27
model evaluasi menjadi delapan, yaitu: 1 Goal Oriented Evaluation model, dikembangkan oleh Tyler; 2 Goal Free Evaluation model,
dikembangkan oleh Scriven; 3 Formatif Sumatif Evaluation model, dikembangkan oleh Michael Scriven; 4 Countenance Evaluation model,
dikembangkan oleh Stake; 5 Responsive Evaluation model,
dikembangkan oleh Stake; 6 CSE-UCLA Evaluation model; 7 CIPP Evaluation model, dikembangkan oleh Stufflebeam; 8 Discrepancy
Model, yang dikembang oleh Provus. Di antara model evaluasi tersebut penelitian ini menggunakan model
stake, karena dalam menilai suatu program, model evaluasi stake memberikan perbandingan yang relatif antara program dengan program
yang lain, atau perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program dengan standar tertentu.
Model evaluasi menurut Stake terdapat dua kegiatan mendasar dalam melakukan evaluasi yaitu 1 description, 2 and judgement
diskripsi dan pertimbangan, serta terdapat tiga fase dalam melakukan evaluasi yaitu; 1 Antecedents konteks, 2 Transaction proses, dan 3
Outcomes hasil. Description berarti menunjukkan tentang suatu seperti apa adanya apa yang sesungguhnya terjadi, dan judgement berarti
mengukur apa yang terjadi dengan kriteria yang diharapkan atau tujuan.
B. Penelitian yang Relevan
Joko Landung 2010:60 dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Teknik Elektro SMK Piri 1 Yogyakarta”
28
menyimpulkan bahwa tingkat relevansi laboratorium dasar teknik elektro berdasarkan standar minimal yang dipersyaratkan BSNP di SMK Piri 1
Yogyakarta ditinjau dari masing-masing aspek yaitu luas laboratorium termasuk dalam kriteria kurang baik dengan persentase 50. Aspek sarana
laboratorium dasar Teknik Elektro termasuk dalam kriteria sangat baik yaitu 87,50. Aspek sarana ruang penyimpanan dan instruktur termasuk dalam
kriteria baik yaitu 67,86. Aspek jumlah alat praktik di laboratorium termasuk dalam kriteria baik yaitu sebesar 63,16.
Marissa Andriani 2010:48 dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer pada Program
Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 2 Yogyakarta” menyimpulkan bahwa tingkat ketercapaian standar sarana dan prasaranan
laboratorium komputer pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 2 Yogyakarta dapat dilihat berdasarkan persentase
ketercapaian terendah dari masing-masing aspek sarana dan prasarana. Ketercapaian terendah tersebut adalah 75, itu berarti tingkat ketercapaian
standar sarana prasarana di ruang laboratorium komputer pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 2 Yogyakarta ada
pada kriteria pencapaian 61 - 80, yang berarti sudah sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan oleh Permendiknas RI No. 40 tahun
2008. Natsir Hendra Pratama 2011:117 dalam penelitiannya berjudul “Studi
Kelayakan Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer Jurusan Teknik
29
Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Yogyakarta” menyimpulkan bahwa tingkat kelayakan ditinjau dari prasarana ruang laboratorium komputer Teknik
Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta yaitu pada segi luas ruang laboratorium komputer Program Keahlian Gambar Bangunan
adalah 75 layak. Tingkat kelayakan ditinjau dari sarana di ruang laboratorium komputer Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Depok
Sleman Yogyakarta 1 Ditinjau dari perabot pada ruang laboratorium komputer program keahlian Gambar Bangunan adalah 85 sangat layak.
2 Ditinjau dari media pendidikan di ruang laboratorium komputer program keahlian Gambar Bangunan adalah 100 sangat layak. 3 Ditinjau dari
peralatan di ruang laboratorium komputer program keahlian Gambar Bangunan adalah 50 tidak layak. 4 Ditinjau dari kualitas perangkat
utama di ruang laboratorium komputer program keahlian Gambar Bangunan adalah 68,75 layak.
C. Kerangka Berfikir