Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI PENULIS

Nama Lengkap : Anitasari

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 19 Juni 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Cilengkrang 2 Kp.Galumpit Rt01/Rw11 Kel. Palasari Kec. Cibiru Bandung

No. Hp : 081321119883

E-mail : anithasari73@gmail.com

2. Pendidikan Formal

Tahun Sekolah

2001 s.d 2002 TK Bakti Suci

2002 s.d 2007 SDN Taruna Karya 3

2007 s.d 2009 SMP Negeri 46 Bandung

2009 s.d 2012 SMA Negeri 1 Cileunyi

2012 s.d Sekarang Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(6)

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

DAERAH DAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH

(Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

THE EFFECT OF ACCOUNTING SYSTEM REGIONAL

FINANCIAL AND BUDGET PERFORMANCE BASED ON

LOCAL GOVERNMENT PERFORMANCE

(Survey of Regional Work Units Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh: Nama: Anitasari

Nim: 21112203

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(7)

vii

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

DAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA

PEMERINTAH DAERAH”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan. Namun demikian, penulis senantiasa berusaha menyusun dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang berhubungan dengan skripsi ini, tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.


(8)

viii

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak, CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia dan Dosen Wali Akuntansi 7.

4. Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi. 5. Dr. Adeh Ratna Komala.,SE.,M.Si.,Ak selaku Ketua pelaksanaan sidang skripsi. 6. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Ak, CA selaku Dosen Pembimbing

yang telah berkenan dan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Prof.Dr.Hj. Ria Ratna Ariawati, SE, M.S, Ak dan Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,

M.Ak., Ak, CA, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Staff Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

9. Seluruh Staff Sekertariat Universitas Komputer Indonesia.

10. Keluarga tercinta terutama Mamah dan Papah tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis.

11. Seluruh Perangkat Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi, baik Kepala Dinas Pemerintahan maupun staff dari Satuan Kerja Perangkat Daerah atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis pada penelitian ini. 12. Tito Aprianto Muslim yang selalu memberikan semangat, dorongan dan do’a


(9)

13. Sahabat-sahabat tercinta Novelia Becty Kh, Hakiki Annisa, Deliah Nursatarida yang selalu memberi dukungan dan semangat.

14. Teman-teman seperjuangan di 4Ak7 dan teman-teman angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas kerjasama dan bantuannya.

Akhir kata, semoga Allah SWT, membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga bermanfaat dan memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Amin

Bandung, Juli 2016 Penulis

Anitasari 21112203


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 11

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.4.1 Maksud Penelitian ... 11

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Kegunaan Penelitian ... 12

1.5.1 Kegunaan Praktis ... 12

1.5.2 Kegunaan Akademis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 14

2.1.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 14

2.1.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 14

2.1.1.2 Tujuan Akuntansi Keuangan Daerah ... 15

2.1.1.3 Sistem Pencatatan ... 15


(11)

xi

2.1.1.5 Siklus Akuntansi ... 18

2.1.1.6 Indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 19

2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja ... 20

2.1.2.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ... 20

2.1.2.2 Fungsi dan Kegunaan Anggaran ... 21

2.1.2.3 Indikator Anggaran Berbasis Kinerja ... 22

2.1.3 Kinerja Pemerintah Daerah ... 26

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Pemerintah Daerah ... 26

2.1.3.2 Pengukuran Kinerja ... 27

2.1.3.3 Indikator Kinerja Pemerintah Daerah ... 28

2.2 Kerangka Pemikiran ... 29

2.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 30

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah 2.2.2 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja ... 32

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah 2.2.3 Paradigma Penelitian ... 34

2.3 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 37

3.2 Operasional Variabel ... 40

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Sumber Data ... 45

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat Serta Waktu Penelitian ... 48

3.4.1 Populasi ... 49

3.4.2 Penarikan Sampel ... 50

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

3.4.3.1 Tempat Penelitian ... 50

3.4.3.2 Waktu Penelitian ... 52

3.5 Metode Pengujian Data ... 52


(12)

xii

3.5.2 Uji Reabilitas ... 54

3.6 Metode Analisis Data ... 55

3.6.1 Metode Analisis ... 55

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Karakteristik Responden ... 74

4.1.2 Pengujian Kualitas Alat Ukur ... 79

4.1.2.1 Hasil Uji Validitas ... 80

4.1.2.2 Hasil Uji Reabilitas ... 81

4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif ... 82

4.1.3.1 Analisis Deskriptif Sistem Akuntansi ... 83

Keuangan Daerah 4.1.3.2 Analisis Deskriptif Anggaran Berbasis Kinerja ... 89

4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kinerja Pemerintah Daerah ... 102

4.1.4 Hasil Analisis Verifikatif ... 111

4.1.4.1 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ... 113

4.1.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model) ... 117

4.1.4.2.1 Koefisien Korelasi ... 120

4.1.4.2.2 Koefisien Determinasi ... 120

4.1.4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 121

4.2 Pembahasan ... 125

4.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 125

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah 4.2.1 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja ... 129

Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138


(13)

138

A, Erwan., dan Dyah Ratih. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.

Abdul Halim & Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Empat.

Abdul Halim & Syam Kusufi . 2014. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Edisi 4.

Abdul Halim, Yanuar E. Restianto, I Wayan Karman. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik: Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Kapita Selekta Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Ade Indah Wahyuni. .Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Kota Bandung). Skripsi. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Adang Jukardi. 2015. Pemerintah Kabupaten Sumedang Genjot Kinerja Penyelenggara Pemerintah Daerah. Pikiran Rakyat.

Aida Siti Hamidah. Pengaruh Pengendalian Intern dan Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Instansi Pemrintah ( Survei Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Askam Tuasikal. 2009. Pengaruh Pengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku). Universitas Pattimura Ambon. Ambon. ISSN: 1410-8623

Asrori. 2009. Model Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Partisipasi Pengguna. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. ISSN 2085-4277


(14)

139

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bambang Sancoko, dkk. 2008. Kajian Terhadap Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja di Indonesia. Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Barker et al. (2002). Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons Ltd. England

Chabib Soleh dan Suripto. 2011. Menilai Kinerja Pemerintah Daerah. Jatinangor: FOKUSMEDIA

Dana Siswar. 2010. Penganggaran Berbasis Kinerja dalam Kaitannya dengan Value For Money dan Pengaruhnya Terhadap Pengukuran Kinerja Lembaga Pemerintah. Jurnal. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. ISSN: 0852 - 9124 Vol. 1 No.1

Deddi Nordiawan dkk, 2007. Akuntansi Pemerintahan , Jakarta : Salemba Empat Dpd. 2010. Kinerja Pemerintah Daerah Menjelaskan Kemajuan. Melalui

<http://www.dpd.go.id/artikel-kinerja-pemerintah-daerah-menjelaskan-kemajuan>

Deddi Nordiawan dkk, 2014. Akuntansi Pemerintahan , Jakarta : Salemba Empat Erlina, Omar Sakti, dan Rasdianto. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis

Akrual. Jakarta: Salemba Empat.

Erna Sari, Saiful, Nila Aprila. 2013. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan dan Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi. Universitas Bengkulu. Bengkulu. Jurnal Fairness Volume 3, Nomor 3, 2013: 19- 29 ISSN 2303-0348

Fauzi Wahyudi Manggopa. 2014. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinera terhadap Kinerja SKPD Dilingkungan Pemerintah. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo.

Fuad Hisyamudin. 2014. Pengamat: Kinerja SKPD Kota Cimahi Memprihatinkan. Melalui <http://m.inilah.com/news/detail/2119771/pengamat-kinerja-skpd-kota-cimahi-memprihatinkan>


(15)

Fuad Hisyamudin. 2015. Penyerapan Anggaran Kota Cimahi Masih Rendah. Melalui <http://www.inilahkoran.com/berita/bandung/46539/penyerapan-anggaran-kota-cimahi-masih-rendah>

Fuad Hisyamudin. 2015. Serapan Anggaran Rendah, DPRD Cimahi Diminta Tingkatkan Kinerja. Melaui <http://www.inilahkoran.com/berita

/bandung/46739/serapan-anggaran-rendah-dprd-cimahi-diminta-tingkatkan-kinerja>

Gatot. 2015. Kinerja Pemerintah Cimahi Harus Ditingkatkan. Melalui

<http://fokusjabar.com/2015/11/18/kinerja-pemerintah-cimahi-harus-ditingkatkan/>

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Bokk Company, Inc.

Hair, J.F, et al. 1995. Multivariate Data Analysis with Readings 4th Edition. New Jersey: Prentioe-Hall.

Haryanto dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Universitas Diponegoro.

Haspiarti. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja tehadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah (Studi Pada Pemerintah Kota Parepare). Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar.

Ika Dian Anugerahani, Sentot Imam. 2013. Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Kediri). Jurnal Akuntansi. Vol. 2, Nomor 2

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 4. Erlanga. Jakarta.

Ira Halidayati. 2014. Pengaruh Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal, dan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh). Jurnal. Universitas Negeri Padang.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Gaung Persada Press.


(16)

141

Ismail Molamahu, dkk. 2015. Pengaruh Pengelolan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Vol 3, No1

Isyana Putri. 2014. Pemkot Cimahi Raih Opini WTP. Melalui

<http://www.antarajabar.com/berita/48773/pemkot- cimahi-raih-opini-wtp> Gala, Merlin. 2008. Pegaruh Penerapan Sistem Akuntabilitas Laporan Keuangan

Terhadap Akuntabilitas Laporan keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Universitas Gorontalo.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Mardiasmo 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi kelima. Andi Offset. Yogyakarta. Mohamad Irfan. 2015. Kabupaten Sumedang Kinerja Pemerintah Daerah Terendah.

Melalui<http://microsite.metrotvnews.com/beritampr/read/2015/11/16/4511 78 /surveikabupaten-sumedang-kinerja-pemda-terendah-di-jab>

Mohamad Mahsun. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Penerbit BPFE: Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Munandar. 2010. Budgeting, Perencanaan Kerja. Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Edisi Pertama, Penerbit BPFE.

Nurlaela Yuliani. 2014. Pengaruh sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dan penerapan keuangan daerah dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah dan akuntabilitas publik. Tesis. UGM. Nurlan Derise. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: PT.Indeks.

Rahmad Hidayat. 2015. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Padang


(17)

Pariaman). Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Padang. Padang. Vol.3, No.1.

Rico Ales Sandra, Kennedy, Rheny. 2014. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Penerapan Good Goverment terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pemerintahan di Kabupaten Indragiri Hulu). Jurnal Akuntansi. Universitas Riau. Pekanbaru. JOM FEKON Vol. 1 No. 2.

Ruzuar. 2015. Sosialisasi Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Di Bappeda Jawa Barat. Bpkp. Melalui <http://www.bpkp.go.id/jabar/ berita/read/14096/0/Sosialisasi-Penerapan-Sistem-Akuntansi-Pemerintah Berbasis-Akrual-di-Bappeda-Jawa-Barat.bpkp>

Salbiah, Ridha Rizky. 2012. Pengaruh Evaluasi Anggaran terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkah Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jurnal. Universita Sumatera Utara. Vol 15, No 2.

Sem Paulus Silalahi. 2012. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pemrintahan di Kota Dumai). Jurnal Ekonomi. Universitas Riau. Pekanbaru. Volume 20, Nomor 3.

Subana, M. Dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:CV Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfa Beta: Bandung.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian: Alfa Beta, Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.


(18)

143

Syambudi Prasetia Bahri. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis KInerja terhadap Akuntabilitas Publik pada Instansi Pemerintah (Studi Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cirebon). Skripsi.Universitas Pasundan. Bandung.

Umi Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Genesis.

Usman, Lukman. 2014. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Jurnal-Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo.

Venni Avionita. 2014. Pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah. Jurnal. Universitas Widyatama. Bandung

Wawan Sukmana, Lia Anggarsari. 2009. Pengaruh Pengawasan Intern dan Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemrintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Tasikmalaya). Jurnal Akuntansi. Universitas Siliwangi. Vol. 4, No. 1,2009 ISSN: 1907-9958

Yang. Keifeng & Miller, Gerald J. 2008. Handbook of Research Methods in Public Administration Taylor & Francis Group: CRC Press U.S

Yustinus Paat. 2015. Penyerapan Anggaran Rendah, Ini Penyebabnya. Melalui

<http://sp.beritasatu.com/home/ini-penyebab-penyerapan-anggaran-rendah/95107>

Zam. 2015. Pemerintah Kota Cimahi Lemah Dalam Perencanaan. Melaui <http://jabar.tribunnews.com/2015/08/24/pemkot-cimahi-lemah-dalam-perencanaan>

_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. _____. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. (2006). Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.

_____. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. (2003).: Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.


(19)

_____. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengurusan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.


(20)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

2.1.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Adapun pengertian sistem akuntansi keuangan daerah yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Pasal 232 ayat (3) Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 dalam Abdul Halim (2014:83)bahwa sistem akuntansi keuangan daerah adalah:

“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,

penggolongan dan peringkasan atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi

komputer”.

Dan menurut menurut Kepmendagri No. 29 tahun 2002 dalam Erlina, Omar Sakti, dan Rasdianto (2015:5) bahwa sistem akuntansi keuangan adalah:

“Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,

peringkasan, transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berterima umum”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan pelaporan suatu transaksi ekonomi dalam pelaksanaan APBD yang


(21)

dilaksanaan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

2.1.1.2 Tujuan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Adapun tujuan dari akuntansi pemerintahan menurut Nurlan Darise (2008:28) mengatakan bahwa tujuan akuntansi pemerintahan adalah:

1. Pertanggungjawaban

Memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintahan.

2. Manajerial

Akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.

3. Pengawasan

Akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

2.1.1.3 Sistem Pencatatan

Menurut Erlina Rasdianto (2015:4) mengatakan bahwa akuntansi keuangan daerah terdapat proses pencatatan, pengidentifikasian, dan pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi di pemerintah daerah. Menurut Erlina Rasdianto (2013:4) dalam proses pencatatan yang merupakan salah satu proses akuntansi, akuntansi menggunakan sistem pencatatan.Menurut Erlina Rasdianto (2013:4) Ada tiga sistem pencatatan yang dapat digunakan yaitu:

1. Single entry


(22)

16

3. Triple entry

Adapun penjelasan sistem pencatatan yaitu sebagai berikut: 1. Single Entry

Sistem pencatatan single entry disebut dengan sistem tata buku tunggal. Pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transasksi yang berakibat ditambahkannya kas akan dicatat disisi penerimaan di dalam Buku Kas Umum (BKU) sedangkan transaksi yang berakibat kurangnnya kas akan dicatat disisi pengeluaran di dalam Buku Kas Umum. Single entry ini disebut dengan pembukuan, sedangkan dalam akuntansi sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem double entry atau triple entry.

2. Double Entry

Sistem pencatatan double entry disebut sistem tata buku berpasangan. Pencatatan transaksi ekonomi dua kali, dalam arti, bahwa setiap transaksi minimal akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu disisi kredit. Setiap Pencatatan harus menjaga keseimbangan antara sisi debit dan sisi kredit dari persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan sistem double entry sering disebut dengan istilah menjurnal. Pada masa sebelum reformasi, sistem pencatatan yang dilakukan oleh akuntansi keuangan daerah adalah sistem tata buku tunggal (single entry). Tetapi setelah reformasi yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 105/2000, sistem pencatatan yang digunakan adalah sistem pencatatan double entry.

3. Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry adalah sistem pencatatan yang menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Pencatatan pada buku anggaran ini merupakan pencatatan tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan pencatatan pada double entry. Dengan adanya pencatatan ini maka dapat dilihat sisa anggaran untuk masing-masing komponen yang ada di anggaran pendapatan belanja daerah. Pencatatan dengan sistem triple entry ini dilaksanakan saat pencatatan double entry dilaksanakan, maka sub bagian keuangan pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran.Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry) artinya bahwa setiap transaksi akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu disisi kredit.


(23)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry) artinya bahwa setiap transaksi akan mempengaruhi dua perkiraan, yaitu disisi debit dan satu disisi kredit.

2.1.1.4 Basis Akuntansi Pemerintahan

Dalam proses pencatatan dibutuhkan basis akuntansi dalam menentukan kapan transaksi atau kejadian harus diakui. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis akrual.

Menurut Nurlan Darise (2008:38) mengemukakan bahwa:

“Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan

pelaporan keuangan”.

Adapun basis akuntansi pemerintahan Menurut Erlina Rasdianto (2013:10) terdiri dari tiga basis yaitu:

1. Akuntansi berbasis kas 2. Akuntansi berbasis akrual 3. Akuntansi kas menuju akrual

Adapun penjelasan basis akuntansi pemerintahan yaitu sebagai berikut: 1. Akuntansi berbasis kas

Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi keuangan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya pada saldo kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Keterbatasan sistem akuntansi ini adalah keterbatasan informasi yang dihasilkan karena terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak


(24)

18

memperlihatkan pertanggungjawaban manajemen atas aktiva dan kewajiban.

2. Akuntansi berbasis akrual

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas. Dalam akuntansi akrual informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan informasi yang lebih rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, telah mewajibkan laporan keuangan pemerintah menggunakan basis akrual, sedangkan Peraturan Pemerintah Republik 20 Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan masih menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual.

3. Akuntansi berbasis kas menuju akrual

Basis akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah, yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa saat ini penyusunan laporan keuangan pada pemerintah daerah wajib menggunakan basis akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.1.1.5 Siklus Akuntansi

Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) mengatakan akuntansi adalah suatu sistem, suatu sistem mengelola input (masukan) dan menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outpunya adalah laporan keuangan.


(25)

Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) mengemukakan bahwa:

“Sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan yang ada dalam

sistem akuntansi”.

Sementara menurut Nurlan Darise (2008:41) mengemukakan bahwa:

“Untuk dapat memahami penyusunan laporan keuangan harus terlebih

dahulu memahami siklus akuntansi”.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa siklus akuntansi terdiri dari tahap-tahapan dalam penyusunan laporan keuangan. Adapun tahap-tahap siklus akuntansi pemerintahan menurut Erlina Rasdianto (2013:6) sebagai berikut:

1. Dokumentasi transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis transaksi keuangan tersebut.

2. Pencatatan transaksi ke dalam buku jurnal.

3. Meringkas (mem-posting) transaksi keuangan yang telah dijurnal dalam buku besar.

4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindah-kan saldo-saldo buku besar neraca saldo.

5. Melakukan penyesuaian buku besar pada informasi yang paling up to date. 6. Menentukan saldo buku besar setelah disesuaikan.

7. Menyusun laporan keuangan. 8. Menutup buku besar.

9. Menentukan saldo buku besar dan menuangkan dalam neraca saldo setelah tutup buku.

2.1.1.6 Indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Indikator sistem akuntansi keuangan daerah dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran menurut Pasal 232 ayat (3) Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 dalam Abdul Halim (2014:83),bahwa sistem akuntansi keuangan daerah


(26)

20

merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pencatatan

Menurut Abdul Halim (2014:44) pencatatan adalah pengolahan data transaksi ekonomi tersebut melalui penambahan dan atau pengurangan atas sumber daya yang ada.

2. Pengidentifikasian (Penggolongan)

Menurut Abdul Halim (2014:44) pengidentifikasian adalah pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat membedakan mana transaksi yang bersifat ekonomi dan mana yang tidak.

3. Pelaporan

Menurut Abdul Halim (2014:44) pelaporan adalah transaksi ekonomi menghasilkan laporan keuangan yang merupakan hasil akhir proses akuntansi.

2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja

2.1.2.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

Adapun pengertian anggaran berbasis kinerja yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Indra Bastian (2010:202) Anggaran Berbasis Kinerja adalah:

“Sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, serta rencana strategis organisasi. Performance budgeting mengalokasikan sumber daya ke program, bukan ke unit organisasi semata dan memakai pengukuran output (output measurement)”.


(27)

Menurut Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2012:43) mengartikan Anggaran Berbasis Kinerja merupakan:

“Memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah”.

Kemudian menurut Mahmudi (2010:158) menjelaskan mengenai pengertian anggaran berbasis kinerja yaitu:

“Sistem yang mencakup kegiatan penyusunan dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang berorientasi pada

output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan renacana strategis organisasi, sehingga dapat memberikan informasi tentang efesiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan

tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah”.

2.1.2.2 Fungsi dan Kegunaan Anggaran

Menurut Munandar (2010:10), anggaran mempunyai tiga fungsi dan kegunaan pokok yaitu:

1. Sebagai pedoman kerja.

2. Sebagai alat pengkoordinasiaan kerja. 3. Sebagai alat evaluasi (pengawasan) kerja.


(28)

22

Adapun penjelasan fungsi dan kegunaan anggaran yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman Kerja. Anggaran sebagai pedoman kerja dan memberikan

arah serta sekaligus memberikan tugas dan target – target yang harus dicapai oleh para karyawan dalam jangka waktu tertentu yang akan datang.

2. Sebagai alat pengkoordinasiaan kerja. Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen untuk mengkoordinasikan kerja seluruh bagian dalam perusahaan, agar saling menunjang, saling bekerja sama secara sinergis, dalam rangka menuju sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan menjadi lebih terjamin.

3. Sebagai alat evaluasi (pengawasan) kerja. Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Ini berarti bahwa anggaran anggaran berfungsi sebagai alat manajemen untuk menilai kinerja para karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam anggaran, dengan apa yang telah dicapai oleh realisasi kerja karyawan, dapat menilai apakah perusahaan telah bekerja secara efisien, ataukah bekerja kurang efisien. Dari analisis perbandingan tersebut akan dapat diketahui pula sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan antara anggaran dan realisasinya. Dengan demikian dapat diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatankekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini akan sangat berguna bagi manajemen untuk menyusun rencana-rencana atau kebijakan-kebijakan di waktu-waktu yang akan datang.

2.1.2.3 Indikator Anggaran Berbasis Kinerja

Indikator anggaran berbasis kinerja dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran menurut Mahmudi (2010:159) bahwa ada beberapa tahapan dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, yaitu:

1. Perumusan Startegi 2. Perencanaan Strategi 3. Penyusunan Program 4. Penganggaran

5. Implementasi 6. Pelaporan Kinerja 7. Evaluasi Kinerja 8. Umpan Balik


(29)

Adapun penjelasan dari indikator di atas: 1. Perumusan Strategi

Tahap perumusan strategi merupakan tahap penting dalam proses pengendalian organisasi, karena kesalahan dalam merumuskan strategi akan berakibat kesalahn arah organisasi. Penentuan arah dan tujuan dasar organisasi merupakan bentuk perumusan strategi, organisasi merumuskan misi, visi, dan tujuan organisasi. Perumusan strategi merupakan kegiatan untuk merancang atau menciptakan masa depan (creating the future).

a. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana intansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, motivasi, serta produktif.

b. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi adalah yang harus diembankan atau dilaksankan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pertanyaan misi yang diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah Negara.

2. Perencanaan Strategi

Perencanaan strategi adalah penetapan program-program, aktivitas, atau proyek yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan. Perbedaan dengan perumusan strategi adalah proses untuk menentukan strategi sedangkan perencanaan strategi adalah proses menentukan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Hasil dari perencanaan strategi berupa rencana strategi (strategy plan).

a. Manfaat perencanaan strategi bagi organisasi, Mardiasmo (2009:51) adalah:

- Sebagai sasaran untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif;

- Sebagai sasaran untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan;

- Sebagai sasaran untuk memfasilitasi dilakukan alokasi sumber daya;

- Sebagai kerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action);

- Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara lebih jelas; dan


(30)

24

b. Tujuan utama perencanaan strategi adalah untuk meningkatkan komunikasi antar manajer puncak dengan manajer level bawah. Adanya komunikasi ini akan memungkinkan terjadi persetujuan antara manager puncak dengan manajer level bawah mengenai terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.

3. Penyusunan Program

Tahap pembuatan program merupakan tahap yang dilakukan setelah perencanaan strategi. Rencana-rencana, sasaran strategi, dan insentif strategi merupakan konseptual yang harus dijabarkan dalam bentuk program-program merupakan rencana kegiatan dan aktivitas yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategi tertentu beserta sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Kriteria penyusunan program menurut MacMillan dalam Mahmudi, 2010:142 adalah:

a. Kesesuaian (fit) yakni dinilai dari: (1) sesuai dengan tujuan dan misi organisasi, (2) kemampuan untuk bisa menggunakan keahlian (skill) yang saat ini dimiliki atau pada organisasi, dan (3) kemampuan sumberdaya yang tersedia dan adanya keselarasan aktivitas dengan program.

b. Kemenarikan program (attractiveness), yakni tingkatan di mana program-program yang dilakukan menarik bagi organisasi dilihat dari prespektif ekonomi.

c. Cakupan pilihan (alternative coverage), yakni keluasan pilihan program atas suatu pelayanan diberikan organisasi lain.

d. Posisi bersaing (competitive position), yakni kemampuan organisasi dalam melaksanakan program dibandingkan dengan organisasi lain. 4. Penganggaran

Program-program yang telah ditetapkan harus dikaitkan dengan biaya. Biaya program tersebut merupakan gabungan dari biaya aktivitas untuk melaksanakan program. Secara seluruh program tersebut akan diringkas dalam bentuk anggaran. Selain anggaran biaya, juga dibuat anggaran pendapatan, dan anggaran investasi (modal) untuk pelaksanaan program.

Menurut Mardiasmo (2004) penganggaran adalah:

“untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah perlu

dikembangkan standar analisis biaya, tolak ukur kinerja, standar


(31)

a. Standar analisis biaya adalah penelitian kewajaran atau beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh unit kerja dalam satu tahun anggaran.

b. Tolak ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja yang ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan oleh masing-masing daerah.

c. Standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi masing-masing daerah, pengembangan standar biaya harus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga yang berlaku di masing-masing daerah.

5. Implementasi

Selama tahap implementasi, pemimpin instansi bertanggung jawab untuk memonitor pelaksanaan kegiatan dan bagian akuntansi melakukan pencatatan atau penggunaan anggaran (input) dan outputnya dalam sistem akuntansi keuangan. Pemimpin instansi dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran pada periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatkan pengendalian intern yang memadai.

Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan APBD berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan unsur pemerintahan daerah dicatat dan dikelola dalam APBD.

b. Setiap SKPD yang mempunyai tugas untuk memungut dan atau menerima pendapatan daerah wajib melaksankannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Perda.

c. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja.

d. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD, apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran membiayai pengeluaran tersebut.

6. Pelaporan Kinerja

Setelah tahap implementasi, informasi akuntansi tersebut akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang merupakan salah satu bentuk pelaporan kinerja sektor publik, terutama kinerja finansial. Pelaporan kinerja yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi dilengkapi dengan kinerja non keuangan.


(32)

26

7. Evaluasi Kinerja

Pelaporan kinerja organisasi harus memiliki dua manfaat utama yaitu bagi pihak internal dan eksternal. Bagi pihak internal, laporan kinerja manajer dan staf. Laporan kinerja, bagu manajer memungkinkan untuk membandingakan antara input dan output yang direncanakan dengan realisasinya. Bagi pihak eksternal, laporan kinerja berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban organisasi. Laporan kinerja, bagi pemimpin instansi memungkinkan untuk membandingkan anatara ouput dan input yang direncanakan dan realisasinya. Jika terdapat penyimpangan yang signifikan, pimpinan instansi dapat melakukan tindakan koreksi sebagai umpan balik. Evaluasi kinerja meliputi:

a. Evaluasi kinerja organisasi yaitu penilaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Penilaian ini dimaksud untuk menilai kinerja pemimpin pusat pertanggungjawaban.

b. Evaluasi program yaitu menggunakan laporan kerja sebagai dasar untuk melakukan evaluasi program. Pelaksanaan program yang tidak optimal memerlukan revisi anggaran program, jika evaluasi program mewujudkan bahwa program yang dilakukan tidak efektif, maka pimpinan perlu mengkaji ulang terhadap strategi untuk mencapai tujuan atau bahkan untuk merevisi tujuan.

8. Umpan Balik

Tahap terakhir setelah evaluasi kinerja adalah pemberian umpan balik (feedback). Tahap ini dilakukan sebagai sarana untuk melakukan tindak lanjut (follow up) atas prestasi yang ingin dicapai. Apabila berdasarkan penilaian kinerja dinyatakan organisasi belum berhasil mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi yang ditetapkan, maka kemungkinkan perlu dilakukan penetapan ulang atas perumusan strategi organisasi.

2.1.3 Kinerja Pemerintah daerah

2.1.3.1 Pengertian Kinerja Pemerintah daerah

Adapun pengertian kinerja pemerintah daerah yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:


(33)

“Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planningsuatu organisasi”.

Kemudian Menurut Chabib Soleh dan Suripto (2011:3) pengertian Kinerja adalah:

“Gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis (strategic planning) suatu

organisasi.”

Dan menurut Mohamad Mahsun (2013:25) Kinerja Pemerintah Daerah adalah:

“Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planningsuatu organisasi”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pemerintah daerah merupakan gambaran tingkat pencapaian suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan suatu sasaran, tujuan, visi dan misi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis suatu organisasi.

2.1.3.2 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan dimasa mendatang. Pengukuran kinerja (Indra Bastian 2010:275) sebagai berikut:


(34)

28

1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati.

3. Memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta malakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang

dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkap permasalahan yang terjadi.

2.1.3.3 Indikator Kinerja Pemerintah Daerah

Indikator kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran menurut Mohamad Mahsun (2013:77), terdapat beberapa indikator yaitu:

1. Indikator Masukan (Input), 2. Indikator Proses (Process), 3. Indikator Keluaran (Output), 4. Indikator Hasil (Outcomes), 5. Indikator Manfaat (Benefit), dan 6. Indikator Dampak (Impact).

Adapun penjelasan dari jenis-jenis indikator diatas adalah:

1. Indikator masukan (Input), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

Misalnya:

a. Jumlah dana yang dibutuhkan. b. Jumlah pegawai yang dibutuhkan. c. Jumlah infrastruktur yang ada. d. Jumlah waktu yang digunakan.

2. Indikator proses (Process). Dalam indikator ini, organisasi/ instansi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun


(35)

tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan

kegiatan organisasi/ instansi. Misalnya: a. Ketaatan pada peraturan perundangan.

b. Rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan layanan jasa.

3. Indikator keluaran (Output), adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau non-fisik. Indikator ini digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Misalnya:

a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan.

b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa.

4. Indikator hasil (Outcomes), segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Outcome

menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator ini, organisasi/ instansi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. Misalnya:

a. Tingkat kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. b. Produktivitas para karyawan atau pegawai.

5. Indikator manfaat (Benefit), adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Misalnya:

a. Tingkat kepuasan masyarakat. b. Tingkat partisipasi masyarakat.

6. Indikator dampak (Impact), pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. Misalnya:

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. b. Peningkatan pendapatan masyarakat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan intisari dari teori yang telah dikembangkan dan mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Berdasarkan telaah pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini


(36)

30

menjelaskan sistem akuntansi keuangan daerah dan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah.

2.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Usman dan Lukman (2014), menyatakan bahwa:

“Dalam mengelola keuangan daerah yang baik dibutuhkan yang namanya

sistem akuntansi yang mengatur keuangan daerah agar tercapainya pengelolaan keuangan daerah yang baik. Dalam hal ini pemahaman sistem akuntansi berperan dalam kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah

daerah sekaligus mengukur kinerja pemerintah daerah”.

Menurut Wawan dan Lia (2009), menyatakan bahwa:

“Pemerintahan perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak saja berfungsi

sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi keuangan tersebut hendaknya mendukung pada pencapaian kinerja. Karena penilaian Pemerintahan yang baik dapat dilihat dari pencapaian kinerja Pemerintahan itu sendiri, pengukuran dalam pencapaian kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manager dalam

menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik”.

Menurut Mardiasmo (2009:35), menyatakan bahwa:

“Organisasi sektor publik karena sifatnya yang tidak mengejar laba serta

adanya pengaruh politk yang besar. Terkait dengan pengukuran kinerja, terutama pengukuran ekonomi, efesiensi, dan efektivitas (value for money), akuntansi memiliki peran utama dalam pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasikan keseluruhan kinerja terutama dalam ukuran moneter”. Menurut Mardiasmo (2009:84) menyatakan bahwa:

“Sistem akuntansi keuangan daerah berhubungan terhadap kinerja yang pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program untuk penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut”.


(37)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmad Hidayat (2015) yang berjudul Pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerntah daerah. Hasil studi ini menyatakan bahwa Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh singnifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ismail Molamahu (2015) yang berjudul Pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerntah daerah. Hasil studi ini menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Wawan Sukmana dan Lia Anggarsari (2009) yang berjudul Pengaruh pengawasan intern dan pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil studi ini menyatakan bahwa pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Asrori (2009) yang berjudul Model pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah berbasis partisipasi pengguna. Hasil studi ini menyatakan bahwa pengembangan sistem akuntansi pemerintahan daerah dan kesesuaian tugas teknologi sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem akuntansi pemerintahan daerah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan.


(38)

32

2.2.2 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Abdul Halim (2012:51) menyatakan bahwa:

“Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas

dan efesiensi pelaksanaan anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja”.

Menurut Mardiasmo (2009:40) menyatakan bahwa:

“Penyusunan APBD dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Pemerintah daerah dalam penyelenggaraannya dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel

terhadap kepentingan masyarakat”.

Menurut Deddi Nordiawan (2007), menyatakan bahwa:

“Keuangan anggaran adalah sebagai alat penilaian kinerja, artinya anggaran merupakan suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktifitas maupun

terpenuhinya efisiensi biaya”.

Kemudian menurut penelitian Ika Dian Anugerahani dan Sentot Imam (2013) tentang pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pegawai hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Dan menurut penelitian Rico Ales Sandra, dkk (2014) tentang pengaruh anggaran berbasis kinerja, sistem akuntansi keuangan daerah, sistem informasi pengelolaan keuangan daerah, dan penerapan good goverment tehadap penilaian


(39)

satuan kerja perangkat daerah bahwa anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap penilaian kinerja SKPD dan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap penilaian kinerja SKPD.

Penelitian Sem Paulus Silalahi (2012) yang berjudul anggaran berbasis kinerja, sistem akuntansi keuangan daerah, dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah terhadap penilaian satuan kerja perangkat daerah. Hasil studi ini menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap penilaian kinerja satuan kerja perangkat daerah.


(40)

34

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.2.3 Paradigma Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:42), paradigma penelitian adalah:

“Pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan

diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis

statistic yang akan digunakan”.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

 Pencatatan  Pengidentifikasian

(Penggolongan)

 Pelaporan

Anggaran Berbasis Kinerja 1. Perumusan Startegi 2. Perencanaan Strategi 3. Penyusunan Program 4. Penganggaran 5. Implementasi 6. Pelaporan Kinerja 7. Evaluasi Kinerja 8. Umpan Balik

Kineja Pemerintah Daerah

 Indikator Masukan (Input),

 Indikator Proses (Process),

 Indikator Keluaran (Output),

 Indikator Hasil (Outcomes),

 Indikator Manfaat (Benefit), dan

 Indikator Dampak (Impact).


(41)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitiaan

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Iskandar (2008:56), hipotesis adalah:

“Suatu pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya secara empiris”.

Menurut Sugiyono (2011:64), berpendapat bahwa hipotesis adalah:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan penelitian telah dinyatakan dalm bentuk pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

1. (Rahmad Hidayat, 2015) 2. (Ismail Molamahu, 2015)

3. (Wawan Sukmana, Lia Anggraeni, 2009) 4. (Asrori, 2009)

5. (Usman & Lukman Pakaya, 2014) 6. (Mardiasmo, 2009)

1. (Sem Paulus Silalahi, 2012)

2. (Ika Dian Anggraeni & Sentot Imam, 2013) 3. (Rico Ales Sandra, dkk 2014)

4. (Abdul Halim, 2012:51) 5. (Abdul Halim, 2012:59) 6. (Indra Bastian, 2010:192) 7. (Mardiasmo, 2009:40) 8. (Deddi Nordiawan, 2007) Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah Abdul Halim (2014:83)

Erlina, Omar Sakti, dan

Rasdianto (2015:5)

Anggaran Berbasis Kinerja

Indra Bastian (2010:202)

Abdul Halim & Muhammad Syam Kusufi (2012:43)

Mahmudi (2010:158)

Kinerja Pemerintah Daerah Indra Bastian (2010:329) Chabib Soleh dan Suripto

(2011:3)


(42)

36

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasrkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empiris”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai bukti melalui data yang terkumpul dan harus di uji secara empiris sehingga penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:

H1: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

H2: Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah


(43)

1 Anitasari

Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

This research was conducted at the Regional Work Units Cimahi. With the problem of the weakness in the area of financial accounting system in the process of recording that has not been effective and weaknesses in performance-based budget planning and implementation are not optimal causing local government performance is not optimal. The purpose of this study is to analyze and assess how much influence the area of financial accounting systems and performance-based budgets of local government performance in SKPD Cimahi Government.

The method used in this research is descriptive and verification methods. Descriptive method used to describe the area of financial accounting system variables, variable performance-based budgeting, and performance of local government. And the verification method used by the statistical test SEM Partial Least Squre (PLS) to determine the effect of regional financial accounting system and performance-based budgeting. Mechanical withdrawal sample using saturation sampling for total population and the same sample of 25 SKPD Cimahi Government. The unit of observation in this study is the Sub Division and Reporting Program.

These results indicate that the area of financial accounting system has positive influence on local government performance and performance-based budgeting positive effect on the performance of local government in Cimahi Government SKPD.

Keywords: Regional Financial Accounting System, Performance-Based Budgeting, the Local Government Performance.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi ekternal yaitu adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki, agar pemerintah daerah mampu menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari penerapan otonomi daerah yang mengedepankan akuntanbilitas kinerja dan peningkatan pelayanan publik (Abdul Halim:2007). (Rahmad Hidayat, 2015)

Kinerja memang telah menjadi sorotan penting dalam seluruh tahapan penyelenggaraan baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Kinerja pemerintah saat ini sering dinilai tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. Dalam hal evaluasi kinerja saja hingga saat ini belum tersedia payung hukum yang menjadi dasar dan pedoman penyusunan dokumen evaluasi kinerja pemerintah daerah. Selain itu minimnya jumlah dan kualitas pengelolaan kebijakan pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab kurang berkualitasnya produk kebijakan yang dihasilkan. Sehingga peningkatan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat


(44)

2

sebagai salah satu visi/misi dan tujuan pemerintah daerah akan sulit tercapai. (Ira Halidayati, 2014)

Kinerja adalah Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang

tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. (Mohamad Mahsun, 2013:25)

Tidak hanya kinerja yang menjadi sorotan saat ini, tetapi juga anggaran publik selalu dikaitkan dengan akuntabilitas eksekutif organisasi. Konflik yang terjadi dalam penentuan anggaran sangat berpengaruh terhadap kapabilitas eksekutif organisasi untuk mengendalikan pengeluaran. (Indra Bastian, 2010:192)

Penyusunan APBD berbasis kinerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Pemerintah daerah dalam penyelenggaraannya dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan masyarakat. (Mardiasmo, 2009)

Anggaran berbasis kinerja adalah memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah. (Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, 2012:43)

Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja maka setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya. Kinerja ini akan tercermin pada laporan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan prestasi kerja satuan kerja pemerintah daerah (SKPD). (Sem Paulus Silahi, 2012)

Faktor lain yang turut menentukan suatu organisasi sukses dalam meningkatkan kinerja adalah sistem akuntansi keuangan daerah. Menurut Mardiasmo dalam Almanda (2013) menerangkan bahwa Kinerja Pemerintah Daerah akan tercapai dengan dilaksanakannya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pun secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, artinya sistem akuntansi keuangan daerah dapat menimbulkan dukungan yang kuat terhadap Kinerja Pemerintah Daerah yang dicapai. (Rahmad Hidayat, 2015)

Sistem akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan atas transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer”. (Pasal 232 ayat (3) Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 dalam Abdul Halim, 2014:83)

Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran yang cerdas melalui inovasi sistem akuntansi. (Abdul Halim, 2012:40)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang terjadi:

1. Seberapa besar pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

2. Seberapa besar pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.


(45)

3

1. Untuk mengetahui pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

2. Untuk mengetahui pengaruh anggaran berbasis kinerja daerah terhadap kinerja pemerintah daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang berguna sebagai bahan pertimbangan di masa yang akan datang mengenai praktik sistem akuntansi keuangan daerah dan anggaran berbasis kinerja untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah pada SKPD Kota Cimahi.

1.4.2 Kegunaan Akademis

hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan selain itu mengembangkan ilmu, dimana teori yang telah ada diuji kembali dalam penelitian ini dapat memperkuat teori yang telah ada yaitu sistem akuntansi keuangan daerah dan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Pasal 232 ayat (3) Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 dalam Abdul Halim

(2014:83) bahwa sistem akuntansi keuangan daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari

proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan atas transaksi dan/atau

kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. 2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Indra Bastian (2010:202) Anggaran Berbasis Kinerja adalah sistem

penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi,

misi, serta rencana strategis organisasi. Performance budgeting mengalokasikan sumber daya

ke program, bukan ke unit organisasi semata dan memakai pengukuran output (output

measurement).

2.1.3 Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Indra Bastian (2010:329) bahwa Kinerja (performance) adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning

suatu organisasi.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Menurut Mardiasmo (2009:35), menyatakan bahwa organisasi sektor publik karena sifatnya yang tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politk yang besar. Terkait dengan


(46)

4

akuntansi memiliki peran utama dalam pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasikan keseluruhan kinerja terutama dalam ukuran moneter.

Menurut Mardiasmo (2009:84) menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berhubungan terhadap kinerja yang pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program untuk penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.

2.2.2 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Abdul Halim (2012:51) menyatakan bahwa kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan efesiensi pelaksanaan anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Menurut Mardiasmo (2009:40) menyatakan bahwa penyusunan APBD dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Pemerintah daerah dalam penyelenggaraannya dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingan masyarakat.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

2. Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Pada SKPD Pemerintah Kota Cimahi.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:2), metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2013:47), pengertian metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlak u untuk umum atau generalisasi.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) menyatakan bahwa metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.

3.2 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002) dalam Umi Narimawati (2010:31) adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.


(47)

5

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X1) dan Anggaran Berbasis Kinerja (X2).

2. Variabel terikat atau dependent

Menurut Sugiyono (2013:40), variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependent dalam hal ini adalah Kinerja Pemerintah Daerah.

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti dengan menyebarkan kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah 25 SKPD Pemerintahan Kota Cimahi.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua

cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library reserach).

Pengumpulan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research):

a. Metode pengamatan atau (Observation)

Metode pengamatan atau (Observation) adalah pengumpulan data dengan cara

pengamatan langsung pada objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Cimahi. b. Kuesioner

Menurut Umi Narimawati (2010:40), kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Adapun kuesioner dilakukan kepada pegawai bagian akuntansi, bagian bendahara dan subag keuangan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text

book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan

penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian

Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:


(48)

6

3.4.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) adalah sebagai berikut: “Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Cimahi. Unit observasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan SKPD Kota Cimahi sebanyak 25 SKPD, yang berjumlah 25 orang.

3.4.2 Penarikan Sampel

Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) adalah sebagai berikut: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

Dalam penelitian ini penulis melakukan penarikan sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh.

Menurut Sugiyono (2011:126) mengatakan bahwa :

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Cimahi sebanyak 25 SKPD.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.3.1 Tempat Penelitian

Untuk dapat memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti penulis mengadakan penelitian yang dilakukan pada 25 SKPD Kota Cimahi yang beralamat di Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Komp. Pemkot Cimahi.

3.4.3.1 Waktu Penelitian

No. Deskripsi Kegiatan

2016

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt

1.

Pra Survei a. Persiapan judul a. b. Persiapan teori b. c. Pengajuan judul c. d. Mencari perusahaan

2.

Usulan Penelitian a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Sidang UP d. Revisi UP

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5.

Penyusunan Skripsi a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan draf Skripsi


(1)

16

Ira Halidayati. 2014. Pengaruh Pengawasan Internal, Pengawasan Eksternal, dan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Payakumbuh). Jurnal. Universitas Negeri Padang.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Gaung Persada Press.

Ismail Molamahu, dkk. 2015. Pengaruh Pengelolan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Vol 3, No1

Isyana Putri. 2014. Pemkot Cimahi Raih Opini WTP. Melalui

<http://www.antarajabar.com/berita/48773/pemkot- cimahi-raih-opini-wtp>

Gala, Merlin. 2008. Pegaruh Penerapan Sistem Akuntabilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Laporan keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Universitas Gorontalo.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Mardiasmo 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi kelima. Andi Offset. Yogyakarta.

Mohamad Irfan. 2015. Kabupaten Sumedang Kinerja Pemerintah Daerah Terendah. Melalui<http://microsite.metrotvnews.com/beritampr/read/2015/11/16/451178

/surveikabupaten-sumedang-kinerja-pemda-terendah-di-jab>

Mohamad Mahsun. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Penerbit BPFE: Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Munandar. 2010. Budgeting, Perencanaan Kerja. Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajahmada.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metedologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Edisi Pertama, Penerbit BPFE.

Nurlaela Yuliani. 2014. Pengaruh sistem informasi pengelolaan keuangan daerah dan penerapan keuangan daerah dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pemerintah daerah dan akuntabilitas publik. Tesis. UGM.

Nurlan Derise. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: PT.Indeks.

Rahmad Hidayat. 2015. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Padang Pariaman). Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Padang. Padang. Vol.3, No.1.

Rico Ales Sandra, Kennedy, Rheny. 2014. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Penerapan Good Goverment terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pemerintahan di Kabupaten Indragiri Hulu). Jurnal Akuntansi. Universitas Riau. Pekanbaru. JOM FEKON Vol. 1 No. 2.

Ruzuar. 2015. Sosialisasi Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Di Bappeda Jawa Barat. Bpkp. Melalui <http://www.bpkp.go.id/jabar/


(2)

berita/read/14096/0/Sosialisasi-Penerapan-Sistem-Akuntansi-Pemerintah Berbasis-Akrual-di-Bappeda-Jawa-Barat.bpkp>

Salbiah, Ridha Rizky. 2012. Pengaruh Evaluasi Anggaran terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkah Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jurnal. Universita Sumatera Utara. Vol 15, No 2.

Sem Paulus Silalahi. 2012. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pemrintahan di Kota Dumai). Jurnal Ekonomi. Universitas Riau. Pekanbaru. Volume 20, Nomor 3.

Subana, M. Dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:CV Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfa Beta: Bandung. Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian: Alfa Beta, Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Syambudi Prasetia Bahri. 2012. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis KInerja terhadap Akuntabilitas Publik pada Instansi Pemerintah (Studi Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cirebon). Skripsi.Universitas Pasundan. Bandung. Umi Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas

Akhir. Jakarta: Genesis.

Usman, Lukman. 2014. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Jurnal-Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo.

Venni Avionita. 2014. Pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah. Jurnal. Universitas Widyatama. Bandung


(3)

18

Zam. 2015. Pemerintah Kota Cimahi Lemah Dalam Perencanaan. Melaui

<http://jabar.tribunnews.com/2015/08/24/pemkot-cimahi-lemah-dalam-perencanaan> _____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

_____. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. (2006). Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.

_____. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. (2003).: Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

_____. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengurusan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.


(4)

Lampiran Outer Model


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

1 60 107

Pengaruh Pengawasan Intern dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung)

11 37 65

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Kinerja Manajerial (Survey Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

2 29 35

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 6 79

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA.

0 3 17

PENDAHULUAN PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA.

0 4 7

PENUTUP PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA.

0 2 54

PENGARUH ANGGARAN BERBASIS KINERJA, SISTEMAKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (St

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Surakarta).

0 2 8

PENGARUH STRUKTUR DAN IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUBANG.

0 1 28