KOMBINASI KOTORAN TERNAK (AYAM, KAMBING, DAN KUDA) SEBAGAI MEDIA KULTUR PERTUMBUHAN Daphnia sp.

(1)

KOMBINASI KOTORAN TERNAK (AYAM, KAMBING, DAN KUDA) SEBAGAI MEDIA KULTUR PERTUMBUHAN Daphnia sp.

ABSTRAK Oleh Fadilah Suci

Usaha pembenihan ikan air tawar saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, salah satu faktornya adalah ketersediaan pakan yang cukup. Salah satu jenis pakan alami yang diberikan untuk menunjang pertumbuhan ikan pada fase larva adalah zooplankton Daphnia sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan populasi dan laju pertumbuhan Daphnia sp. pada beberapa media yang menggunakan kotoran ayam, kotoran kuda, kotoran kambing, dan kombinasi kotoran tersebut serta mengetahui media kultur yang terbaik dalam menunjang peningkatan pertumbuhan populasi Daphnia sp. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari enam perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan, yaitu P1: kotoran ayam 100%, P2: kotoran kambing 100%, P3: kotoran kuda 100%, P4: kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25%, P5: kotoran kambing 50% + kotoran ayam 25% + kotoran kuda 25%, P6: kotoran kuda 50% + kotoran ayam 25% + kotoran kambing 25%. Parameter yang diamati adalah kepadatan populasi Daphnia sp., laju pertumbuhan populasi spesifik, pertumbuhan fitoplankton sebagai pakan Daphnia sp., hasil uji proksimat (kotoran ayam, kambing, kuda, dan kombinasinya), dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi kotoran ternak (ayam, kambing, dan kuda) memberikan pengaruh yang nyata terhadap kepadatan populasi

Daphnia sp. (p<0,05) serta berpengaruh nyata juga terhadap laju pertumbuhan populasi spesifik Daphnia sp. (p<0,05). Kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% (P4) menghasilkan kepadatan puncak populasi

Daphnia sp. tertinggi sebesar 1.840 ind/l dan laju pertumbuhan populasi spesifik tertinggi sebesar 56,51%/hari.


(2)

KOMBINASI KOTORAN TERNAK (AYAM, KAMBING, DAN KUDA) SEBAGAI MEDIA KULTUR PERTUMBUHAN Daphnia sp.

Oleh

Fadilah Suci

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

KOMBINASI KOTORAN TERNAK (AYAM, KAMBING, DAN KUDA) SEBAGAI MEDIA KULTUR PERTUMBUHAN Daphnia sp.

(Skripsi)

Oleh

Fadilah Suci

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daphnia sp. ... 6

Gambar 2. Siklus Hidup Daphnia sp. ... 9

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ... 18

Gambar 4. Kepadatan Puncak Populasi Daphnia sp. ... 23

Gambar 5. Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik Daphnia sp. ... 24

Gambar 6. Korelasi kepadatan Daphnia sp. dengan kepadatan fitoplankton dalam media kultur dan korelasi kepadatan Daphnia sp. dengan kepadatan fitoplankton pada media kotoran ternak ... 26

Gambar 7. Kepadatan fitoplankton pada berbagai media dengan kotoran ternak ... 49

Gambar 8. Kepadatan fitoplankton pada berbagai media kultur Daphnia sp ... 49

Gambar 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 50

Gambar 10. Wadah Pengulturan Daphnia sp. ... 51


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton ... 5

B. Klasifikasi Daphnia sp. ... 6

C. Morfologi Daphnia sp. ... 6

D. Habitat Daphnia sp. ... 8

E. Siklus Hidup Daphnia sp. ... 8

F. Makanan dan Kebiasaan Makan ... 10

G. Kandungan Nutrisi Daphnia sp. ... 11

H. Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Ayam, Kambing, dan Kuda ... 12

I. Kualitas Air ... 12

1. Suhu ... 13

2. pH ... 13

3. Oksigen Terlarut/DO ... 13

4. Amonia ... 15

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 16

B. Alat dan Bahan ... 16


(6)

D. Parameter Pengamatan ... 17

E. Uji Kepadatan Fitoplankton ... 17

F. Pelaksanaan Penelitian ... 18

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan ... 19

2. Penebaran Daphnia sp. ... 19

3. Persiapan Kotoran Ternak dan kultur Daphnia sp. ... 19

4. Menghitung Kepadatan Populasi Daphnia sp. ... 20

5. Menghitung Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik ... 21

6. Pengukuran Kualitas Air ... 21

7. Analisis Proksimat Media Kotoran Ternak ... 21

G. Analisis Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 23

1. Kepadatan Populasi Daphnia sp. ... 23

2. Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik Daphnia sp. ... 24

3. Pertumbuhan Fitoplankton ... 25

4. Analisis Proksimat ... 26

5. Kualitas Air ... 27

B. Pembahasan ... 29

1. Kepadatan Puncak Populasi Daphnia sp. ... 29

2. Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik ... 32

3. Kualitas Air ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Kotoran Ayam, Kambing, Kuda,

dan Kombinasi Kotoran ... 27

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian ... 28

Tabel 3. Kepadatan Puncak Populasi Daphnia sp. Hari ke 8 ... 42

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik Daphnia sp. Hari ke 8 ... 42


(8)

(9)

(10)

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Semangat adalah kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan

pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya

kemalasan dan penundaan.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al Baqarah: 153)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(QS. Alam Nasyroh: 5-6)

“ Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya

itu adalah untuk dirinya sendiri,”


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamin, teriring doa dan sujud syukur kepada Allah SWT,

penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai satu tanda bakti dan kasih

yang tulus kepada:

Ibu dan Bapak tersayang atas doa dan rasa cintanya yang telah

membesarkanku, mendidikku, dan menyayangiku dengan ketulusan hati yang

tak pernah bisa terbayar

Mas Nuril dan adek Gilang atas kebersamaan, doa, dukungan, dan kasih

sayangnya selama ini

Para guru dan dosen yang dengan tulus dan sabar dalam mendidik dan

memberikan ilmunya kepadaku


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 1 Agustus 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara sebagai buah kasih pasangan Bapak Kukuh dan Ibu Poniyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Islam Kotaagung pada tahun 1999, Sekolah Dasar Negeri 1 Pasar Madang Kotaagung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kotaagung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotaagung, pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Embriologi Tumbuhan, Struktur Perkembangan Hewan, Sains Dasar, Botani Umum, dan Fisiologi Hewan. Selain itu, penulis juga pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota biro Dana Usaha pada periode 2012-2013. Kemudian penulis menyelesaikan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumijaya, Candipuro, Lampung Selatan dan Program Kerja Praktek (KP) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.


(13)

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Kombinasi Kotoran Ternak (Ayam, Kambing, dan Kuda) Sebagai Media Kultur Pertumbuhan Daphnia sp.” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku pembimbing I yang telah memberikan nasihat, arahan, saran, ilmu, dan motivasi dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D., selaku pembimbing II yang telah memberikan saran, dukungan, ilmu, dan motivasi dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Endang L. Widiastuti, Ph.D., selaku pembahas yang telah memberi motivasi, saran, ilmu serta nasihat sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ibu Dr. Endang Nurcahyani, M.Si., selaku koordinator Seminar Usul.


(14)

5. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc., selaku koordinator Seminar Hasil. 6. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku koordinator Skripsi. 7. Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc., selaku pembimbing Akademik yang telah

memberikan bantuan, motivasi, dan saran kepada penulis.

8. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

9. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 10. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan doa, nasihat, dan motivasi

baik materi dan moral selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 11. Kakak dan adik tersayang, mas Nuril dan adik Gilang yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, dan doanya kepada penulis selama ini. 12. Sahabat-sahabat, Riska, Putri, Edel, dan Iyan yang telah memberikan

dukungan, semangat, motivasi, dan doa kepada penulis.

13. Keluarga kos Pak Malik, Novi, Eka, Nurul, Atun, mbak Oca, Magda, Ana, dan lain-lain, terimakasih untuk kebersamaan kita selama tinggal di kos tercinta.

14. Teman-teman Biologi angkatan 2011, kakak dan adik-adik angkatan atas dukungan, semangat dan doanya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 15. Mbak alumni Biologi FMIPA Unila, mbak Wike dan mbak Ita terimakasih atas bantuannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

16. Segenap dosen yang telah mendidik, memberikan ilmu, dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis selama menuntut ilmu dikampus.


(15)

17. Seluruh Staff dan karyawan FMIPA Unila atas bantuan dan kerjasamanya selama proses perkuliahan.

18. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan nutrisi dari pakan alami sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan benih ikan. Menurut (Djarijah, 1955) umumnya pakan alami untuk ikan merupakan jenis renik yang hidup di dalam air seperti fitoplankton dan zooplankton. Hal ini karena pakan alami seperti fitoplankton dan

zooplankton memiliki beberapa kelebihan seperti ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut ikan dan gerakan menarik yang ditimbulkan pakan alami tersebut dapat merangsang larva ikan untuk memangsanya (Casmuji, 2002).

Daphnia sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang dimanfaatkan sebagai pakan alami karena mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 42,65 %. Protein ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Djarijah, 1995; Mufidah dkk., 2009 ). Disamping itu Daphnia sp.

merupakan salah satu zooplankton yang mudah dikultur dengan media yang baik untuk pertumbuhan yaitu pada kualitas air yang sesuai dengan

pertumbuhannya dan tersedianya sumber makanan yang cukup untuk tumbuh dan perkembangannya (Hadiwigeno, 1984).


(17)

2

Menurut (Casmuji, 2002) pupuk organik dapat menumbuhkan fitoplankton yang berfungsi sebagai pakan Daphnia sp. dalam media kultur. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan fitoplankton.

Kotoran ternak yang dapat digunakan untuk kultur Dapnia sp. antara lain kotoran ayam, sapi, kambing, kuda, dan kerbau. Kotoran hewan ternak pada umumnya mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium. Nitrogen dan fosfor berperan penting dalam menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan Daphnia

sp. Kalium yang berfungsi untuk menambah daya tahan tubuh Daphnia sp. (Casmuji, 2002). Namun demikian pemanfaatan kotoran ternak yang

dikombinasikan belum diketahui peranannya dalam pengulturan pertumbuhan dan perkembangan Daphnia sp.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian kultur Daphnia sp. untuk mencari

komposisi kotoran ternak yang dikombinasikan sebagai media kulturnya yang dapat meningkatkan produksi optimal dari Daphnia sp.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Memperoleh media kultur terbaik dari kombinasi kotoran ternak (ayam, kambing, dan kuda) dalam menunjang laju pertumbuhan populasi spesifik

Daphnia sp.

2. Untuk mengetahui kepadatan populasi terbaik dari Daphnia sp. pada media kotoran ayam, kambing, dan kuda.


(18)

3

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi penggunaan kombinasi kotoran ayam, kambing, dan kuda sebagai media kultur untuk meningkatkan kepadatan populasi Daphnia sp.

D. Kerangka Pikir

Daphnia sp. adalah salah satu organisme akuatik atau yang dikenal dengan zooplankton yang berhabitat di perairan tawar. Hewan ini dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan bahan organik melimpah. Organisme ini merupakan pakan alami yang penting karena mengandung nilai gizi yang tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan air tawar. Masalah yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan Daphnia sp. yang sebagian besar masih diperoleh dari tangkapan di alam yang tidak bisa kontinyu dan masih banyak didatangkan dari daerah lain yang mengakibatkan harganya mahal.

Mengingat kebutuhan zooplankton tersebut, perlu dilakukan kultur Daphnia

sp. agar selalu tersedia bagi benih-benih ikan air tawar. Kultur Daphnia sp. yang telah dilakukan saat ini dengan menggunakan kotoran ternak.

Kotoran ternak merupakan bahan organik yang digunakan dalam media kultur karena pada umumnya kotoran ternak mengandung nitrogen, fosfor, dan, kalium. Nitrogen dan fosfor berfungsi dalam menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan Daphnia sp., sedangkan kalium berfungsi untuk menambah daya tahan tubuh hewan tersebut. Pertumbuhan fitoplankton dalam media kultur dapat meningkatkan populasi Daphnia sp.


(19)

4

Dalam penelitian ini akan dicoba melakukan kultur untuk meningkatkan pertumbuhan populasi Daphnia sp. dengan menggunakan kotoran ayam, kambing, dan kuda. Dari beberapa informasi, kotoran ayam merupakan media terbaik untuk pengulturan Daphnia sp, sedangkan untuk pengulturan

Daphnia sp. dengan menggunakan kotoran kuda dan kotoran kambing belum pernah dilakukan. Namun kotoran-kotoran ternak ini dari beberapa informasi bila diberikan sendiri-sendiri tidak menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan optimal bagi zooplankton tersebut. Namun bila diberikan secara kombinasi diharapkan dapat memberikan pengaruh yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia sp. dengan media kotoran ayam 100 % sebagai pembanding. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan populasi dan laju pertumbuhan spesifik Daphnia sp. dengan menggunakan kombinasi kotoran ayam, kambing, dan kuda sebagai media kultur.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% dapat meningkatkan kepadatan populasi dan laju pertumbuhan populasi spesifik Daphnia sp.


(20)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Plankton

Plankton adalah organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus. Plankton dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis fitoplankton (tumbuhan) dan jenis zooplankton (hewan) (Nontji, 2002). Plankton tersusun atas jasad-jasad nabati yang bersifat mikroskopis (fitoplankton) dan jasad-jasad hewani mikroskopis (zooplankton) yang terdapat di laut atau di perairan tawar, hidup bebas terapung dan pergerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin (Boney,1975). Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) menyatakan fitoplankton dalam perairan merupakan penghasil oksigen melalui proses fotosintesis dan menyerap karbondioksida dalam memproduksi makanannya. Zooplankton terdiri dari berjenis-jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk Protozoa, Coelenterata, Mollusca, Annelida dan Crustacea (Hutabarat, 1986).

Plankton memiliki peranan ekologis yang sangat penting dalam menunjang kehidupan di perairan. Fitoplankton dapat memproduksi bahan organik dan oksigen melalui proses fotosintesis, sedangkan zooplankton dimanfaatkan oleh larva-larva ikan sebagai pakan alami yang menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Arinardi,1997).


(21)

6

B. Klasifikasi Daphnia sp.

Klasifikasi Daphnia sp. menurut Casmuji (2002) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Ordo : Cladocera Family : Daphnidae Genus : Daphnia

Spesies : Daphnia sp.

Gambar 1. Daphnia sp. (Anonim, 2011)

C. Morfologi Daphnia sp.

Gambar 1 menunjukkan bahwa Daphnia sp. memiliki ukuran 1-3 mm, tubuh lonjong, pipih, terdapat ruas-ruas/segmen meskipun ruas ini tidak terlihat. Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk, ocellus (kadang-kadang), dan lima pasang alat tambahan (Casmuji, 2002), yang pertama disebut antena pertama, kedua disebut antena kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut


(22)

7

(Mokoginta, 2003). Umumnya berenang Daphnia sp. tersendat-sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropik (Casmuji, 2002).

Pembagian segmen tubuh Daphnia sp. hampir tidak terlihat, kepala dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh hewan ini tertutup oleh karapas, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antena dan sepasang seta. Bagian karapas tembus cahaya dan pada beberapa jenis Daphnia sp. bagian dalam tubuhnya dapat dilihat dengan jelas melalui mikroskop, bagian tubuhnya tertutup oleh cangkang dari khitin yang transparan. Daphnia sp. mempunyai warna yang berbeda-beda tergantung habitatnya, seperti di daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau berwarna muda, sedangkan di daerah litoral, kolam dangkal, dan dasar perairan berwarna lebih gelap. Pigmentasi terdapat baik pada bagian karapas maupun jaringan tubuh (Casmuji, 2002).

Daphnia sp. termasuk hewan filter feeder, memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organic terlarut (Casmuji, 2002). Hewan yang muda berukuran panjang kurang dari satu millimeter menyaring partikel kecil ukuran 20-30 mikrometer, sedangkan yang dewasa dengan ukuran 2-3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60-140 mikrometer.


(23)

8

D. Habitat Daphnia sp.

Daphnia sp. adalah jenis zooplankton yang hidupnya berkelompok dan sering ditemukan di perairan yang banyak mengandung bahan organik atau sisa - sisa pembusukan tanaman, seperti sawah, rawa, selokan, dan perairaan yang tenang (Ninuk, 2011).

Faktor kimia yang mempengaruhi kelangsungan hidup Daphnia sp. di perairan antara lain adalah suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia. Daphnia

sp. dapat hidup dengan baik pada suhu berkisar antara 22°C - 32°C, pH berkisar antara 6 - 8, oksigen terlarut > 3,5 ppm, dan dapat bertahan hidup pada kandungan amonia antara 0,35 ppm – 0,61 ppm (Kusumaryanto, 1988).

E. Siklus Hidup Daphnia sp.

Daphnia sp. melalui berbagai fase yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa.

Daphnia sp. mencapai dewasa dalam waktu 4-6 hari, menjadi induk dalam waktu 8- 10 hari, dan umurnya hanya bertahan sampai 12 hari (Pennak, 1989).

Hewan ini bisa berkembang biak dengan dua cara, yaitu parthenogenesis dan seksual yang dapat dilihat pada gambar 2.


(24)

9

Gambar 2. Siklus Hidup Daphnia sp. (Anonim, 2007)

Pada keadaan baik Daphnia sp. berkembang biak dengan cara

parthenogenesis dimana individu baru berasal dari sel-sel yang tidak dibuahi. Telur berkembang dan menetas menjadi embrio kemudian tumbuh menjadi

Daphnia sp. Pada usia setengah dewasa anak Daphnia sp. dikeluarkan dari ruang penetasan pada saat induk mengalami pergantian kulit (Kusumaryanto, 1988). Cara ini hanya menghasilkan individu betina dan menghasilkan telur dengan rata-rata 10-20 butir dengan variasi antara 2-40 butir (Ivleva, 1973). Pada saat kondisi kurang baik, seperti temperatur yang berfluktuatif, kurang tersedianya makanan dan akumulasi limbah akibat tingginya populasi, produksi telur secara parthenogenesis menjadi berkurang bahkan beberapa telur menetas dan berkembang menjadi individu jantan karena kondisi-kondisi tersebut dapat mengubah metabolisme Daphnia sp., sehingga

mempengaruhi mekanisme kromosomnya (Pennak, 1989). Telur Daphnia sp. jantan untuk reproduksi dilakukan dengan cara seksual, dimana seekor

Daphnia sp. jantan mampu membuahi ratusan betina dalam satu periode (Ivleva, 1973).


(25)

10

Daphnia sp. jantan berukuran lebih kecil dibandingkan yang betina. Individu jantan terdapat organ tambahan yang terletak di bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk untuk membuahi sel telur (Pennak, 1953). Telur yang dibuahi kemudian dilindungi oleh lapisan yang disebut ephipium untuk mencegah dari kondisi yang buruk (Noerjito, 2003).

Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari, selanjutnya setiap 2 hari sekali dapat menghasilkan keturunan sebanyak 29 ekor dan selama hidupnya mampu beranak sebanyak 7 kali (Pennak, 1989). Zooplankton ini hidup pada kisaran pH netral dan relatif basa, yaitu pada pH 7,1-8,0 dan masih dapat hidup dan berkembang biak dengan baik pada kandungan amoniak 0,35 ppm - 0,61 ppm (Suwignyo, 1989).

F. Makanan dan Kebiasaan Makan

Daphnia sp. adalah hewan filter feeder yang memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organik terlarut (Pennak, 1953). Jenis fitoplankton yang berhabitat di air tawar dan berfungsi sebagai pakan Daphnia sp. biasanya dari kelas Chlorophyceae yaitu Chlorella, Chlorococcum, Chlamidomonas, Volvox, Actinastrum, dan Pediastrum

sedangkan dari kelas Bacillariophyceae yaitu Navicula, Pinnularia, Cyclotella, Nitzchia, Achantes, dan Neidium (Melia dkk., 2013).

Daphnia sp. muda mempunyai ukuran kurang dari 1 mm dapat menyaring partikel kecil berukuran 20-30 mikrometer, sedangkan yang dewasa


(26)

11

berukuran 2-3 mm dapat menangkap partikel sebesar 60-140 mikrometer (Ivleva, 1973). Dalam memakan makanannya Daphnia sp. melakukan seleksi penyerapan partikel makanan dengan cara memisahkan komponen yang tidak dapat dimakan dengan menggunakan cakar/kuku berbulu (Pennak, 1989).

Daphnia sp. dipelihara dalam air yang mengandung bahan organik tersupensi dan mineral, menyaring dan memakan seluruhnya tanpa membedakan dalam dua jam pertama. Selanjutnya makanan yang ditemukan dalam esofagus hanya partikel organik (Kusumaryanto, 1988). Perkembangan populasi

Daphnia sp. dengan tersedianya makanan yang cukup akan mempercepat pertumbuhannya. Apabila ketersediaan makanan tidak cukup akan menurunkan populasi Daphnia sp. karena mortalitas akibat persaingan makanan (Kusumaryanto, 1988).

G. Kandungan Nutrisi Daphnia sp.

Kandungan nutrisi Daphnia sp. cukup tinggi meliputi protein 42,65%, lemak 8%, kadar air 94,78%, serat kasar 2,58%, dan abu 4% yang sangat baik mendukung pertumbuhan larva ikan (Darmanto, 2000). Menurut Pangkey (2009) kandungan nutrisi Daphnia bervariasi menurut umur dan bergantung pada makanan yang dimakan. Kandungan protein hewan ini sekitar 50% dari berat kering. Pada Daphnia dewasa kandungan lemaknya lebih tinggi

dibandingkan dengan juvenil yaitu sekitar 20-27% serta 4 - 6% pada juvenil. Pada beberapa spesies dijumpai mengandung protein sampai sebanyak 70%.


(27)

12

amilase, lipase dan selulase yang berfungsi sebagai ekso-enzim pada pencernaan larva ikan.

H. Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Ayam, Kambing, dan Kuda

Pemakaian pupuk organik sebagai bahan media kultur yang berasal dari kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dan phytoplankton yang berfungsi sebagai pakan Daphnia sp. Selain itu pupuk kandang mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (Setyamidjaja, 1986).

Kotoran kambing mengandung nitrogen 2,77 %, fosfor 1,78 % dan kalium 2,88 %. Kotoran ayam mengandung nitrogen 0,7 %, fosfor 0,3 % dan kalium 0,65 %. Kotoran ayam juga mengandung sisa pakan dan serat selulosa yang tidak dicerna, protein, karbohidrat, lemak, dan senyawa organik lainnya. Sedangkan kotoran kuda mengandung hemisellulosa sebesar 23,5 %, selullosa 27,5 %, lignin 14,2 %, nitrogen 2,29 %, fosfat 1,25 % dan kalium sebesar 1,38 % (Foot dkk., 1976).

I. Kualitas Air

Mutu air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Parameter kualitas air yang mendukung kultur plankton yaitu suhu, DO, pH, Salinitas, dan Amonia. (Masduqi dan Slamet, 2009).


(28)

13

1. Suhu

Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, juga dapat menekan kehidupan hewan budidaya, bahkan menyebabkan kematian apabila suhu ekstrim (Alaerts dan Santika, 2002).

2. pH

pH merupakan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah yang seimbang sehingga pH air murni adalah 7. pH air dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena

mempengaruhi kehidupan jasad renik (Effendi, 2003). Perairan asam kurang produktif, bahkan dapat membunuh hewan. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan oksigen terlarut akan berkurang, akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan

berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Usaha

budidaya perairan akan berhasil baik apabila pH air 6,5-9,0 dan kisaran optimal adalah pH 7,5-8,7 (Effendi, 2003).

3. Oksigen Terlarut/DO

Oksigen (O2) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh


(29)

14

oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi, tergantung dari suhu dan salinitas. Oksigen dapat bersumber dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktifitas fotosintesis tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari. Dalam perairan,

khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen terlarut berkisar antara

15 mg/l pada suhu 0˚C dan 8 mg/l pada suhu 25˚C. Kadar oksigen terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Effendi, 2003).

Oksigen dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti karbondioksida, alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi kadar oksigen yang dibutuhkan, maka karbondioksida yang dilepaskan sedikit. Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu ditunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Kadar oksigen dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan (Effendi, 2003).

Keberadaan oksigen terlarut dapat langsung dimanfaatkan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi. Apabila ketersediaan oksigen di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota, maka segala


(30)

15

aktivitas biota akan terhambat karena oksigen merupakan salah satu faktor pembatas (Boney, 1975).

4. Amonia

Makin tinggi pH air, daya racun amonia semakin meningkat, karena sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam

molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+)


(31)

16

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, Pada bulan Desember 2014.

B.Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : toples kaca dengan panjang 25 cm dan diameter 14 cm sebanyak 36 unit, kain kasa, pipet tetes, gelas bekker, cawan petri, batu aerasi, selang aerasi, gayung, baskom/ember, termometer, DO meter, pH Universal Indikator, timbangan analitik,

haemocytometer, dan mikroskop.

Bahan yang digunakan adalah Daphnia sp. sebanyak 720 ekor, air tawar, air sawah, kotoran ayam, kotoran kambing, dan kotoran kuda.

C.Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


(32)

17

P1 = kotoran ayam 100% (2,4 g/L) sebagai pembanding (Sulasingkin, 2003) P2 = kotoran kambing 100% (2,4 g/L)

P3 = kotoran kuda 100% (2,4 g/L)

P4 = kotoran ayam 50% (1,2 g/L) + kotoran kambing 25% (0,6 g/L) + kotoran kuda 25% (0,6 g/L)

P5 = kotoran kambing 50% (1,2 g/L) + kotoran ayam 25% (0,6 g/L) + kotoran kuda 25% (0,6 g/L)

P6 = kotoran kuda 50% (1,2 g/L) + kotoran ayam 25% (0,6 g/L) + kotoran kambing 25% (0,6 g/L).

D.Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kepadatan populasi Daphnia

sp., laju pertumbuhan populasi spesifik, pertumbuhan fitoplankton sebagai pakan Daphnia sp., pengujian proksimat pada kotoran ayam, kambing, kuda, dan kombinasinya, dan kualitas air.

E.Uji Kepadatan Fitoplankton

Pada penelitian ini dilakukan uji kepadatan fitoplankton pada air media kultur

Daphnia sp. yang bertujuan untuk melihat korelasi antara pertumbuhan fitoplankton dengan pertumbuhan populasi Daphnia sp. Kepadatan

fitoplankton dihitung dengan cara mengambil sampel air pada media kultur

Daphnia sp., lalu diteteskan pada haemocytometer kemudian ditutup dengan

cover glass. Kepadatan fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus menurut Isnansetyo dan Kurniastuti (1995):


(33)

18

Jumlah sel = n × 25 × 104/ml = .... sel Keterangan:

n : rata-rata jumlah sel (dari 5 kotak) 25 : jumlah chamber

104 : volume kepadatan chamber F. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tentang kombinasi kotoran ternak (ayam, kambing, dan kuda) sebagai media kultur terhadap pertumbuhan Daphnia sp. telah dilakukan di laboratorium Aquatik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dengan tahap-tahap yang dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Menyiapkan wadah kultur Daphnia sp.

Melakukan penebaran Daphnia sp. dalam wadah pemeliharaan

Menyiapkan kotoran ternak dan melakukan kultur

Daphnia sp.

Menghitung kepadatan populasi

Menghitung laju pertumbuhan populasi spesifik


(34)

19

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Pada tahap persiapan wadah pemeliharaan, semua toples yang akan digunakan sebagai wadah pemeliharaan dicuci dengan bersih agar tidak terdapat kotoran yang melekat. toples yang sudah dicuci kemudian didiamkan hingga benar-benar kering. Selanjutnya toples diisi dengan air sawah yang dicampur dengan air tawar dengan perbandingan 1:3 sebanyak 2 liter kemudian diaerasi, kemudian toples ditutup dengan kain kasa dan didiamkan kembali selama ± 24 jam agar kandungan oksigen terlarutnya menyebar secara merata.

2. Penebaran Daphnia sp.

Toples yang sudah diisi air dan diaerasi selama ± 24 jam, lalu ditebar

Daphnia sp. dengan kepadatan 20 ekor/liter. Daphnia sp. yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang usianya mencapai dewasa agar dapat beradaptasi dengan baik pada media kultur yang digunakan.

3. Persiapan Kotoran Ternak dan kultur Daphnia sp.

Kotoran ternak yang akan digunakan (kotoran ayam, kambing, dan kuda) sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu selama seminggu. Kotoran ayam didapatkan dari peternakan ayam daerah Waygelang, Kecamatan Kotaagung Barat, Kabupaten Tanggamus. Kemudian kotoran kambing didapatkan dari peternak kambing di daerah Waygelang, Kecamatan Kotaagung Barat, Kabupaten Tanggamus. Sedangkan kotoran kuda diperoleh dari pemelihara kuda di Jl. Sumpah Pemuda, PKOR Wayhalim, Bandar Lampung. Setelah


(35)

20

dilakukan penebaran Daphnia sp., 2 jam kemudian media kultur diberi kotoran ayam, kambing, dan kuda, serta kombinasi kotoran dengan dosis sesuai perlakuan. Pada perlakuan pertama diberikan kotoran ayam 100% (2,4 g/L), perlakuan kedua diberikan kotoran kambing 100% (2,4 g/L), perlakuan ketiga diberikan kotoran kuda 100% (2,4 g/L), perlakuan keempat diberikan kotoran ayam 50% (1,2 g/L) + kotoran kambing 25% (0,6 g/L) + kotoran kuda 25% (0,6 g/L), perlakuan kelima diberikan kotoran kambing 50% (1,2 g/L) + kotoran ayam 25% (0,6 g/L) + kotoran kuda 25% (0,6 g/L), dan pada perlakuan keenam diberikan kotoran kuda 50% (1,2 g/L) + kotoran ayam 25% (0,6 g/L) + kotoran kambing 25% (0,6 g/L). Pemberian kotoran ternak dilakukan setiap 6 hari sekali.

4. Menghitung Kepadatan Populasi Daphnia sp.

Penghitungan populasi Daphnia sp. dilakukan setiap 2 hari sekali dalam waktu 12 hari. Volume sampel yang diambil sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas beker (Pramudyastuty, 2013). Sampel yang berada dalam gelas beker dituangkan sedikit demi sedikit ke cawan petri, lalu

Daphnia sp. yang berada di dalam cawan petri dihitung satu persatu.

Sebelum sampel diambil, air media dalam wadah kultur harus sudah teraduk agar Daphnia sp. yang ada di dalamnya menyebar rata. Pengadukan


(36)

21

5. Menghitung Laju Pertumbuhan Populasi Spesifik

Penghitungan laju pertumbuhan populasi Daphnia sp. berdasarkan

kepadatan populasi saat fase eksponensial. Rumus yang digunakan dalam penghitungan laju pertumbuhan populasi spesifik menggunakan rumus modifikasi Becker (1994), yaitu :

Keterangan :

No : kepadatan awal populasi (Ind/L)

Nt : kepadatan akhir populasi fase eksponensial (Ind/L) t : waktu (hari) dari No ke Nt

μ : laju pertumbuhan populasi spesifik (%/hari)

6. Pengukuran Kualitas Air

Kualitas air yang diukur adalah suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal, pertengahan, dan akhir penelitian. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter, pH dengan menggunakan pH Universal Indikator, dan amonia diukur di laboratorium kualitas air di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.

7. Analisis Proksimat Media Kotoran Ternak

Hasil uji proksimat diperoleh dari hasil analisis di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung pada tanggal 13 Februari 2015. Media kotoran ternak yang diuji proksimat adalah kotoran ayam 100% (P1),


(37)

22

kotoran kambing 100% (P2), kotoran kuda 100% (P3), dan media terbaik pada pengulturan Daphnia sp. yaitu kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% (P4).

G.Analisis Data

Laju pertumbuhan spesifik diambil dari data kepadatan populasi pada fase eksponensial. Untuk data kepadatan puncak dan laju pertumbuhan populasi spesifik Daphnia sp. dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat hasil yang berbeda nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT. Data pengamatan kualitas air disajikan secara deskriptif.


(38)

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Media kultur terbaik adalah kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% dengan laju pertumbuhan tertinggi Daphnia sp. yaitu 56,51%/hari serta memiliki kepadatan populasi 1.840 individu/L.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% terhadap

zooplankton dari kelas Crustacea agar pakan alami selalu tersedia bagi larva ikan air tawar.


(39)

37

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan S.S. Santika. 2002. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional Arikunto Suharsimi. Surabaya.

Anonim. 2007. Pakan Ikan. Diakses tanggal 20 Oktober 2014, pukul 19.00 WIB. www.o-fish.com/PakanIkan/Daphnia_1.php

Anonim. 2011. Daphnia sp. Klasifikasi, Morfologi, Reproduksi, Bacillus subtilis, Bakteri Nitrifikasi, Sistem Kultur Zooplankton, Parameter Kualitas Air. Diakses tanggal 17 November 2014, pukul 19.00 WIB.

http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/08/daphnia-sp-klasifikasi- morfologi-reproduksi-bacillus-subtilis-bakteri-nitrifikasi-sistem-kultur-zooplankton-parameter-kualitas-air/

Arinardi, O. H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Puslitbang-LIPI. Jakarta.

Becker, E. W. 1994. Microalgae Biotechnology And Microbiology. Cambridge University Press. Great Britain England.

Boney. 1975. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University Experiment Station. Alabama.

Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu Dalam Budidaya Daphnia sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, R dan A. Damar. 1994. Metoda dan Teknik Analisis Kualitas Air, Kursus

AMDAL Tipe B, kerjasama PSL - ZUNDANA dan BAPEDAL, Kupang, November – 17 Desember 2004.

Darmanto. 2000. Budidaya pakan alami. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian, Teknologi Pertanian. Jakarta.

Delbare, D and P. Dhert. 1996. Cladocerans, Nematodes and Trocophara Larvae. In Manual on Production and Use of Live Food (P. Lavens and P.


(40)

38

Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami. Kansius. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

Firdaus, M. 2004. Pengaruh Beberapa Cara Budidaya Terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 47 hlm.

Foot, A.S., S. Banes, J.C.G. Oge, J.C. Howkins, V.C. Nielsen, and Jr.O. Callaghan. 1976. Studies on Farm Livestock Waste. I” ed. Agriculture

Research Council, England.

Hadiwigeno, S. 1984. Kultur Makanan Alami (Daphnia sp.). Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perikanan, BBAT. Sukabumi.

Hermawan, A., Anindiastuti., K.A. Wahyuni dan E. Julianty. 2001. Kajian Pendahuluan Penggunaan Pakan Fermentasi Untuk Kultur Massal Cyclops sp. Buletin Budidaya Laut 13:14-23.

Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Ivleva , T.V. 1973. Mass Cultivation of Invertebrates. Biology and Metods. Translated from Russian. Israel Programe for Scientific Translation. Jerusalem, 139 p.

Kusumaryanto, H. 1988. Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal Terhadap

Pertumbuhan Populasi, Bimassa dan Pembentukkan Epipium Daphnia sp. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Masduqi, A dan A. Slamet. 2009. Satuan Operasi Untuk Pengolahan Air.

Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.

Melia, D.W., A. Dharmawan, dan H. Tuarita. 2013. Sruktur Komunitas dan Pola Distribusi Vertikal Fitoplankton di Ranu Klakah Desa Tegal Randu Kabupaten Lumajang. Universitas Negeri Malang.

Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Mubarak, A.S. 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia sp. Sistem Daily

Feeding Pada Populasi Daphnia sp. dan Kestabilan Kualitas Air. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1): 67-72.


(41)

39

Mufidah, N., B.S. Rahardja, dan W.H. Satyantini. 2009. Pengkayaan Daphnia sp. Dengan Viterna Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya.

Ninuk. 2011. Dinamika Fitoplankton. Indonesian Aquaculture. Tequisa Indonesia. Jakarta.

Noerjito, D.R. 2003. Optimasi Suhu dan pH, Serta Jumlah dan Jenis Pakan Pada Kultur Daphnia sp. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Nontji, A. 2002. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI):

Jakarta.

Nuraini dan Nuraini. 2008. Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Baung Yang Diberi Pakan Bokashi Dipelihara di Air Rawa. Teroka Riau. 8(3): 43-57.

Pangkey, H. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume V (3) : 33-36. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT. Manado.

Pennak, R.W. 1953. Freshwater Invertebrates of United Sates. The Ronald Press Company, NeW York. 580 p.

Pennak, R.W. 1989. Coelenterata Fresh-water Invertebrates of the United Sates: Protozoa to Molusca. 3rd edition. John Wiley and Sons, Inc, New York. Pramudyastuti, F. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Fermentasi Dan Alami

Terhadap Laju Pertumbuhan Diaphanosoma sp. Di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Simplex. hlm.122 Suryanti, Y., A. Priyadi, dan N. Suhenda. 1997. Pemberian Pakan Buatan Untuk

Ikan Gabus (Chana striatus) Dalam Keramba di Kalimantan Timur.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 3(3): 35-40.

Suwignyo, S.T. 1989. Avertebrata Air. Lembaga Sumberdaya Informasi, IPB. 127 hal.

Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.


(42)

40

Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Yang Diberi Pupuk Limbah Budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Yang Telah Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika. III(1): 84-94.


(1)

kotoran kambing 100% (P2), kotoran kuda 100% (P3), dan media terbaik pada pengulturan Daphnia sp. yaitu kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% (P4).

G.Analisis Data

Laju pertumbuhan spesifik diambil dari data kepadatan populasi pada fase eksponensial. Untuk data kepadatan puncak dan laju pertumbuhan populasi spesifik Daphnia sp. dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat hasil yang berbeda nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT. Data pengamatan kualitas air disajikan secara deskriptif.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Media kultur terbaik adalah kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% dengan laju pertumbuhan tertinggi Daphnia sp. yaitu 56,51%/hari serta memiliki kepadatan populasi 1.840 individu/L.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kombinasi kotoran ayam 50% + kotoran kambing 25% + kotoran kuda 25% terhadap

zooplankton dari kelas Crustacea agar pakan alami selalu tersedia bagi larva ikan air tawar.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan S.S. Santika. 2002. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional Arikunto Suharsimi. Surabaya.

Anonim. 2007. Pakan Ikan. Diakses tanggal 20 Oktober 2014, pukul 19.00 WIB. www.o-fish.com/PakanIkan/Daphnia_1.php

Anonim. 2011. Daphnia sp. Klasifikasi, Morfologi, Reproduksi, Bacillus subtilis, Bakteri Nitrifikasi, Sistem Kultur Zooplankton, Parameter Kualitas Air. Diakses tanggal 17 November 2014, pukul 19.00 WIB.

http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/03/08/daphnia-sp-klasifikasi- morfologi-reproduksi-bacillus-subtilis-bakteri-nitrifikasi-sistem-kultur-zooplankton-parameter-kualitas-air/

Arinardi, O. H. 1997. Status Pengetahuan Plankton di Indonesia. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. Puslitbang-LIPI. Jakarta.

Becker, E. W. 1994. Microalgae Biotechnology And Microbiology. Cambridge University Press. Great Britain England.

Boney. 1975. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Auburn University Experiment Station. Alabama.

Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu Dalam Budidaya Daphnia sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, R dan A. Damar. 1994. Metoda dan Teknik Analisis Kualitas Air, Kursus

AMDAL Tipe B, kerjasama PSL - ZUNDANA dan BAPEDAL, Kupang, November – 17 Desember 2004.

Darmanto. 2000. Budidaya pakan alami. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Instalasi Penelitian dan Pengkajian, Teknologi Pertanian. Jakarta.

Delbare, D and P. Dhert. 1996. Cladocerans, Nematodes and Trocophara Larvae. In Manual on Production and Use of Live Food (P. Lavens and P.


(4)

Djarijah, A.S. 1995. Pakan Alami. Kansius. Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

Firdaus, M. 2004. Pengaruh Beberapa Cara Budidaya Terhadap Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 47 hlm.

Foot, A.S., S. Banes, J.C.G. Oge, J.C. Howkins, V.C. Nielsen, and Jr.O. Callaghan. 1976. Studies on Farm Livestock Waste. I” ed. Agriculture Research Council, England.

Hadiwigeno, S. 1984. Kultur Makanan Alami (Daphnia sp.). Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perikanan, BBAT. Sukabumi.

Hermawan, A., Anindiastuti., K.A. Wahyuni dan E. Julianty. 2001. Kajian Pendahuluan Penggunaan Pakan Fermentasi Untuk Kultur Massal Cyclops sp. Buletin Budidaya Laut 13:14-23.

Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Ivleva , T.V. 1973. Mass Cultivation of Invertebrates. Biology and Metods. Translated from Russian. Israel Programe for Scientific Translation. Jerusalem, 139 p.

Kusumaryanto, H. 1988. Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal Terhadap

Pertumbuhan Populasi, Bimassa dan Pembentukkan Epipium Daphnia sp. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Masduqi, A dan A. Slamet. 2009. Satuan Operasi Untuk Pengolahan Air. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS.

Melia, D.W., A. Dharmawan, dan H. Tuarita. 2013. Sruktur Komunitas dan Pola Distribusi Vertikal Fitoplankton di Ranu Klakah Desa Tegal Randu Kabupaten Lumajang. Universitas Negeri Malang.

Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Mubarak, A.S. 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia sp. Sistem Daily

Feeding Pada Populasi Daphnia sp. dan Kestabilan Kualitas Air. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1): 67-72.


(5)

Mufidah, N., B.S. Rahardja, dan W.H. Satyantini. 2009. Pengkayaan Daphnia sp. Dengan Viterna Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah. Universitas Airlangga. Surabaya.

Ninuk. 2011. Dinamika Fitoplankton. Indonesian Aquaculture. Tequisa Indonesia. Jakarta.

Noerjito, D.R. 2003. Optimasi Suhu dan pH, Serta Jumlah dan Jenis Pakan Pada Kultur Daphnia sp. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Nontji, A. 2002. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI):

Jakarta.

Nuraini dan Nuraini. 2008. Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Baung Yang Diberi Pakan Bokashi Dipelihara di Air Rawa. Teroka Riau. 8(3): 43-57.

Pangkey, H. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume V (3) : 33-36. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT. Manado.

Pennak, R.W. 1953. Freshwater Invertebrates of United Sates. The Ronald Press Company, NeW York. 580 p.

Pennak, R.W. 1989. Coelenterata Fresh-water Invertebrates of the United Sates: Protozoa to Molusca. 3rd edition. John Wiley and Sons, Inc, New York. Pramudyastuti, F. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Fermentasi Dan Alami

Terhadap Laju Pertumbuhan Diaphanosoma sp. Di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Simplex. hlm.122 Suryanti, Y., A. Priyadi, dan N. Suhenda. 1997. Pemberian Pakan Buatan Untuk

Ikan Gabus (Chana striatus) Dalam Keramba di Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 3(3): 35-40.

Suwignyo, S.T. 1989. Avertebrata Air. Lembaga Sumberdaya Informasi, IPB. 127 hal.

Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.


(6)

Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Yang Diberi Pupuk Limbah Budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Yang Telah Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika. III(1): 84-94.