PERANAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PELAPORAN PALSU KEHILANGAN SEPEDA MOTOR DI POLRES LAMPUNG SELATAN

ABSTRAK
PERANAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA PELAPORAN PALSU KEHILANGAN SEPEDA MOTOR DI
POLRES LAMPUNG SELATAN

Oleh
BURNAWAN M. RUSDI
Laporan palsu kehilangan sepeda motor di lampung selatan marak terjadi dalam
hal ini kepolisian khususnya polres lampung selatan dituntut untuk bisa
melakukan penegakan hukum secara professional berdasarkan undang-undang
yang ada. Laporan palsu kehilangan sepeda motor dalam kenyataannya adalah
suatu kebohongan dari pemilik kendaraan tersebut yaitu menggelapkan kendaraan
yang dalam perjanjian sewa beli masih masuk dalam angsuran pembeli kendaraan,
dengan cara berpura- pura bahwa kendaraan tersebut telah dicuri oleh pelaku
pencurian kendaraan bermotor. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pelaporan
palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung selatan? dan apakah faktor
penghambat peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pelaporan
palsu kehilangan sepeda motor dipolres lampung selatan?.

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memberikan petunjuk pada permasalahan yang akan dibahas dapat dipertanggung
jawabkan, maka penulis melakukan dengan cara pendekatan yuridis normatif dan
yuridis empiris. adapun data dan sumber data didapat dengan cara melihat dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. data yang
akan diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Maksudnya data
tersebut akan disajikan dengan memberikan uraian-uraian secara sistematis
dengan maksud agar dapat ditarik suatu pengertian-pengertian dan kesimpulan
tertentu dalam hubungannya menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.
Hasil penelitian dan pembahasan yang didapat oleh penulis mengenai peranan
kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda

Burnawan M. Rusdi
motor yang sesuai dengan tugas dan fungsi kepolisian dalam undang-undang
nomor 2 tahun 2002 serta menanggulangi tindak pidana pelaporan palsu
kehilangan sepeda motor dengan melakukan peranan yang sebenarnya yaitu
dengan upaya penal dan upaya non penal. Upaya penal itu sendiri yaitu dengan
cara penyidikan, penyelidikan sampai tingkat pengadilan, sedangkan upaya non
penal dibagi menjadi dua yaitu upaya preventif dan Pre-emptif. Upaya preventif
adalah dengan cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan instansi-instansi
pemerintah dan menciptakan hubungan yang harmonis antar instansi-instansi

terkait. upaya pre-emptif dengan cara razia dengan pemeriksaan surat izin
dilakukan dengan cara menghentikan, memeriksa dan menggeledah orang, barang,
dan kendaraan beserta kelengkapannya di maksudkan supaya tindak pidana yang
ada dimasyarakat seperti pencurian, penggelapan atau pelaporan palsu ini tidak
terjadi kembali. faktor-faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor ini adalah faktor kualitas
dan sumberdaya manusia dan mentalitas penegak hukum yaitu kadang kala
adanya keterlibatan oknum-oknum anggota kepolisian itu sendiri, yang dalam
kaitannya menimbulkan rasa enggan dan tidak enak atau dalam istilah
pergaulannya dikatakan saling menghargai yang dalam prakteknya terdapat
hubungan emosional yang kuat diantara anggota kepolisian itu sendiri.
Kepolisian lampung selatan diharapkan lebih meningkatkan kinerjanya dalam
fungsi penyelidikan atau penyidikan untuk menanggulangi tindak pidana
pelaporan palsu, dan melakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku. dan harus adanya komitmen yg kuat antara
aparat penegak hukum dan peran serta masyarakat untuk mengungkap tindak
pidana pelaporan palsu tersebut.

Kata Kunci : Peranan Kepolisian, Laporan Palsu, Sepeda Motor


PERANAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA
PELAPORAN PALSU KEHILANGAN SEPEDA MOTOR DI POLRES
LAMPUNG SELATAN

Oleh
BURNAWAN M RUSDI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 09
September 1992, merupakan putra keempat dari empat
bersaudara pasangan Ayahanda M. Rusdi, S.H. dan Ibunda
Dra. Zaina Mujitaba.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika II-31
Bandar Lampung selesai tahun 1998, Sekolah Dasar Kartika II-6 Bandar
Lampung selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Perintis 1 Bandar
Lampung selesai pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Persada Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) program pendidikan Strata 1 (S1) dan mengambil bagian
Hukum Pidana.

PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
kedua orangtua ku (Ayahanda dan Ibunda) yang selalu menyayangiku,

mendoakan, mendukung dan membimbingku.
Datuk dan Nenek yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku
Wo Nur dan Udo yahnu, Udo Wan dan Uwo een, Ngah Lina, yang tersayang Ani
Prissay, adikku Yustika Purnama, Santori Aji, Keponakanku Amru Kholid,
Nasuha, Zikri, Afkar yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh Keluarga Besar yang selalu menantikan keberhasilanku.
Ibu Dosen Pembimbing dan Pembahas Skripsiku.
Sahabat-sahabatku.
Almamater tercinta Universitas Lampung.

MOTTO

Sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S Syarh :6)

Belajar itu membosankan tapi akhirnya senang, jadikanlah belajar itu
kesenangan karna disitulah letak kesuksesan, kebodohan itu tidak ada pada
diri seseorang jika dia sering membaca dan rajin belajar
(Penulis)


Tuntutlah ilmu sampai kenegeri cina
(uthlubul ilma walau bishshin)
(penulis)

Tinggikanlah cita citamu setinggi bintang dilangit dan jauhkanlah sifat
malasmu sejauh mutiara didasar laut
(penulis)

Yakinlah apa yang telah kalian kerjakan dengan baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik
(penulis)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PERANAN
KEPOLISIAN

DALAM


MENANGGULANGI

TINDAK

PIDANA

PELAPORAN PALSU KEHILANGAN SEPEDA MOTOR DI POLRES
LAMPUNG SELATAN” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus
kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. selaku Rektor Universitas
Lampung.

2.


Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

3.

Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung. Sekaligus selaku Pembimbing II
(dua) atas kesediaannya dan kesabarannya untuk membantu, mengarahkan,
dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.

4.

Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung. sekaligus sebagai Pembahas I yang telah
memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

5.

Ibu Dr. Nikmah Rosidah, S.H.,M.H. selaku Pembimbing I (satu) yang telah

meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan koreksi yang
sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis.

6.

Bapak. Budi Rizki Husin, S.H., M.H. selaku Pembahas II (dua) yang telah
memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

7.

Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas
masukan dan arahanya selama penulis menjalani kuliah.

8.

Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staf administrasi
Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9.


Keluarga Besar Bagian Hukum Pidana dan Keluarga Besar Fakultas Hukum
2010 terimakasih telah menjadi bagian perjalanan hidupku, besar harapan
silaturahmi tak berujung.

10. Bapak Rosef Efendi, Bapak Agus Patra selaku Kasat dan anggota Reskrim
Polres Lampung Selatan yang telah bersedia memberikan bantuan, pendapat
dan meluangkan waktu.
11. Kedua orang tuaku yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis, Ayahanda
M. Rusdi, S.H. dan Ibunda Dra. Zaina Mujitaba, terimakasih telah menjadi
orang tua terhebat, kalian lah inspirasiku, pengorbanan dan kasih sayang
kalian tidak akan aku sia-siakan.Maaf atas kesalahan yang telah aku perbuat

tapi percayalah selalu ada bagian diri ini yang tidak pernah berhenti berjuang
untuk membahagiakan kalian. Gelar ini ku persembahkan untuk kalian.
12. Datuk dan Nenek yang selalu mendukung dan mendoakan penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Kakak- kakak ku Zainnur M.rusdi,S.E.,M.Sc. Ruzwan M. Rusdi. Miklina M.
Rusdi,S.H. Yahnu Wiguno Sanyoto,S.IP.,M.IP. Een Triwijayanti. terimakasih
telah memotivasiku dan memberikan canda tawa, kalian adalah kakak –

kakakku yang terhebat dalam membimbing adikmu ini.
14. Ani Prissay terimakasih untuk segalanya dan telah setia menemaniku, kau
adalah wanita yang aku kagumi, darimu aku banyak belajar tentang arti kerja
keras dan pantang menyerah.
15. Adik-Adik ku Yustika Purnama, Santori Aji, Ponakanku, Amru Kholid, M.
Nasuha Widodo, Zikri fallih, A. Afkar Zayyan. terima kasih telah
membantuku menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat-sahabatku fakultas Hukum 2010 Beni Pramiza, Bang Hendra, Lek
Ardi, Berry Prasetyo, Johan Aziz, Ardi Muhari, wahyu tamlika, Ocal,
Fungky, Fahmi, Iffan Mustawa, Rizky, Indra Boeng, Dodi. yang telah
memberikan motivasi dan kenangan indah selama menjalani lika-liku
kehidupan kampus.
17. Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.Semoga Allah SWTmembalasnya dengan kebaikan.

Akhir kata, sangat penulis sadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal
dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Sedikit
harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,Januari 2015
Penulis,

Burnawan M. Rusdi

DAFTAR ISI

Halaman

I.

PENDAHULUAN. ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. ........................................................ 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup.......................................... 8
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian. ............................................ 9
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual.......................................... 10
E. Sistematika Penulisan. ............................................................. 16

II.

TINJAUAN PUSTAKA. ............................................................. 18
A. Pengertian Tindak Pidana. ...................................................... 18
B. Pengertian Laporan Menurut Hukum Acara Pidana. .............. 22
C. Pengertian Tindak Pidana Pelaporan Palsu............................. 23
D. Peranan Kepolisian. ................................................................ 24

III.

METODE PENELITIAN. .......................................................... 35
A. Pendekatan Masalah................................................................ 35
B. Sumber dan Jenis Data. ........................................................... 35
C. Narasumber. ............................................................................ 37
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data. ............... 37
E. Analisis Data. .......................................................................... 39

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ........................ 40
A. Karakteristik Responden. ........................................................ 40
B. Peranan Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Pelaporan Palsu Kehilangan Sepeda Motor Di polres
Lampung Selatan. ................................................................... 41
C. Faktor Penghambat Peranan kepolisian Dalam
menanggulangi Tindak Pidana Pelaporan palsu Kehilangan
Sepeda Motor Di Polres Lampung Selatan. ............................ 50

V.

PENUTUP. ................................................................................... 55
A. Simpulan. ................................................................................ 55
B. Saran. ...................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan bermasyarakat seperti sekarang ini banyak kita jumpai berbagai
macam bentuk tindak pidana dan terus berkembang. Bukan saja pada masyarakat
yang sudah maju, namun juga terdapat pada masyarakat yang sedang
berkembang. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan teknologi dan
perkembangan sosio kultural dan politik. Semakin beragamnya tindak pidana
tersebut, menuntut akan kemampuan hukum, baik perangkat perundangundangan maupun aparat penegak hukum. Tindak Pidana timbul sejak manusia
ada dan akan selalu ada selama manusia hidup dan mendiami bumi ini. Masalah
tindak pidana bukan hanya menyangkut masalah pelanggaran norma hukum saja,
tetapi juga melanggar norma-norma yang lain, misalnya norma agama, norma
susila, dan lain-lain1.

Tindak pidana merupakan suatu permasalahan yang tidak akan pernah ada
habisnya. Apalagi seperti keadaan sekarang di negara kita ini yang
perekonomiannya sedang merosot, banyak perusahaan yang gulung tikar bahkan
diancam kebangkrutan. Untuk mengatasinya, banyak perusahaan-perusahaan
yang mengurangi jumlah karyawannya agar perusahaan tersebut tetap berdiri.
Dengan adanya hal yang demikian maka secara tidak langsung telah menambah
1

http://www.faktor_tindak_kejahatan.html, pada tanggal 14 Agustus 2014 pukul 10.17

2

jumlah pengangguran. Hal ini membuat timbulnya niat seseorang untuk
melakukan tindak pidana karena mereka terhimpit oleh kebutuhan hidup sehingga
mereka melakukan tindak pidana.bila jumlah pengangguran bertambah besar dan
sulit untuk memperoleh pekerjaan, sedangkan mereka harus tetap memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari maka mereka cenderung untuk melakukan suatu
tindak pidana. Hal ini dapat diketahui melalui pemberitaan di media cetak
maupun media elektronik mengenai meningkatnya tindak pidana yang terjadi
akhir-akhir ini, Seperti halnya tindak pidana mengenai pelaporan palsu.

Laporan palsu kehilangan kendaraan bermotor dalam kenyataannya adalah suatu
kebohongan dari pemilik kendaraan tersebut yaitu menggelapkan kendaraan yang
dalam perjanjian sewa beli masih masuk dalam angsuran pembeli kendaraan,
dengan cara berpura- pura bahwa kendaraan tersebut telah dicuri oleh pelaku
pencurian kendaraan bermotor. Aksi yang dijalankan para pelaku ini, membuat
perusahaan asuransi serta finance atau leasing (perusahaan pembiayaan) yang
menyalurkan kredit pembelian sepeda motor mengalami kerugian yang cukup
besar hal ini disebabkan karena sepeda motor dimaksud tidak lagi dibayar
kreditnya bahkan pihak asuransi harus mengganti klaim asuransi kehilangan 2.
Seperti tindak pidana laporan palsu di polres lampung selatan “Pelaku wanita
bernama Helda Novita Sari binti Zulkifli Lubis (24) atau biasa dipanggil Novi ini
mengaku baru saja motornya dibegal dua orang tak dikenal. Saat beraksi pelaku
menggunakan senjata api (senpi). Merasa ada kejanggalan dari laporan tersebut
kemudian

2

dilakukan pengecekan oleh anggota kepolisian ditempat kejadian

http://www.makalah-laporan-palsu-kendaraan-bermotor.html, pada tanggal 12 september pukul
09.15

3

perkara, kejadian tersebut tidak ada, kemudian tersangka novi ditahan dan
dilakukan pemeriksaan oleh penyidik sebagai tersangka pelaporan palsu 3.

Dasar hukum serta pengaturan mengenai pelaporan palsu diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya disingkat (KUHP).Pasal 220
menyatakan:“barang siapa memberitahukan atau mengadukan bahwa dilakukan
suatu perbuatan pidana, padahal mengetahui bahwa tidak dilakukan itu , diancam
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan4.”
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Perubahan kedua, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan ketetapan MPR RI
No. VII/MPR/2000, keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam
perincian tugas pokok, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.
Namun dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik
Indonesia dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas
dan asas partisipasi.
Beragam kondisi instabilitas sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat
khususnya yang bermukim di wilayah perkotaan, tentunya akan berdampak pada
meningkatnya rasa kekhawatiran masyarakat dalam beraktifitas yang pada
akhirnya akan bermuara pada menurunnya produktifitas masyarakat itu sendiri
guna meningkatkan kualitas hidupnya. Kebutuhan akan terwujudnya stabilitas
3
4

Berdasarkan Data Yang Di Peroleh Dari Penelitian Di Polres Lampung Selatan.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

4

keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan faktor utama baik dalam
hubungan antara individu sesama anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya
disatu wilayah dengan wilayah lainnya dalam satu negara. Hal ini tentu tidak
hanya menjadi keinginan dari aparat penegak hukum dalam hal ini polri tetapi
juga bagi masyarakat itu sendiri. Karena yang dibutuhkan sekarang bagaimana
antara masyarakat dan polri terjalin suatu hubungan yang sinergis dalam
mengupayakan terwujudnya kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat yang
stabil sehingga dapat mendukung pembangunan nasional menuju masyarakat adil
dan makmur, spritual dan material. Mengharapkan aparat polri untuk menjaga dan
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat tanpa adanya dukungan dari
masyarakat adalah tindakan sia-sia, khususnya ditengah-tengah keterbatasan
sumber daya yang dimiliki polri.

Ketertiban hukum dalam masyarakat perlu adanya aturan atau hukum yang
berlaku. Selain itu perlu ada aparat penegak hukum seperti kepolisian. Tugas,
peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari waktu kewaktu.
Perkembangannya itu dipengaruhi oleh banyak hal5. Beberapa diantaranya
adalah lingkungan, politik, ketatanegaraan, ekonomi maupun social budaya
Begitu pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).

5

http://www.keamanan_ketertiban_masyarakat.html, pada tanggal 13 Sepetember 2014 pukul
09.15

5

Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disahkan dalam Undang Undang Dasar
(UUD) tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, tugas, peran dan
fungsinya mengalami perkembangan. Apabila dahulu pada masa awal
disahkannya kepolisian nasional disamping melaksanakan tugas rutin kepolisian
juga secara aktif ikut dalam perang mempertahankan kemerdekaan, maka pada
saat sekarang ini berdasarkan Undang - Undang No 2 tahun 2002
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia

sebagai

salah

satu

lembaga

penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan
fungsi nya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Dimana fungsi
utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan
masyarakat umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah
melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat6.

Polisi adalah hukum yang hidup. Melalui polisi janji-janji dan tujuan-tujuan
hukum untuk mengamankan serta melindungi masyarakat menjadi kenyataan.
Perincian tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, misalnya membuktikan
hal tersebut, diantaranya yaitu:

6

Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam sistem peradilan pidana, USU press, Medan,2009,halaman
40

6

1. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
2. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat, termasuk memberi
perlindungan dan pertolongan.
3. Memelihara keselamatan Negara terhadap gangguan dari dalam.
4. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit masyarakat.
5. Mengusahakan ketaatan warga Negara dan masyarakat terhadap peraturan
Negara.

Perincian tugas-tugas polisi sebagaimana yang tertera diatas, mencapai dan
memelihara ketertiban merupakan tugas pokok yang harus dilakukan oleh polisi.
Persoalan mulai timbul pada saat dipertanyakan dengan cara bagaimanakah tujuan
tersebut hendak dicapai. Ternyata pekerjaan kepolisian tersebut hanya boleh
dijalankan dengan mengikuti dan mematuhi berbagai pembatasan tertentu. Salah
satu dari pembatasan-pembatasan tersebut adalah hukum. Polisi ditugasi untuk
menciptakan dan memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang berlaku7.

Perkembangan saat sekarang ini, masyarakat Indonesia menuntut Polri menjadi
lembaga yang humanis, professional dan menjunjung tinggi hak azazi manusia
serta mampu menciptakan keadilan sosial ditengah masyarakat. Sedangkan
dalam menjalankan tugasnya terkadang polisi memiliki tugas yang cukup berat,
hal ini dapat dilihat dalam tindak pidana pelaporan palsu, dimana dalam
pelaporan palsu ini bukan karena merupakan suatu tindak pidana penipuan saja,
akan tetapi tidak menutup kemungkinan didalamnya terdapat tindak pidana yang
lain seperti penggelapan, serta pemalsuan yang dapat merugikan oranglain, di
7

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta,
2009,Halaman 113

7

dalam kasus ini terkadang melibatkan banyak pihak yang ikut membantu si
pelaku tindak pidana tersebut8.

Pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja
ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu, demi terpeliharanya
tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum. Dalam hal ini perlu pelibatan
masyarakat dalam menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat sejatinya tidak sekedar membantu aparat polri dalam menjalankan
tugas-tugasnya sebagai aparat pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Masyarakat diberdayakan sehingga tidak semata-mata sebagai objek dalam
penyelenggaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai subyek yang menentukan
dalam mengelola sendiri upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib
karena polisi tidak akan dapat menciptakan situasi yang tertib dan aman dalam
suatu lingkungan masyarakat tanpa adanya kemauan dan kesadaran dari
masyarakat tanpa adanya kemauan dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri,
akan pentingnya suasana aman dan tertib.

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam upaya menjaga dan
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dapat memicu maraknya kasuskasus tindak pidana di masyarakat. Oleh karena itu yang dibutuhkan adalah
adanya kebersamaan dari seluruh pihak mulai dari pemerintah, masyarakat
hingga penegak hukum khususnya kepolisian yang langsung berhadapan dengan
berbagai macam kasus tindak pidana, hal ini guna mencegah atau setidaknya

8

http//www.peranan-kepolisian.html, pada tanggal 13 september 2014 pukul 11.09

8

mengurangi terjadinya tindak pidana di masyarakat khususnya tindak pidana
pelaporan palsu, sehingga dapat terwujudnya ketertiban dan kepastian hukum
dalam masyarakat.

Berdasarkan keterangan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai“Peranan Kepolisian Dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Pelaporan Palsu Kehilangan Sepeda Motor di Polres Lampung Selatan”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah :

1.

Bagaimanakah peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana
pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung selatan ?

2.

Apakah faktor penghambat peranan kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung
selatan ?

2.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian skripsi ini terbatas pada bagaimana peranan kepolisian
dalam menanngulangi tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di
polres lampung selatan. serta apa sajakah faktor faktor penghambat pihak
kepolisiaan dalam menanggulangi tindak pidana pelaporan palsu kehilangan
sepeda motor di polres lampung selatan.

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami mengenai :

a.

Untuk mengetahui bagaimana peranan kepolisian dalam menanggulangi

tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung
selatan.

b.

Untuk mengetahui Apa saja Faktor penghambat peranan kepolisian dalam
menanggulangi

tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di

polres lampung selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini meliputi dua aspek kegunaan, yakni kegunaan teoritis
dan kegunaan praktis, yaitu :

a.

Kegunaan Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pustaka
dalam pengembangan hukum pidana khususnya mengenai peranan kepolisian
dalam menanggulangi tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda
motor di polres lampung selatan.

10

b.

Kegunaan Praktis

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi
pembaca yang memerlukan informasi mengenai peranan kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di
polres lampung selatan.

2. Sebagai bahan acuan bagi pihak terkait dalam menanggulangi tindak
pidana pelaporan palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung selatan
.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1.

Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti9.

Peranan adalah suatu sistem atau kaedah-kaedah yang berisi patokan patokan
perilakuan pada kedudukan kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan
mana dapat dipunyai oleh pribadi / kelompok 10.

9

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia. 1986. hal 125
soekanto, Soerjono. Penegakan Hukum. Bandung. Bina Cipta. 1980. Hal. 122

10

11

Ada beberapa teori tentang peran menurut soerjono soekanto11 :

a. Peran Normatif
merupakan aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang
telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. yaitu
penegakan hukum secara penuh.

b. Peran Ideal
dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang
peranan tersebut. Misalnya dinas perhubungan sebagai suatu organisasi formal
tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai
pengayom bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan
yang

mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang

nyata.

c. Peran faktual

Peran faktual dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan
kenyataan. sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.atau juga bisa diartikan
sebagai sesuatu hal yang berdasarkan kenyataan, mengandung kebenaran.

Ada banyak faktor yang menyebabkan pelaku nekat melakukan tindak pidana
tersebut. Diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan dan faktor pendidikan.
11

Ibid. hal.220

12

Kehidupan ekonomi yang sulit membuat masyarakat rela melakukan apa saja
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu juga dipicu karena terdesak untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin sulit. Lingkungan juga sangat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindak pidana. Lingkungan merupakan
suatu faktor yang sangat mempengaruhi pribadi dan tingkah laku seseorang.
Faktor pendidikan juga mempunyai pengaruh terhadap pelaku yang melakukan
kejahatan terutama pencurian kendaraan bermotor. Pendidikan yang dimiliki
seseorang peranan penting supaya seseorang memperoleh penghidupan yang
layak. Seseorang yang mendapatkan pendidikan yang layak akan berpikir ratusan
kali untuk melakukan kejahatan. Kebanyakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Upaya pencegahan dan
penanggulangan yang dilakukan pihak kepolisian selama ini dirasa belum
maksimal melihat masih tingginya angka kejahatan pencurian kendaraan bermotor
dan masih banyak kasus yang belum terselesaikan.

Menurut Soejono Soekanto, faktor-faktor penegakan hukum adalah sebagai
berikut12:

1. Faktor hukumnya sendiri, yatu Undang-Undang
.
2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

12

Ibid. hlm. 124.

13

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni seabgai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

2. Konseptual

Yaitu Kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus
(merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang
ingin diketahui atau diteliti atau diketahui13.

Untuk memberikan kesatuan pemahaman terhadap istilah- istilah yang
berhubungan dengan judul skripsi ini maka dibawah ini diuraikan konseptualisasi
sebagai berikut :

a. Peranan adalah serangkaian usaha atau kegiatan, pekerjaan yang sejenis
didalam

melaksanakan tugas yang ada14.

b. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan
bagi siapa saja

mana yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu
yang

melanggar

larangan

tersebut.

Tindak

pidana

merupakan pelanggaran

norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang

dengan sengaja atau tidak

sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku15.

13

Soerjono, Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia. 1986. Hal 125
Soerjono, Soekanto. Penegakan Hukum. Bandung. Bina Cipta.1980. Hal 122
15
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan pertanggung Jawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,
Jakarta.1993. hlm. 46.

14

14

c. Pelaku tindak pidana adalah setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar
atau melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam undang undang .pelaku
tindak pidana harus diberi sanksi demi terpeliharanya tertib hukum dan
terjaminnya kepentingan umum16.

c. Tindak Pidana Pelaporan Palsu Berdasarkan KUHP Pasal 220 KUHP : Laporan
Palsu adalah Tindakan atau perbuatan memberitahukan atau mengadukan
bahwa telah dilakukan tindak pidana, padahal tindak pidana tersebut tidak
dilakukan.

d. Kendaraan Bermotor Berdasarkan Undang-Undang Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 8 dijelaskan
bahwa “Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel” 17.
e. Tindak Pidana Pencurian Berdasarkan Pasal 362 KUHP bahwa :
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”18.

f. Penipuan diatur dalam pasal 378 KUHP. Yaitu dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
16

Satcipto Rahardjo. Bunga rampai permasalahan Dalam Sistem Peradilan pidana. Pusat
Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Jakarta.1998.hlm.25
17
Undang-Undang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009
18
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

15

rangkaian

kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang

sesuatu

kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan

piutang19.

19

Ibid

16

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini , penulis menguraikan secara garis besar
keseluruhan sistematika materi ini sebagai berikut :

I.

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuuan yang memuat tentang latar belakang masalah,
permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka
teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat dan membahas tentang pengantar pemahaman pada
pengertian

umum serta pokok bahasan. Bab ini lebih bersifat teoritis

yang nantinya

digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori

yang berlaku dengan

kenyataannya yang berlaku dalam praktek. Adapun

garis besar dalam bab ini

adalah

tindak pidana dan unsur unsurnya ,

menjelaskan

tentang

pengertian

pengertian laporan palsu kehilangan

kendaraan bermotor, pengertian peranan

kepolisian , dan tugas pokok

dan wewenang polri.
III. METODE PENULISAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan,
yang

terdiri dari : pendekatan masalah, sumber dan jenis data, populasi

dan sampel,
data.

metode pengumpulan dan pengolahan data serta analisis

17

IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan tentang berbagai hal yang terkait langsung
dengan pokok permsalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, yaitu
bagaimana peranan kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana
pelaporan

palsu kehilangan sepeda motor di polres lampung selatan,

serta mengetahui

faktor- faktor penghambat dalam penanganan kasus

Laporan Palsu kehilangan

V.

sepeda motor.

PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, Kesimpulan diberikan sehubungan
dengan temuan dari penelitian yang dilakukan berkaitan dengan peranan
kepolisian

dalam menanggulangi tindak pidana Laporan Palsu

kehilangan sepeda motor

dipolres lampung selatan. sedangkan saran

sebagai masukan bagi instansi kepolisian khususnya dikepolisian
Lampung Selatan dalam
kehilangan sepeda motor.

Polres

penanganan tindak pidana Laporan Palsu

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana

Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana
sering

mempergunakan

istilah

delik,

sedangkan

pembuat

undang-undang

merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau
perbuatan pidana atau tindak pidana.

Tindak pidana merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada
orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban
seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai
dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidanya sendiri,
yaitu berdasarkan azas legalitas (Principle of legality) asas yang menentukan bahwa
tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal dalam bahasa
latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak
ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu). Asas legalitas ini dimaksud mengandung
tiga pengertian yaitu:

19

1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu
terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.

2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi.

3. Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut.

Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar
dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam
memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai
pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan
hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah
dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat20.

Sehubungan dengan hal pengertian tindak pidana , ada beberapa definisi tindak
pidana menurut para ahli :

Menurut Bambang Purnomo bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana adalah suatu
perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut21.

20
21

Kartonegoro. Hukum Pidana . Jakarta. Sinar Grafika. Hal . 62
Purnomo,Bambang. Asas Asas Hukum Pidana .Jakarta . Ghalia Indonesia. 1992. Hal. 130

20

Menurut Barda Nawawi Arief menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun secara
materiil. pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan
sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku22.

Menurut Moeljatno Tindak pidana ialah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut 23.
Tindak pidana memiliki unsur-unsur yang terdiri dari 24:

a. Objektif
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan
mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang
dijadikan titik utama dari pengertian objektif disini adalah tindakannya.

b. Subjektif
Yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang.
Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku (seseorang atau beberapa orang).

Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka kalau ada suatu perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai tindak
pidana dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai suatu tindak pidana adalah :

22

Barda Nawawi arief . Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana . PT.kencana .2010. Hal. 75
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara. 1987. Hal. 54
24
Teguh Prasetyo. Hukum Pidana. PT. RajaGrafindo Persada.2010. Hal. 16

23

21

1. Harus ada suatu perbuatan
Maksudnya bahwa memang benar-benar ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang. Kegiatan itu terlihat sebagai suatu perbuatan
tertentu yang dapat dipahami oleh oranglain sebagai sesuatu yang merupakan
suatu tindakan.

2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang ditentukan dalam ketentuan hukum.
Artinya perbuatan sebagai suatu tindak pidana memenuhi isi ketentuan yang
berlaku pada saat itu. Pelakunya memang benar-benar telah berbuat seperti yang
terjadi dan terhadapnya wajib mempertanggungjawabkan akibat yang timbul dari
perbuatan itu. Berkenaan dengan syarat ini hendaknya dapat dibedakan bahwa ada
suatu perbuatan yang tidak dapat disalahkan dan terhadap pelakunya tidak perlu
mempertanggungjawabkan. Perbuatan yang tidak dapat disalahkan dan terhadap
pelakunya tidak perlu dipertanggungjawabkan. Perbuatan yang tidak dapat
dipersalahkan itu karena dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang dalam
melaksanakan tugas, membela diri dari ancaman oranglain yang mengganggu
keselamatannya dan dalam keadaan darurat dan mereka yang tidak mempunyai
kesalahan.

3. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang
itu dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang disalahkan oleh ketentuan
hukum.

22

4. Harus berlawanan dengan hukum
Artinya suatu perbuatan yang berlawanan dengan hukum dimaksudkan kalau
tindakannya nyata-nyata bertentangan dengan aturan hukum.

5. Harus terdapat ancaman hukumannya.
Maksudnya kalau ada ketentuan yang mengatur tentang larangan atau keharusan
dalam suatu perbuatan tertentu, maka ketentuan itu memuat sanksi ancaman
hukumannya. Dan ancaman hukuman itu dinyatakan secara tegas maksimal
hukumnya yang harus dilaksanakan oleh para pelakunya. Kalau di dalam suatu
perbuatan tertentu, maka dalam peristiwa pidana terhadap pelakunya tidak perlu
melaksanakan hukuman.

B. Pengertian Laporan Menurut Hukum Acara Pidana
Pasal 1 angka 23 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”)
menyatakan25:
“Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.”
Berdasarkan ketentuan pasal di atas, bahwa setiap orang yang mengalami dan/atau
mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana wajib untuk melaporkannya kepada
pihak yang berwajib.

25

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

23

C. Pengertian Tindak Pidana Laporan Palsu

Laporan palsu kehilangan kendaraan bermotor dalam kenyataannya adalah suatu
kebohongan dari pemilik kendaraan tersebut yaitu menggelapkan kendaraan yang
dalam perjanjian sewa beli masih masuk dalam angsuran pembeli kendaraan, dengan
cara berpura- pura bahwa kendaraan tersebut telah dicuri oleh pelaku pencurian
kendaraan bermotor.

Laporan palsu kehilangan kendaraan bermotor diatur dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP), yaitu pasal 220 yang berbunyi26:
“ Barang siapa memberitahukan atau mengadukan bahwa dilakukan suatu perbuatan
pidana, padahal mengetahui, bahwa tidak dilakukan itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan.”

Pelaporan palsu merupakan perbuatan tindak pidana karena dalam hal ini pelaku
merekayasa atau memberikan laporan palsu dengan bercerita tentang kehilangan
suatu barang (dalam hal ini motor) kepada petugas kepolisian, dimana laporan
tersebut digunakan tersangka agar memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri,
namun merugikan oranglain (dalam hal ini pihak asuransi).

26

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

24

D. Peranan Kepolisian

Peranan adalah suatu sistem atau kaidah kaidah yang berisikan patokan pada
kedudukan- kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan mana dapat dipunyai
oleh pribadi / kelompok27. sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia peranan
adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.

peranan menurut soerjono soekanto adalah aspek dinamis kedudukan (status) yang
memiliki aspek-aspek sebagai berikut28:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.

Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang prilaku yang harus
ditampilkan sesorang dalam membawa perannya. gambaran peranan adalah suatu
gambaran tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam

27
28

Soerjono Soekanto. Penegakan Hukum. Bandung . Bina cipta.1980. Hal 122
Ibid. Hal. 123

25

membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang
terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang menjalankan perannya.

Menurut sitorus yang dikutip oleh Rahardjo sadjipto bahwa peranan dapat dibedakan
menjadi 4 macam29:

1. Peranan pilihan ( achieved role ), yakni peranan yang hanya dapat diperoleh
melalui usaha tertentu. Peranan tersebut lahir dari kemampuan individual
seseorang.

2. Peranan bawaan ( acriber role ), yakni peranan yang diperoleh secara otomatis
bukan karna usaha. Misalnya seorang pangeran suatu saat akan menjadi raja karna
faktor keturunan dari orang tuanya yang merupakan seorang raja.

3. Peranan yang diharapkan ( ekspected role ), yaitu peranan yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bersama, Peran seperti ini biasanya
dijalankan oleh petugas hukum dan aparat pemerintahan.

4. Peranan yang disesuaikan ( aktual role ) yaitu peranan yang disesuaikan sesuai
dengan situasi atau kondisi yang sedang terjadi.

Ditinjau dari segi etimologis istilah polisi di beberapa negara memiliki ketidak
samaan, seperti di Yunani istilah polisi dikenal dengan istilah “politeia” di Jerman
dikenal dengan istilah “polizei” di Amerika Serikat dikenal dengan nama “sheriff”.

29

Sadjipto Rahardjo. permasalahan Dalam Sistem Peradilan pidana.Jakarta. Hal 56

26

Polisi

merupakan

alat

penegak

hukum

yang

dapat

memberikan

perlindungan,pengayoman, serta mencegah timbulnya kejahatan dalam kehidupan
masyarakat30.

Istilah kepolisian mengandung 3 pengertian, yaitu :

1. Sebagai Tugas
2. Sebagai Organ
3. Sebagai Petugas

Polisi sebagai tugas diartikan sebagai tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat. Sebagai organ berarti badan atau wadah yang bertugas dalam
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebagai petugas dalam arti orang
yang dibebani tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat itu sendiri.

Kepolisian memiliki peranan penting dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan
dalam kehidupan bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga pengayom
masyarakat dalam segala kondisi sosial. Peran kepolisian dapat dikatakan sebagai
aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukanya sebagai pelindung
masyarakat31.

30

Kurnia Rahma Daniaty, PDF, Mengkaji Kembali Peran Dan Fungsi Polri Dalam Era Reformasi,
Diakses pada tanggal 26 September 2014
31
Sadjijono, 2010, Memahami Hukum Kepolisian, LaksBang Persindo , Yogyakarta, hal 1.

27

Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 4 sampai
pasal 7 yang berbunyi 32:
Pasal 4 yang berbunyi bahwa :
“penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara republik indonesia.”
Pasal 5 yang berbunyi Bahwa :

(1). Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4) :
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain yang menurut hukum yang bertanggung jawab
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seorang kepada penyidik.

32

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

28

Pasal 6 yang berbunyi bahwa :

(1) Penyidik adalah :
(a) pejabat kepolisian negara Republik Indonesia dan
(b) pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.”
Pasal 7 yang berbunyi bahwa :

1. Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a karena kewajibannya
mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian.
c. Meyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka.
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang atau ahli yang diperlakukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.

29

3. Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai dan
dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik
tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a.

4. Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (4).
Penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

Tugas pokok POLRI diatur dalam pasal 13 undang-undang RI No. 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara yaitu 33:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.
Pasal 14 undang-undang RI No. 2 tahun 2002 Tentang kepolisian Negara
berbunyi

:

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, Kepolisian
Negara Republik Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dijalan.

33

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

30

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat kesadaran
hukum masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
d. Turut serta pembinaan hukum nasional
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
f. Melakukan kordinasi pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil, bentuk bentuk pengamanan swakarsa.
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang- undangan yang berlaku
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium
forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkupan hidup
dari gangguan ketertiban dan/ atau pihak yang berwenang.
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan/atau pihak yang berwenang.
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam
lingkungan tugas kepolisian.

2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah,”
Pasal 15 Undang-undang RI No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Neg