Pengukuran Adaptif Terkomputerisasi Sistem Adaptif sebagai Sistem Cerdas

SEMINAR INTERNASIONAL Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional 1020 semestinya Hambleton, Swaminathan, Rogers, 1991. Test yang berkualitas adalah test yang dapat berfungsi dengan baik, yakni dapat memprediksi kemampuan seseorang dengan benar, mengurangi error sekecil-kecilnya Lisa, 1995. Artinya test yang baik akan menghasilkan fungsi informasi yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan yang benar. Pada langkah perencanaan inilah dipertimbangkan segala aspek yang menyangkut karakteristik test yang diinginkan dengan mengingat tujuan penyusunan test yang bersangkutan. Aspek-aspek tersebut merupakan spesifikasi test yang biasanya di samping memuat uraian isi materi dan batasan perilaku, juga memuat informasi mengenai tipe item, rata-rata taraf kesukaran, banyaknya item, lamanya penyajian, cara pemberian skor, dsb. Langkah di atas merupakan standard dalam rangka memperoleh hasil test yang baik. Namun demikian, kelemahan yang sangat menonjol bentuk dari test objektif jenis pilihan ganda adalah sulitnya menghindari unsur menebak gues dari peserta ujian Masters, Keeves, 1999. Hal itulah yang menyebabkan hasil test pasti memiliki unsur error dalam fungsi informasi. Untuk menghindari atau mengurangi guesing tersebut, maka item test perlu disusun dan diberikan sesuai dengan taraf kemampuan peserta. Namun hal ini sangat menyulitkan bagi pengelola test. Untuk itu, diperlukan bantuan komputer melalui algoritma adaptif untuk menganalisis, dan mengolah jawaban peserta saat itu juga dan menghasilkan item yang akan dikerjakan selanjutnya yang sesuai dengan kemampuannya.

3. Pengukuran Adaptif Terkomputerisasi

Berdasar review jurnal daftar jurnal terlampir penelitian mengenai test adaptif terkomputerisasi, computerized adaptive test CAT, dapat dikemukakan bahwa penerapan komputerisasi untuk kepentingan pengukuran prestasi belajar dapat diklasifikasi sebagai berikut: a Tujuan komputerisasi pengukuran atau peng- ukuran belajar adalah untuk kemudah- an layanan pengujian, kecepatan peng- olahan hasil dan kecepatan penyajian informasi hasil pengujian. b Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan sebagai dasar analisis respon butir soal terhadap peserta test. Hal itu untuk bentuk test Monotomous maupun polytomous, Unidimensi maupun multidimensi. c Komputerisasi peng- ukuran atau pengukuran belajar dipakai untuk kemudahan administrasi terhadap kumpulan butir-butir soal, atau sering dikenal dengan istilah bank soal. d Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan untuk pemilihan butir soal yang diberikan kepada peserta test. e Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan sebagai dasar untuk konstruksi test. f Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan untuk pengujian statistik dengan berbagai algoritma dan rumus-rumus yang ada. g Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan sebagai dasar pengaturan jenis tingkat kesulitan test. h Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan untuk studi banding CAT dan non-CAT. i Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan sebagai generalisasi nilai hasil pengukuran. j Komputerisasi pengukuran atau pengukuran belajar digunakan sebagai dasar estimasi kemampuan.

4. Sistem Adaptif sebagai Sistem Cerdas

Sistem adaptif merupakan software komputer yang diprogram mengguna- kan pendekatan teknik kecerdasan buatan artificial intelligence AI. Prinsip dasar sistem cerdas adalah melalui teknik pemrograman khusus agar mampu berpikir, mengambil keputusan yang tepat dan bertindak SEMINAR INTERNASIONAL Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional 1021 berdasar pengetahuan dan basis data, dengan cara-cara seperti yang dilakukan oleh manusia Nilsson, 1980. Gambar Model kerja komputer cerdas Berdasar pada gambar model sistem kecerdasan tersebut di atas, dalam penelitian ini yang digunakan adalah model adaptif. Pemilihan tersebut di dasari oleh suatu asumsi bahwa model adaptif cocok dan sesuai untuk solusi tepat bagi penelitian ini. Model algoritma yang dapat digunakan untuk pendekatan penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan pendekatan teknik kecerdasan buatan Nilsson, 1980, yaitu: a. Depth first search, algoritma model ini menguji semua titik dalam pohon pelacakan mulai dari titik akar dan bergerak menurun ke tingkat dalam yang berurutan. Titik yang ada pada setiap jalur akan diuji hingga ke jalur anak dibawahnya sebelum pindah ke jalur yang lainnya. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: b. Bread first search, algoritma model ini menguji semua titik dalam pohon pelacakan mulai dari titik akar. Titik yang ada pada setiap tingkat seluruhnya diuji sebelum pindah ke ketingkat yang berikutnya. c. Heuristic search, artinya menemu- kan atau menyingkap adalah model algoritma yang membantu me- nemukan jalan dalam pohon pelacakan yang menuntun kepada suatu solusi masalah. Kaidahnya didasarkan pada metode atau prosedur pengalaman, praktek, saran, trik atau bantuan lainnya yang membantu mempersempit dan memfokuskan proses pelacak- an kepada suatu tujuan tertentu. Beberapa model algoritma pelacakan tersebut di atas dapat dikombinasi sehingga mampu meng- hasilkan pencarian yang dinginkan dalam waktu yang cepat, tepat dan akurat. Dalam penelitian ini akan dikembangkan model algoritma kombinasi dept first search dan bread first search menjadi back-foreward search.

C. Metode Penelitian