45
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa sinyal keluaran modulator masih terlalu kecil sehingga sebelum di koplingkan ke AC perlu dikuatkan dahulu, penguatan yang digunakan
adalah dengan sebuah transistor 2N2222. Sebelum dihubungkan ke jala-jala listrik keluaran dari trafo IF perlu ditambah dengan 2 buah kapasitor yaitu C6 dan C7 dengan
nilai yang lebih besar dari tegangan jala-jala listrik, kapasitor C6 dan C7 ini digunakan untuk mengisolasi rangkaian dari sinyal sinus tegangan jala-jala listrik 50Hz. Meskipun
pada
datasheet
literatur hanya memerlukan satu buah kapasitor kopling pada tugas akhir ini digunakan dua buah kapasitor kopling agar saat mentransmisikan sinyal tidak perlu
menyamakan terminal antara line dan netral pada stop kontak.
4.2. Pengujian Modul Pengirim PLC LM1893
Salah satu komponen yang digunakan sebagai transmitter adalah IC LM1893. IC LM1893 adalah sebuah IC yang diproduksi oleh perusahaan semikonduktor
National Semiconductor
yang dikhususkan untuk komunikasi lewat jala-jala listrik. IC ini biasa digunakan untuk komunikasi berbasis data, namun demikian tidak menutup kemungkinan
untuk dapat digunakan dalam komunikasi analog. Sebelum digunakan modul PLC harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kinerja
dari modem yang telah dibuat. Pertama harus dilakukan kalibrasi modem per modem yang dibuat, metode kalibrasi dapat dilihat pada
datasheet
LM1893. Langkah-langkah kalibrasinya adalah [5, h.14]:
a. Set modem dalam mode
transmitter
dengan memberikan
input
-an logika
high
pada
selector
pin-5. b.
Beri inputan logika
low
pada TX pin-17. c.
Letakkan probe osiloskop pada pin-10. d.
Atur R
o
dengan memutar potensio sehingga didapatkan gelombang dengan frekuensi F = 1,022.F
O
. Karena pada perancangan nilai F
O
adalah 125 kHz, maka nilai F yang dicari adalah 127,75 kHz.
Setelah dikalibrasi kemudian dilakukan pengujian modem PLC sebagai pengirim dan penerima
.
Langkah pengujiannya sebagai berikut:
Pengirim
a. Selector pin-5 diberi logika
high
. b.
Berikan input logika
high
pada TXpin-17, maka pada pin-10 akan keluar sinyal sinus dengan frekuensi ±122,25 kHz.
46
c. Berikan input logika
low
pada TXpin-17, maka pada pin-10 akan keluar sinyal sinus dengan frekuensi ±127,75 kHz.
Gambar 4.5. Hasil pengujian pengirim LM1893 mode
HIGH
Gambar 4.6. Hasil pengujian modem mode pengirim
LOW
Penerima
a. Selector pin-5 diberi logika
low.
Saat tidak ada input maka seharusnya pin-10 tidak akan mengeluarkan apa-apa.
47
b. Berikan input sinyal 122,25 kHz maka pada pin data out pin-12
atau RX akan memberikan output logika
high
. c.
Berikan input sinyal 127,75 kHz maka pada pin data out pin-12 atau RX akan memberikan output logika
low
.
a
b c
Gambar 4.7. Hasil Pengujian Modem Sebagai
Receiver
a Kondisi
Idle
b Input Sinyal ±122.25 Khz c Input Sinyal ±127,75 Khz.
Gambar 4.7 menunjukan sinyal pada pin 10 saat modem diatur sebagai penerima. Saat modem dalam kondisi
idle
, tidak menerima
input-
an apapun, pada osiloskop tidak terukur sinyal apapun. Jika modem diberi
input-
an sinyal sekitar ±122,25 kHz, pada pin 12
48
data out
high
atau terbaca tegangan 5,589 V pada multimeter. Sebaliknya pada pin 12 data out
low
atau terbaca tegangan 0.073 V pada multimeter saat diberi input ±127,75 kHz. Semua
input-
an diberikan pada sebelum transformator. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, pengirim PLC LM1893 dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan langkah kalibrasi dari langkah pengujian. Apabila hasinya tidak seperti yang dijelaskan pada langkah-langkah diatas dapat dipastikan bahwa
IC LM1893 rusak. Pada saat LM1893 sebagai pengirim akan memiliki kondisi sebagai berikut: mode
pengirim
pin
5
high
, sinyal pembawa berada pada ±122,25 kHz
pin
17
high
, dan sinyal masuka analog pada
pin
18 memiliki ketentuan ±1 Vpp, ±1 µA, dan 2,2 DEV. Dalam pengujian akan dilakukan dengan
input
sinyal dari
function generator FG
dengan frekuensi 50 Hz
– 15 kHz ±1 Vpp 353mVrms.
50Hz 1Khz
2Khz 3Khz
4Khz 5Khz
6khz 7Khz
8Khz 9Khz
10Khz 11Khz
12Khz 13Khz
14Khz 15Khz
Gambar 4.8. Hasil pengujian masukan FG, tampak spektrum pin 10 pengirim LM1893.
49
Gambar 4.8 di atas merupakan hasil dari keluaran di pin10 pada modul pengirim. Masukan yang digunakan berasal dari sinyal analog FG. Terlihat bahwa terdapat garis ada
dua garis vertikal putus-putus yang berpotongan dengan garis horisontal frekuensi dan berada pada f
1
=98 kHz dan f
2
=150 kHz. Gambar 4.8 menunjukan bahwa terjadi perubahan bila diberi masukan sinyal FG yang berada pada rentang frekuensi f
1
dan f
2
. Terlihat pada
gambar, sinyal carrier memiliki amplitudo paling besar yaitu pada ±122,5 kHz dan input sinyal 50 Hz
– 15 kHz yang merupakan sinyal pemodulasi tampak juga pada hasil modulasi frekuensi. Sinyal pemodulasi pada sinyal termodulasi tampak jelas pada
perbedaan tampak spektrum saat tanpa masukan sinyal FG dan pada saat masukan 8 kHz. Hal ini menunjukkan bahwa sinyal yang masuk ke modem akan di modulasikan para
rentang frekuensi kerjanya. Pada IC LM1893 modulasi yang digunakan tidak bisa dilihat perubahannya seperti
pada IC LM565 dikarenakan pada keluaran pin10 hanya menunjukkan nilai sinyal pembawa, namun demikian perubahan dari sinyam modulasi dapat diamati melalui
spektrum.
4.3. Pengujian Modul Penerima PLC FM LM565