam sampai 40
o
C, malaise, dan kadang disertai muntah Supardi dan Sukamto, 1999.
S. dysenteriae berbentuk batang, pewarnaan Gram bersifat Gram negatif dan tidak berflagel. Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH
pertumbuhan 6,4–7,8, suhu pertumbuhan optimum 37 ˚
C. Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragikan laktosa kecuali S. sonnei.
Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri–bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari
karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini dapat juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak meragikan manitol Jawetz et al.,
2005.
4. Antibakteri