Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

(1)

EFEK ANALGESIK EKSTRAK JAHE MERAH (

Zingiber

officinale roscoe

) TERHADAP INFLAMASI PULPA

PADA GIGI KELINCI (

Oryctolagus

cuniculus

) (Penelitian In Vivo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

CYNTIA GLORIA E G

NIM : 110600140

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2015

Cyntia Gloria Emninta G

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo) xii + 51 halaman

Nyeri pulpa dapat diakibatkan oleh terjadinya inflamasi pulpa, ini disebabkan karena pulpa dikelilingi struktur dinding yang kaku sehingga mengakibatkan peningkatan jaringan dan pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan nyeri. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri yang sering digunakan, bersifat sitotoksis pada jaringan sekitarnya. Kandungan jahe merah diduga memiliki efek analgesik terhadap inflamasi pulpa yaitu gingerol dan shagaol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik terhadap inflamasi pulpa ekstrak jahe merah pada gigi kelinci.

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium rancangan acak lengkap. Pada penelitian ini digunakan metode stimulasi elektrik gigi, dimulai dengan memperoleh bahan coba berupa ekstrak jahe merah sehingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi 1% dan 2%. Sampel menggunakan 35 kelinci dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu ekstrak jahe merah 1% hari 1, ekstrak jahe merah 1% hari 3, ekstrak jahe merah 2% hari 1, ekstrak jahe merah 2% hari 3, eugenol hari 1, eugenol hari 3, dan kontrol negatif, kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kelinci dipreparasi hingga terjadi perforasi pulpa dan bahan coba diaplikasi 20 µl setiap kavitas, lalu ditumpat RM GIC, pengamatan dengan kymograph 50 Hz dan 0,2 mA sesuai dengan kelompok bahan dan waktu pengamatan, pencatatan nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, 60.


(3)

Uji statistik Analisis Varians menunjukkan ekstrak jahe merah 2% pada hari pertama mengalami titik puncak pada menit ke-20 (1,38±0,13 volt) dan tetap stabil hingga menit ke-60, pada hari ketiga ekstrak jahe merah 2% mengalami titik puncak pada menit ke-10 (1,54±0,114 volt). Hasil uji LSD pada hari pertama ekstrak jahe merah 1% dan 2% mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap eugenol, sementara hari ketiga ekstrak jahe merah 1% tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan eugenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah mempunyai efek analgesik pada konsentrasi 1% dan 2%.

Daftar Rujukan: 44 (1973-2014)

Kata kunci: analgesik, jahe merah, gigi kelinci


(4)

EFEK ANALGESIK EKSTRAK JAHE MERAH (

Zingiber

officinale roscoe

) TERHADAP INFLAMASI PULPA

PADA GIGI KELINCI (

Oryctolagus

cuniculus

) (Penelitian In Vivo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

CYNTIA GLORIA E G

NIM : 110600140

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 13 Juni 2015

Pembimbing: Tanda tangan

1. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) ……… NIP. 19500828 197902 2 001

2. Dennis, drg.,MDSc.,Sp.KG ………

NIP. 19841011 200812 1 002


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 13 Juni 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) ANGGOTA : 1. Dennis, drg., MDSc., Sp.KG

2. Bakrie Soeyono, drg

3. Wandania Farahanny, drg., MDSc


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yang sangat penulis sayangi, Bapak S Ginting dan Ibu Herlina Sitepu atas segala kasih sayang, doa, dukungan dan bantuan moril serta materil yang senantiasa diberikan, dan kepada saudara-saudara penulis, Vine Octaviane dan Jones Adpenta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg.,M.Kes, selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU atas bimbingan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Dennis, drg., MDSc., Sp.KG selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Aditya Rachmawati, drg, selaku dosen penasehat akademik atas bimbingan dan motivasi selama penulis menjalani masa pendidikan di FKG USU.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU terutama di Departemen Ilmu Konservasi Gigi atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(8)

7. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik penelitian di bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

8. Imam Bagus Sumantri, S.Farm selaku staf Laboratorium Farmakologi Farmasi USU atas bantuan dan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian.

9. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, serta atas izin bantuan fasilitas dan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian.

10. Marianne, S.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi USU atas izin bantuan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

11. Maya Fitria, SKM., M.Kes yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam melakukan analisis secara statistik dalam penulisan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabat penulis Eldora, Revina, Annysa, Dytha, Neggy, Yudith, Elisabeth Mutiara, Elisabeth Saragih, serta Ayu atas semangat dan dukungannya yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

13. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Konservasi Gigi Dina, Adel, Ingrid, Deasy, Margareth, Tiwi, Yuki, Fenny, Hendy, Alvin, Rikha Sagala, Ong, Ezzati, Hengyan serta teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan laporan hasil penelitian ini dan penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Medan, 13 Juni 2015 Penulis,

(Cyntia Gloria E G) NIM : 110600140


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Klinis ... 6

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.3 Manfaat Praktis... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Pulpa ... 7

2.1.1 Penyebab Nyeri Pulpa ... 7

2.1.1.1 Iritan Mikroba ... 7

2.1.1.2 Iritan Mekanik ... 8

2.1.1.3 Iritan Khemis ... 9

2.1.2 Persarafan Interdental ... 9

2.1.3 Mekanisme Nyeri ... 11


(10)

2.2 Pulpitis Reversibel Simptomatis ... 11

2.3 Bahan Pereda Nyeri ... 12

2.3.1 Eugenol. ... 13

2.3.2 Glukosteroid ... 13

2.4 Jahe Merah ... 13

2.5 Kelinci Sebagai Hewan Coba... 15

2.6 Kerangka Teori ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Jenis Penelitian ... 21

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel... 21

4.4 Variabel Penelitian... 23

4.5 Definisi Operasional ... 25

4.6 Bahan dan Alat Penelitian. ... 26

4.7 Prosedur Penelitian. ... 26

4.8 Analisis Data ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Efektifitas Analgesik pada Hari 1 ... 34

5.2 Uji Efektifitas Analgesik pada Hari 3 ... 38

BAB 6 PEMBAHASAN ... 43

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 47

7.1 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 25 2 Definisi operasional variabel terikat ... 25 3 Distribusi rerata nilai voltase pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50,

dan 60 pada kelompok ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe

merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari pertama... 35 4 Uji LSD perbedaanvoltasehari ke-1. ... 37 5 Distribusi rerata nilai voltase pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50,

dan 60 pada kelompok ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe

merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari pertama... 39 6 Uji LSD perbedaan volatse hari ke-3 ... . 41


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Neurofisiologi pulpa... 10

2 Kelinci ... 16

3 Ekstrak jahe merah ... 27

4 Aquadest dipanaskan ... 28

5 20 gr CMC ditimbang ... 28

6 CMC dimasukkan ke dalam larutan aquadest ... 28

7 Larutan didiamkan ... 28

8 Penggerusan hingga homogen ... 28

9 Ekstrak ditimbang ... 28

10 Larutan CMC ... 29

11 Penggerusan ekstrak dengan larutan CMC ... 29

12 Ekstrak jahe merah 1 % ... 29

13 Ekstrak jahe merah 2% ... 29

14 Diadaptasi di kandang ... 30

15 Kelinci dipasung ... 31

16 Bulu telinga kelinci di gunting ... 31

17 Telinga dianaestesi ... 31

18 Gigi dipreparasi ... 31

19 Preparasi hingga perforasi ... 32

20 Kavitas diirigasi ... 32


(13)

21 Bahan coba diinjeksi ... 32

22 Aplikasi RM GIC ... 32

23 Disinar dengan light cure ... 32

24 Gigi telah ditumpat ... 32

25 Kymograph diatur frekuensi dan tekan tombol repeat ... 33

26 Kelinci disiapkan untuk pengamatan ... 33

27 Katoda dan anoda diletakkan pada gigi ... 33


(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Rerata nilai voltase ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe

merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari ke-1. ... 36 2. Rerata nilai voltase ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe

merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari ke-3. ... 40


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur Pikir

2. Alur Pembuatan ekstrak jahe merah 1% dan 2%

3. Alur pengamatan efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) pada gigi kelinci

4. Data penelitian efek analgesik ekstrak jahe merah pada gigi kelinci 5. Hasil Uji statistik efek analgesik

6. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan (Ethical Clearance)

7. Surat Keterangan Penelitian di Farmasi USU 8. Surat Identifikasi Tumbuhan


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2015

Cyntia Gloria Emninta G

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo) xii + 51 halaman

Nyeri pulpa dapat diakibatkan oleh terjadinya inflamasi pulpa, ini disebabkan karena pulpa dikelilingi struktur dinding yang kaku sehingga mengakibatkan peningkatan jaringan dan pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan nyeri. Eugenol merupakan bahan pereda nyeri yang sering digunakan, bersifat sitotoksis pada jaringan sekitarnya. Kandungan jahe merah diduga memiliki efek analgesik terhadap inflamasi pulpa yaitu gingerol dan shagaol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgesik terhadap inflamasi pulpa ekstrak jahe merah pada gigi kelinci.

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium rancangan acak lengkap. Pada penelitian ini digunakan metode stimulasi elektrik gigi, dimulai dengan memperoleh bahan coba berupa ekstrak jahe merah sehingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi 1% dan 2%. Sampel menggunakan 35 kelinci dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu ekstrak jahe merah 1% hari 1, ekstrak jahe merah 1% hari 3, ekstrak jahe merah 2% hari 1, ekstrak jahe merah 2% hari 3, eugenol hari 1, eugenol hari 3, dan kontrol negatif, kemudian kelinci dianastesi, gigi insisivus atas kelinci dipreparasi hingga terjadi perforasi pulpa dan bahan coba diaplikasi 20 µl setiap kavitas, lalu ditumpat RM GIC, pengamatan dengan kymograph 50 Hz dan 0,2 mA sesuai dengan kelompok bahan dan waktu pengamatan, pencatatan nilai voltase dilakukan pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, 60.


(17)

Uji statistik Analisis Varians menunjukkan ekstrak jahe merah 2% pada hari pertama mengalami titik puncak pada menit ke-20 (1,38±0,13 volt) dan tetap stabil hingga menit ke-60, pada hari ketiga ekstrak jahe merah 2% mengalami titik puncak pada menit ke-10 (1,54±0,114 volt). Hasil uji LSD pada hari pertama ekstrak jahe merah 1% dan 2% mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap eugenol, sementara hari ketiga ekstrak jahe merah 1% tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan eugenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah mempunyai efek analgesik pada konsentrasi 1% dan 2%.

Daftar Rujukan: 44 (1973-2014)

Kata kunci: analgesik, jahe merah, gigi kelinci


(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera pulpa dapat menyebabkan inflamasi pulpa. Tanda inflamasi secara makroskopis diantaranya tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri). Nyeri adalah suatu reaksi peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi berbagai cara. Nyeri sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah kombinasi iritan yang menginduksi inflamasi pulpa dan atau jaringan periapeks.1

Pulpa merupakan organ sensoris sehingga pulpa memiliki sensitifitas terhadap stimulus eksternal. Pulpa menunjukkan respon terhadap berbagai jenis stimulus sensori seperti perubahan termal, mekanis atau trauma sebagai sensasi umum yaitu nyeri.2 Terjadinya cedera pada pulpa menyebabkan peningkatan aliran darah selama terjadinya inflamasi pulpa. Meningkatnya tekanan dan kapiler menggerakkan cairan dari pembuluh ke jaringan sekitar. Jaringan pulpa adalah jaringan yang terkurung dan dilindungi oleh dinding yang kaku karena berada dalam lingkungan low compliance.3 Oleh sebab dibatasi oleh dentin yang rigid maka terjadi perubahan volume di dalam ruang pulpa, sehingga apabila terjadi inflamasi sulit diadaptasi oleh pulpa.2

Nyeri pulpa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya iritan mekanik. Preparasi kavitas yang dalam dan pembuangan struktur gigi tanpa pendingin merupakan iritan mekanik dan suhu yang berperan terhadap jaringan pulpa. Makin dekat ke pulpa, jumlah tubulus per unit permukaan dan diameternya semakin meningkat. Akibatnya permeabilitas dentin akan lebih besar pada daerah dekat pulpa. Sehingga apabila dentin banyak dibuang maka akan lebih besar potensi terjadinya iritasi pulpa.1 Tekanan yang berlebihan dari pemakaian alat orthodontik yang


(19)

melewati batas toleransi dari ligamen periodontal juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah pulpa.2

Reaksi dan perubahan vaskuler yang terjadi pada pembuluh darah akibat iatrogenik menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas dan dilatasi pembuluh darah.1,2 Aktivasi saraf sensory di pulpa dapat mempengaruhi peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskular. Eksitasi serabut saraf Aδ tidak berpengaruh dengan aliran darah, sedangkan aktivasi serabut saraf C mempengaruhi peningkatan aliran darah. Inflamasi neurogenik dimediasi dari neuropeptid yang dilepaskan dari saraf sensoris, seperti substansi P dan CGRP.2 Peptid ini bersifat vasoaktif yakni dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler. Beberapa gigi memiliki serabut aferen yang sama, rasa nyeri pada satu gigi menyebabkan perubahan pada vaskuler di gigi lain.1

Beberapa bahan yang digunakan sebagai pereda nyeri diantaranya eugenol, dan glukosteroid. Eugenol merupakan salah satu jenis bahan pereda nyeri. Rasa nyeri yang sering disebabkan pada kasus perawatan pulpotomi yang mengalami kedaruratan sering mengandalkan eugenol sebagai bahan pereda nyeri.4 Eugenol mempunyai sifat antimikroba. Pada pemakaian yang berlebihan, eugenol mempunyai sifat sitotoksis dan dapat menyebabkan iritasi.1,5 Eugenol dapat menyebabkan terjadinya nekrosis sementum, tulang, dan radang periapikal.6 Eugenol juga mempunyai efek antiinflamasi yaitu menghambat siklooksigenase yang mensintesis enzim prostaglandin.5 Efek analgesik dari eugenol dengan memblok ion kanal dan saraf aferen. Selain itu, eugenol juga memblok Na+ dan K+. Eugenol juga dapat menghambat Ca2+ yang mengeluarkan neurotransmiter yang akan menghambat PGE2.7

Kecenderungan masyarakat konsumen dunia yang menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan bahan alami menunjukkan pertumbuhan yang pesat, termasuk di Indonesia sendiri.8 Penggunaan obat tradisional di Indonesia telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Namun, secara umum efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung hasil penelitian yang memadai. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional. Pengembangan tanaman


(20)

obat alam khas Indonesia memiliki arti dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan kemandirian di bidang kesehatan. Ini didasari dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang kebijakan obat tradisional.9

Bahan alami sejak lama digunakan untuk proses pengobatan. World Health Organization (WHO) merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini sesuai dengan prioritas utama dan fokus pembangunan JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014 mengenai teknologi kesehatan dan obat yaitu mengembangkan IPTEK kesehatan dan obat khususnya obat alami untuk mendukung industri farmasi nasional yang meliputi IPTEK untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan teknologi sarana kesehatan dan obat.10

Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe) merupakan salah satu jenis bahan alami yang dapat dikembangkan. Jahe mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional kegunaan jahe antara lain mengobati penyakit reumatik, asma, stroke, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al (2008), Wang dan Wang (2005), dan Tapsell et al (2006) cit. Christina Winarti , Hernani).11

Beberapa komponen kimia jahe seperti gingerol, shogaol, dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan, antikarsinogenik, non toksik dan non mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi, dan antiinflamasi secara sistemik (Surh et al (1998), Masuda et al (1995), Manju dan Nalini (2005), Stoilova et al (2007) cit. Christina Winarti , Hernani). Kandungan [6] dan [12]- gingerol mempunyai aktivitas antibakteri untuk mulut dan gusi.11 Jahe mengandung senyawa potensial antiinflamasi yang disebut gingerol dan shogaol (Kwang et al (1998) cit. Christina Winarti, Hernani).11 Menurut penelitian Dugasani et al (2010), kandungan gingerol dan shogaol dapat menghambat produksi PGE2.11 Kandungan gingerol jahe merah lebih tinggi dibanding jahe lainnya. Senyawa aktif pada jahe merah adalah


(21)

gingerol dan 3R,5S-[6] gingerdiol.10 Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada jahe merah, yang dapat menghambat sintesis eikosanoid. Penghambatan ini akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan.12

Jahe merah memiliki efek antibakteri. Menurut penelitian Basma et al (2014), jahe merah mempunyai aktivitas sebagai antibakteri pada bakteri Enterococcus faecalis dengan konsentrasi 2 g dalam 10 ml etanol 95% menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah menghasilkan koloni bakteri yang lebih sedikit yaitu 2,9 koloni dibanding ekstrak bawang putih 8,4 koloni dan kloroheksidin 2%, 28,9 koloni.13 Menurut penelitian Supreetha et al (2011), jahe merah pada konsentrasi 1 g, 2 g, 4 g yang dilarutkan dalam etanol 99,9% menunjukkan bahwa konsentrasi 2 g lebih efektif dibanding 1 g dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans.14

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat apakah jahe merah mempunyai efek terhadap penurunan nyeri pulpa yang diakibatkan oleh inflamasi pulpa. Dalam penelitian ini penurunan nyeri pulpa dilakukan dengan menggunakan metode elektrik.15,16 Penelitian ini dilakukan pada gigi kelinci yang diinduksi secara mekanis sehingga terjadi inflamasi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, dapat disusun tema sentral dari masalah penelitian ini yakni:

Nyeri pulpa dapat diakibatkan oleh terjadinya inflamasi pulpa. Inflamasi pulpa dapat disebabkan karena adanya iritasi pada pulpa baik secara mekanis, bakteri, atau khemis.

Nyeri pulpa terjadi karena adanya inflamasi pulpa yang sulit diadaptasi oleh pulpa karena pulpa dikelilingi oleh dinding struktur jaringan gigi yang kaku.

Nyeri pulpa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya iritan mekanik. Penyebab mekanik yang dapat menimbulkan nyeri diantaranya preparasi kavitas yang dalam, pembuangan struktur gigi tanpa pendingin, ataupun terjadi prosedur iatrogenik.


(22)

Beberapa bahan pereda nyeri diantaranya eugenol dan steroid. Eugenol paling sering digunakan. Akan tetapi, mempunyai sifat sitotoksis dan dapat menyebabkan iritasi.

 Jahe mengandung senyawa potensial antiinflamasi yang disebut gingerol dan shogaol (Kwang et al 1998 cit. Christina Winarti , Hernani). Jahe merah mempunyai komponen aktif yaitu gingerol dan shogaol yang berfungsi menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator radang.Menurut penelitian Dugasani et al, kandungan gingerol dan shogaol dapat menghambat produksi PGE2. Namun, belum ada penelitian mengenai efek analgesik dalam mengatasi nyeri akibat inflamasi pulpa.

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah ada efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) pada konsentrasi 1% dan 2% pada gigi-gigi yang mengalami nyeri intradental akibat inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga?

2. Apakah ada perbedaan efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) pada konsentrasi 1% dan 2% dibanding dengan eugenol yang sering dipakai sebagai pereda nyeri pada gigi yang mengalami inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk melihat efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) pada konsentrasi 1% dan 2% pada gigi-gigi yang mengalami nyeri intradental akibat inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga.

2. Untuk melihat efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) pada konsentrasi 1% dan 2% dibanding dengan eugenol yang sering dipakai sebagai pereda nyeri pada gigi-gigi yang mengalami inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Klinis

Meningkatkan pengembangan material kedokteran gigi yang berasal dari bahan alam dalam mengatasi nyeri pulpa.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi bagi dokter gigi mengenai efek analgesik ekstrak jahe merah terhadap nyeri pulpa

1.4.3 Manfaat Praktis

 Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan menggunakan bahan alami dan mudah didapat.

 Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan menggunakan bahan alami dengan harga yang terjangkau.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri Pulpa

Nyeri adalah suatu fenomena fisiologik dan psikologik yang kompleks. Komponen fisiologi dari persepsi nyeri dan reaksi nyeri terdiri atas komponen kognitif, emosional, dan faktor simbolik. Keadaan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan status emosional pasien. Nyeri pulpa cenderung bersifat menyebar dan dialihkan. Jika nyeri meningkat intensitasnya maka nyeri bisa menyebar ke telinga, tulang temporal, pipi, atau gigi lainnya.1

2.1.1 Penyebab Nyeri Pulpa

Nyeri sering dialami pasien baik sebelum, selama, maupun setelah perawatan saluran akar. Nyeri pulpa yang dikarenakan inflamasi pulpa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya iritan mikroba dan iritan mekanik.

2.1.1.1 Iritan mikroba

Mikroorganisme yang terdapat pada karies merupakan sumber utama iritasi pada jaringan pulpa. Akan tetapi, pajanan langsung dari mikroorganisme bukan merupakan prasyarat inflamasi pulpa. Mikroorganisme di dalam jaringan karies akan memproduksi toksin yang berpenetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin.1 Mikroorganisme memproduksi toksin yang berpenetrasi ke pulpa. Pada infeksi primer, bakteri anaerob gram negatif yang ditemukan pada saluran akar menunjukkan adanya lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel yang menyebabkan destruksi periapikal dan nekrosis pulpa. Adanya inflamasi, destruksi tulang, dan nyeri merupakan efek yang dihasilkan oleh lipopolisakarida. Lipopolisakarida dan peptidoglikan menyebabkan sitokin untuk menghasilkan infeksi secara lokal. Lipopolisakarida dapat menstimulasi limfosit B dan memulai respon imun melalui


(25)

Toll Like Receptor 4 (TLR 4). Produksi mediator nyeri seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin disebabkan oleh lipopolisakarida. Pada infeksi sekunder, bakteri anaerob gram positif, mempunyai perbedaan pada dinding selnya. Peptidoglikan dan lipoteichoic acid (LTA) menyebabkan dinding sel menjadi kaku. Produksi limfokin, seperti osteoclast-activating factor dan produksi prostaglandin merupakan hasil dari aksi peptidoglikan. Keduanya meningkatkan patogenitas dan gejala infeksi penyakit dari jaringan periapikal. Secara imunologi, peptidoglikan mengaktifkan limfosit B. LTA meningkatkan proses destruksi dengan menginduksi resopsi tulang. Secara imunologi, LTA dapat mengaktifkan complement cascade.19

Bakteri dapat masuk ke dalam pulpa melalui tubuli dentin yang terbuka dari karies maupun dari terbukanya pulpa karena trauma, adanya kebocoran pada restorasi, atau perluasan infeksi dari gingiva. Mikroorganisme berperan penting dalam penyakit pulpa. Ada tidaknya iritasi bakteri sebagai penentu dalam keadaan pulpa setelah pulpa terbuka secara mekanis.2

2.1.1.2 Iritan mekanik

Selain bakteri, kekuatan mekanis dapat mempengaruhi jaringan pulpa. jaringan pulpa dapat mengalami iritan secara mekanik. Preparasi kavitas yang dalam dan pembuangan struktur gigi tanpa pendingin merupakan iritan mekanik dan suhu akan mempengaruhi terhadap jaringan pulpa. Makin dekat ke pulpa, jumlah tubulus dentin per unit permukaan dan diameternya semakin meningkat. Akibatnya permeabilitas dentin akan lebih besar pada daerah dekat pulpa. Sehingga apabila dentin banyak dibuang maka akan lebih besar potensi terjadinya iritasi pulpa.1 Pembuangan struktur gigi tanpa pendingin dapat menimbulkan banyak iritasi dibanding dengan penggunaan pendingin (water coolant). Reaksi dan perubahan vaskuler yang terjadi pada pembuluh darah akibat iatrogenik menyebabkan adanya peningkatan permeabilitas dan dilatasi pembuluh darah.1,2 Aktivasi saraf sensory di pulpa dapat mempengaruhi peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskular. Tekanan yang berlebihan dari pemakaian alat orthodontik yang melewati batas toleransi dari ligamen periodontal, menyebabkan pembuluh darah pulpa mengalami


(26)

ruptur. Ketika ini terjadi sampai ke apikal, akan menyebabkan kehilangan pasokan nutrisi untuk sel pulpa. Sel ini akan atrofi dan mati.2

2.1.1.3 Iritan Khemis

Penggunaan bahan kimia dalam dunia kedokteran gigi dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada pulpa. Iritan kimia pada pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan seperti zat yang terdapat pada material tambahan sementara dan permanen. Zat antibakteri seperti fenol dan eugenol yang diupayakan untuk mensterilkan dentin setelah preparasi kavitas mempunyai efek samping sitoksisitasnya dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa yang terletak dibawahnya.1

2.1.2 Persarafan Intradental

Saraf sensori pada pulpa gigi terdiri dari serabut Aδ dan serabut C. Serabut Aδ merupakan serabut bermielin sedangkan serabut C merupakan serabut tidak bermielin. Serabut saraf Aδ mempunyai kecepatan konduksi 2-30 m/s. Serabut saraf ini mempunyai diameter 1-5 μm. Serabut ini merupakan serabut saraf aferen primer yang bermielin. Serabut saraf C mempunyai kecepatan konduksi 0,5-2 m/s. Serabut saraf C mempunyai diameter 0,3-1 μm. Serabut saraf ini merupakan serabut saraf aferen primer yang tidak bermielin.20Kedua serabut saraf tersebut yang memberikan informasi adanya nyeri.2,21,22 Sebagian besar saraf sensorik mempunyai nociseptor berujung bebas yang ketika menerima stimulasi fisiologis yang melebihi batas ambang dapat menghasilkan persepsi nyeri yang sulit bagi pasien melokalisasinya. Namun setelah peradangan menyebar pada ligament periodontal, saraf Aβ ikut serta sebagai reseptor. Hal ini menyebabkan lokalisasi nyeri lebih mudah diprediksi dengan rangsangan mekanik seperti perkusi.22,23 Serabut saraf Aδ menghasilkan sensasi yang

tajam sedangkan serabut saraf C menghasilkan sensasi nyeri yang tumpul. Signal nyeri tajam dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut tipe Aδ, sedangkan nyeri tumpul dijalarkan melalui saraf perifer ke medula spinalis oleh serabut tipe C. Setelah memasuki medula spinalis, rasa nyeri berakhir pada neuron di kornus dorsalis.23,24(Gambar 1)


(27)

Gambar 1. Neurofisiologi pulpa24

Dua komponen penting dalam inflamasi pulpa adalah mikrosirkulasi dan saraf sensorik. Hasil penelitian hitopatologis yang dilakukan Fearhead, Dahl dan Myor, Holland menunjukkan bahwa saraf sensorik gigi terdiri dari serabut-serabut saraf tipe A-δ (bermielin) dan serabut-serabut saraf tipe-C (tidak bermielin). Ujung saraf intradental yang merupakan ujung saraf bebas terletak pada daerah batas dentin (inner dentin) dan pulpa, sehingga dengan lokasi ujung saraf serta adanya cairan tubulus dentin menyebabkan ujung saraf intradental sangat ideal menerima rangsang eksternal dan diteruskan ke susunan saraf pusat.25

Aktivasi saraf sensory di pulpa dapat mempengaruhi peningkatan aliran darah dan permeabilitas vaskular. Eksitasi serabut saraf Aδ tidak berpengaruh dengan aliran darah, sedangkan aktivasi serabut saraf C mempengaruhi peningkatan aliran darah. Inflamasi neurogenik dimediasi dari neuropeptid yang dilepaskan dari saraf sensoris, seperti substansi P dan CGRP.2 Peptid ini bersifat vasoaktif yakni dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler. Mediator inflamasi menurunkan batas saraf sensoris. Peningkatan aliran darah menyebabkan eksitasi pulpa dari kedua serabut


(28)

saraf.2 Mediator inflamasi seperti Prostaglandin E2 (PGE2), dan bradikinin juga dapat membangkitkan neurosekresi CGRP. Neuropeptida ini menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, maka terjadi inflamasi neurogenik.2

Mediator kimia bersifat endogen yang mempunyai kaitan dengan rasa sakit karena inflamasi diantaranya histamin, bradikinin, 5 - hydroxytryptamine, dan prostaglandin.20,26 Mediator ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensori pada nyeri yang diakibatkan oleh mediator lain. Mediator neurogenik terlibat dalam respon pulpa terhadap iritan dan seperti komponen-komponen imun, ini dapat mencetus keadaan patologi dan juga respon penyembuhan.

2.1.3 Mekanisme Nyeri

Proses nyeri merupakan pengalaman subjektif yang merupakan kejadian akibat elektrik dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari nosiseptor oleh stimulus noxious pada jaringan yang kemudian akan mengakibatkan perubahan stimulasi nosiseptor. Signal saraf dihantarkan oleh potensial aksi yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar secara cepat di sepanjang membrane serabut saraf. Proses ini dinamakan aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Ketika diberi distimulus, nyeri lambat kronik dijalarkan ke medula spinalis oleh serabut C. Sedangkan rasa nyeri yang tajam dijalarkan serabut Aδ. Sewaktu memasuki medulla spinalis dari radiks

spinalis dorsalis, serabut rasa nyeri berakhir pada neuron di kornus dorsalis. Tahap ini menimbulkan persepsi nyeri yang dimodulasi oleh signal yang mempengaruhi proses tersebut. Proses terakhir adalah persepsi dimana pesan tersebut menuju otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.23

2.2 Pulpitis Reversibel Simptomatik

Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi. Jaringan pulpa terletak dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses radang, sulit ditentukan


(29)

sejauh mana proses tersebut terjadi.Pulpitis reversibel simptomatis merupakan respon peradangan dari jaringan pulpa terhadap iritasi. Rasa sakit karena peningkatan tekanan intrapulpa.26 Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka. Gejalannya apabila diaplikasi stimulus dingin dan panas dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam. Rasa sakit ini timbul karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa.1

2.3 Bahan Pereda Nyeri

Beberapa bahan alami telah digunakan dalam mengatasi inflamasi pulpa akibat pulpitis reversibel. Dalam penelitian Trimurni (1998), kemuning digunakan sebagai bahan coba dan menunjukkan bahwa terjadi penurunan sel radang pada inflamasi pulpa yang diinduksi secara mekanis.31 Dalam penelitian Aldo Sabir (2005), propolis digunakan sebagai bahan coba dalam mengatasi inflamasi pulpa. Hasil penelitian tersebut menyatakan respon inflamasi pada pulpa tikus dari propolis lebih baik dibanding eugenol sebagai kontrol.27 Selain itu, watermelon frost merupakan bahan alami yang telah digunakan dalam penelitian Dennis dan Trimurni Abidin (2009) dalam mengatasi inflamasi pulpa. Hasil penelitian tersebut menyatakan eugenol dan watermelon frost memiliki efek dalam penurunan PGE2.28 Bahan alami lain seperti buah lerak juga digunakan penelitian Fitrah Utari (2010) dalam mengatasi nyeri pulpa dan diuji stimulasi pulpa pada gigi kelinci dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2 mA. Hasil penelitian tersebut ekstrak lerak 2,5% mempunyai efek analgesik paling baik dibanding 5% dan 7,5%.29 Dalam penelitian Dennis (2015), watermelon frost juga memiliki efek dalam menurunkan substansi P (SP) yang merupakan mediator inflamasi neurogenik dan meningkatkan fosfatase alkali (ALP) pada pulpa yang mengalami pulpitis reversibel dibanding dengan kelompok yang tidak diberi bahan coba.30 Beberapa bahan pereda nyeri yang digunakan dalam dunia kedokteran gigi diantaranya eugenol dan glukosteroid.


(30)

2.3.1. Eugenol

Pereda nyeri yang biasanya digunakan pada saluran akar adalah eugenol. Eugenol telah banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi. Eugenol adalah derivat fenol yang bersifat sebagai antibakteri. Sifat antibakteria ini dapat menekan pertumbuhan bakteri sehingga mengurangi inflamasi.1 Akan tetapi, eugenol dapat bersifat sitotoksin berupa alergenitas dan dapat menyebabkan iritasi .1,5 Eugenol juga dapat menyebabkan terjadinya nekrosis sementum, tulang, dan peradangan periapikal.6 Eugenol juga mempunyai efek antiinflamasi yaitu menghambat siklooksigenase yang mensintesis enzim prostaglandin.5 Efek analgesik dari eugenol dengan memblok ion kanal dan saraf aferen. Selain itu, eugenol juga memblok Na+ dan K+. Eugenol juga dapat menghambat Ca2+ yang mengeluarkan neurotransmiter yang akan menghambat PGE2.7

2.3.2 Glukosteroid

Steroid yang sering digunakan adalah glukosteroid. Glukosteroid dapat mengurangi rasa sakit dan inflamasi pulpa. Walaupun banyak kekurangan glukosteroid, namun pemakaian glukosteroid dipercaya dapat menghambat dan mngurangi rasa nyeri. Steroid telah menunjukkan bahwa material ini dapat menurunkan nyeri pasca perawatan walaupun dengan hasil campuran. Steroid akan mengubah respon inflamasi dan vaskuler yang cukup menurunkan tingkatan nyeri. Namun steroid tidak dapat menurunkan nyeri parah. Dalam aplikasi endodontik, kerja obat ini tidak banyak hanya mempengaruhi nyeri yang derajatnya ringan. Glukosteroid memiliki kelemahan yang mempunyai efek imunosupresan.1

2.4. Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe)

Menurut taksonominya, Zingiber officinale diklasifikasikan dalam32:

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Spermatopyta

 Kelas : Monocotyledonae

 Bangsa : Zingiberales


(31)

 Suku : Zingiberaceae

 Marga : Zingiber

 Spesies : Zingiber officinale

Ciri umum tanaman jahe adalah tumbuh berumpun. Batang semu, tidak bercabang, berbentuk bulat, tegak, tersusun dari lembaran pelepah daun, berwarna hijau pucat dengan pangkal batang kemerahan, tinggi dapat mencapai 1 meter. Bunga majemuk terdiri atas kumpulan bunga yang berbentuk kerucut kecil, warna kelopak putih kekuningan.32

Jahe merah memiliki nama latin Zingiber officinale roscoe. Jahe merah merupakan tanaman dengan rimpang kuat dan menjalar. Jahe merah berbatang semu dan berwarna hijau kemerahan. Jahe merah mempunyai timpang kecil berlapis-lapis dengan aroma yang tajam, berwarna jingga muda sampai merah.33

Jahe memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat yang mampu memperkuat khasiat obat yang dicampurkannya. Minyak atsiri yang terkandung pada jahe merah sekitar 2,58-2,72%, termasuk volatile oil atau minyak yang mudah menguap. Minyak atsiri merupakan komponen yang memberikan bau atau aroma yang khas. Sementara itu, oleoresin termasuk non-volatile oil atau minyak yang tidak mudah menguap.33

Berdasarkan beberapa penelitian, unsur-unsur yang terkandung dalam jahe merah, yaitu n-nonyl aldehyde, d-champene, d-beta phellandrene, methylheptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol, dan zingiberene. Jahe merah biasanya digunakan sebagai campuran bahan obat.33

Jahe mempunyai efek antibakteria. Kandungan gingerol dan shogaol menunjukkan efektivitas antibakteria dan antifungal yang baik. Menurut penelitian, rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif diantaranya Porphyromonas gingivalis, Porphyromonas endodontalis, dan Prevotella intermediate yang dapat menyebabkan penyakit periodontal. Kandungan [10]-gingerol dan [12]-[10]-gingerol dapat menghambat beberapa bakteri di rongga mulut.34


(32)

Beberapa senyawa diantaranya gingerol dan shogaol memberi aktivitas farmakologi dan seperti efek antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik, dan kardiotonik.32 Salah satu penyebab nyeri pulpa adalah adanya inflamasi.1 Jahe merah mempunyai komponen aktif yaitu gingerol dan shogaol yang berfungsi menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator radang.32 Jahe merah juga mempunyai kandungan saponin, tanin, dan alkaloid.35 Gingerol dan shogaol merupakan turunan dari alkaloid.44 Kandungan gingerol dan shagaol dapat menghambat produksi PGE2.32,36 Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada jahe merah, yang dapat menghambat sintesis eikosanoid yang akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan.12

2.5 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) sebagai Hewan Coba

Hewan coba memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan biomedis khususnya. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) mempunyai berbagai jenis yang sering digunakan sebagai hewan coba diantaranya kelinci New Zealand, Lops, Dutch, dan California. Kelinci telah banyak digunakan pada penelitian biomedis. Penggunaan kelinci diperluas karena kemudahan dalam menanganinnya dan harganya yang relatif murah.37

Seekor kelinci yang normal mempunyai intuisi, aktif, ingin tahu, memiliki bulu yang lebat dan kondisi tubuh yang baik (Gambar 2). Ketika kelinci dilakukan percobaan yang menyebabkan nyeri, kelinci akan menunjukkan perubahan jalan, penarikan diri dan perlindungan dari cedera, postur yang canggung, menjilat, menggosok atau menggaruk areanya, atau bahkan penurunan nafsu makan.37 Dalam penelitian ini, tingkah laku kelinci yang mudah untuk diamati berupa menjilat (licking) melalui metode stimulasi elektrik pada gigi. Metode stimulasi elektrik pada gigi ini diamati selama 1 jam dengan interval waktu 10 menit untuk mengevaluasi durasi maksimum bahan coba.15


(33)

Gambar 2. Kelinci (Oryctolaguscuniculus)

Gigi kelinci (Oryctolagus cuniculus) memiliki densitas tulang yang mirip dengan gigi manusia.25 Rumus gigi kelinci adalah 2 x (I2/2 C0/0 P3/2 M3/3). Kelinci memiliki 6 gigi insisivus. Terdapat 4 gigi insisivus maksila, 2 pada sisi labial yang memiliki groove vertikal pada garis tengahnya, dan 2 gigi rudimeter pada sisi palatalnya. Kelinci tidak mempunyai gigi kaninus baik di rahang atas maupun rahang bawah. Terdapat 6 gigi premolar pada rahang atas dan 4 gigi pada rahang bawah. Terdapat pula 6 gigi molar rahang atas dan 6 gigi pada rahang bawah. Diastema yang besar diantara gigi insisivus dengan gigi premolar. Gigi premolar memiliki bentuk yang mirip dengan gigi molar, keduanya sering disebut gigi pipi.38 Gigi insisivus kelinci memiliki bentuk mahkota yang panjang, dan selalu erupsi terus menerus. Akar dari gigi insisivus kelinci termasuk apeks terbuka.39


(34)

2.5 Kerangka Teori

Proses inflamasi neurogenik

Pembebasan Mediator

Meningkatan aliran darah di pulpa

Nyeri Pulpa

Kandungan Jahe Merah

Alkaloid

Flavonoid

Efek Analgesik Meningkatnya

permeabilitas pembuluh darah

Meningkatnya tekanan intrapulpa Injuri

Gingerol Shogaol

Saponin

Tanin


(35)

Iritan mekanik dapat menyebabkan proses inflamasi neurogenik. Pada proses ini, yang dihasilkan seperti Calsitonin Gene Related Peptide (CGRP) dan substansi P yang menghasilkan persepsi nyeri.1 Pulpa terkurung oleh dentin yang kaku dan low-compliance environment dan menyebabkan peningkatan tekanan jaringan dan mediator inflamasi penyebab nyeri. Pelepasan mediator nyeri ini menyebabkan nyeri langsung dengan menurunkan ambang rangsang sensorik. Mediator ini juga mengakibatkan nyeri tidak langsung dengan meningkatnya vasodilator anteriol dan permeabilitas venul sehingga terjadinya penumpukan cairan inflamasi dan meningkatnya tekanan intrapulpa.1 Untuk mengatasi rasa nyeri tersebut, diperlukannya bahan pereda nyeri. Jahe merah mempunyai efek antiinflamasi. Kandungan dari jahe merah diantaranya gingerol dan shogaol. Senyawa tersebut memberi aktivitas farmakologi seperti antioksidan dan antibakteria. Jahe merah juga mempunyai kandungan saponin, tanin, dan alkaloid.35 Komponen gingerol dan shogaol merupakan turunan dari alkaloid.44 Komponen aktif gingerol mempunyai efek menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi.32 Kandungan gingerol dan shogaol mempunyai efek dalam menghambat produksi PGE2.36 Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada jahe merah, yang dapat menghambat sintesis eikosanoid. Penghambatan ini akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan.12


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini menganalisis pengaruh ekstrak jahe merah sebagai analgesik pada gigi kelinci. Hal ini dapat dilihat dengan membuat ekstrak jahe merah dan dicobakan pada kelinci sebagai hewan coba sehingga didapat efek analgesiknya. Pada penelitian ini, efek analgesik dilihat setelah pemberian ekstrak jahe merah konsentrasi 1% dan konsentrasi 2% dibandingkan dengan eugenol. Penurunan nyeri dinyatakan dengan nilai voltase yang dilihat melalui pengamatan tingkah laku berupa menjilat (licking) setiap 10 menit selama 1 jam pada hari pertama dan ketiga dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2mA.

Ekstrak Jahe merah 1%

Ekstrak Jahe merah 2%

Penurunan nyeri dinyatakan dengan nilai voltase yang dilihat melalui pengamatan tingkah laku berupa menjilat (licking) Eugenol

Waktu pengamatan pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, 60 pada hari ke-1 dan ke-3


(37)

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Ekstrak jahe merah 1% dan 2% mempunyai pengaruh analgesik terhadap gigi-gigi yang mengalami nyeri intradental akibat inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga

2. Ada perbedaan efek analgesik jahe merah 1% dan 2% dibanding dengan eugenol yang sering dipakai sebagai pereda nyeri pada gigi yang mengalami inflamasi pulpa pada hari pertama dan hari ketiga


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

4.1.2 Rancangan Penelitian : Rancangan Acak Lengkap

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Laboratorium Obat Tradisional Farmasi dan Laboratorium Farmakologi Farmasi Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah September 2014 sampai dengan Juni 2015

4.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel

4.3.1 Populasi : Kelinci Jantan

4.3.2 Sampel : Kelinci Jantan

Kriteria inklusi kelompok sampel :

Kelinci Jantan dengan berat badan 1,5-2 kg

Kelinci Jantan dengan rentang umur 3-5 bulan

Kelinci Jantan yang memiliki gigi insisivus sentralis atas

Kriteria eksklusi kelompok sampel :

Kelinci Jantan yang tidak memiliki insisivus sentralis atas


(39)

4.3.3 Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan gigi insisivus atas kelinci. Jumlah sampel kelinci yang digunakan berdasarkan rumus federer40

t = 7 kelompok (t-1) (r-1) ≥ 15 (7-1) (r-1) ≥ 15 (6) (r-1) ≥ 15 (r-1) ≥ 2,5 r ≥ 3,5

r ≥ 4  5 ekor

Jumah kelinci yang digunakan sebanyak 5 ekor setiap kelompok, sehingga total sampel sebanyak 35 ekor kelinci.

 Ekstrak Jahe Merah 1% pengamatan hari 1 : 5 ekor kelinci

 Ekstrak Jahe Merah 1% pengamatan hari 3 : 5 ekor kelinci

 Ekstrak Jahe Merah 2% pengamatan hari 1 : 5 ekor kelinci

 Ekstrak Jahe Merah 2% pengamatan hari 3 : 5 ekor kelinci

 Eugenol pengamatan hari 1 : 5 ekor kelinci

 Eugenol pengamatan hari 3 : 5 ekor kelinci

 Kontrol negatif : 5 ekor kelinci


(40)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas

 Ekstrak Jahe Merah 1%, Ekstrak Jahe Merah 2%, Eugenol

Variabel Terikat

 Penurunan nyeri dinyatakan dengan nilai voltase yang diukur dengan menggunakan kymograph melalui pengamatan tingkah laku berupa menjilat setiap 10 menit selama 1 jam pada hari ke-1 dan ke-3

Variabel terkendali

 Jenis kelamin kelinci Jantan

 Berat Kelinci 1,5-2 kg

 Usia kelinci 3-5 bulan

 Makanan kelinci

 Suhu kandang kelinci (320C)

 Jadwal makan kelinci (pukul 09.00 dan 16.00)

 Lama waktu adaptasi kelinci dalam kandang 1 minggu

 Jenis dan bentuk mata bur (bur bulat kecil, no 1)

 1 bur bulat untuk 1 gigi yang dipreparasi

 Kecepatan putar dari bur (35.000 rpm)

 Jumlah larutan yang diaplikasi ke ruang pulpa ( 20µl)

 Frekuensi kymograph (50 Hz)

 Kuat arus pada kymograph (0,2 mA)

 Waktu pengamatan dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam

 Pengamatan pada hari ke-1 dan ke-3

 Ketrampilan operator

 Tumpatan RM GIC

Variabel tidak terkendali

 Suhu dan lamanya waktu penyimpanan jahe merah selama dipetik dari pohon sampai ekstraksi jahe merah.

 Lamanya ekstrak jahe merah dari disimpan sampai digunakan

 Variasi struktur anatomis gigi insisivus rahang atas kelinci

 Perlakuan kelinci dari lahir sampai digunakan sebagai hewan coba


(41)

4.4.1 Variabel bebas : ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, dan eugenol

4.4.2 Variabel terikat : Penurunan nyeri dinyatakan dengan nilai voltase yang diukur dengan menggunakan kymograph melalui pengamatan tingkah laku berupa menjilat setiap 10 menit selama 1 jam pada hari ke-1 dan ke-3

4.4.3 Variabel terkendali  Jenis kelamin kelinci Jantan

 Berat Kelinci 1,5-2 kg

 Usia kelinci 3-5 bulan

 Makanan kelinci

 Suhu kandang kelinci (320C)

 Jadwal makan kelinci (pukul 09.00 dan 16.00)

 Lama waktu adaptasi kelinci dalam kandang 1 minggu

 Jenis dan bentuk mata bur (bur bulat kecil, no 1)

 1 bur bulat untuk 1 gigi yang dipreparasi

 Kecepatan putar dari bur (35.000 rpm)

 Jumlah larutan yang diaplikasi ke ruang pulpa ( 20µl)

 Frekuensi kymograph (50 Hz)

 Kuat arus pada kymograph (0,2 mA)

 Waktu pengamatan dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam

 Pengamatan pada hari ke-1 dan ke-3

 Ketrampilan operator

 Tumpatan RM GIC

4.4.4 Variabel tidak terkendali

 Suhu dan lamanya waktu penyimpanan jahe merah selama dipetik dari pohon sampai ekstraksi jahe merah.


(42)

 Lamanya ekstrak jahe merah dari disimpan sampai digunakan

 Variasi struktur anatomis gigi insisivus rahang atas kelinci

 Perlakuan kelinci dari lahir sampai digunakan sebagai hewan coba

4.5 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

No Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur Satuan

Ukur

Skala Ukur

1 Ekstrak Jahe Merah

Ekstrak jahe merah diperoleh dengan menimbang 0,1 gram dan 0,2 gram kemudian dilarutkan dengan 10 ml CMC 0,2%, sehingga menghasilkan konsentrasi 1% dan 2%

Spuit Gram dan Mililiter

Nominal

2 Eugenol Bahan yang sering digunakan dalam pereda nyeri pulpa, dengan merek Biodinamica

Spuit Mililiter Nominal

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat No Variabel

Terikat

Definisi Operasional Skala

Ukur

Satuan Ukur

Alat Ukur

1 Efek analgesik Penurunan nyeri dinyatakan dengan nilai voltase yang diukur dengan menggunakan kymograph melalui pengamatan tingkah laku berupa menjilat setiap 10 menit selama 1 jam pada hari ke-1 dan ke-3

Rasio voltase Kymograph


(43)

4.6 Bahan dan Alat Penelitian 4.6.1 Bahan Penelitian

Ekstrak Jahe Merah

Cotton pellet

Eugenol (Biodinamica)

Alkohol 70% (Kimia Farma, Indonesia)

Saline (Kimia Farma, Indonesia)

Ketamin (Kimia Farma, Indonesia)

RM GIC (Ionoseal, VOCO)

4.6.2 Alat Penelitian

Kymograph (Universal model, Harvard,USA)

Timbangan (Presica geniweight, Indonesia)

Botol vial

Spuit 1 ml (Terumo,Japan)

Spuit 3 ml (Terumo,Japan)

Mikromotor (Woodpecker, China)

Bur bulat kecil no 1 (Dentsply, USA)

Pinset, sonde, instrument plastis (Dentica, Indonesia)

Pasungan kelinci

Kandang kelinci

Light cure

4.7 Prosedur Penelitian

Ekstrak jahe merah diperoleh dari penelitian Tati Saida Ratna (2009) dan dilakukan pembuatan ekstrak jahe merah konsentrasi 1% dan konsentrasi 2%. (Gambar 3).


(44)

Gambar 3 . Ekstrak Jahe Merah

4.7.1 Pembuatan ekstrak jahe merah konsentrasi 1%

Panaskan aquadest sebanyak 10 ml dan pindahkan ke lumpang (Gambar 4). Sebanyak 20 mg bubuk CMC (Carboxy Methil Cellulose) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik elektrik (Sartorius, Germany) (Gambar 5), kemudian ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi aquadest 10 ml (Gambar 6). Diamkan selama 30 menit (Gambar 7) hingga diperoleh masa transparan, kemudian digerus hingga berbentuk gel atau masa yang kental dan homogen. (Gambar 8).

Timbang ekstrak sebanyak 0,1 gram (Gambar 9) ditambahkan larutan CMC (Gambar 10) sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 11), ditambahkan aquadest sampai volume 10 ml, kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 12)

4.7.2 Pembuatan ekstrak jahe merah konsentrasi 2%

Panaskan aquadest sebanyak 10 ml dan pindahkan ke lumpang (Gambar 4). Sebanyak 20 mg bubuk CMC (Carboxy Methil Cellulose) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik elektrik (Sartorius, Germany) (Gambar 5), kemudian ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi aquadest 10 ml (Gambar 6). Diamkan selama 30 menit (Gambar 7) hingga diperoleh masa transparan, kemudian digerus hingga berbentuk gel atau masa yang kental dan homogen. (Gambar 8).

Timbang ekstrak sebanyak 0,2 gram (Gambar 9) ditambahkan larutan CMC (Gambar 10) sedikit demi sedikit sambil digerus (Gambar 11), ditambahkan aquadest sampai volume 10 ml, kemudian disimpan dalam botol vial (Gambar 13)


(45)

Gambar 4. Aquadest dipanaskan Gambar 5. 20 gr CMC ditimbang

Gambar 6.CMC dimasukkan kedalam Gambar 7. Larutan didiamkan Larutan aquadest

Gambar 8. Penggerusan hingga Gambar 9. Ekstrak ditimbang homogen


(46)

Gambar 10. Larutan CMC 0,2 % Gambar 11. Pengerusan Ekstrak dengan

Larutan CMC

Gambar 12. Ekstrak Jahe Gambar 13. Ekstrak Jahe Merah 1% Merah 2 %

4.7.3 Persiapan Hewan Coba

Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan dengan berat 1,5-2 kg, umur 3-5 bulan, dibagi menjadi 6 kelompok bahan coba yang terdiri dari ekstrak jahe merah 1% untuk pengamatan hari 1, ekstrak jahe merah 1% untuk pengamatan hari 3, ekstrak jahe merah 2% hari 1, ekstrak jahe merah 2% untuk pengamatan hari 3 eugenol untuk pengamatan hari 1, eugenol untuk pengamatan hari 3, dan kontrol negatif (tanpa diberi bahan coba).

Hewan coba diadaptasi selama 1 minggu dan dipelihara dalam kandang (Gambar 14). Kandang hewan coba dibersihkan setiap hari dari kotoran dan sisa makanan agar tetap kering. Hewan coba diberi makan 2 kali sehari pukul 09.00 dan 16.00 WIB.


(47)

Gambar 14. Adaptasi di kandang

4.7.4 Perlakuan Hewan Coba

Kelinci dimasukkan ke dalam tempat pasungan kelinci (Gambar 15). Telinga kanan kelinci dibersihkan dengan alkohol 70%. Bulu pada telinga tangan kelinci yang berada di atas pembuluh darah vena (marginal ear vein) dicukur dengan gunting (Gambar 16), kemudian dianaestesi dengan spuit 1 ml secara intravena dengan ketamin (15 mg/kg)37 (Gambar 17)

Gigi dipreparasi dengan menggunakan bur bulat kecil (Gambar 18) dengan kecepatan 35.000 rpm sampai perforasi pulpa (Gambar 19). Setelah perforasi, kavitas diirigasi dengan spuit 3 ml dengan saline (Gambar 20) dan dikeringkan dengan cotton pellet steril.16

 Setelah kavitas kering, aplikasikan bahan coba yaitu, ekstrak jahe merah 1 % untuk pengamatan hari 1 pada 5 ekor kelinci, ekstrak jahe merah 1 % untuk pengamatan hari 3 pada 5 ekor kelinci, ekstrak jahe merah 2 % untuk pengamatan hari 1 pada 5 ekor kelinci, ekstrak jahe merah 2 % untuk pengamatan hari 3 pada 5 ekor kelinci, eugenol untuk pengamatan hari 1 pada 5 ekor kelinci, eugenol untuk pengamatan hari 3 pada 5 ekor kelinci, dan kontrol negatif (-) pada 5 ekor kelinci. Bahan coba diinjeksikan ke kavitas pulpa sebanyak 20 µl (0,02 ml) setiap gigi (Gambar 21) dengan menggunakan spuit 1 ml.


(48)

Setelah diaplikasi bahan coba, kavitas diletak dengan kapas lalu ditumpat dengan RM GIC (Gambar 22) lalu dilakukan penyinaran menggunakan light cure (Gambar 23). Gigi insisivus sentralis kanan dan kiri atas telah ditumpat (Gambar 24).

Dilakukan pengamatan dengan penurunan nilai voltase pada kymograph melalui tingkah laku menjilat (licking). Kymograph dihidupkan dan diatur dengan frekuensi 50 Hz dan kuat arus 0,2mA dan ditekan tombol repeat (arus listrik akan mengalir secara terputus-putus dengan durasi 1 sekon pada setiap pengulangannya) (Gambar 25). Kelinci disiapkan di samping kymograph (Gambar 26). Katoda dan anoda diletakkan pada gigi kelinci. Voltase dinaikkan dari posisi 0 hingga mencapai nilai voltase yang menimbulkan reaksi licking. Pencatatan nilai voltase dilakukan pada setiap 10 menit selama 1 jam (Gambar 27).15,16 Pengamatan dilakukan sesuai dengan kelompok bahan dan hari.

Gambar 15. Kelinci dipasung Gambar 16. Bulu telinga digunting

Gambar 17. Telinga dianestesi

Gambar 18. Gigi dipreparasi


(49)

Gambar 19. Preparasi hingga perforasi Gambar 20. Kavitas diirigasi

Gambar 21. Bahan coba diinjeksikan Gambar 22. Aplikasi RM GIC

Gambar 23. Disinar dengan light cure Gambar 24. Gigi telah ditumpat


(50)

Gambar 25. Kymograph diatur frekuensi dan

tekan tombol repeat Gambar 26. Kelinci disiapkan untuk pengamatan

Gambar 27. Katoda anoda diletakan pada gigi

4.8 Analisis Data

Analisis data diperoleh dengan menggunakan uji ANOVA dengan α = 0,05 untuk melihat pengaruh efek analgesik ekstrak jahe merah konsentrasi 1% dan ekstrak jahe merah konsentrasi 2% dalam mengatasi nyeri intradental. Dilanjutkan uji LSD untuk melihat perbedaan efek analgesik ekstrak jahe merah 1% dan 2% dibandingkan dengan eugenol setiap 10 menit selama 1 jam pada hari 1 dan hari 3.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi kelinci. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode stimulasi elektrik. Stimulasi yang diberikan berupa rangsangan listrik dengan menggunakan frekuensi 50 Hz, dengan kuat arus 0,2 mA.12 Nilai ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, dan nilai ini dijadikan sebagai indikator untuk mengukur efek analgesik melalui nilai voltase yang mencapai titik puncak.15 Kenaikan voltase dimulai dari 0 volt hingga voltase yang menimbulkan reaksi licking dan diulang setiap 10 menit.15,16 Penelitian ini dilakukan selama 1 jam setiap 10 menit pada hari ke-1 dan hari ke-3. Pemilihan waktu disesuaikan dengan penelitian Ribeiro dan Silva (1973), yaitu waktu pengamatan stimulasi elektrik diamati selama 1 jam dengan interval waktu setiap 10 menit. Penelitian Esmeraldo (2013) yaitu pengamatan penurunan sel radang akibat inflamasi pulpa, dilakukan pengamatan hari ke-1, 3, dan 7.18 Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada hari ke-1 dan ke-3.

5.1 Uji Efektifitas Analgesik pada Hari 1

Hasil pencatatan nilai voltase yag dihitung pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 dengan menggunakan kymograph. Pada tabel 3, dari menit ke-0, hingga menit ke-40 terjadi perbedaan yang signifikan antara ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif (P<0,05). Sementara pada menit ke-50 dan 60, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05).


(52)

Tabel 3. Distribusi rerata nilai voltase pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 pada kelompok ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari pertama

N Rerata nilai voltase

0 menit Jahe Merah 1% 5 1,00 ± 0,100

Jahe Merah 2% 5 0,90 ± 0,071

Eugenol 5 0,82 ± 0,084

Kontrol negatif 5 0,66 ± 0,114

10 menit Jahe Merah 1% 5 1,18 ± 0,130

Jahe Merah 2% 5 1,16 ± 0,114

Eugenol 5 0,96 ± 0,114

Kontrol negatif 5 0,76 ± 0,114

20 menit Jahe Merah 1% 5 1,34 ± 0,114

Jahe Merah 2% 5 1,38 ± 0,130

Eugenol 5 1,18 ± 0,837

Kontrol negatif 5 1,00 ± 0,071

30 menit Jahe Merah 1% 5 1,20 ± 0,141

Jahe Merah 2% 5 1,28 ± 0,192

Eugenol 5 1,26 ± 0,114

Kontrol negatif 5 0,88 ± 0,130

40 menit Jahe Merah 1% 5 1,04 ± 0,114

Jahe Merah 2% 5 1,24 ± 0,182

Eugenol 5 1,38 ± 0,084

Kontrol negatif 5 0,96 ± 0,114

50 menit Jahe Merah 1% 5 1,00 ± 0,122

Jahe Merah 2% 5 1,02 ± 0,084

Eugenol 5 1,10 ± 0,100

Kontrol negatif 5 0,88 ± 0,164

60 menit Jahe Merah 1% 5 0,84 ± 0,114

Jahe Merah 2% 5 0,82 ± 0,130

Eugenol 5 0,84 ± 0,114

Kontrol negatif 5 0,70 ± 0,122


(53)

Pada tabel 3 menunjukkan nilai rerata ekstrak jahe merah 1% dan ekstrak jahe merah 2% pada menit ke-20 yaitu 1,34 volt dan 1,38 volt. Sementara eugenol pada hari-1 mengalami titik puncak pada menit ke-40, yaitu 1,38 volt. Kontrol negatif pada hari ke-1 juga menunjukkan kenaikkan nilai voltase pada menit ke-20 dan mencapai titik puncak yaitu 1,00 volt.

Grafik 1. Rerata nilai voltase ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari ke-1.

Dari grarik 1 terlihat ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgetik yang paling baik pada hari pertama karena mencapai titik puncak pada menit ke-20 dan cukup stabil. Ekstrak jahe merah 1% mencapai titik puncak pada menit ke-20 juga namun tidak stabil pada menit ke-40. Sementara eugenol menunjukkan efek analgetik pada titik puncak pada menit ke-40.


(54)

Tabel 4. Uji LSD perbedaan voltase hari ke-1

Jahe Merah

1%

Jahe Merah

2%

Eugenol Kontrol (-)

Menit ke-0

Jahe Merah 1% 0,110 0,008* 0,000*

Jahe Merah 2% 0,110 0,195 0,001*

Eugenol 0,008* 0,195 0,016*

Kontrol negatif 0,000* 0,001* 0,016* Menit

ke-10

Jahe Merah 1% 0,793 0,010* 0,000*

Jahe Merah 2% 0,793 0,017* 0,000*

Eugenol 0,010* 0,017* 0,017*

Kontrol negatif 0,000* 0,000* 0,017* Menit

ke-20

Jahe Merah 1% 0,546 0,026* 0,000*

Jahe Merah 2% 0,546 0,007* 0,000*

Eugenol 0,025* 0,007* 0,000*

Kontrol negatif 0,000* 0,000* 0,013* Menit

ke-30

Jahe Merah 1% 0,404 0,529 0,003*

Jahe Merah 2% 0,404 0,833 0,001*

Eugenol 0,529 0,833 0,001*

Kontrol negatif 0,003* 0,001* 0,001* Menit

ke-40

Jahe Merah 1% 0,026* 0,001* 0,339

Jahe Merah 2% 0,026* 0,104 0,003*

Eugenol 0,001* 0,104 0,000*

Kontrol negatif 0,339 0,003* 0,000*

Menit ke-50

Jahe Merah 1% 0,798 0,211 0,138

Jahe Merah 2% 0,798 0,313 0,087

Eugenol 0,211 0,313 0,011*

Kontrol negatif 0,138 0,087 0,011*

Menit ke-60

Jahe Merah 1% 0,796 1 0,085

Jahe Merah 2% 0,796 0,798 0,135

Eugenol 1 0,796 0,085

Kontrol negatif 0,085 0,135 0,085

P<0,05, * terdapat perbedaan signifikan.


(55)

Pada tabel 4, nilai voltase diamati setiap 10 menit selama 1 jam. Pada menit ke-0 hingga ke-20, ekstrak jahe merah 1% menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan eugenol (p<0,05). Kontrol negatif menunjukkan adanya perbedaan nilai voltase dengan ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, dan eugenol hingga menit ke-30. Pada menit ke-40, eugenol dan ekstrak jahe merah 2% menunjukkan adanya perbedaan signifikan dengan kontrol negatif. Pada menit ke-50, eugenol masih menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif. Pada menit ke-60, terjadinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap bahan coba.

Pada menit ke-0 hingga menit ke-30, ekstrak jahe merah 1%, 2%, dan eugenol menunjukkan adanya efek analgesik. Pada menit ke-40, eugenol dan ekstrak jahe merah 2% menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif. Sementara pada menit ke-50 eugenol masih menunjukkan efek analgesiknya. Pada menit ke-60 semua bahan coba tidak menunjukkan efek analgesiknya.

5.2 Uji Efektifitas Analgesik pada Hari 3

Pada hari ketiga, hasil pencatatan nilai voltase yag dihitung pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 dengan menggunakan kymograph. Dari table 5, terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, dan eugenol pada setiap 10 menit selama 1 jam.


(56)

Tabel 5. Distribusi rerata nilai voltase pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 pada kelompok ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari ketiga

N Rerata nilai voltase

0 menit Jahe Merah 1% 5 0,90 ± 0,071

Jahe Merah 2% 5 1,04 ± 0,114

Eugenol 5 0,86 ± 0,134

Kontrol negatif 5 0,66 ± 0,114

10 menit Jahe Merah 1% 5 1,44 ± 0,114

Jahe Merah 2% 5 1,54 ± 0,114

Eugenol 5 1,30 ± 0,158

Kontrol negatif 5 0,76 ± 0,114

20 menit Jahe Merah 1% 5 1,30 ± 0,100

Jahe Merah 2% 5 1,48 ± 0,130

Eugenol 5 1,24 ± 0,152

Kontrol negatif 5 1,00 ± 0,071

30 menit Jahe Merah 1% 5 1,12 ± 0,130

Jahe Merah 2% 5 1,38 ± 0,084

Eugenol 5 1,22 ± 0,192

Kontrol negatif 5 0,88 ± 0,130

40 menit Jahe Merah 1% 5 1,10 ± 0,100

Jahe Merah 2% 5 1,22 ± 0,084

Eugenol 5 1,18 ± 0,148

Kontrol negatif 5 0,96 ± 0,114

50 menit Jahe Merah 1% 5 1,02 ± 0,084

Jahe Merah 2% 5 1,14 ± 0,114

Eugenol 5 1,14 ± 0,164

Kontrol negatif 5 0,88 ± 0,164

60 menit Jahe Merah 1% 5 1,04 ± 0,152

Jahe Merah 2% 5 1,00 ± 0,158

Eugenol 5 0,96 ± 0,182

Kontrol negatif 5 0,70 ± 0,122


(57)

Pada tabel 5 menunjukkan nilai rerata titik puncak ekstrak jahe merah 2% pada menit ke-10 yaitu 1,54 ± 0,114 volt. Ekstrak jahe merah 1% juga menunjukkan nilai rerata titik puncak pada menit ke-10 yaitu 1,44 ± 0,114 volt. Sementara eugenol menunjukkan nilai rerata titik puncak pada menit ke-10 yaitu 1,30 ± 0,158 volt.

Grafik 2. Rerata nilai voltase ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, eugenol, dan kontrol negatif pada hari ke-3.

Dari grafik 2, ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik yang paling baik hari ketiga karena mengalami titik puncak pada menit ke-20 dengan nilai rerata 1,54 ± 0,114 volt. Ekstrak jahe merah 1% juga mengalami titik puncak pada menit ke-20 akan tetapi tidak stabil pada menit ke-30. Sementara eugenol memiliki nilai voltase yang stabil namun nilai titik puncak yang rendah dibanding ekstrak jahe merah 1% dan 2%.


(58)

Tabel 6. Uji LSD perbedaan voltase hari ke-3

Jahe Merah 1%

Jahe Merah 2%

Eugenol Kontrol (-)

Menit ke-0

Jahe Merah 1% 0,063 0,576 0,003*

Jahe Merah 2% 0,063 0,020* 0,000*

Eugenol 0,576 0,020* 0,011*

Kontrol negatif 0,003* 0,000* 0,011* Menit

ke-10

Jahe Merah 1% 0,229 0,099 0,000*

Jahe Merah 2% 0,229 0,008* 0,000*

Eugenol 0,099 0,008* 0,000*

Kontrol negatif 0,000* 0,000* 0,000* Menit

ke-20

Jahe Merah 1% 0,027* 0,430 0,001*

Jahe Merah 2% 0,027* 0,005* 0,000*

Eugenol 0,430 0,005* 0,000*

Kontrol negatif 0,001* 0,000* 0,005* Menit

ke-30

Jahe Merah 1% 0,010* 0,274 0,015*

Jahe Merah 2% 0,010* 0,089 0,000*

Eugenol 0,274 0,089 0,001*

Kontrol negatif 0,015* 0,000* 0,001* Menit

ke-40

Jahe Merah 1% 0,116 0,284 0,070

Jahe Merah 2% 0,116 0,587 0,002*

Eugenol 0,284 0,587 0,008*

Kontrol negatif 0,070 0,002* 0,008* Menit

ke-50

Jahe Merah 1% 0,185 0,185 0,126

Jahe Merah 2% 0,185 1,000 0,008*

Eugenol 0,185 1,000 0,008*

Kontrol negatif 0,126 0,008* 0,008* Menit

ke-60

Jahe Merah 1% 0,689 0,426 0,003*

Jahe Merah 2% 0,689 0,689 0,007

Eugenol 0,426 0,689 0,017*

Kontrol negatif 0,003* 0,007* 0,017* P<0,05, * terdapat perbedaan signifikan.


(59)

Pada tabel 6, ekstrak jahe merah 2% memiliki nilai signifikan selama 1 jam dengan kontrol negatif. Ekstrak jahe merah 1% menunjukkan nilai signifikan dengan kontrol negatif hingga menit ke-30. Ekstrak jahe merah 2% menunjukkan nilai yang signifikan hingga menit ke-20. Namun, ekstrak jahe merah 1% tidak menunjukkan nilai yang signifikan dengan eugenol.


(60)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian efek analgetik ekstrak jahe merah ini bertujuan membuktikan ekstrak jahe merah sebagai bahan pereda nyeri akibat inflamasi pulpa. Dalam penelitian ini, digunakan kelinci (Oryctolagus cuniculus) sebagai hewan coba dan dilakukan secara in vivo. Penggunaan kelinci sebagai hewan coba dalam penelitian ini telah mendapat persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan oleh Health Research Ethical Committee USU (No.170/KOMET/FK USU/2015). Kelinci (Oryctolagus cuniculus) disesuaikan dengan kriteria pada penelitian Gondim et al (2010) yaitu berat 1,5-2 kg dan diadaptasi sebelum perlakuan.15

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode stimulasi elektrik. Stimulasi yang diberikan berupa rangsangan listrik sesuai dengan prosedur stimulasi pulpa oleh Voges, dkk (2008) dengan menggunakan frekuensi 50 Hz, dengan kuat arus 0,2 mA.16 Nilai ambang nyeri dinyatakan dalam nilai voltase, dan nilai ini dijadikan sebagai indikator untuk mengukur intensitas dan durasi efek analgesik. Stimulasi elektrik menimbulkan reaksi karakteristik seperti menjilat, mengggigit, mengunyah, dan menggoyangkan kepala. Rasa sakit dapat dilihat dengan mudah dari tingkah laku menjilat (licking).16

Metode ini digunakan dengan melihat respon licking (menjilat) dari kelinci. Kenaikan voltase dimulai dari 0 volt hingga voltase yang menimbulkan reaksi licking dan diulang setiap 10 menit.15,16 Pemilihan waktu disesuaikan dengan penelitian Ribeiro dan Silva (1973), yaitu waktu pengamatan stimulasi elektrik diamati selama 1 jam dengan interval waktu setiap 10 menit.17 Dalam penelitian Esmeraldo, pengamatan penurunan sel radang dilakukan pada hari ke 1, 3, dan 7. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada hari 1 dan 3.18 Oleh sebab itu, dalam


(61)

penelitian ini dilakukan pengamatan pada hari ke-1 dan ke-3. Hari ke-7 tidak dilakukan pengamatan karena rentang waktu yang lama sehingga sulit untuk mengendalikan tingkah laku dari kelinci demi mendapatkan data hasil yang akurat. Dalam penelitian tersebut menggunakan Bradikinin sebagai obat dan mengalami titik puncak pada menit ke 10 hingga 20.17 Elektroda pencatat dibagi menjadi dua, yaitu elektroda pencatat dengan dua elektroda yang berfungsi sebagai anoda dan katoda (bipolar) dan elektroda pencatat dengan satu elektroda (monopolar).15 Alat pencatat dalam penelitian ini adalah kymograph yang merupakan jenis elektroda pencatat bipolar. Pemilihan gigi juga disesuaikan dengan prosedur stimulasi pulpa oleh Voges, dkk (2008) yaitugigi insisivus atas.12

Dalam penelitian ini menggunakan kelinci jantan karena kestabilan hormon, proses mentruasi pada kelinci betina.29 Dalam penelitian Gondim et al (2010), dilakukan pengamatan antara kelinci jantan dan kelinci betina. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kelinci betina mempunyai nilai voltase yang stabil. Sementara kelinci jantan mengalami titik puncak nilai voltase yang cepat.15

Penelitian ini menggunakan bahan coba yaitu ekstrak jahe merah 1% dan 2%. Pemilihan konsentrasi didasari penelitian terdahulu yaitu Tati Saida (2009) yaitu konsentrasi 2% dan 4% digunakan sebagai antiinflamasi dalam sediaan formulasi gel. Sementara konsentrasi 1% digunakan dalam penelitian pendahuluan, telah menunjukkan adanya efek antiinflamasi. Oleh sebab itu, dalam penelitian untuk menguji efek analgesik akibat inflamasi pulpa pada gigi kelinci ini, konsentrasi ekstrak jahe merah yang digunakan adalah 1% dan 2%.41 Ekstrak jahe merah dibuat dalam bentuk suspensi dengan konsentrasi 1% dan 2% menggunakan suspending agent Carboxy Methil Cellulose (CMC) 0,2%. Penggunaan CMC dalam penelitian ini sebagai pelarut tidak mempengaruhi hasil penelitian karena bahan ini bersifat inert sehingga tidak mengubah struktur kimia senyawa dari ekstrak jahe merah. Selain itu, bahan ini dapat meningkatkan viskositas dan sebagai stabilisator.42

Eugenol digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini. Eugenol adalah derivat fenol yang bersifat sebagai antibakteri. Sifat antibakteria ini dapat menekan pertumbuhan bakteri sehingga mengurangi inflamasi.1 Akan tetapi, eugenol dapat


(62)

bersifat sitotoksin berupa alergenitas dan dapat menyebabkan iritasi.1,5 Eugenol juga mempunyai efek antiinflamasi yaitu menghambat siklooksigenase yang mensintesis enzim prostaglandin.5 Efek analgesik dari eugenol dengan memblok ion kanal dan saraf aferen. Selain itu, eugenol juga memblok Na+ dan K+. Eugenol juga dapat menghambat Ca2+ yang mengeluarkan neurotransmiter yang akan menghambat PGE2.7

Penelitian ini membandingkan efek analgesik dari ekstrak jahe merah 1%, 2% dengan eugenol dan kelompok kontrol negatif. Hasil penelitian tabel 3 menunjukkan nilai rerata ekstrak jahe merah 2% mengalami titik puncak terlebih dahulu dibanding ekstrak jahe merah 1% dan eugenol pada hari pertama. Ekstrak jahe merah 2% mengalami titik puncak dengan nilai 1,38±0,13 volt di menit ke-20 pada hari pertama. Ekstrak jahe merah 1% mengalami titik puncak dengan nilai 1,34±0,114 pada menit ke-20. Sementara eugenol mengalami titik puncak dengan nilai 1,38±0,084 pada menit ke-40. Distribusi rerata nilai voltase hari 1 (grafik 1) pada ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik lebih cepat dan stabil dibanding eugenol dan ekstrak jahe merah 1%.

Hasil penelitian pada tabel 5 pada hari ketiga menunjukkan nilai rerata ekstrak jahe merah 2% lebih tinggi dibanding ekstrak jahe 1% dan eugenol. Ekstrak jahe merah 2% mengalami titik puncak nilai rerata pada menit ke-10 yaitu 1,54 ± 0,114 volt. Ekstrak jahe merah 1% mengalami titik puncak pada menit ke-10 yaitu 1,44 ± 0,114 volt. Sementara eugenol mengalami titik puncak pada menit ke-10 yaitu 1,30 ± 0,158 volt. Distribusi rerata nilai voltase hari 3 (grafik 2) pada ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik lebih cepat dibanding eugenol dan ekstrak jahe merah 1%.

Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Hapsoh dan Hasanah (2011) bahwa jahe merah memiliki efek antiinflamasi dengan komponen aktif yaitu gingerol dan shogaol yang berfungsi menghambat leukotrien dan prostaglandin yang merupakan mediator radang.32 Jahe merah juga mempunyai kandungan saponin, tanin, dan alkaloid.35 Kaandungan gingerol dan shogaol merupakan turunan dari alkaloid.44 Kandungan gingerol dan shagaol dapat menghambat produksi PGE2.32,36


(63)

Kandungan flavonoid juga dapat ditemukan pada jahe merah, yang dapat menghambat sintesis eikosanoid yang akan menyebabkan penurunan kandungan asam arakidonat yang lebih lanjut akan mengakibatkan pelepasan sejumlah mediator inflamasi seperti prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan.12

Pada tabel 4 pada hari pertama, adanya perbedaan ekstrak jahe merah 1% dengan kontrol negatif pada menit ke-0 hingga ke-30. Adanya perbedaan yang signifikan ekstrak jahe merah 2% dengan kontrol negatif pada menit ke-0 hingga menit ke-40. Ekstrak jahe merah 1% menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan eugenol pada menit ke-0 (P =0,008), 10 (P =0,010), 20 (P =0,026), dan 40 (P=0,001). Sementara ekstrak jahe merah 2% menunjukkan perbedaan yang signifikan pada menit ke-10 (P =0,017) dan 20 (P =0,007) dengan eugenol.

Pada tabel 6 pada hari ketiga, adanya perbedaan ekstrak jahe merah 2% dengan kontrol negatif selama 1 jam. Adanya perbedaan yang signifikan ekstrak jahe merah 2% dibanding dengan eugenol hingga menit ke-0 (P=0,02), 10 (P=0,008) , dan 20 (P =0,005). Sementara ekstrak jahe merah 1% menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dengan eugenol pada hari ketiga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian bahwa jahe merah mempunyai efek analgesik pada jaringan yang mengalami inflamasi dan hal ini dapat dilihat dari tingkah laku kelinci yaitu menjilat (licking) akibat nyeri intradental. Hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu ekstrak jahe merah 1% dan 2% mmepunyai pengaruh analgesik pada gigi-gigi yang mengalami nyeri intradental. Hipotesis dalam penelitian ini juga diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan ekstrak jahe merah 2% dengan eugenol, walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan ekstak jahe merah 1% dengan eugenol pada hari ketiga. Hal ini mungkin disebabkan konsentrasi yang rendah, kandungan gingerol dan shagaol yang kurang mempunyai efek yang lebih rendah dibanding ekstrak jahe merah 2%.


(1)

n1 eugenol ,04000 ,07000 ,576 -,1084 ,1884

kontrol negatif ,24000* ,07000 ,003 ,0916 ,3884

jahe merah 2 jahe merah 1 ,14000 ,07000 ,063 -,0084 ,2884

eugenol ,18000* ,07000 ,020 ,0316 ,3284

kontrol negatif ,38000* ,07000 ,000 ,2316 ,5284

eugenol jahe merah 1 -,04000 ,07000 ,576 -,1884 ,1084

jahe merah 2 -,18000* ,07000 ,020 -,3284 -,0316

kontrol negatif ,20000* ,07000 ,011 ,0516 ,3484

kontrol negatif jahe merah 1 -,24000* ,07000 ,003 -,3884 -,0916

jahe merah 2 -,38000* ,07000 ,000 -,5284 -,2316

eugenol -,20000* ,07000 ,011 -,3484 -,0516

menit 10 jahe merah 1 jahe merah 2 -,10000 ,08000 ,229 -,2696 ,0696

eugenol ,14000 ,08000 ,099 -,0296 ,3096

kontrol negatif ,68000* ,08000 ,000 ,5104 ,8496

jahe merah 2 jahe merah 1 ,10000 ,08000 ,229 -,0696 ,2696

eugenol ,24000* ,08000 ,008 ,0704 ,4096

kontrol negatif ,78000* ,08000 ,000 ,6104 ,9496

eugenol jahe merah 1 -,14000 ,08000 ,099 -,3096 ,0296

jahe merah 2 -,24000* ,08000 ,008 -,4096 -,0704

kontrol negatif ,54000* ,08000 ,000 ,3704 ,7096

kontrol negatif jahe merah 1 -,68000* ,08000 ,000 -,8496 -,5104

jahe merah 2 -,78000* ,08000 ,000 -,9496 -,6104

eugenol -,54000* ,08000 ,000 -,7096 -,3704

menit 20 jahe merah 1 jahe merah 2 -,18000* ,07416 ,027 -,3372 -,0228

eugenol ,06000 ,07416 ,430 -,0972 ,2172

kontrol negatif ,30000* ,07416 ,001 ,1428 ,4572

jahe merah 2 jahe merah 1 ,18000* ,07416 ,027 ,0228 ,3372

eugenol ,24000* ,07416 ,005 ,0828 ,3972

kontrol negatif ,48000* ,07416 ,000 ,3228 ,6372


(2)

jahe merah 2 -,24000* ,07416 ,005 -,3972 -,0828

kontrol negatif ,24000* ,07416 ,005 ,0828 ,3972

kontrol negatif jahe merah 1 -,30000* ,07416 ,001 -,4572 -,1428

jahe merah 2 -,48000* ,07416 ,000 -,6372 -,3228

eugenol -,24000* ,07416 ,005 -,3972 -,0828

menit 30 jahe merah 1 jahe merah 2 -,26000* ,08832 ,010 -,4472 -,0728

eugenol -,10000 ,08832 ,274 -,2872 ,0872

kontrol negatif ,24000* ,08832 ,015 ,0528 ,4272

jahe merah 2 jahe merah 1 ,26000* ,08832 ,010 ,0728 ,4472

eugenol ,16000 ,08832 ,089 -,0272 ,3472

kontrol negatif ,50000* ,08832 ,000 ,3128 ,6872

eugenol jahe merah 1 ,10000 ,08832 ,274 -,0872 ,2872

jahe merah 2 -,16000 ,08832 ,089 -,3472 ,0272

kontrol negatif ,34000* ,08832 ,001 ,1528 ,5272

kontrol negatif jahe merah 1 -,24000* ,08832 ,015 -,4272 -,0528

jahe merah 2 -,50000* ,08832 ,000 -,6872 -,3128

eugenol -,34000* ,08832 ,001 -,5272 -,1528

menit 40 jahe merah 1 jahe merah 2 -,12000 ,07211 ,116 -,2729 ,0329

eugenol -,08000 ,07211 ,284 -,2329 ,0729

kontrol negatif ,14000 ,07211 ,070 -,0129 ,2929

jahe merah 2 jahe merah 1 ,12000 ,07211 ,116 -,0329 ,2729

eugenol ,04000 ,07211 ,587 -,1129 ,1929

kontrol negatif ,26000* ,07211 ,002 ,1071 ,4129

eugenol jahe merah 1 ,08000 ,07211 ,284 -,0729 ,2329

jahe merah 2 -,04000 ,07211 ,587 -,1929 ,1129

kontrol negatif ,22000* ,07211 ,008 ,0671 ,3729

kontrol negatif jahe merah 1 -,14000 ,07211 ,070 -,2929 ,0129

jahe merah 2 -,26000* ,07211 ,002 -,4129 -,1071

eugenol -,22000* ,07211 ,008 -,3729 -,0671


(3)

eugenol -,12000 ,08660 ,185 -,3036 ,0636

kontrol negatif ,14000 ,08660 ,126 -,0436 ,3236

jahe merah 2 jahe merah 1 ,12000 ,08660 ,185 -,0636 ,3036

eugenol ,00000 ,08660 1,000 -,1836 ,1836

kontrol negatif ,26000* ,08660 ,008 ,0764 ,4436

eugenol jahe merah 1 ,12000 ,08660 ,185 -,0636 ,3036

jahe merah 2 ,00000 ,08660 1,000 -,1836 ,1836

kontrol negatif ,26000* ,08660 ,008 ,0764 ,4436

kontrol negatif jahe merah 1 -,14000 ,08660 ,126 -,3236 ,0436

jahe merah 2 -,26000* ,08660 ,008 -,4436 -,0764

eugenol -,26000* ,08660 ,008 -,4436 -,0764

menit 60 jahe merah 1 jahe merah 2 ,04000 ,09798 ,689 -,1677 ,2477

eugenol ,08000 ,09798 ,426 -,1277 ,2877

kontrol negatif ,34000* ,09798 ,003 ,1323 ,5477

jahe merah 2 jahe merah 1 -,04000 ,09798 ,689 -,2477 ,1677

eugenol ,04000 ,09798 ,689 -,1677 ,2477

kontrol negatif ,30000* ,09798 ,007 ,0923 ,5077

eugenol jahe merah 1 -,08000 ,09798 ,426 -,2877 ,1277

jahe merah 2 -,04000 ,09798 ,689 -,2477 ,1677

kontrol negatif ,26000* ,09798 ,017 ,0523 ,4677

kontrol negatif jahe merah 1 -,34000* ,09798 ,003 -,5477 -,1323

jahe merah 2 -,30000* ,09798 ,007 -,5077 -,0923

eugenol -,26000* ,09798 ,017 -,4677 -,0523


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Uji Efek Antiinflamasi Dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)Dan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dalam Sediaan Topikal Pada Mencit Jantan

17 119 74

Judul Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale roscoe ) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Pulpa - Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 2 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 0 6

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

0 0 15

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 0 20

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 2 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

0 2 5

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale roscoe) PADA GIGI KELINCI (Oryctolagus cuniculus) DENGAN PULPITIS REVERSIBEL (Penelitian In Vivo)

0 2 16