PENGARUH STRUKTUR DAN IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SUBANG.

(1)

(2)

LEMBAR PENGESAHAN………. LEMBAR PERNYATAAN……….

ABSTRACT………...

ABSTRAK……… KATA PENGANTAR………..………... UCAPAN TERIMA KASIH……….. DAFTAR ISI………...………. DAFTAR TABEL……… DAFTAR GAMBAR……… BAB I PENDAHULUAN……… 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1.2. Rumusan Masalah………... 1.3. Tujuan Penelitian………... 1.4. Kegunaan Penelitian………... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ………... 2.1. Kajian Pustaka………. 2.1.1. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja………. 2.1.2. Struktur Anggaran Berbasis Kinerja………. 2.1.3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja………... 2.1.4. Dasar Hukum Anggaran Berbasis Kinerja……… 2.1.5. Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja………... 2.1.6. Prasyarat Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja…...…………... 2.1.7. Pengertian Kinerja Keuangan…………...……….... 2.1.8. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan………...……….. 2.1.9. Teknik Pengukuran Value for Money………...………. 2.1.10.Rasio Efisiensi sebagai Ukuran Kinerja Keuangan Instansi……... 2.2. Kerangka Pemikiran….………..…………. 2.3. Hipotesis Penelitian……….…… BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN………. 3.1. Objek Penelitian……….………. 3.2. Metode Penelitian yang digunakan………. 3.3. Operasionalisasi Variabel………... 3.4. Jenis dan Sumber Data……… 3.5. Populasi dan Sampel..………...……….. 3.5.1. Populasi………. 3.5.2. Sampel………... 3.6. Teknik Pengumpulan Data………...………... 3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian……… 3.7.1. Uji Validitas……….. 3.7.2 Uji Reliabilitas……….. 3.8. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………... 3.8.1. Analisis Hasil Penyebaran Kuesioner………...

i ii iii iv v vi viii x xi 1 1 7 7 8 9 9 9 10 12 14 15 16 18 20 21 23 24 30 31 31 32 32 34 35 35 35 37 37 37 38 39 39


(3)

3.8.2. Analisis Jalur (Path Analysis)………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 4.1. Hasil Penelitian………... 4.1.1. Tinjauan Umum tentang SKPD Kab. Subang………... 4.1.2. Gambaran Karakteristik Responden……… 4.1.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………. 4.1.4. Deskripsi Variabel Penelitian………... 4.1.4.1 Struktur Anggaran Berbasis Kinerja SKPD Kab. Subang………... 4.1.4.2 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja SKPD Kab. Subang……….. 4.1.4.3 Kinerja Keuangan SKPD Kabupaten Subang………….. 4.1.5. Pengujian Hipotesis………. 4.2. Pembahasan……… 4.2.1. Pengaruh Struktur Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Keuangan………. 4.2.2. Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Keuangan………

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 5.1. Kesimpulan………. 5.2. Rekomendasi………... DAFTAR PUSTAKA………..……… DAFTAR LAMPIRAN…….………..……… RIWAYAT HIDUP………..

40 43 43 43 81 83 84 84 89 95 97 99 99 100 102 102 102 104 107 155


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran peran tersebut cenderung menggeser paradigma klasik yang serba negara menuju paradigma yang lebih memberikan peran kepada masyarakat dan swasta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 disebutkan bahwa dalam paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, dan supremasi hukum. Dalam bahasa yang lebih sederhana, terdapat tiga prinsip utama yang berlaku universal dalam kepemerintahan yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.

Perkembangan wacana di tingkat global tentang new public management (NPM) juga berpengaruh pada perkembangan wacana good governance di Indonesia. Hal ini ditambah lagi dengan pelajaran yang dapat diambil dari krisis ekonomi yang dimulai dari krisis keuangan tahun 1997. Berkaitan dengan krisis tersebut, Indonesia dan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, banyak diceramahi tentang kurangnya transparansi dan pentingnya tata pemerintahan yang baik. Meningkatnya utang luar negeri dari tahun ketahun merupakan salah satu bukti yang mencerminkan bahwa kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan negara sangat buruk.


(5)

Krisis moneter dan resesi ekonomi yang berkepanjangan, kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi dan lebih jauh lagi menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah, terutama bagi Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara paling korup di dunia, telah menimbulkan berbagai gejolak dan tuntutan perubahan di masyarakat berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.

Tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik, telah menuntut setiap organisasi pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar lebih berorientasi pada terciptanya good public dan good governance.

Untuk merespon tuntutan reformasi tersebut, maka dilakukan serangkaian langkah-langkah konkrit melalui kebijakan dan peraturan perundang-undangan seperti UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan PP sebagai pelaksanaan dari UU tersebut, yaitu PP No. 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, dan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, serta tata cara penyusunan APBD, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan APBD.

Dalam prakteknya, penyelenggaraan otonomi daerah bagi sebagian daerah malah menjadi beban tersendiri. Otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas keuangan tiap-tiap daerah, dan seringkali dikaitkan dengan prinsip automoney. Artinya kemandirian daerah dalam menyelenggarakan kewenangannya diukur dari kemampuannya menggali sumber-sumber pendapatan


(6)

sendiri. Implikasi dari penerapan prinsip automoney ini kemudian mendorong daerah-daerah untuk giat meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah), salah satunya dengan menciptakan berbagai bentuk pajak dan retribusi daerah.

Meskipun kini paradigma penyelenggaraan otonomi daerah telah mengalami pergeseran dan tidak lagi berpangkal pada prinsip automoney, namun pada kenyataannya kapasitas keuangan daerah masih dititik beratkan pada kemampuan menggali PAD dari sektor pajak dan retribusi daerah, yang justru menimbulkan beban baru, antara lain menimbulkan biaya ekonomi tinggi dan memberatkan bagi masyarakat yang bersangkutan.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong berkembangnya wacana mengenai perlunya dilakukan reformasi anggaran, agar pengalokasian anggaran lebih berorientasi pada kepentingan publik. Sistem anggaran yang selama ini digunakan adalah sistem line item dan incremental (sistem anggaran tradisional) yang ternyata dalam penerapannya memiliki berbagai kelemahan dan cenderung memberikan bobot yang lebih besar pada anggaran rutin (biaya aparatur), bukan pada anggaran pembangunan, sehingga pada akhirnya telah memberi peluang terjadinya pemborosan dan penyimpangan anggaran. Adapun kelemahan dari sistem anggaran tradisional tersebut seperti:

Orientasi pada pengendalian pengeluaran dan cenderung mengabaikan outcome, adanya dikotomi rutin dan pembangunan yang tidak jelas, basis alokasi yang tidak jelas yang hanya berfokus pada ketaaatan anggaran, dan akuntabilitas terbatas pada pengendalian anggaran, bukan pada pencapaian hasil. (Sjahruddin Rasul, 2002:45).


(7)

Korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah merupakan salah satu bukti dari orientasi anggaran pada pengendalian pengeluaran, bukan pada pencapaian hasil. Kinerja instansi hanya diukur dari kemampuan dalam menyerap anggaran, bukan dari tingkat kinerja yang dicapai. Pemborosan uang negara sebagai akibat dari adanya dikotomi rutin dan pembangunan yang tidak jelas, tingginya rata-rata pengeluaran instansi pemerintah dan adanya penumpukkan kegiatan pada beberapa instansi sebagai bukti dari basis alokasi anggaran yang tidak jelas.

APBD pada era otonomi daerah sekarang ini, disusun dengan pendekatan kinerja, artinya sistem anggaran yang mengutamakan pada pencapaian hasil/kinerja dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan. Jika dibandingkan dengan sistem anggaran tradisional, sistem anggaran kinerja memiliki beberapa keunggulan seperti: “fokus pada hasil, lebih fleksibel, lebih dapat dievaluasi dan mempermudah pengambilan keputusan”. (Sjahruddin Rasul, 2002:51).

Melalui penerapan anggaran berbasis kinerja, instansi dituntut untuk membuat standar kinerja pada setiap anggaran kegiatan sehingga jelas tindakan apa yang akan dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh (fokus pada hasil). Klasifikasi anggaran yang dirinci mulai dari sasaran strategis sampai pada jenis belanja dari masing-masing program/kegiatan memudahkan dilakukannya evaluasi kinerja. Dengan demikian, diharapkan penyusunan dan pengalokasian anggaran dapat lebih disesuaikan dengan skala prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan.


(8)

Secara normatif, penerapan anggaran berbasis kinerja ini ditetapkan melalui UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, dan UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara, dan PP No.105 tahun 2000, tepatnya pada pasal 8, yang isinya “APBD disusun dengan pendekatan kinerja”.

Pada dasarnya, anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja yang harus mencerminkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Beberapa daerah, kini telah menerapkan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan APBD. Salah Satunya Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang telah menerapkan anggaran berbasis kinerja sejak tahun 2004.

Permasalahan pokok yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang sekarang ini adalah otonomi menuntut setiap unit kerja untuk meningkatkan kinerja ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for money). Penelitian ini mengambil 23 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Subang. Alasan utama pemilihan di Pemda Kab. Subang disebabkan oleh permasalahan yang berkenaan dengan kinerja keuangannya yang dinilai kurang efisien mengingat instansi pemerintah daerah memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan di Kabupaten Subang.

Data mengenai kinerja keuangan dilihat dari rasio efisiensi atas belanja langsung pada 23 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Subang dari Tahun Anggaran 2004 sampai dengan Tahun 2008 disajikan dalam tabel 1.1 di bawah ini, dimana ke 23 SKPD telah menerapkan anggaran berbasis kinerja.


(9)

Tabel 1.1

Kinerja Keuangan 23 SKPD Kab. Subang dilihat dari Rasio Efisiensi

Tahun Rasio Efisiensi

2004 1,566%

2005 1,236%

2006 2,308%

2007 10,814%

2008 7,681%

Sumber: Laporan Keuangan 23 SKPD Kab. Subang diolah kembali

Untuk lebih jelasnya rata-rata rasio efisiensi untuk 23 SKPD Kabupaten Subang dari Tahun 2004 - 2008 dapat dilihat pada grafik 1.1

Grafik 1.1

Kinerja Keuangan SKPD Kab. Subang Selama Tahun 2004-2008 Sumber: Laporan Keuangan tiap SKPD Kab. Subang diolah kembali Jika dilihat pada grafik 1.1 terlihat adanya perubahan rasio efisiensi untuk belanja langsung pada 23 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kab. Subang selama kurun waktu 5 tahun anggaran. Tingkat efisiensi pengelolaan keuangan SKPD

1.57%

1.24%

2.31%

10.81%

7.68%

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00%

2004 2005 2006 2007 2008


(10)

Kabupaten Subang selama tahun anggaran 2004 sampai dengan 2008 termasuk dalam kategori kurang efisien. Hal tersebut menggambarkan adanya kecenderungan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja belum dilaksanakan secara optimal.

Bertolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur dan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Subang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh struktur anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan SKPD Kab. Subang?

2. Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan SKPD Kab. Subang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan SKPD Kabupaten Subang.

2. Untuk mengetahui pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan SKPD Kabupaten Subang.


(11)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoretis

Sebagai tambahan wawasan mengenai implementasi anggaran berbasis kinerja dan pengukuran kinerja keuangan.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Subang dalam meningkatkan kinerja keuangannya.


(12)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah 23 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berada dibawah naungan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Objek Penelitian

No Objek Penelitian Tempat

1 Dinas Bina Marga dan Pengairan Jl. KS Tubun No.16 Subang

2 Dinas Pendidikan Jl. KS Tubun No.2 Subang

3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Palabuan No.9 Subang 4 Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan, dan Aset Daerah

Jl. Dewi Sartika No.2 Subang

5 Dinas Kesehatan Jl. Letjen Suprapto No.103 Subang

6 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jl. KS Tubun No.7 Subang

7 Dinas Sosial Jl. D.I Panjaitan No.31 Subang

8 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Jl. Mayjen Sutoyo No.50 Subang 9 Dinas Komunikasi dan Informatika Jl. Mayjen Sutoyo No.46 Subang 10 Dinas Pertambangan dan Energi Jl. KS Tubun No.10 Subang 11 Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan

Menengah

Jl. KS Tubun No.4 Subang

12 Dinas Peternakan Jl. Emo Kurnia Atmaja No.6 Subang

13 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Jl. Ahmad Yani No.11 Subang

14 Dinas Perhubungan Jl. Otista No. 246 Subang

15 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Jl. Mayjen Sutoyo No.48 Subang 16 Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. A. Nata Sukarya No.28 Subang 17 Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Pasar

Jl. Aipda KS Tubun No.14 Subang 18 Dinas Tata Ruang, Permukiman

dan Kebersihan

Jl. Mesjid Agung No.11 Subang 19 Badan Penanaman Modal dan

Perijinan

Jl. Ade Irma Suryani Nasution No.2 Subang

20 Badan Kepegawaian Daerah Jl. Kapten Piere Tendean No.1 Subang


(13)

Keluarga Berencana

22 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Jl. Dewi Sartika No.2 Subang 23 Badan Lingkungan Hidup Daerah Jl. Kapten Piere Tendean No.1

Subang

1.2 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey-explanatory. Pendekatan survey artinya penelitian ini diadakan untuk memperoleh fakta-fakta, mencari keterangan-keterangan faktual serta berusaha untuk menggambarkan gejala-gejala dari praktek yang sedang berlangsung (M.Nazir, 2006:65). Selain itu, ciri berikutnya dari pendekatan survey menurut Rusidi (1993:6) adalah pengumpulan informasi diambil dari sampel atas populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul datanya. Sedangkan pendekatan eksplanatory artinya tujuan penelitian ini adalah berusaha menjelaskan hubungan kausal dan sekaligus pengujian hipotesis antara beberapa variabel yang diteliti (Singarimbun, 2006:16)

1.3 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pengaruh dua variabel yaitu variabel eksogen (Struktur dan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja) terhadap variabel endogen (Kinerja Keuangan). Kemudian variabel-variabel ini dijabarkan secara operasional ke dalam tabel berikut ini:


(14)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator No. Item Skala

Struktur Anggaran Berbasis Kinerja )

Satu kesatuan yang terdiri dari

pendapatan, belanja dan pembiayaan yang didalamnya memuat tolok ukur dan target kinerja, standar biaya, dan klasifikasi anggaran yg dirinci menurut fungsi dan program/kegiatan.

Tolok ukur dan target kinerja • Input • Output • Outcome 12, 20 9, 13 10, 11, 14, 24, 25

Interval

Standar biaya • Rincian perhitungan harga satuan unit biaya yang berlaku

• Surplus dan defisit anggaran

6, 7, 8, 19

15, 16, 17, 18

Interval

Klasifikasi Anggaran

• Sasaran strategi

• Rincian jenis belanja untuk setiap program/kegiatan

21, 22, 23 1, 2, 3, 4, 5

Interval

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja ( )

Penerapan sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kinerja dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan, meliputi tahap persiapan, tahap ratifikasi, tahap implementasi dan tahap pelaporan dan evaluasi anggaran.

Tahap persiapan anggaran

• Kesesuaian dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan dalam renstrada • Keterlibatan semua

stakeholders

• Kesesuaian dengan aspirasi publik

26, 27, 28, 29, 30, 31, 35 34, 36 32, 33 Interval Tahap ratifikasi Anggaran

• Kesesuaian dengan proses politik yang seharusnya • Kehandalan dan kecakapan

pimpinan eksekutif

(management skill, political,

salesmanship, coalition building)

• Integritas dan kesiapan mental eksekutif 37, 38 39 40 Interval Tahap implementasi anggaran

• Sistem pengendalian intern/Sistem pengendalian manajemen

• Sistem akuntansi keuangan /Sistem informasi keuangan

42, 44

41, 43


(15)

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator No. Item Skala

Tahap pelaporan dan evaluasi anggaran

• Standar kinerja

• Transparansi tolok ukur kinerja

• Pelibatan pihak professional yang independen

45, 50 46, 47, 48

49

Interval

Kinerja Keuangan (

Tingkat keberhasilan organisasi yang diukur berdasarkan anggaran yang telah dibuat yaitu dengan menganalisis selisih antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. (Mulyadi, 2001)

Rasio Efisiensi

100%

Rasio

1.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan sejumlah data sebagai bahan analisis untuk menjelaskan pengaruh variabel struktur dan implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Subang. Sumber dan cara penentuan data diatur dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Jenis dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber

1 Profil 23 SKPD Kab. Subang

SKPD Kabupaten Subang 2 Struktur Organisasi 23 SKPD Kab. Subang

3 4

Tanggapan setiap pejabat struktural tentang struktur anggaran berbasis kinerja

Tanggapan setiap pejabat struktural tentang implementasi anggaran berbasis kinerja 5 Laporan Realisasi Anggaran


(16)

1.5 Populasi dan Sampel 1.5.1 Populasi

Dalam setiap penelitian ilmiah perlu ditegaskan mengenai populasi dan sampelnya. Menurut Sugiyono (2004:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Subang terdiri atas 23 SKPD sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ke-23 SKPD tersebut, dan populasi respondennya adalah seluruh pejabat struktural yang ada di 23 SKPD tersebut (lihat lampiran 10).

1.5.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2004:73), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Mengingat populasi hanya berjumlah 23, maka keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel seluruhnya atau disebut sampel jenuh (census sampling). Terkait dengan variabel independen struktur dan implementasi anggaran berbasis kinerja, untuk sampel respondennya menggunakan teknik “proportionate random sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk semua anggota populasi secara proporsional”.


(17)

Dalam penelitian ini, dengan jumlah populasi responden sebanyak 457, taraf kesalahan 5%, berdasarkan rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael berikut ini:

. . .

! " . . (Sugiyono, 2004:79)

Keterangan: # dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% $ % 0,5

( 0,05

jumlah sampel Maka jumlah sampelnya = ),*+ .*,-..,,..,,

.,., *,-! "),*+ ..,,..,, =

)/-,-.*) , *".,+-. , =

)/-,-.*) .. . ,

= 197,84 atau dibulatkan menjadi 198

Untuk menentukan penyebarannya dilakukan dengan proporsional sebagai berikut:

Tabel 3.4

Distribusi Sampel Responden Untuk Masing-Masing Unit Analisis

No Unit Analisis Populasi Sampel

1 Dinas Bina Marga dan Pengairan 21 9

2 Dinas Pendidikan 21 9

3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 21 9

4 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah

27 12

5 Dinas Kesehatan 21 9

6 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 21 9

7 Dinas Sosial 21 9

8 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 21 9

9 Dinas Komunikasi dan Informatika 17 7

10 Dinas Pertambangan dan Energi 21 9

11 Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Menengah 21 9

12 Dinas Peternakan 21 9

13 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

20 9

14 Dinas Perhubungan 21 9

15 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 17 7

16 Dinas Kelautan dan Perikanan 21 9

17 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar 21 9

18 Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Kebersihan 21 9


(18)

20 Badan Kepegawaian Daerah 17 7 21 Badan Pemberdayaan Desa dan Keluarga

Berencana

20 9

22 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 17 7

23 Badan Lingkungan Hidup Daerah 14 7

Jumlah 457 198

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Kuesioner/daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden penelitian ini.

2) Studi dokumentasi yaitu dengan menganalisis laporan realisasi anggaran.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian.

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut adalah koefisien korelasi item total (Azwar, 2005:59). Koefisien korelasi item total yang dikoreksi (r ) dirumuskan sebagai itd berikut:


(19)

( )

( ) ( )

( )( )( )

[

x i i x

]

i x itd s s r s s s s r r 2 2 2 ) − + − = Dimana:

r= koefisien korelasi antar skor setiap butir pertanyaan dengan skor total x

s = simpangan baku skor setiap butir pertanyaan i

s = simpangan baku skor total (Sumber: Azwar, 2005:62)

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, biasanya digunakan batasan rix≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah. Apabila item yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka kita dapat menurunkan batas kriteria r sampai ix pada batas 0,2 (Azwar, 2005:65).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Menurut Suharsimi (2002:171), dalam mengukur reliabilitas sebuah instrumen dapat menggunakan beberapa teknik, salah satunya adalah alpha cronbach dengan rumus:

        −       −

=

2

2 1 1 t i S S k k Cα Dimana: α

C = koefisien alpha cronbach k = jumlah item


(20)

2

i

S = jumlah variansi setiap item

2

t

S = variansi skor total

Menurut Hair, Anderson, Tatham dan Black dalam Kusnendi (2008:96) suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha cronbach ≥ 0,7.

Guna mempermudah proses pengolahan data untuk uji validitas dan uji reliabilitas digunakan bantuan MS Excel 2007 dan SPSS 16.0

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Analisis Hasil Penyebaran Kuesioner

Penetapan skor untuk kuesioner menggunakan teknik Skala Likert yaitu skor 1 s.d. 5. Skor maksimum 5 dan minimum 1 atau (20% dari skor maksimum).

Kriteria interpretasi skor yang digunakan dalam mengolah hasil kuesioner adalah sebagai berikut:

0 20 40 60 80 100

Sangat Tidak Efektif

Tidak Efektif

Cukup Efektif

Efektif Sangat Efektif

0% − 20% Sangat Tidak Efektif 21% − 40% Tidak Efektif

41% − 60% Cukup Efektif 61% − 80% Efektif

81% − 100% Sangat Efektif (Riduwan dan Sunarto, 2009:23)

Perbandingan antara skor yang dicapai dengan skor maksimum, dianalisis dengan menggunakan kriteria penilaian berdasarkan persentase, sehingga diketahui sejauh mana struktur dan implementasi anggaran berbasis kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kab. Subang.


(21)

3.8.2 Analisis Jalur (Path Analysis)

Dalam penelitian ini fenomena yang ingin dianalisis adalah pengaruh struktur dan implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan Instansi Pemda Kabupaten Subang.

Untuk menganalisis fenomena tersebut diperlukan satu model analisis jalur (path analysis). Analisis jalur pada dasarnya merupakan metode untuk mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab (exogenus variable) terhadap seperangkat variabel akibat (endogenus variable). Melalui analisis jalur ini dapat diketahui masing-masing variabel dan dapat digambar secara diagramatik struktur pengaruh dari variabel-variabel tersebut melalui diagram jalur (path diagram).

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya, maka hubungan kausal antar variabel penelitian dapat digambarkan secara struktural dalam diagram jalur sebagai berikut:

4

5

678

9:;

5

67

Gambar 3.1

Struktur Kausal antara Variabel X1, X2, dan Y

Secara manual, statistik analisis jalur dihitung dengan basis data matriks korelasi. Prosedur dijelaskan sebagai berikut:

1. Menghitung koefisien korelasi antar variabel penelitian dengan rumus:

<:

=;


(22)

9 ? ∑ ABCB ∑ AB ∑ CB DE? ∑ AB; ∑ AB ;FE? ∑ C

B

; ∑ CB ;F

Menyatakan koefisien korelasi antar variabel penelitian dalam sebuah matriks korelasi (R) sebagai berikut:

GG1 618H8 687

787

1 GG

2. Menghitung determinan matriks korelasi R antarvariabel penyebab

3. Mengidentifikasi model atau sub struktur yang akan dihitung koefisien jalurnya dan merumuskan persamaan strukturalnya

4. Mengidentifikasi matrik korelasi antarvariabel penyebab yang sesuai dengan sub-sub struktur atau model yang akan diuji.

5. Menghitung matrik invers korelasi antar variabel penyebab untuk setiap model yang akan diuji dengan rumus:

IB!: :

|I:| KLM. IB

6. Menghitung semua koefisien jalur yang akan diuji dengan rumus:

NO:<P IB!:Q9O:<PR

7. Menghitung koefisien determinasi R2YiXi dan koefisien jalur error variabel (ρei)

melalui rumus:

IO;B<P SQN

O:<PR Q9O:<PR dan


(23)

8. Menguji kebermaknaan koefisien determinasi dengan statistik uji F sebagai berikut:

U ?!P!: IOB<P; PV:!IOB<P; W

9. Menguji secara individual setiap koefisien jalur dengan statistik uji t sebagai berikut:

XB NYZOB<P NOB<P

[Q: IO;B<PR\PP

? P :

10.Melakukan pengujian overall mode fit dengan statistik Q dan atau W dengan rumus sebagai berikut:

] : I: _^;

Koefisien I^; dan M dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I^; _ : Q: I:;RQ: I;;R … . . Q: Ia;R

Jika Q = 1 menunjukan model yang diuji fit dengan data. Jika Q < 1, maka perlu di uji dengan statistik W dengan rumus sebagai berikut:

b ? L cde T ] ? L cf ]

Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang ditunjukan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan.

Guna mempermudah proses perhitungan, perhitungan statistik di atas menggunakan program SPSS versi 16.0.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan di bab IV maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, variabel struktur anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif sebesar 23,9% terhadap kinerja keuangan, artinya perubahan kinerja keuangan ditentukan oleh struktur anggaran berbasis kinerja. Semakin efektif struktur anggaran berbasis kinerja, semakin tinggi kinerja keuangan yang dicapai.

2. Selain variabel struktur anggaran berbasis kinerja, hasil penelitian juga menunjukkan implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif sebesar 48,6% terhadap kinerja keuangan, artinya implementasi anggaran berbasis kinerja merupakan variabel yang menyebabkan perubahan dalam kinerja keuangan. Semakin efektif implementasi anggaran berbasis kinerja, semakin tinggi kinerja keuangan yang dicapai.

1.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan, hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diuraikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Adanya temuan pengaruh yang positif dari struktur anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan, maka sebaiknya pimpinan setiap SKPD senantiasa


(25)

melakukan koordinasi antar pejabat struktural dalam upaya mencapai rasio efisiensi yang lebih baik.

2. Adanya temuan pengaruh yang positif dari implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan, maka sebaiknya setiap SKPD segera mengoptimalkan peran setiap pejabat struktural dengan meningkatkan skill dan upaya saling mengawasi satu sama lainnya sebagai control dalam pelaksanaan aspek tersebut secara lebih baik, dan bila hal tersebut belum teratasi dapat dilakukan rotasi jabatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian serupa dengan memasukkan unsur rasio ekonomi dan rasio efektivitas sebagai variabel akibat dan objek penelitian yang lebih luas lagi.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Halim. (2001). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

---. (2002). Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Arief Suadi. (1995). Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Azwar, Saifuddin. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darsono dan Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI

Gasperz, Vincent. (1991). Ekonometrika Terapan jilid 1. Bandung: Tarsito

Ibnu Syamsi. (1983). Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Jakarta: Bina Aksara

Ihyaul Ulum. (2004). Akuntansi Sektor Publik. Malang: UMM Press

Kaplan dan Norton. (1996). Balance Scorecard. Jakarta: Erlangga

Kusnadi. (2002). Akuntansi Pemerintahan (Publik). Bandung: UNIBRAW Malang

Kusnendi. (2007). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: ALFABETA

Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta


(27)

---. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI

Moh. Nazir. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Mulyadi & Johny Setyawan. (2001). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Munawir. (1990). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Prasetya, Gede Edy. (2005). Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: ANDI

Revrisond Baswir. (2000). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Riduwan dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta

Singarimbun, Masri dan Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta

Sjahruddin Rasul. (2002). Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: Percetakan Negara RI

Soepomo Prodjoharjono. (2000). Strategi Pengembangan Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Makalah pada Seminar IAI

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Syafaruddin Siregar. (2005). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Grasindo


(28)

Jurnal, Dokumen dan Publikasi Resmi

Akhmad Solikin. (2006). “Penggabungan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah. Vol.2 No.2.

Dede Mariana. (2005). “Otonomi Daerah dan Reformasi APBD”. Bandung: Harian Umum Pikiran Rakyat

Diklat Pengelola Keuangan. (2003). Pemerintah Daerah Kabupaten Subang: Tidak Diterbitkan

Endang Wirjatmi. (2005). “Pengukuran Kinerja di Sektor Publik”. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol. 2 No.1. Bandung: STIA LAN Bandung

Firdaus. (2007). “Analisis Pengaruh Anggaran Kinerja (Performance Budgeting) terhadap Efisiensi Pengalokasian Belanja”. Tesis UNPAD. Bandung: SPS UNPAD

Lembaga Administrasi Negara. (2003). Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Nugraha. (2005). “Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Budgeting) dalam Sistem Akuntabilitas Pemerintah Daerah”. Jurnal Profita. Vol.2 No.3 Bandung: UPI

Simanjuntak, Binsar H. (2005). “Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah. Vol.1 No.1.

Suhady dan Desi Fernanda. (2001). Dasar-dasar Keperintahan yang Baik. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat IV. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Suryanto. (2003). “Beberapa Kendala dan Rekomendasi dalam Mengimplementasikan Anggaran Berbasis Kinerja”. Jurnal Wacana Kinerja. Vol. 6 No. 4. Bandung: Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I – LAN


(1)

8. Menguji kebermaknaan koefisien determinasi dengan statistik uji F sebagai berikut:

U ?!P!: IOB<P; PV:!IOB<P; W

9. Menguji secara individual setiap koefisien jalur dengan statistik uji t sebagai berikut:

XB NYZOB<P NOB<P

[Q: IO;B<PR\PP

? P :

10. Melakukan pengujian overall mode fit dengan statistik Q dan atau W dengan rumus sebagai berikut:

] : I: _^;

Koefisien I^; dan M dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: I^; _ : Q: I:;RQ: I;;R … . . Q: Ia;R

Jika Q = 1 menunjukan model yang diuji fit dengan data. Jika Q < 1, maka perlu di uji dengan statistik W dengan rumus sebagai berikut:

b ? L cde T ] ? L cf ]

Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang ditunjukan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan.

Guna mempermudah proses perhitungan, perhitungan statistik di atas menggunakan program SPSS versi 16.0.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan di bab IV maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, variabel struktur anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif sebesar 23,9% terhadap kinerja keuangan, artinya perubahan kinerja keuangan ditentukan oleh struktur anggaran berbasis kinerja. Semakin efektif struktur anggaran berbasis kinerja, semakin tinggi kinerja keuangan yang dicapai.

2. Selain variabel struktur anggaran berbasis kinerja, hasil penelitian juga menunjukkan implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif sebesar 48,6% terhadap kinerja keuangan, artinya implementasi anggaran berbasis kinerja merupakan variabel yang menyebabkan perubahan dalam kinerja keuangan. Semakin efektif implementasi anggaran berbasis kinerja, semakin tinggi kinerja keuangan yang dicapai.

1.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan, hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diuraikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Adanya temuan pengaruh yang positif dari struktur anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan, maka sebaiknya pimpinan setiap SKPD senantiasa


(3)

melakukan koordinasi antar pejabat struktural dalam upaya mencapai rasio efisiensi yang lebih baik.

2. Adanya temuan pengaruh yang positif dari implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan, maka sebaiknya setiap SKPD segera mengoptimalkan peran setiap pejabat struktural dengan meningkatkan skill dan upaya saling mengawasi satu sama lainnya sebagai control dalam pelaksanaan aspek tersebut secara lebih baik, dan bila hal tersebut belum teratasi dapat dilakukan rotasi jabatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian serupa dengan memasukkan unsur rasio ekonomi dan rasio efektivitas sebagai variabel akibat dan objek penelitian yang lebih luas lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Halim. (2001). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

---. (2002). Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Arief Suadi. (1995). Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Azwar, Saifuddin. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Darsono dan Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI

Gasperz, Vincent. (1991). Ekonometrika Terapan jilid 1. Bandung: Tarsito

Ibnu Syamsi. (1983). Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Jakarta: Bina Aksara

Ihyaul Ulum. (2004). Akuntansi Sektor Publik. Malang: UMM Press

Kaplan dan Norton. (1996). Balance Scorecard. Jakarta: Erlangga

Kusnadi. (2002). Akuntansi Pemerintahan (Publik). Bandung: UNIBRAW Malang

Kusnendi. (2007). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: ALFABETA

Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta


(5)

---. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI

Moh. Nazir. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Mulyadi & Johny Setyawan. (2001). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Munawir. (1990). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Prasetya, Gede Edy. (2005). Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: ANDI

Revrisond Baswir. (2000). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Riduwan dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta

Singarimbun, Masri dan Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta

Sjahruddin Rasul. (2002). Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: Percetakan Negara RI

Soepomo Prodjoharjono. (2000). Strategi Pengembangan Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Makalah pada Seminar IAI

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Syafaruddin Siregar. (2005). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Grasindo


(6)

Jurnal, Dokumen dan Publikasi Resmi

Akhmad Solikin. (2006). “Penggabungan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah. Vol.2 No.2.

Dede Mariana. (2005). “Otonomi Daerah dan Reformasi APBD”. Bandung: Harian Umum Pikiran Rakyat

Diklat Pengelola Keuangan. (2003). Pemerintah Daerah Kabupaten Subang: Tidak Diterbitkan

Endang Wirjatmi. (2005). “Pengukuran Kinerja di Sektor Publik”. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol. 2 No.1. Bandung: STIA LAN Bandung

Firdaus. (2007). “Analisis Pengaruh Anggaran Kinerja (Performance Budgeting) terhadap Efisiensi Pengalokasian Belanja”. Tesis UNPAD. Bandung: SPS UNPAD

Lembaga Administrasi Negara. (2003). Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Nugraha. (2005). “Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Budgeting) dalam Sistem Akuntabilitas Pemerintah Daerah”. Jurnal Profita. Vol.2 No.3 Bandung: UPI

Simanjuntak, Binsar H. (2005). “Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi Pemerintah Daerah. Vol.1 No.1.

Suhady dan Desi Fernanda. (2001). Dasar-dasar Keperintahan yang Baik. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat IV. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Suryanto. (2003). “Beberapa Kendala dan Rekomendasi dalam Mengimplementasikan Anggaran Berbasis Kinerja”. Jurnal Wacana Kinerja. Vol. 6 No. 4. Bandung: Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I – LAN


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Pemerintah Kota Tebing Tinggi

1 60 107

Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

27 272 63

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 6 79

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN AKUNTABILITAS PUBLIK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN)

2 12 105

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

1 8 15

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

0 3 14

PENDAHULUAN PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

0 3 9

PENUTUP PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG.

0 3 67

PENGARUH ANGGARAN BERBASIS KINERJA, SISTEMAKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (St

0 2 18

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SRAGEN.

0 0 12