Sikap a. Definisi Sikap

17 Peran lembaga, dalam hal ini Muhammadiyah, juga berpengaruh dalam pengembangan sekolahnya. Ciri khas pendidikan Muhammadiyah ialah beridentitas Islam. Dasar pendidikan Muhammadiyah ialah Islam yang bersumber dari Al- Qur‟an dan sunnah Rasul dan tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah terwujudnya manusia muslim. Yang diharapkan Muhammadiyah adalah agar sekolah Muhammadiyah mencerminkan pendidikan Islam sebagai yang dicita-citakan yaitu melaksanakan semua komponen pendidikan Islam yang mantap dan terpadu. Guru dan anak didik menghayati dan mengamalkan cara hidup, cara bergaul, cara belajar dan sebagainya sesuai dengan Islam, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tim Pembina, 1990:154. Dengan kondisi demikian, maka SMK Muhammadiyah mempunyai peluang untuk berhasil yang lebih besar dalam menanamkan nilai karakter pada muridnya dibandingkan dengan SMK Negeri.

2. Sikap a. Definisi Sikap

Banyak ahli yang mengemukakannya sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Fishbein dalam Ali, 2005:141 mendefinisikan sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan mempengaruhi perilaku. Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi Horock dalam Ali, 2005:141. Sementara itu, Chaplin dalam Ali 2005:141, mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus 18 menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Rokeach dalam Walgito 2003:126 memberikan pengertian tentang sikap sebagai berikut: “An attitude is a relatively enduring organization of beliefs around an object or situation predisposing one to respond in some preferential manner ”. Dalam pengertian tentang sikap tersebut telah terkandung komponen kognitif dan konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku. Baron dan Byrne dalam Walgito 2003:126 mengutip pendapat dari Eagly dan Himmelfarb, serta pendapat dari Rajecki yang menyatakan bahwa “Specifically, they define attitudes as relatively lasting cluster of feelings, beliefs, and behavior tendencies directed toward specific person, ideas, objects, or group ”. Sedangkan Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan “A predisposition towards some object: includes one’s beliefs, feeling, and behavior tendencies concerningthe object ”. Sehingga dalam sikap telah mengandung komponen kognitif beliefs, komponen afektif feelings, dan komponen komponen konatif behavior tendencies. Gerungan dalam Walgito 2003:126 berpendapat bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi. Jadi attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan untuk bertindakatau bertingkah laku. Dari bermacam-macam pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau sesuatu yang relatif ajeg, yang disertai adanya 19 perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya. Sehingga dapat dirumuskan bahwa sikap mengandung komponen kognitif komponen, afektif, dan komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku.

b. Sikap Berkarakter