Analisis Auditor Internal Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal (Kasus pada Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal yang Tidak Bersertifikasi QIA Pada PT. INTI dan PT. PINDAD Bandung)

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan Ekonomi di tengah-tengah proses pembangunan telah membuat dunia usaha di Indonesia semakin marak, bervariasi dan dinamis. Persaingan usaha menjadi berskala dunia, semakin kompleks dalam memasuki era globalisasi.

Dalam menjaga kelangsungan dan meningkatkan iklim usaha yang lebih baik pada era perdagangan bebas, perusahaan di Indonesia harus mampu mempersiapkan diri dengan menyusun langkah-langkah yang produktif dan antisipatif. Dimulai dengan menata organisasi, melakukan berbagai terobosan baru, memperkenalkan produk-produk baru guna merebut peluang pasar.

Bagi organisasi perusahaan menentukan pilihan untuk terjun di persaingan yang semakin ketat dengan berbagai aspek resikonya, atau tetap berada di tempat yang sama tanpa melakukan perubahan. Sudah tentu suatu perusahaan ingin berkembang dan tetap eksis. Hal ini menuntut perusahaan-perusahaan di dalam negeri untuk meningkatkan kinerja perusahaan lewat sumber daya manusia. Dapat dikatakan maju mundurnya suatu perusahaan atau organisasi terletak pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas maka akan dihasilkan suatu sistem yang baik bagi perusahaan.

Professionalisme dan efisiensi merupakan kata kunci yang memang tidak dapat ditawar lagi dalam persaingan global yang sudah mulai terasa. Aspek


(2)

2

pengawasan menjadi sangat penting dalam rangka memajukan, mengamankan kegiatan usaha dan sumber daya yang dimiliki.

Apabila dikaitkan dengan aspek manajemen secara keseluruhan, perlu dikaji kembali mutu kinerja perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian atau pengawasan perusahaan. Tuntutan mutu kinerja perusahaan merupakan suatu prasyarat utama untuk mampu menciptakan competitive advantages bagi perusahaan. Hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan bersaing yang didukung efisiensi yang tinggi yang akan mampu bersaing di pasar global. Mutu kinerja perusahaan yang tinggi tidak mungkin dicapai apabila tidak semua aspek manajerial mendapat perhatian yang seksama dari manajemen perusahaan. Salah satu aspek manajemen yang penting adalah fungsi pengawasan atau pengendalian yang dilakukan oleh aparat internal auditor. Internal auditor dituntut untuk lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.

Auditor internal adalah karyawan atau pekerja dalam suatu perusahaan yang independen tugasnya dari kegiatan yang lain dalam perusahaan. Sedangkan Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian independen dalam organisasi dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.


(3)

3

Tabel 1.1

Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal Auditor Internal Auditor Eksternal

1. Karyawan perusahaan yang independen.

2. Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

3. Fokus pada kejadian-kejadian di

masa depan dengan

mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi. 4. Langsung berkaitan dengan

pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

5. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.

6. Menelaah aktivitas secara terus-menerus.

1. Merupakan orang luar (bukan karyawan) perusahaan dan independen.

2. Melayani pihak ketiga yang

memerlukan informasi

keuangan yang dapat

diandalkan.

3. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

4. Mendeteksi kecurangan secara umum, tetapi akan memberi perhatian lebih jika kecurangan tersebut material.

5. Independen terhadap

manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental.

6. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik biasanya sekali setahun.

Sumber: Wuryan Andayani (2008 : 16)

Demikian pula halnya dengan tuntutan kinerja SDM di bidang internal auditing, semakin lama dituntut professionalisme yang lebih tinggi seiring dengan kemajuan dan perkembangan perusahaan. Auditor internal didorong oleh Institut Auditor Internal dan para praktisi untuk menerapkan perilaku profesional guna memfasilitasi pencapaian tujuan organisasional dan pribadi.

Persero yang telah maupun yang belum go public dengan segala sumber daya yang telah dimiliki senantiasa memerlukan adanya fungsi pengawasan yang


(4)

4

lebih efektif, baik pengawasan yang menyatu maupun pengawasan fungsional untuk menjaga dan mengamankan kegitan usahanya.

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) Persero Bandung adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang jasa engineering yang berfokus pada Infocom system and Technology Integration (ISTI). Yang diharapkan dalam perkembangan usahanya PT. INTI berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan teknologi informasi dan komunikasi dengan kualitas yang baik. Perusahaan ini menghasilkan produk jasa berupa perangkat jaringan telekomunikasi. Dalam menjalankan aktivitas usahanya PT. INTI berusaha memberikan citra sebagai perusahaan negara yang dapat bekerja dengan produktif dan efisien, dan menghasilkan keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

Semakin pesat perkembangan pada PT INTI perusahaan akan membawa konsekuensi semakin kompleksnya masalah yang dihadapi dan semakin luas pula aktivitas yang dijalankannya. Untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam hal internal auditing, telah dilakukan upaya-upaya meningkatkan professionalisme internal auditor melalui seminar, lokakarya maupun pendidikan dan pelatihan.

PT. PINDAD (Persero) Bandung adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang produksi, jasa, dan perdagangan. Beberapa produk yang diproduksi PT. PINDAD (Persero) Bandung adalah: produk senjata dan amunisi, produk kendaraan fungsi khusus, produk phyroteknik, komponen bahan peledak dan bahan peledak militer serta bahan peledak komersial, produk


(5)

5

penggerak mula dan elektro mekanik, produk komponen otomotif, kereta api, kapal laut, pesawat terbang dan prasarananya, produk mesin industri dan peralatan industri. Sedangkan dalam bidang jasa meliputi: Perekayasaan industri dan sistem pendukungnya, pemeliharaan produk / peralatan industri, perekayasaan proses manufaktur, pengujian mutu dan pengembangan sistem mutu, konstruksi dan non konstruksi. Disamping itu, bidang perdangannya meliputi: melaksanakan pemasaran, distribusi dan penjualan produk / komponen yang tersebut di atas, termasuk produksi pihak lain, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam mencapai professionalisme auditor internal harus mampu memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang menjadi tolak ukur dari profesi tersebut. Auditor internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan akan mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya.

Sertifikasi auditor internal dapat diperoleh setelah auditor internal melalui serangkaian pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan professionalisme auditor internal. Di Amerika auditor internal yang telah menjalani pendidikan tersebut mendapat gelar Certified Internal Auditor (CIA), sedangkan di Indonesia adalah Qualified Internal Audit (QIA). Gelar QIA dapat diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani serangkaian pelatihan / ujian sertifikasi yang dilaksanakan oleh Institute Pendidikan Audit manajemen / Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPAI).

Pendidikan dan pelatihan internal audit untuk mendapatkan sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dilaksanakan oleh Yayasan Pendidikan Internal


(6)

6

Audit (YPIA). YPIA yang berdiri pada tanggal 17 April 1995 dan Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) yang didirikan tanggal 21 Agustus 1996 dengan akte notaris Ny. Ratna Komala Komar, SH Nomor 122. YPIA menyelanggarakan pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal di Indonesia dengan mengacu pada model dari Institute of Internal Auditors (IIA) yang berpusat di Florida, Amerika Serikat.

Melalui jalur pendidikan dan pelatihan bersertifikasi inilah diharapkan mutu kinerja internal auditor Indonesia lebih baik dan berkualitas dari internal auditor yang belum bersertifikasi. Pendidikan dan pelatihan dalam memperoleh sertifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para auditor internal akan peran dan tanggung jawab profesi tersebut. Apabila auditor internal yang telah memiliki sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) melanggar kewajiban profesinya atau tidak mematuhi standar profesinya maka sanksi pertama yang dilakukan oleh Dewan Sertifikasi QIA adalah menonaktifkan dari kegiatan profesi dan kalau terbukti melakukan kesalahan yang besar maka Auditor Internal tersebut dapat kehilangan gelar QIA nya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari Fitria Hayati (2004) yang berjudul “Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan Audit Internal” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan kualitas laporan audit internal, bila dilihat dari persepsi auditee dengan menggunakan resiko kesalahan sebasar 5%. Penelitian ini dilakukan pada 48 auditor di PT. Perkebunan Nusantara VIII.


(7)

7

Fenomena yang terjadi di bagian audit internal PT. Inti (Persero) adalah tidak adanya perbedaan auditor yang memiliki sertifikat QIA dengan yang tidak memiliki sertifikat QIA dalam kesejahteraan auditornya dalam hal gaji atau penghasilan yang mereka dapatkan. Dan juga di PT. INTI (Persero) kualitas pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor Internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) masih mengalami risiko hal ini dapat dilihat dari segi pelaksanaan audit yang kurang professional contohnya ditemukannya temuan yang berulang, misalnya: adanya selisih persediaan, walaupun selisihnya itu kadang-kadang kecil kadang-kadang besar. Kemudian pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor Internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) tidak memiliki perbedaan dengan Auditor yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA). Pelaksanaan pemeriksaan intern (Audit Internal) tidak memiliki kualitas yang berbeda dengan mereka yang belum memiliki sertifikat Qualified Internal Auditor(QIA).

(Karyanto, Staff Auditor Internal : 2010)

Fenomena yang terjadi di bagian audit internal PT. PINDAD (Persero) Bandung tidak jauh berbeda dengan fenomena yang terjadi di bagian audit internal PT. INTI (Persero) Bandung yaitu dalam kesejahteraan gaji para Auditor internal yang sudah bersertifikasi Qualified Internal Auditor nya tidak memiliki perbedaan dengan Auditor yang belum memiliki sertifikasi Qualified Internal Auditor, hanya saja pada PT. PINDAD (Persero) perbedaan gajinya dilihat dari golongan nya serta jabatan yang dimiliki oleh Auditor yang bersangkutan. Dan


(8)

8

juga di PT. PINDAD (Persero) kualitas pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor Internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) masih mengalami risiko. Dalam pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor tidak memiliki perbedaan dengan Auditor yang belum bersertifikasi QIA, karena pekerjaan auditnya dilakukan bersama-sama dengan Auditor yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor. (Ade, Staff Auditor Internal : 2010)

Hal tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mengenai internal auditor bersertifikasi Qualified Internal Auditor dengan variabel dan pendekatan yang berbeda. Pada penelitian ini penulis bermaksud untuk menilai sejauh mana internal auditor bersertifikasi Qualified Internal Auditor memiliki pengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.

Seorang auditor internal yang telah menjalani pendidikan dan pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi diharapkan akan memiliki kinerja yang baik dan memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap pelaksanaan audit internal menjadi lebih baik. Sehingga auditor internal bersertifikasi dapat melakukan fungsinya dengan efisien dan efektif.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Analisis Auditor Internal PengaruhnyaTerhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal”


(9)

9

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Tidak adanya pengaruh dalam kesejahteraan (gaji) auditor yang sudah memiliki sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor yang belum memiliki sertifikasi QIA.

2. Hasil pemeriksaan intern (Audit Internal) masih berisiko.

3. Terdapat Pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor QIA tidak memiliki perbedaan dengan Auditor yang belum memiliki sertifikasi QIA. Pelaksanaan Pemeriksaan intern (Audit Internal) tidak memiliki kualitas yang berbeda dengan mereka yang belum memiliki sertifikasi QIA.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka inti permasalahan yang hendak dibahas adalah:

1. Bagaimana Perbedaan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal Tidak Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).


(10)

10

2. Bagaimana Perbedaan Kualitas Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal Tidak Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

3. Bagaimana Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui Analisis Auditor Internal Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Pada PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Perbedaan Auditor Internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan Auditor Internal yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

2. Untuk mengetahui Perbedaan Kualitas Auditor Internal Bersertifikasi


(11)

11

Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

3. Untuk mengetahui Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian yang dilaksanakan dalam penyusunan skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang keterkaitan pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit internal yang dikerjakan oleh auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan oleh auditor internal tidak bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), pada suatu perusahaan yaitu tambahan pengetahuan tentang ilmu audit bagi para auditor internal nya.

2. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang analisis auditor internal pengaruhnya terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Dengan demikian penulis dapat mengetahui pengaruh yang terjadi diperusahaan apabila dalam pelaksanaan audit internalnya dikerjakan oleh auditor internal bersertifikasi


(12)

12

Qualified Internal Auditor (QIA) dan oleh auditor internal tidak bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama yaitu Analisis Auditor Internal Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Perusahaan

a. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) Persero Bandung Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan Analisis Auditor Internal pengaruhnya terhadap kualitas pelaksanaan audit internal yang dikerjakan oleh auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan oleh auditor internal tidak bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan cepat terkait dengan audit internal.

b. PT. PINDAD (Persero) Bandung.

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan Analisis Auditor Internal Pengaruhnya terhadap kualitas pelaksanaan audit internal yang dikerjakan oleh auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan oleh auditor internal


(13)

13

tidak bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan cepat terkait dengan audit internal.

2. Bagi Divisi Audit Internal di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT. INTI) Persero Bandung dan PT. PINDAD (Persero) Bandung.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Analisis Auditor Internal terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal yang dikerjakan oleh auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan oleh auditor internal tidak bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA, sehingga dapat digunakan sebagai umpan balik bagi kinerja masing-masing.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti guna memperoleh data dan informasi dalam penyususnan skripsi ini dilakukan pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) Persero, yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No. 77 Bandung 40253. Dan PT. PINDAD (Persero) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto No. 517 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dimulai bulan Feb 2010 sampai Juli 2010. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(14)

14

Tabel 1.2 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Feb

2010

Mar 2010

Apr 2010

Mei 2010

Jun 2010

Jul 2010

I Tahap Persiapan:

1. Persiapan judul

2. Persiapan teori

II Tahapan Pelaksanaan:

1. Pengajuan judul skripsi

2. Meminta surat pengantar ke

perusahaan

3. Menentukan tempat penelitian

4. Penelitian

5. Penyusunan skripsi

III Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi

2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi


(15)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit

Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu kesatuan ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok/lembaga yang independen yang bertujuan untuk mengevaluasi atau mengukur lembaga/perusahaan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan kriteria yang telah ditentukan, untuk kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Definisi Auditing yang dikemukakan oleh Arens ditinjau dari sudut akuntan publik adalah:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence abaout information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person”.

(2006:18)

Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen.


(16)

Menurut Mulyadi, mendefinisikan auditing sebagai berikut :

“Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

(2002:9)

Dari pengertian-pengertian diatasdijelaskan bahwa auditing yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti yang nyata untuk diproses selanjutnya oleh para auditor.

2.1.2 Audit Internal

2.1.2.1Pengertian Audit Internal

Audit internal dilakukan oleh unit khusus dalam suatu organisasi yang independent terhadap unit-unit organisasi lain yang diaudit dan dilakukan untuk kepentingan manajemen organisasi tersebut.

Sawyer mengutip pengertian audit internal dari Standards for The Professional Practice of Internal Auditing, sebagai berikut:

“Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan”

(2005:9)

Lebih jauh Sawyer menjelaskan hal-hal yang dikaji dalam audit internal, sebagai berikut:


(17)

“Audit Internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif oleh auditor internal audit tentang operasi dan pengendalian yang bermacam-macam dalam suatu organisasi apakah:

1. Informasi keuangan dan operasi tepat akurat dan dapat diandalkan 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasikan dan

diminimalisasi.

3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi 5. Sumber daya digunakan secara efisien dan ekonomis

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif”.

(2005: 10)

Definisi Audit Internal yang telah ditetapkan oleh IIA’S Board of Directors dalam Wuryan Andayani, audit internal adalah:

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes”.

(2008:2)

Dari pengertian audit internal tersebut dijelaskan bahwa audit internal adalah independen, aktivitasnya memberikan jasa dan konsultasi untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Membantu organisasi mencapai tujuannya secara sisitematis, disiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas risiko manajemen, pengendalian dan proses governance.


(18)

Menurut Hiro Tugiman menyatakan bahwa audit internal adalah:

“Suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”.

(2006:11)

Dengan kata lain, audit internal merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan yang disebut akuntan intern, yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan pencatatan akuntansi dan kegiatan operasi perusahaan. Akuntan intern berkepentingan dengan pengendalian intern perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektivitas dan ketaatan dalam pelaksanaan operasi perusahaan, dan selalu dalam posisi untuk memberikan rekomendasi atau saran-saran perbaikan kepada manajemen.

Internal audit dilakukan oleh auditor independen yaitu merupakan unit khusus dalam organisasi yang bersifat independen, Audit dialkukan untuk memperoleh bukti yang cukup, relevan, material dan kompeten, audit internal merupakan kombinasi antara audit audit keuangan dan audit manajemen. Tujuan audit adalah untuk menilai apakah manajemen atau pegawai entitas telah melaksanakan atau belum melaksanakan hukum, peraturan, kebijakan, prosedur atau standar dalam menggunakan sumber daya yang ada secara ekonomis, efisien dan efektif.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan secara garis besar bahwa Audit Internal merupakan fungsi penilaian yang independen yang ditetapkan dalam suatu perusahaan, artinya kegiatan tersebut dilaksanakan oleh pegawai perusahaan dan fungsinya ditetapkan secara resmi oleh pimpinan perusahaan yang


(19)

bersangkutan. Audit Internal merupakan fungsi penilaian yang independen, karena itu ia harus bertanggung jawab langsung kepada pimpinan puncak. Audit internal merupakan alat pengendalian bagi manajemen yang mengukur dan mengetahui efisiensi dari pengendalian lainnya. Hasil pemeriksaan bagian internal auditing berupa temuan dan rekomendasinya adalah paling penting bagi manajemen sebagai informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain, bagian internal auditing berfungsi sebagai alat bantu manajemen dalam melaksanakan aktivitas perusahaan.

2.1.3 Auditor Internal

Didalam suatu perusahaan baik swasta maupun perusahaan BUMN masing-masing memiliki Satuan Pemeriksaan Intern yang didalamnya terdapat Auditor-auditor internal. Yang tujuannya untuk membantu para anggota organisasi atau perusahaan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.

Definisi Auditor internal menurut Wuryan Andayani, yaitu:

“Auditor Internal adalah seseorang yang bekerja di bidang pemeriksaan intern atau karyawan perusahaan yang independen”.

(2008: 16)

Sedangkan menurut Hiro Tugiman, Auditor internal adalah:

“Seseorang yang berkualifikasi dan diakui untuk melakukan semua atau sebagian pekerjaan audit”.


(20)

Dari beberapa definisi diatas maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Auditor internal adalah:

1. Karyawan dalam suatu perusahaan yang independen.

2. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen.

3. Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.

Auditor Internal memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko dalam menjalankan usaha. Dan juga Auditor internal harus melakukan kontrol dibidang akuntansi.

2.1.3.1 Peranan dan Tanggung jawab Internal Auditor

Menurut Sawyer Auditor internal sangat bisa membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal. Tetapi harus diingat bahwa auditor internal membantu manajemen, bukan berperan sebagai manajer itu sendiri. (2005:83)

Menurut Sawyer, Auditor internal harus bertanggung jawab untuk merencanakan penugasan audit. Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup:

1. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.

2. Perolehan latar belakang informasi tentang aktivitas yang akan diaudit. 3. Penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit.

4. Komunikasi dengan orang-orang yang perlu mengetahui audit yang akan dilakukan.


(21)

5. Pelaksanaan, jika layak, survei lapangan untuk mengenal lebih dekat aktivitas dan kontrol yang akan diaudit, untuk mengidentifikasi hal-hal yang akan ditekankan dalam audit, dan untuk mengundang komentar dan saran dari klien. 6. Penulisan program audit.

7. Penetuan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil audit akan dikomunikasikan.

8. Perolehan pengesahan rencana kerja audit.

(2005:207)

Berdasarkan hal tersebut, kepala satuan pengawas internal dapat menarik beberapa kesimpulan yang cukup dapat diandalkan mengenai peran dasarnya. Pertama, ia berperan untuk ada disana, Kedua, ia memiliki peran untuk mengembangkan dan mempertahankan staf internal audit yang berkualitas dalam jumlah yang sesuai dengan sifat dan ukuran perusahaan. Ketiga, ia berperan untuk menerapkan program audit yang pantas, yang dirancang untuk memastikan kehandalan sistem pengendalian akuntansi yang dimiliki perusahaannya. Keempat, ia berperan untuk melapor kepada dewan komisaris secara periodik, sehubungan dengan baik tidaknya sistem pengendaliaan akuntansi.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan tersebut serta apa yang dicantumkan dalam pernyataan, terlihat jelas bahwa internal audit menginginkan adanya peran fungsi internal audit yang luas dan fleksibel, yang sejalan dengan kebutuhan dan harapan manajemen.

2.1.3.2 Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang ditekankan pada pemeriksaan dan pengevaluasian atas kecukupan dan keefektivan struktur pengendalian internal organisasi dan mutu pekerjaan dalam pelaksanaan tanggungjawab yang ditugaskan.


(22)

Ruang lingkup pemeriksaan intern menurut Hiro Tugiman adalah sebagai berikut:

1. Keandalan informasi: Pemeriksaan internal harus memeriksa keandalan (reliabilitas dan integritas) berbagai informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklarifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.

2. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan: Pemeriksaan internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut. 3. Perlindungan terhadap harta: Pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat

atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.

4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: Pemeriksaan internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. 5. Pencapaian tujuan: Pemeriksaan internal haruslah menilai pekerjaan, operasi

atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.

(2006:17)

Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang cukup dan keefektifan sistem organisasi dalam internal kontrol dan kualitas penyajian dalam menyelesaikan tugas pertanggung jawaban.

2.2 Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)

Menurut Wuryan Andayani Qualified Internal Auditor (QIA) adalah gelar kualifikasi dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol professionalisme dari individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA juga merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar tersebut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal auditor kelas dunia. (2008)


(23)

Sertifikasi ini diperoleh melalui jenjang pendidikan yang sangat berguna bagi auditor internal dalam upaya meningkatkan kualitas pelayananya. Gelar QIA dapat diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani serangkaian pelatihan / ujian sertifikasi dan dinyatakan lulus yang dilaksanakan oleh Institut Pendidikan Audit Manajemen / Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang terdiri dari 3 (tiga) jenjang, sebagai berikut:

1. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I & II 2. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I & II 3. Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial

Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Khusus pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian komprehensif serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan di hadapan Dewan Penguji dari Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA). Apabila peserta telah berhasil lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka yang bersangkutan berhak memperoleh gelar Qualified Internal Auditor (QIA).

QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN / BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA) Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA, dan Akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap internal auditing.


(24)

Untuk menjadi seorang internal auditor bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) harus dibuktikan dengan lulus 20 jenis ujian yang diselenggarakan dalam lima jenjang pendidikan, sebagai berikut:

Sumber: YPIA (Yayasan Pendidikan Internal Audit:2002)

Gambar 2.1

Jenjang Pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA

Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga yang diberi wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan Ujian sertifikasi QIA. Gelar QIA hanya dapat diberikan kepada peserta yang telah memiliki pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit selama satu tahun dan telah lulus dari + 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan dalam lima jenjang pendidikan. Untuk menjaga kualitas pelaksanaan tugasnya, penyandang gelar QIA diwjibkan memenuhi kode etik yang dikeluarkan oleh Dewan Sertifikasi, dan mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan professional yang berkelanjutan (continuing professional education), yakni 180 jam dalam setiap jangka waktu tiga tahun.

Dasar I 2 minggu, 5 ujian

Dasar II 2 minggu, 5 ujian

Lanjutan I 2 minggu, 5 ujian

Lanjutan II 2 minggu, 5 ujian

Manajerial 8 hari + Presentasi

Paper 5.000 kata


(25)

!

2.2.1 Materi Sertifikasi QIA

Rincian materi pendidikan dan ujian meliputi tingkatan materi yang diberikan dalam proses perolehan gelar QIA adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Materi Penelitian Proses Internal Audit Keterampilan Audit Internal Manajemen Kontrol dan Teknologi Lingkungan Audit Dasar I 1.Profesionalisme, standar dan kode etik 2.Dasar Auditing 3.Pengantar Akuntansi 4.Manajemen Keuangan 5.Kebijakan Pemerintah Dasar II

1. Internal Audit I (control system) 2. Manajemen Audit 3. Sistem Informasi Manajemen 4. Perpajakan 5. Pasar Modal

Lanjutan I 1. Internal Audit II (Teknik Internal Auditor)

2. Audit Sampling 3.Audit Sistem Informasi I

4.Akuntansi Keuangan Menengah

5. Manajemen Pemasaran Lanjutan II

1. Fraud Auditing

2.Internal

Auditing III (Teknik

Pelaporan)

3.Akuntansi Manajemen 4.Audit Sistem

Informasi

5. Ekonomi Makro dan Mikro Manajerial 1.Komunikasi dan Psikologi Audit 2.Manajemen Audit Internal 3.Peran Internal

Auditor abad 21

4.Manejemen

Strategi 1.Kebijakan Pengawasan Pemerintah

Sumber: Hiro Tugiman, Makalah,2004

2.2.2 Sistem Sertifikasi QIA

Menurut Hiro Tugiman Untuk setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat. Setiap peserta yang berhasil lulus untuk ketiga jenjang


(26)

pendidikan yang diisyaratkan berhak memperoleh gelar QIA. Peserta yang berhasil lulus ujian adalah bila ia mendapat nilai minimal 75 untuk masing-masing materi. Adapun sistem sertifikasi tersebut adalah:

1. Sertifikasi Internal Audit tingkat dasar bagi yang lulus tingkat dasar I dan II. 2. Sertifikat Internal Auditor tingkat lanjutan bagi yang lulus tingkat dasar I,dasar

II, lanjutan I, dan Lanjutan II.

3. Sertifikat Qualified Internal Auditor bagi yang lulus tingkat dasar I dan II, tingkat lanjutan I dan II, dan tingkat manajerial.

Sertifikasi Qualified Internal Auditor dimaksudkan untuk menempatkan profesi internal audit di Indonesia sekelas dengan profesi internal audit di Negara-negara lain dimana perkembangan internal auditnya lebih maju. Pemegang sertifikasi QIA diprogramkan untuk setiap dalam upaya memperoleh sertifikat bertaraf internasional yaitu Certified Internal Auditor (CIA) atau certified Information System Auditor (CISA).

Pernyataan yang diberikan oleh Internal Audit bersertifikasi QIA yang telah diukur dan diperiksa dengan keakuratan data yang ada diharapkan akan lebih berkualitas.

Gelar QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi QIA dan disahkan oleh BPKP. Diharapkan dengan adanya sertifikasi QIA dapat menjamin kualitas proffesional internal audit dan pelaksanaan audit internal. (2004)


(27)

2.2.3 Kemampuan Professional Audit Internal

Audit internal memiliki keharusan untuk menjalankan profesinya secara professional seperti disebutkan dalam Standar Professionalisme Audit Internal bahwa “Audit Internal harus mencerminkan keahlian dan ketelitian professional”.

Menurut Hiro Tugiman, Kemampuan professional audit internal dalam Standar Professional Audit Internal terdiri dari:

1. Kode Etik

2. Pengetahuan dan kecakapan

3. Hubungan antarmanusia dan komunikasi 4. Pendidikan berkelanjutan

5. Ketelitian professional

Dari penjelasan diatas maka penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Kode Etik memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal.

a. Auditor Internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya.

b. Auditor Internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya. c. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat

menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya.

2. Pengetahuan dan kecakapan, Para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan,dan berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan audit internal.

a. Keahlian audit internal dalam menerapkan berbagai standar, prosedur, dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. b. Keahlian dalam prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi yang

diperlukan oleh pemeriksa yang pekerjaannya secara luas berhubungan dengan berbagai catatan dan laporan keuangan.

c. Memahami prinsip-prinsip manajemen yang diperlukan untuk mengenali dan mengevaluasi dari penyimpangan atau deviasi dalam praktek usaha yang baik.

3. Hubungan antarmanusia dan komunikasi. Para auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif.


(28)

a. Para auditor haruslah memahami hubungan antarmanusia dan mengembangkan hubungan yang baik dengan pihak yang diperiksa. b. Para auditor haruslah memiliki kecakapan dalam komunikasi lisan dan

tulisan sehingga mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal seperti tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi.

4. Pendidikan berkelanjutan. Para auditor internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. Para auditor berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan meningkatkan keahliannya. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik audit. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konferensi, seminar, kursus yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi dan partisipasi dalam proyek penelitian.

5. Ketelitian professional. Para auditor internal harus melaksanakan ketelitian professional yang sepantasnya dalam melaksanakan pemeriksaan (audit). a. Ketelitian professional yang sepantasnya menghendaki penerapan

ketelitian dan kecakapan yang secara patut diduga akan dilakukan oleh seorang auditor yang bijaksana dan kompeten, dalam keadaan yang sama atau mirip.

b. Apabila auditor internal mencurigai atau menduga telah terjadi pelanggaran, pejabat yang berwenang di dalam organisasi haruslah diberitahu. Auditor dapat merekomendasikan apakah perlu melakukan penyelidikan atas keadaan tersebut.

c. Ketelitian professional yang selayaknya mencakup mengadakan evaluasi atas standar pekerjaan atau operasi yang telah ditetapkan dan menentukan apakah standar tersebut diterima dan dapat dipenuhi.

(2006:29)

Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menjadi seorang auditor internal yang professional harus memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Auditor harus memiliki kode etik dalam pekerjaaan sehingga auditor tersebut tidak akan terjerumus untuk melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan. Disamping itu, auditor harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dengan adanya pengetahuan dapat memudahkan auditor untuk menganalisa suatu permasalahan di perusahaan. Kemudian para auditor harus memiliki hubungan


(29)

antarmanusia dan komunikasi dengan baik kepada pihak-pihak yang akan diperiksa agar dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang relevan. Selain itu auditor harus melakukan pendidikan berkelanjutan karena dengan melanjutkan pendidikannya maka auditor tersebut mendapatkan tambahan pengetahuan yang terkini untuk menganalisa suatu permasalahan. Selanjutnya auditor juga harus memiliki ketelitian agar tidak salah dalam mengambil suatu keputusan.

2.2.4 Pelaksanaan Kegiatan Audit.

Keberadaan dan manfaat yang dirasakan dari adanya suatu pengendalian intern yang memadai dalam suatu perusahaaan, telah menempatkan pengendalian pada suatu tingkat perhatian yang mendalam dari para manajemen perusahaan. Hal ini yang telah membawa perkembangan serta pengakuan yang terus meningkat pula terhadap peranan audit internalnya sebagai suatu alat pengendalian terhadap jenis atau unsur pengendalian lainnya. Adapun pelaksanaan kegiatan audit menurut Hiro Tugiman, adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan pemeriksaan: Pemeriksaan internal haruslah merencanakan setiap

pemeriksaan.

2. Pengujian dan pengevaluasian informasi: Pemeriksaan internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

3. Penyampaian hasil pemeriksaan: Pemeriksaan internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.

4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: Pemeriksaan internal harus terus meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.


(30)

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan audit harus dilakukan perencanaan yang efektif, agar dapat dengan mudah membuktikan kebenaran suatu permasalahan di perusahaan.

2.2.5 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal

Menurut ISO, definisi Kualitas yaitu derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan. Arti derajat / tingkat menandakan bahwa selalu terdapat peningkatan setiap saat. Agar dapat mengemban kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktek-praktek terbaik audit internal, serta merupakan ukuran kualitas dari pelaksanaan audit internal dan memenuhi tanggung jawab profesinya. Standar tersebut terangkum sebagai Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdiri atas Standar hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu.

Menurut Wuryan Andayani Standar Atribut dan Standar kinerja berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal dalam melakukan pelaksanaan audit internal

Standar Atribut:

1. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung jawab 2. Independensi dan Objektivitas

3. Keahlian dan Kecermatan Professional


(31)

Dari penjelasan diatas maka penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

2. Independensi dan Objektivitas

Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam melaksanakan pekerjaannya.

a. Independensi Organisasi

Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

b. Objektivitas Auditor Internal

Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan

3. Keahlian dan Kecermatan Professional

Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional.

a. Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.

b. Kecermatan Professional

Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang pruden dan kompeten.

c. Pelatihan dan pengembangan professional yang berkelanjutan. 4. Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal

Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya.

a. Penilaian terhadap Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi audit internal harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor dan menilai efektivitas Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas secara Keseluruhan.

b. Pelaporan Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas

Penanggungjawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil revisi dari pihak eksternal kepada Pimpinan dan Dewan Pengawasa Operasi.


(32)

c. Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI

Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat pernyataan bahwa aktivitasnya dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal.

d. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap SPAI dan kode etik yang mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara signifikan, maka hal ini harus diungkapkan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

Standar Kinerja:

1. Pengelolaan Fungsi Audit Internal 2. Lingkup Penugasan

3. Perencanaan Penugasan 4. Pelaksanaan Penugasan 5. Komunikasi Hasil Penugasan 6. Pemantauan Tindak Lanjut

Dari penjelasan diatas maka penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

a. Perencanaan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang berbasis risiko untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.

b. Komunikasi dan Persetujuan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan rencana kegiatan audit, dan kebutuhan sumber daya kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi untuk mendapat Persetujuan.

c. Kebijakan dan Prosedur

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal.

d. Koordinasi

Penanggungjawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi.

e. Laporan Kepada Pimpinan dan Dewan Pengawasan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyampaikan laporan secara berkala kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup sasaran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit internal.


(33)

2. Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sitematis, teratur dan menyeluruh.

a. Pengelolaan Risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

b. Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

c. Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut:

3. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya.

a. Sasaran Penugasan

Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan b. Ruang Lingkup Penugasan

Agar sasaran penugasan tercapai maka fungsi audit internal harus mempunyai ruang lingkup penugasan yang memadai.

c. Alokasi Sumberdaya Penugasan

Auditor internal harus menentukan sumberdaya yang sesuai untuk mencapai sasaran penugasan, penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu, dan ketersediaan sumberdaya.

d. Pembagian tugas

e. Program Kerja Penugasan

Audit internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam rangka mencapai sasaran penugasan.

4. Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

a. Mengidentifikasi informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.


(34)

b. Analisis dan Evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat.

c. Dokumentasi Informasi

Auditor internal hrus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung kesimpulan dari hasil penugasan.

d. Supervisi Penugasan

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatkan kemampuan staf.

5. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

a. Kualitas Komunikasi

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.

b. Pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap Standar

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan:

1. Standar yang tidak dipatuhi 2. Alasan ketidakpatuhan

3. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan c. Diseminasi Hasil-hasil Penugasan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak.

6. Pemantauan Tindak Lanjut

Penanggungjawaban fungsi audit internal harus menyususn dan menjaga sistem untuk memantau tidak-lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.

a. Penyusunan Prosedur Tindak Lanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif, atau menanggung risiko karena tidak melakukan tindak lanjut.


(35)

!

2.3 Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal

Organisasi profesi internal auditor berkeyakinan bahwa fungsi internal audit ( satuan pemeriksaan intern) yang efektif mampu menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian manajemen.

Auditor internal adalah karyawan atau pekerja dalam suatu perusahaan yang independen tugasnya dari kegiatan yang lain dalam perusahaan.

Auditor Internal pada umumnya dan terlebih Auditor Internal yang telah bersertifikat QIA atau CIA mempunyai kemampuan lebih dalam mengevaluasi sisitem pengendalian internal.

Seperti yang disebutkan Hiro Tugiman (2006) bahwa Sudah tidak mungkin ditunda lagi untuk menjaga kualitas profesi internal auditing sekurang-kurangnya laporan audit internal dikeluarkan dan atau ditandatangani oleh mereka yang memiliki kualifikasi Quallified Internal Auditor (QIA).


(36)

Tabel 2.2

Penelitian dan Referensi yang Berkaitan dengan

Analisis Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) Berpengaruh Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal

No Nama Tahun Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1 Setiabudi, Fajar

2006 “Hubungan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified

Internal Auditor (QIA) dengan Kualitas

Komunikasi Hasil Penugasan Audit Internal”

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara auditor internal

bersertifikasi qualified internal auditor (QIA) dengan kualitas komunikasi hasil penugasan audit internal dengan rata-rata

kesalahan risiko 5%.

Dalam penelitian ini Setiabudi,Fajar melakukan

penelitian terhadap kualitas

komunikasi hasil penugasan audit internal.

Sedangkan penulis meneliti tentang kualitas

pelaksanaan audit internal. Kemudian Setiabudi,fajar melakukan

penelitian pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Sedangkan penulis melakukan

penelitian pada PT. INTI (Persero) Bandung.

Pada metode penelitian yaitu deskriptif. Penulis juga menggunakan metode deskriptif. Kemudian memiliki persamaan meneliti auditor

internal yang bersertifikasi qualified internal auditor (QIA).

2 Eva Nurjalilah Sutisna

2009 “Pengaruh

Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal

Auditor (QIA)

Terhadap Tingkat Professionalisme Auditor Internal”

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa telah terjadi hubungan linier positif, yaitu besarnya nilai variabel X, maka besar pula nilai variabel Y atau perubahan variabel X diikuti oleh variabel Y secara searah yaitu auditor

Dalam penelitian ini Eva Nurjalilah Sutisna melakukan penelitian terhadap tingkat

professionalisme auditor internal, sedangkan penulis meneliti terhadap kualitas

pelaksanaan audit internal. Kemudian Eva Nurjalilah Sutisna melakukan penelitian pada beberapa BUMN

Dalam

penelitian ini Eva Nurjalilah menggunakan skala ordinal, dan penulis juga sama menggunakan skala ordinal dengan

menyebarkan kuesioner kepada para auditor di tempat


(37)

Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan audit internal maka, para auditor internal diberikan pelatihan atau pendidikan berkelanjutan yaitu seperti dengan diadakannya kualifikasi Qualified Internal Auditor (QIA), maka dengan diadakan pelatihan / pendidikan semacam ini akan lebih meningkatkan kemampuan atau pengetahuan para Auditor Internal dalam mengevaluasi pelaksanaan Audit internal dalam suatu perusahaan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Perusahaan merupakan organisasi yang besar dalam menjalankan aktivitasnya agar produktif dalam mencapai tujuannya diperlukan suatu manajemen yang baik. Dalam era globalisasi saat ini para Manajer selaku pelaku manajemen harus mampu menjadi manajer yang profesional. Persaingan usaha yang semakin kompleks memperluas tanggung jawab mereka dan mendorong mereka menjadi inovatif dalam membuat keputusan.

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) Persero Bandung adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang jasa engineering yang berfokus pada Infocom system and Technology Integration (ISTI). Yang

internal bersertifikasi qualified internal

auditor (QIA)

berpengaruh cukup kuat terhadap

professionalisme auditor internal.

di kota Bandung, sedangkan penulis meneliti di PT.INTI (Persero) Bandung.

masing-masing.


(38)

diharapkan dalam perkembangan usahanya PT. INTI berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan teknologi informasi dan komunikasi dengan kualitas yang baik. Perusahaan ini menghasilkan produk jasa berupa perangkat jaringan telekomunikasi.

PT. PINDAD (Persero) Bandung adalah salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang produksi, jasa, dan perdagangan. Beberapa produk yang diproduksi PT. PINDAD (Persero) Bandung adalah: produk senjata dan amunisi, produk kendaraan fungsi khusus, produk phyroteknik, komponen bahan peledak dan bahan peledak militer serta bahan peledak komersial, produk penggerak mula dan elektro mekanik, produk komponen otomotif, kereta api, kapal laut, pesawat terbang dan prasarananya, produk mesin industri dan peralatan industri. Sedangkan dalam bidang jasa meliputi: Perekayasaan industri dan sistem pendukungnya, pemeliharaan produk / peralatan industri, perekayasaan proses manufaktur, pengujian mutu dan pengembangan system mutu, konstruksi dan non konstruksi. Disamping itu, bidang perdangannya meliputi: melaksanakan pemasaran, distribusi dan penjualan produk / komponen yang tersebut di atas, termasuk produksi pihak lain, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam mendukung peningkatan kinerja perusahaan menjadi lebih produktif, manajemen memerlukan adanya fungsi audit internal. Fungsi internal audit memberikan assessment (penilaian) atas pengendalian internal dan proses pengelolaan risiko kepada Manajemen Senior, Direksi, Komite Audit, dan Komisaris.


(39)

Menurut Hiro Tugiman Auditor internal adalah seseorang yang berkualifikasi dan diakui untuk melakukan semua atau sebagian pekerjaan audit.

(2006:114)

Sedangkan definisi internal audit yang telah ditetapkan oleh IIA’S Board of Directors pada bulan Juni 1996 dalam makalah seminar “Laporan Audit Internal wajib ditandatangani Auditor Bersertifikat” dengan pembicara Hiro Tugiman adalah:

Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disiplined approach to evaluate and improve the effectiviness of risk management, control and governance process”

(2002:3)

Dalam melakukan pekerjaannya auditor internal dituntut untuk bersikap Professional. Sifat profesional yang dituangkan dalam kesempurnaan pengembangan teknik didalam pengerjaan yang dilakukan oleh auditor internal merupakan hasil dari pendidikan dan pelatihan yang dilakukan melalui beberapa tahapan.

Sedangkan dalam Standar Professional Audit Internal. Professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Namun, organisasi dapat mengharapkan peningkatan tertentu pada produksi hasil positif dari peningkatan profesionalisme auditor internal.

(2006:108)

Untuk mencapai profesional tersebut diharuskan untuk menjalani pendidikan dan pelatihan internal audit secara berjenjang dari tingkat dasar,


(40)

tingkat lanjutan, dan tingkat manajerial yang diujikan oleh Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) yang pada akhirnya auditor internal memperoleh sertifikasi QIA. Adapun sistem sertifikasi tersebut adalah: 1. Sertifikasi Internal Audit tingkat dasar bagi yang lulus tingkat dasar I dan II, 2. Sertifikat Internal Auditor tingkat lanjutan bagi yang lulus tingkat dasar I,dasar II, lanjutan I, dan Lanjutan II, 3. Sertifikat Qualified Internal Auditor bagi yang lulus tingkat dasar I dan II, tingkat lanjutan I dan II, dan tingkat manajerial.

Seseorang yang memperoleh sertifikasi QIA tersebut diharapkan dapat melaksanakan pemeriksaan intern (audit internal) yang lebih baik, dimana sertifikasi QIA merupakan elemen dari profesionalisme seorang auditor internal. Sertifikasi internal audit akan mampu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Semakin tinggi kemampuan profesional audit internalnya maka diharapkan makin baik pelaksanaan audit internalnya. Auditor internal bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) meliputi: a. Ketaatan pada kode etik, b. Pengetahuan dan kecakapan, c. Hubungan antar manusia dan komunikasi, d. Pendidikan yang berkelanjutan, e. Ketelitian professional.

Para manajemen di dalam perusahaan mengandalkan audit internal sebagai alat penyaji hasil analisis yang objektif, penilaian-penilaian, rekomendasi-rekomendasi, saran, dan informasi dalam pengendalian serta pelaksanaan kegiatan organisasi.

Agar dapat mengemban kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, didalam Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang


(41)

seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal, serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya (2004:3)

Standar Profesi Auditor Internal (SPAI) terdiri atas Standar Atribut, Standar Kinerja, dan Standar Implementasi. Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar Atribut meliputi: a. tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab, b. independensi dan objektivitas, c. keahlian dan kecermatan professional, d. program jaminan dan peningkatan kualitas fungsi audit internal. Sedangkan yang termasuk kedalam Standar Kinerja yaitu: a. pengelolaan fungsi auditor internal, b. lingkup penugasan, c. perencanaan penugasan, d. pelaksanaan penugasan, e. komunikasi hasil penugasan, f. pemantauan tindak lanjut.

Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti Standar Atribut dan Standar Kinerja karena standar tersebut berlaku untuk semua jenis penugasan audit internal. Diharapkan melalui sertifikasi QIA yang didapatkan oleh auditor internal pelaksanaan audit internal terhadap perusahaan menjadi lebih baik.

Tercapainya suatu pelaksanaan audit internal yang baik mendorong terwujudnya pengendalian intern yang baik, yang dimaksudkan untuk meniadakan


(42)

ataupun meminimalkan kesalahan dan penyelewengan yang terjadi. Apabila terjadi kesalahan ataupun penyelewengan dapat diatasi secara cepat.

Seperti yang disebutkan Hiro Tugiman (2004) dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari Fitria Hayati bahwa Auditor Internal yang telah bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) atau CIA mempunyai kemampuan yang lebih dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal.

Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi QIA memiliki pengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Dengan demikian auditor internal bersertifikasi QIA dan kualitas pelaksanaan audit internal perlu diteliti:


(43)

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Auditor Internal

Serangkaian Pelatihan / ujian sertifikasi

-Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I & II -Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I & II -Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial

Auditor Internal Bersertifikasi QIA Kualitas Pelaksanaan Audit Internal

1. Ketaatan pada kode etik 2. Pengetahuan dan kecakapan

3. Hubungan antar manusia dan komunikasi 4. Pendidikan yang berkelanjutan

5. Ketelitian professional

1. tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab

2. independensi dan objektivitas

3. keahlian dan kecermatan professional 4. program jaminan dan peningkatan

kualitas fungsi audit internal 5. pengelolaan fungsi audit internal 6. lingkup penugasan

7. perencanaan penugasan 8. pelaksanaan penugasan 9. komunikasi hasil penugasan 10. pemantauan tindak lanjut


(44)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas maka penulis mengambil hipotesis penelitian bahwa “Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.


(45)

45

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Objek penelitian menurut Sugiyono pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

(2006:13)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah auditor internal bersertifikasi qualified internal auditor (QIA) terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada PT. (PT. INTI) Persero Bandung dan PT. PINDAD (Persero) Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok


(46)

46

permasalahan sehingga akan didapat kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode analisis deskriptif dan metode verifikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberi gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti dan objek yang diteliti terpisah, proses penelitian dilakukan melalui pengukuran dengan bantuan alat yang baku dan objektif.

Menurut Sugiyono metode penelitian adalah :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

(2006:1)

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penulisan studi kasus dan metode deskriptif analisis dan verifikatif, menurut Sugiyono

mendefinisikan bahwa :

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas’’.

(2005 : 21)

Sedangkan metode verifikatif menurut Jonathan Sarwono menyatakan bahwa :

Metode verifikatif merupakan jenis metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis serta untuk menguji kebenaran suatu fenomena”.


(47)

47

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa metode analisis deskriptif merupakan metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada, sehingga metode ini harus diadakan akumulasi data. Sedangkan metode verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan suatu variabel (menguji hipotesis) melalui pengumpulan data di lapangan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Desain penelitian menurut Moh. Nazir memaparkan bahwa:

Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

(2005:84)

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam


(48)

48

melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Penjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori yang dikemukakan

Sugiyono sebagai berikut:

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.

(2008:18)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi untuk dijadikan sebagai dasar penelitian. Fenenomena nya yaitu:

a) Tidak ada pengaruhnya dalam kesejahteraan staff auditor yang sudah bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan auditor internal yang belum mempunyai sertifikasi Qualified Internal Auditor.

b) Kualitas Pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor Internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) masih mengalami risiko.

c) Pelaksanaan audit internal yang dilakukan oleh Auditor internal yang bersertifikasi Qualified Internal Auditor tidak memiliki perbedaan


(49)

49

dengan Auditor yang belum bersertifikasi QIA, karena pekerjaan auditnya dilakukan bersama-sama dengan Auditor yang belum bersertifikasi Qualified Internal Auditor.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagaimana Perbedaan Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal Tidak Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

b) Bagaimana Perbedaan Kualitas Auditor Internal Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dengan Auditor Internal Tidak Bersertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).

c) Bagaimana Pengaruh Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal pada Perusahaan (PT. INTI (persero) Bandung dan PT. PINDAD (persero) Bandung ).


(50)

50

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Menurut Hiro Tugiman yaitu: sudah tidak mungkin ditunda lagi untuk menjaga kualitas profesi internal auditing sekurang-kurangnya laporan audit internal dikeluarkan dan atau ditandatangani oleh mereka yang memiliki kualifikasi Qualified Internal Auditor (QIA).

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah auditor internal berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.

5. Metode penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian kali ini metode penelitian yang digunakan adalah


(51)

51

metode deskriptif dan verifikatif dengan teknik analisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan metode kuantitatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai: a. Auditor Internal yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh

Staff Auditor Internal PT. INTI (Persero) dan PT. PINDAD (Persero) Bandung.

b. Kualitas Pelaksanaan Audit Internal yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh Staff Auditor Internal PT. INTI (Persero) dan PT. PINDAD (Persero) Bandung.

Selanjutnya peneliti mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier sederhana untuk membuktikan sejauh mana pengaruh


(52)

52

yang diperlihatkan antara auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal, korelasi Pearson Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT. INTI (Persero) dan PT. PINDAD (Persero) Bandung, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal dan thitung untuk menguji tingkat

signifikan.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Penelitian

Desain Penelitian

Jenis Penelitian Metode yang

digunakan Unit Analisis Time Horizon

T - 1 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan

divisi Cross Sectional

T - 2 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan

divisi Cross Sectional

T - 3 Descriptive dan Verificative

Descriptive and Explanatory

Survey

Individu Cross Sectional sumber: Umi Narimawati (2007:85)


(53)

53

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sebelum mengadakan penilaian dalam penelitian, penulis harus menentukan operasional variabel, hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian.

Menurut Sugiyono menerangkan bahwa:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

(2010:38)

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Analisis Auditor Internal Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen atau Variabel Bebas (X)

Definisi variabel independent menurut Sugiyono sebagai berikut:

“ Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

(2010:39)

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Auditor Internal. 2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y)


(54)

54

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

(2010:39)

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelaksanaan Audit Internal.

Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

No. kuesioner Auditor

internal (Variabel X)

“Auditor internal yaitu Seseorang yang berkualifikasi dan diakui untuk melakukan semua atau sebagian pekerjaan audit.

(Hiro Tugiman:2006)

1. Ketaatan pada kode etik

2. Pengetahuan dan kecakapan

3. Hubungan antar manusia dan komunikasi

1.Wajib bersikap jujur,objektif, dan hati-hati dalam tugas. 2.Mempertahankan

kepercayaan pemberi tugas.

3.Menghindari konflik.

1.Keahlian penerapan standar,prosedur,dan teknik pemeriksaan. 2.Keahlian dalam

penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi.

3.Memahami prinsip-prinsip manajemen.

1.Memahami dan

mengembangkan

hubungan baik secara efektif.

2.Memiliki kecakapan dalam komunikasi lisan dan tulisan. Ordinal Ordinal Ordinal 1-3 4-6 7-8


(1)

xxxvi


(2)

(3)

Assalamu’alaikum Wr

Puji dan syuk rahmat dan hidayah melaksanakan survei Bandung. Dalam pen INTERNAL PENGA AUDIT INTERNAL

Penulis sadar keterbatasan pengetah sumbangan kritik dan yang akan datang.

Atas segala ba penulis mengucapka kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Indonesia. 2. Prof. Dr. Hj.

Ekonomi Univ

v

KATA PENGANTAR

Wr.Wb.

ukur penulis panjatkan kepada Allah SWT ah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skrips

ei pada PT. INTI (persero) dan PT. PIN enyusunan skripsi ini, dengan judul ”ANALI GARUHNYA TERHADAP KUALITAS PE

L”

ar bahwa skripsi ini jauh dari kesemp tahuan dan wawasan. Oleh karena itu, Penulis an saran dari pembaca demi kesempurnaan skr

bantuan dan bimbingan yang telah penulis te kan terima kasih dan penghargaan yang s

y Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Univer

j. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku niversitas Komputer Indonesia sekaligus dosen

T, karena berkat ipsi ini, penulis INDAD (persero) ISIS AUDITOR PELAKSANAAN

purnaan, karena lis mengharapkan kripsi ini di masa

terima, tidak lupa sebesar-besarnya

ersitas Komputer

u Dekan Fakultas en penguji.


(4)

vi

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia sekaligus selaku dosen wali 4 AK 1.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya karya tulis ini.

6. Bapak ku Mohammad Hidayat S.Pd (alm) & Mama ku Martinah S.Pd, karya tulis ini aku persembahkan sebagai rasa cinta dan sayang yang tulus, serta sebagai tanda bakti ku kepada kedua orangtua ku tercinta yang telah memberikan aku arti hidup yang sesungguhnya, dan untuk adikku tercinta Dayanti Safitri dan Vina Maulani tersayang yang slalu memberikan aku semangat dalam menggapai cita-cita di masa depan. Dan juga untuk calon pendamping hidup ku Briptu Joko Supando yang slalu setia untuk slalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ini. Semoga Allah S.W.T membalas semua kebaikan kedua orangtua ku dengan yang lebih baik. Amien ya Robbi.

7. Surtikanti, SE., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan ilmunya selama sidang skripsi.


(5)

vii

8. Segenap Pimpinan dan Staff Satuan Pengawasan Intern pada PT.INTI (persero) dan PT.PINDAD (persero) Bandung, yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

9. Pak Karyanto dan Pak Yulizar di PT. INTI (persero) Bandung, Bapak Ade saepudin di PT. PINDAD (persero) Bandung selaku pembimbing perusahaan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan selama penulis melakukan Penelitian.

10. Untuk sahabat-sahabatku yang setia selalu Nissa Bequimaniar, Salli Anindya, untuk semangat, do’a dan dukungan morilnya selama ini dan selalu ada disaat-saat suka dan duka.

11. Untuk teman-teman seperjuangan yang selalu membantu Tyara Indah Fitriyani, Yelfiani Bange, Rindy Septiani yang telah mengisi hari-hari penulis selama masa perkuliahan.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan dan ketulusan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skipsi ini.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Bandung, Juli 2010 Penulis,

Anisa Khaeruni NIM. 21106023


(6)