UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) DAN DETEKSI BAKTERI KOLIFORM DALAM MINUMAN JAJANAN YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) DAN DETEKSI BAKTERI KOLIFORM DALAM MINUMAN JAJANAN YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR

LAMPUNG

Oleh

LAILATUS SYIFA SELIAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

MOST PROBABLE NUMBER (MPN) TEST AND COLIFORM BACTERIA DETECTION IN INSTANT DRINKS IN ELEMENTARY

SCHOOL AT SUKABUMI DISTRICT IN BANDAR LAMPUNG

By

LAILATUS SYIFA SELIAN

Contamination of coliform bacteria in drinks can cause disease. The disease can occur including diarrhea, dysentery, fever, and many other diseases . One of the most commonly consumed beverages school-age children are instant drinks, and it is not guaranteed hygiene, that can cause many diseases. This study was laboratory experiment. Sampling was performed in November 2013 at the Elementary School Sukabumi District in Bandar Lampung. In this reaserch, the sampling technique was taken with Slovin formula, and obtained a total of 16 samples. First step is using MPN method for detecting gram-negative coliform bacteria with Lactose Broth Single Strength, Lactose Broth Triple Strength, brilliant green lactose bile broth and Eosin Methylene Blue Agar, then planted in the media SIM ( Sulfur Indole Motility ) order , and Simmons Citrate Agar and Sugars Test. The results show 93.75% positive results coliform bacteria contamination. Bacteria were detected include Escherichia coli (75%), Salmonella sp. (56.25%), Shigella sp. (50%), Klebsiella sp. (68.75%), Enterobacter sp. (68.75%), and Proteus sp. (43.75%). From these results it can be concluded that the quality of the instant drinks in elementary schools at Sukabumi District in Bandar Lampung have poor quality.

______


(3)

ABSTRAK

UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) DAN DETEKSI BAKTERI

KOLIFORM DALAM MINUMAN JAJANAN YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SUKABUMI KOTA BANDAR

LAMPUNG

Oleh

LAILATUS SYIFA SELIAN

Kontaminasi bakteri koliform dalam air minum dapat menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi diantaranya diare, disentri, demam, dan banyak penyakit lainnya. Salah satu minuman yang sering dikonsumsi anak usia sekolah adalah minuman jajanan, minuman jajanan ini tidak terjamin higienitasnya sehingga dapat menyebabkan penyakit.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Pengambilan sampel dilakukan pada November 2013 di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. Dalam penelitian ini digunakan Rumus Slovin, dan didapatkan total 16 sampel. Langkah awal penelitian digunakan metode MPN untuk mendeteksi bakteri coliform gram negatif dengan media agar Lactose Broth Single Strength, Lactose Broth Triple Strength, dan Eosin Methylene Blue Agar, hasil selanjutnya ditanam pada media SIM (Sulfur Indol Motility) Agar, Simmons Citrate Agar dan Uji Gula-gula.

Hasil penelitian menunjukkan hasil 93,75% positif kontaminasi bakteri coliform. Bakteri yang terdeteksi antara lain Escherichia coli (75%), Salmonella sp. (56,25%), Shigella sp. (50%), Klebsiella sp. (68,75%), Enterobacter sp. (68,75%), Proteus sp. (43,75%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas minuman jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung berkualitas buruk.

_____


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

II . TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Jajanan ... 8

B. Kontaminasi Minuman Jajanan dengan Bakteri Patogen ... 8

C. Bakteri Koliform 1. Escherichia coli ... 11

2. Salmonella sp ... 15

3. Shigella sp ... 15


(7)

ii

5. Proteus sp ... 16

6. Enterobacter sp ... 17

D. Most Probable Number (MPN) ... 17

E. Identifikasi Bakteri Koliform dengan Kultur dan Biokimia 1. Sulfur, Indole, Motility (SIM) Agar ... 18

2. Brilliant Green Lactose Bile Broth ... 20

3. Eosin Methylene Blue Agar ... 21

4. Uji Biokimia ... 22

F. Kerangka Teori ... 22

G. Kerangka Konsep ... 24

H. Hipotesis ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 25

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Definisi Operasional ... 26

F. Bahan Penelitian ... 29

G. Alat-alat Penelitian ... 30

H. Media yang Digunakan ... 30

I. Prosedur Penelitian ... 30

J. Analisis Data ... 34

K. Alur Penelitian ... 34


(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil ... 36

2. Pembahasan ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ... 28

2. Presumptive Test ... 31

3. Interpretasi Positif Kontaminasi pada Uji Biokimia ... 33

4. Interpretasi Positif Kontaminasi pada Media Agar ... 33

5. Hasil Indeks MPN ... 37

6. Kontaminasi Bakteri Pada Sampel ... 38


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Escherichia coli ... 12

2. Media SIM Test ... 20

3. Kerangka Teori ... 23

4. Kerangka Konsep ... 24

5. Skema Alur Penelitian ... 35

6. Hasil Interpretasi MPN Koliform ... 36


(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Permenkes Persyaratan Kualitas Air Minum ... 51

2. Tabel Estimasi Terdekat Jumlah Koloni Bakteri Coliform .. 55

3. Hasil Uji MPN Minuman Jajanan ... 56

4. Tabel Hasil Penelitian Escherichia coli ... 57

5. Tabel Hasil Penelitian Salmonella sp. ... 58

6. Tabel Hasil Penelitian Shigella sp. ... 59

7. Tabel Hasil Penelitian Klebsiella sp. ... 60

8. Tabel Hasil Penelitian Enterobacter sp. ... 61

9. Tabel Hasil Penelitian Proteus sp. ... 62

10.Tabung Erlenmeyer ... 63

11.Autoklav ... 63

12.Mikroskop ... 63

13.Tabung Reaksi ... 63

14. Reagen Pewarnaan Gram ... 63

15.Media LBSS ... 64

16.Media LBSS positif ... 64

17.Media LBTS positif ... 64


(12)

19.Media BGLB ... 65

20.Media BGLB positif ... 65

21.Agar Simmons Citrate (SC) ... 65

22.Uji Gula-gula Manitol ... 66

23.Uji Gula-gula Glukosa ... 66

24.Uji Gula-gula Laktosa ... 66

25.Uji Gula-gula Sukrosa ... 67

26.Uji Gula-gula Maltosa ... 67

27.Agar Sulfur Indole Motility (SIM) ... 67

28.Ethical clearance ... 68


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel. Makanan dan minuman jajanan tidak boleh terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan akibat makanan (food borne disease) (Kepmenkes RI, 2003).

Untuk mencegah terkontaminasinya minuman jajanan, konsep dasar pengelolaan minuman yang bersih sudah seharusnya dilaksanakan. Namun, prinsip pengelolaan minuman yang bersih tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada tiap-tiap unit penyedia minuman jajanan (Naria, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada pedagang minuman jajanan menunjukan, 55% pedagang tidak melakukan cuci tangan sebelum menangani minuman, 28,2% tidak mencuci tangan


(14)

dengan sabun setelah buang air besar, terdapat 23,3% lap kotor yang digunakan sebagai lap pembersih, sebesar 28,3% tangan penjamah minuman ditemukan tidak bersih, 17,1% penjamah minuman berkuku panjang, dan 61,54% minuman jajanan positif terkontaminasi Escherichia coli (Yunaenah, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan terhadap minuman jajanan di sekolah dasar wilayah Bogor Tengah, yaitu SD Panarangan, SD Empang dan SD Papandayan, ditemukan rata-rata total mikroba koloni/100ml sampel, minuman es jeruk 5x106, minuman es campur 8,1x107, minuman es kelapa 8x107, minuman es kemasan 7,5x107, minuman es doger 1,5x108, minuman es teh 7,6x106 dan yang terakhir minuman es sirsak 4x104 (Ariyani, 2006).

Minuman yang terkontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala mual, perut mulas, muntah dan diare. Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang paling banyak ditemui di masyarakat. Penyakit tersebut menimbulkan banyak korban, khususnya di kalangan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu, lansia, bayi dan anak (Agustina, dkk., 2009).

Anak-anak terutama anak sekolah rentan terhadap penyakit gangguan pencernaan yang diakibatkan mikroorganisme seperti diare dan tifoid. Lebih dari 70% kejadian penyakit diare diakibatkan oleh konsumsi minuman yang tercemar. Dari data Dinas Kesehatan Kota Palembang pada


(15)

3

tahun 2008 menunjukkan kejadian kasus keracunan pada anak SDN 6 Kelurahan Bukit Lama Kecamatan Lir Barat I yakni sebanyak 11 kasus. Keracunan diduga terjadi karena anak-anak SD mengkonsumsi makanan jajanan yakni jagung rebus dan susu kemasan. Pada tahun yang sama juga telah terjadi kasus keracunan di dua panti asuhan yang ada di Kota Palembang yakni panti asuhan Aisyah dan Al Falah yang diduga terjadi karena mengkonsumsi makanan jajanan (Naria, 2005).

Di lingkungan sekitar sekolah banyak dijumpai minuman jajanan baik yang disediakan oleh kantin sekolah maupun pedagang kaki lima yang tidak menetap dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Pada umumnya, anak sekolah menghabiskan seperempat waktunya setiap hari di sekolah dan hanya sekitar 5% dari anak-anak tersebut yang membawa bekal dari rumah. Anak usia sekolah juga memiliki aktivitas yang tinggi seperti bermain dan olahraga sehingga membuat mereka lebih cenderung untuk membeli minuman jajanan (Aprillia, 2011).

Aktivitas tinggi pada anak usia sekolah tersebut akan menyebabkan rasa haus, sehingga mereka cenderung memilih minuman jajanan seperti es sirup, es mambo, es cincau, dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penampakan produk minuman jajanan yang sangat menarik meskipun dari segi keamanan pangan produk minuman tersebut masih diragukan, karena dapat terkontaminasi dan menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti diare. Diare merupakan penyebab utama malnutrisi bahkan


(16)

kematian. Korban kematian anak-anak diseluruh dunia akibat penyakit diare mencapai 6 juta jiwa pertahun khususnya yang berasal dari negara berkembang (Ariyani, 2006).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, kejadian diare sampai bulan juli 2013 mencapai 8375 kasus, yang tersebar dibeberapa kecamatan, salah satu kecamatan yang memiliki kasus diare terbanyak adalah Kecamatan Sukabumi yaitu 2101 kasus. Berdasarkan data bulan juli 2012 Kecamatan Sukabumi, prevalensi kejadian diare kedua terbanyak pada kecamatan ini adalah pada anak usia 5-9 tahun. (Dinas Kesehatan Bandar Lampung, 2013).

Berdasarkan data prevalensi kejadian diare pada anak usia sekolah yang tinggi pada Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung dan mengingat rentannya minuman jajanan terkontaminasi oleh mikroorganisme, maka peneliti merasa penting untuk mengetahui adanya kontaminasi mikrobiologi dari produk minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung.


(17)

5

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang penelitian diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Apakah ada kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung? 2. Bakteri koliform apa saja yang terdapat pada air minum jajanan yang

dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung dengan Indeks MPN koliform >0/100 ml sampel?

3. Berapakah persentase kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Mendeteksi adanya kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.


(18)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui bakteri koliform apa saja yang terdapat pada miuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung dengan Indeks MPN>0/100 ml sampel.

b. Mengetahui persentase kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti

Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan, menambah pengalaman dalam bidang research dan menambah ilmu dibidang mikrobiologi serta sebagai tugas akhir skripsi.

2. Pembaca

Dapat memberikan informasi mengenai pencemaran bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

3. Peneliti Lain

Dapat menjadi sumber informasi untuk judul atau bidang yang terkait dengan pencemaran bakteri koliform pada minuman jajanan.

4. Instansi/institusi


(19)

7

pencemaran atau kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di sekolah dasar. Hasil penelitian ini akan dilaporkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) wilayah Bandar Lampung, diharapkan instansi terkait melakukan tindak lanjut dalam pemeriksaan kualitas bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung.

5. Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah informasi tentang kontaminasi bakteri koliform yang terdapat pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

E. Kerangka Teori

Peluang terjadinya kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap pengolahan makanan. Berdasarkan hal ini, konsep dasar pengelolaan minuman yang bersih sudah seharusnya dilaksanakan. Prinsip pengelolaan minuman tersebut adalah (1) Pemilihan bahan minuman. Bahan minuman yang dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti batas kadaluarsa, terdaftar pada Depkes, dan bahan tersebut diizinkan pemakaiannya untuk minuman, (2) Penyimpanan bahan minuman, bertujuan untuk mencegah bahan minuman agar tidak cepat rusak, (3) Pengolahan minuman, meliputi 3 hal, yaitu peralatan, penjamah minuman, dan tempat pengolahan, (4) Penyimpanan minuman matang, penyimpanan sebaiknya pada suhu rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang


(20)

dapat merusak minuman dapat ditahan, (5) Pengangkutan minuman, Cara pengangkutan minuman yang diinginkan adalah dengan wadah tertutup, (6) Penyajian minuman. Minuman disajikan dengan segera, jika minuman dihias maka bahan yang digunakan merupakan bahan yang dapat dimakan (Naria. 2005).

Berikut adalah kerangka teori secara lengkap :

Gambar 1. Kerangka Teori. Pemilihan Bahan Minuman

Penyimpanan Bahan Minuman

Penyajian Minuman Jajanan Pengangkutan Minuman Penyimpanan Minuman Matang

Pengolahan Minuman

Kontaminasi Bakteri Koliform Pemilihan Bahan Minuman


(21)

9

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan PERMENKES/492/2010 persyaratan air minum yang baik adalah tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan coliform (0/100 ml sampel). Selain itu syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah dari segi bakteriologis, kimia, fisik dan radioaktifitas (PERMENKES/492/2010). Variabel bebas penelitin ini adalah minuman jajanan dan varibel terikat adalah bakteri koliform. Untuk lebih jelasnya kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 2. Kerangka Konsep.

G. Hipotesis

Ada kontaminasi bakteri koliform pada minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

Minuman jajanan Deteksi Bakteri Koliform

Indeks MPN >0/100 ml sampel Indeks MPN 0/100 ml

sampel

Buruk Baik Variabel bebas Variabel terikat


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Minuman jajanan

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Sebelum makanan jajanan disajikan terlebih dahulu mengalami proses pengolahan yang lazim disebut dengan proses penanganan makanan jajanan. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, dan penyajian makanan atau minuman (Damanik, 2010).

B. Kontaminasi minuman jajanan dengan bakteri patogen

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan yang tidak dikehendaki atau diinginkan. Kontaminasi dikelompokkan ke dalam tiga macam yaitu,


(23)

11

a. Kontaminasi fisik

Kontaminasi fisik pada produk pangan umumnya berupa kotoran seperti: pasir/batu, serangga, rambut, dll. Kontaminasi ini dapat terjadi di unit produksi sampai pada unit pengolahan. Meskipun kontaminasi fisik tersebut tidak berbahaya, ada kemungkinan membawa bahan berbahaya atau mencerminkan adanya penanganan yang tidak bersih.

b. Kontaminasi mikrobiologis

Pembatasan kontaminasi mikrobiologis terutama ditujukan untuk jenis mikroba patogen, misalnya salmonella, vibrio dan lain-lain. Jenis mikroba lainnya, seperti mikroba usus juga merupakan indikator bahwa suatu produk yang ditemukan mikroba sejenis tersebut terkontaminasi feses dan tidak layak dikonsumsi atau mungkin membawa mikroba patogen lainnya

c. Kontaminasi bahan kimia

Kontaminasi bahan kimia yang banyak terdapat pada produk sayuran dan buah-buahan adalah residu pestisida. Sedangkan pada produk ternak dan perikanan kontaminasi residu pestisida, antibiotik dan logam berat. Disamping itu paparan dan kontaminasi dari udara juga dapat terjadi pada makanan (Yunaenah, 2009). Terjadinya pencemaran dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu :

a. Pencemaran langsung (direct contamination) yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam makanan secara langsung karena


(24)

ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun tidak disengaja. Contoh potongan rambut masuk kedalam nasi.

b. Pencemaran silang (cross contamination) yaitu pencemaran yang terjadi secara tidak langsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam pengelolaan makanan. Contoh makanan mentah bersentuhan dengan makanan masak.

c. Pencemaran ulang (recontamination) yaitu pencemaran yang terjadi terhadap makanan yang telah dimasak sempurna. Contoh nasi yang tercemar dengan debu atau lalat karena tidak dilindungi dengan tutup (Kurniadi, 2013).

Tes sangkaan adalah pengujian terhadap bebas tidaknya dari jasad renik yang menimbulkan penyakit atau kemungkinan adanya bakteri koliform yang meliputi suatu spesies yaitu Escherichia coli. Escherichia coli yaitu kuman yang ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal dan dapat ditemukan dalam jumlah besar di dalam feses normal. Escherichia coli digunakan sebagai indikator pencemaran air atau petunjuk baik tidaknya air tersebut untuk dikonsumsi, karena Escherichia coli mudah dikenali dan tahan hidup dalam air untuk waktu yang lama. Pada umumnya jenis bakteri ini tidak membahayakan namun beberapa jenis diantaranya bersifat patogen dan menyebabkan diare. Saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf menengah hingga taraf berat pada manusia maupun hewan (Andini, 2010).


(25)

13

C. Bakteri Koliform

Bakteri koliform adalah istilah yang sering digunakan untuk bakteri batang gram negatif enterik atau Enterobacteriaceae. Kelompok bakteri ini habitat alaminya di saluran cerna manusia dan hewan. Famili Enterobacteriaceae memiliki banyak genus diantaranya Escherichia, shigela, salmonela, enterobakter, klebsiela, serratia, proteus, dan lain-lain (Brooks et al., 2008).

1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah anggota keluarga Enterobacteriaceae, bakteri gram negatif, fakultatif anaerob, yang berbentuk basil, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 μm. Kecepatan berkembang biak bakteri ini berada pada interval 20 menit jika media, derajat keasaman, dan suhu sesuai. Suhu yang optimal untuk bakteri ini adalah 37 oC. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup dalam tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Brooks et al., 2008).


(26)

Gambar 1. Escherichia coli(Damanik, 2010).

Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli (Anggraeni, 2012)

Escherichia coli diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat virulensinya, dan masing-masing kelompok menyebabkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda. Strain Escherichia coli antara lain EPEC (Enteropathogenic Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli), EAEC, (Enteroagregative Escherichia coli), ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli), dan EHEC (Enterohemorragic Escherichia coli) (Brooks et al., 2008).


(27)

15

a. EPEC / Escherichia coli Enteropatogenic, merupakan penyebab diare yang penting pada bayi, terutama di negara berkembang. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Lesi yang khas dapat dilihat pada biopsi lesi usus halus di mikrograf elektron. Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh dengan sendirinya tetapi dapat menjadi kronik. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC dilakukan di laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dengan terapi antibiotik (Siegrist, 2013).

b. EHEC / Escherichia coli Enterohemorrhagic, menghasilkan verotoksin, paling sedikit ada dua bentuk antigenik toksin. EHEC menimbulkan kolitis hemoragik, diare yang berat, dan dengan sindroma hemolitik uremik, suatu penyakit yang mengakibatkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopati, dan trombositopenia. Verotoksin ini memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shiga yang dihasilkan oleh Shigella dysentriae tipe-1, namun dua toksin tersebut berbeda secara antigenik dan genetik (Sousa, 2008).

c. ETEC / Escherichia coli Enterotoxigenic, adalah penyebab umum “diare wisatawan” (Traveller’s diarrhea) dan penyebab diare yang sangat penting bagi bayi di negara berkembang. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas (LT) (BM 80.000) yang berada dibawah kendali genetik plasmid. Subunit B menempel pada gangliosida GM1


(28)

di brush border sel epitel usus halus dan memfasilitasi masuknya subunit A (BM 26.000) ke dalam sel, yang kemudian mengaktivasi adenilat siklase. Hal ini meningkatkan konsentrasi lokal cyclic adenosine mono phosphate (cAMP) secara bermakna yang mengakibatkan hipersekresi air (H2O) dan chloride (Cl-) yang banyak dan lama serta menghambat reabsorbsi natrium (Na++). Lumen usus teregang oleh air, terjadi hipermotilitas dan diare yang berlangsung selama beberapa hari. LT bersifat antigenik dan bereaksi silang dengan enterotoksin Vibrio cholera. LT merangsang produksi antibodi penetralisir di dalam serum pada orang yang sebelumnya terinfeksi dengan enterotoksin Escherichia coli. Beberapa strain ETEC menhasilkan enterotoksin yang tahan panas atau sititoksin (ST) yang berada dibawah kendali kelompok plasmid heterogen. ST mengaktifkan guanil siklase dalam sel enterik dan merangsang sekresi cairan. Banyak strain ST juga menyebabkan diare yang lebih berat. (Francis, 2002).

d. EAEC / Escherichia coli Enteroaggregative, menyebabkan diare akut dan kronik (durasi >14 hari) pada masyarakat di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan di negara industri. Organisme EAEC ini menghasilkan toksin mirip sitotoksin dan hemolisin (Brooks et al, 2008).


(29)

17

e. EIEC / Escherichia coli Enteroinvasive, menimbulkan penyakit mirip shigellosis. Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan pada pengunjung negara-negara tersebut. Seperti shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasikan laktosa dengan lambat dan non-motile. EIEC menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus (Olsson, 2002). 2. Salmonella sp.

Salmonella sp. merupakan bakteri batang gram negatif, motil yang secara khas dapat memfermentasi laktosa dan manosa tanpa memproduksi gas tetapi tidak memfermentasikan maltosa dan sukrosa. Sebagian besar Salmonella menghasilkan H2S. Salmonella sp dapat tumbuh pada media agar Mc’Conkey dan LAD. Organisme ini umum bersifat patogen untuk manusia dan hewan bila termakan (Brooks et al., 2008).

3. Shigella sp.

Habitat asli Shigella sp. terbatas pada saluran cerna manusia dan primata. Organisme ini apabila jumlahnya lebih dari normal, dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit disentri basiler. Shigella sp. adalah bakteri gram negatif batang berbentuk cocobasil ditemukan pada biakan. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob. Koloni berbentuk konveks, dan bulat. Semua Shigella sp. dapat memfermentasikan


(30)

glukosa. Kecuali Shigella sonnei yang tidak dapat memfermentasikan laktosa. Shigella membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme ini juga dapat dibagi menjadi organisme yang dapat memfermentasikan manitol dan tidak dapat memfermentasikan manitol. (Brooks et al., 2008).

4. Klebsiella sp.

Spesies yang paling patogen dari genus Klebsiella sp. adalah spesies Klebsiella pneumonia. Spesies ini memproduksi β -laktamase. Morfologi mikroskopik dari Klebsiella pneumonia adalah bakteri batang gram negatif, ukurannya antara 0.6-6µm x 0.3-0.5µm. memiliki kapsul polisakarida dan non motile (Craun, 2006).

Pada media agar EMB dan Mc’Conkey koloni Klebsiella sp sangat berlendir (mukoid), ukuran koloni sedang-besar. Klebsiella sp. dapat menyebabkan penyakit primary community acquired pneumonia, pneumonia nosokomial, abses paru, empisema, infeksi saluran kemih, enteritis pada anak, bakteriemia, septikemia, rhinoscleroma, ozaena atau chronic atrofi rhinitis, nekrosis dan pembentukan abses dan meningitis (Craun, 2006).

5. Proteus sp.

Proteus sp. memiliki morfologi seperti batang (basil) gram negatif pendek, susunan berkelompok sampai satuan. Ukuran 1-3µm x


(31)

0.4-19

0.6µm. Jenis flagel peritrik, dan tidak memiliki kapsul. Pada media agar pembiakan Mc’Conkey, koloni tidak berwarna. Proteus sp. dapat menyebabkan penyakit gastroenteritis, pleuritis, peritonitis, pyelonefritis, cystitis, septikemia, abses, serta infeksi mata dan telinga (Guilot, 2010).

6. Enterobacter sp.

Enterobacter aerogenes termasuk dalam kelas enterobacteriaceae yang merupakan bakteri fakultatif anaerob. Bakteri ini memiliki bentuk batang dengan lebar 0.6 - 1.0 µm dan panjang 1.2 - 3.0 µm, gram negatif, motil, dan optimal tumbuh pada suhu 37oC. Organisme ini mempunyai kapsul yang kecil, dapat ditemukan hidup bebas di air atau berada di saluran cerna dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis (Brooks et al., 2008).

D. Most Probable Number (MPN)

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test) dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji


(32)

konfirmasi untuk menguji kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan media selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Output metode MPN adalah nilai MPN (Krisna, 2005).

Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit/cfu) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 ml atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Kurniawan. 2013).

E. Identifikasi Bakteri KoliformDengan Kultur Dan Biokimia

1. Sulfur Indole Motility (SIM) Agar

Media agar semisolid yang digunakan untuk mendeteksi produksi hidrogen sulfida (H2S), pembentukan reaksi indol dan adanya


(33)

21

motilitas bakteri. Media SIM digunakan untuk membedakan anggota famili Enterobacteriaceae. Batas tidak tegas yang menyebar (bergerak) kearah lateral dari garis tusukan ose menunjukkan tes positif adanya motilitas. Tabung harus dibandingkan dengan tabung tanpa inokulasi untuk membedakan antara kekaburan samar dan motilitas. Sebuah perubahan warna merah setelah penambahan reagen Kovács menunjukkan produksi indole, yang menandakan uji indol positif. Sebuah endapan hitam menunjukkan produksi H2S (Wilkins, 2011).

Interpretasi media SIM Agar antara lain, bakteri Escherichia coli menunjukkan adanya reaksi indol, terlihat adanya motilitas serta tidak memproduksi H2S. Bakteri Klebsiella sp. tidak menunjukkan adanya kekeruhan ditempat tusukan ose (koloni non motile), uji indol negatif dan tidak memproduksi gas H2S. Bakteri Proteus sp. menunjukkan adanya motilitas, uji indol negatif serta positif terdeteksi H2S. Untuk bakteri Salmonella sp. menunjukkan adanya produksi H2S, motilitas positif serta uji indol negatif. Bakteri Shigella sp., Enterobacter sp., dan Streptococcus sp. menunjukkan uji H2S, indol serta motilitas negatif (Sturm, 2013).


(34)

Gambar 2. Media SIM (Sulfur Indole Motility). Keterangan :

A : tabung tanpa inokulasi

B : nonmotile dan indole-negatif, bakteri Klebsiella pneumonia

C : motil dan indole-positif, bakteri Escherichia coli

D : motil, indole-negatif, dan memproduksi H2S interpretasi bakteri Proteus

mirabilis

2. Brilliant Green Lactose Bile Broth

Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) adalah sebuah media yang sangat selektif, yang mengandung media cair laktosa yang akan mendukung pertumbuhan organisme gram negatif seperti coliform dan Pseudomonas sp. Laktosa adalah sumber karbon yang digunakan oleh semua coliform. Garam empedu yang terkandung dalam media agar menyeleksi terhadap bakteri gram positif. Dengan sedikit pengecualian, coliform adalah satu-satunya organisme yang akan tumbuh dalam media ini dan juga


(35)

23

memproduksi gas dari fermentasi laktosa pada 35-37°C. Digunakan dalam tes konfirmasi untuk jumlah coliform (Lehman, 2013).

3. Eosin Methylene Blue Agar

Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) adalah medium selektif dan diferensial digunakan untuk mengisolasi coliform fecal. Eosin Y dan metilen blue adalah pewarna indikator pH yang bergabung untuk membentuk endapan ungu gelap pada pH rendah (asam), mereka juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme yang paling gram positif. Sukrosa dan laktosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat dapat difermentasi yang mendorong pertumbuhan coliform. Fermentor yang kuat dari laktosa atau sukrosa akan menghasilkan jumlah asam yang cukup untuk membentuk kompleks warna ungu tua. Pertumbuhan organisme ini akan muncul berwarna ungu tua sampai hitam. Escherichia coli, suatu fermentor yang kuat, sering menghasilkan warna koloni hijau metalik. Fermentor lambat atau lemah akan menghasilkan koloni merah muda mukoid atau berlendir. Biasanya koloni berwarna atau tidak berwarna menunjukkan bahwa organisme fermentor laktosa atau sukrosa tersebut bukan merupakan coliform fecal (Cheeptham, 2013).


(36)

4. Uji Biokimia

Uji biokimia meliputi uji gula-gula seperti glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, manitol, kemudian uji agar SIM (Sulfur, Indol, Motility). Interpretasi positif Escherichia coli pada uji Glukosa (+), uji Sukrosa (+), Maltosa (+), Manitol (+), Laktosa (+/-). Pada Uji agar SIM, interpretasi Sulfur (-), Indol (+), Motility (+/-) serta pada uji SC (-) (Meutia, 2008).


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013. Sterilisasi alat-alat dan penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua minuman yang dijual di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. Sampel pada penelitian ini adalah 16 minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung, secara quota sampling sesuai dengan Rumus Slovin.


(38)

Berikut dibawah ini adalah Rumus Slovin : n =

= 16 sampel Keterangan :

n = besar sampel

N = populasi (19 minuman jajanan yang dijual di seluruh Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung)

α = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%)

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah minuman jajanan, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah koloni yang terbentuk pada media agar pembiakan, seperti Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Klebsiella sp., Enterobacter aerogenes., Proteus sp., yang berasal dari isolat minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang harus dijelaskan secara eksplisit sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dalam pemahamannya, antara lain :


(39)

27

1. Minuman jajanan

Minuman jajanan adalah minuman yang diolah oleh pengrajin minuman di tempat penjualan atau disajikan sebagai minuman siap santap yang terdiri dari air, es, dan serbuk seduh untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran dan hotel. Berdasarkan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 air dan es yang digunakan sebagai minuman atau bahan baku minuman harus bersih atau harus bebas dari kontaminasi mikroorganisme, memenuhi syarat kimiawi, fisik serta radioaktifitas (terlampir).

2. Kandungan bakteri koliform

Keberadaan bakteri Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Klebsiella sp., Enterobacter aerogenes., Proteus sp., dalam minuman jajanan, kemungkinan adanya penurunan mutu yang dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor pemilihan bahan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, penyajian dan lain sebagainya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.


(40)

Tabel 1. Definisi Operasional.

No. Variabel Definisi Hasil Kriteria Hasil Skala

1. Minuman jajanan

Produk hasil olahan air minum, berupa campuran air, es dan bahan terlarut, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/ PER/IV/2010

(baik)

(buruk)

MPN 0/100ml sampel

MPN >0/100ml sampel

Ordinal

2. Kandungan bakteri

Escherichia coli

Keberadaan

Escherichia coli dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Tes biokimia positif

Escherichia col terbentuk koloni bakteri pada EMB, SIM, dan SC

Ordinal

(-) Tes biokimia negatif

Escherichia coli, tidak terbentuk koloni bakteri pada EMB, SIM, dan SC

3 Kandungan bakteri Salmonella sp

Keberadaan Salmonella sp dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia positif

Ordinal

(-) Tidak terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia negatif

4 Kandungan bakteri Klebsiella sp.

Keberadaan Klebsiella sp. dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia positif

(-) Tidak terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia negatif


(41)

29

F. Bahan Penelitian

Bahan penelitian pada eksperimen ini adalah minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

5 Kandungan bakteri Enterobacter aerogenes

Keberadaan Enterobacter

aerogenes dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia positif

Ordinal

(-) Tidak terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia negatif

6 Kandungan bakteri Shigella sp.

Keberadaan Shigella sp. dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia positif

Ordinal

(-) Tidak terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia negatif

7 Kandungan bakteri Proteus sp.

Keberadaan Proteus sp. dalam minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung

(+) Terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia positif

Ordinal

(-) Tidak terbentuk koloni pada media EMB, SIM, SC, dan Uji Biokimia negatif


(42)

G. Alat-alat dalam Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat laboratorium mikrobiologi, seperti lemari pengeram (inkubator), autoklav, rak dan tabung reaksi, beker glass, pipet hisap, pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampu spiritus, ose, serta peralatan lain yang digunakan di laboratorium mikrobiologi.

H. Media yang digunakan

Media pertumbuhan bakteri yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Lactose Broth Single Strength (LBSS)

2. Lactose Broth Triple Strength (LBTS) 3. Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 4. Eosin Metilen Blue (EMB)

5. Media gula-gula : Glukosa, Laktosa, Manitol, Maltosa, Sukrosa 6. Agar Sulfur Indole Motility (SIM)

7. Agar Simmons Citrate (SC)

I. Prosedur Penelitian

1. Persiapan alat dan spesimen

Sebelum melakukan penelitian, semua alat-alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan autoklav. Minuman


(43)

31

jajanan yang diperoleh dari sekolah dasar yang ada di Kecamatan Sukabumi dimasukkan kedalam beker glass sebanyak 100 ml sebagai sampel.

2. Prosedur penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode Most Probable Number (MPN) untuk mengetahui jumlah perkiraan terdekat dari bakteri coliform. Metode MPN adalah metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya bakteri coliform terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). A. Tahap I Presumptive Test

Spesimen cair ditanam pada: Lima buah tabung berisi Lactose Broth Triple Strength (LBTS) (tiap tabung berisi 5 ml), kemudian masing-masing diisi air sampel 10 ml. Tabung berikutnya berisi Lactose Broth Single Strength (LBSS) (isi sebanyak 10 ml), diisi air sampel 1 ml. Tabung terakhir satu buah tabung berisi LBSS (isi sebanyak 10 ml), tabung dengan diisi 0.1 ml air sampel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Presumptive Test.

No Media Jumlah

Tabung

Jumlah

Media (ml) Sampel Air (ml) 1 Lactose Broth Triple

Strength 5 5 10

2 Lactose Broth Single

Strength 1 10 1

3 Lactose Broth Single

Strength 1 10 0.1


(44)

Tabung-tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Tabung-tabung yang menghasilkan gas dilanjutkan dengan uji penegasan (confirmed test). Apabila tabung tidak menghasilkan gas, diinkubasi satu kali lagi selama 24 jam, bila tetap tidak menghasilkan gas maka dianggap negatif dan tidak perlu uji lanjutan.

B. Tahap II Confirmed test

Dari tabung pada presumptive test yang menghasilkan gas, diambil sedikit dengan mencelupkan ose ke dalamnya kemudian tanam pada tabung BGLB, lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Tabung-tabung yang menghasilkan gas dicatat dan dicocokkan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah terdekat bakteri coliform yang terkandung dalam sampel.

C. Tahap III Complete test

Tabung BGLB yang menghasilkan gas, dicelupkan dengan ose, kemudian hasil tersebut ditanamkan pada agar EMB dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah sampel diinkubasi dan apabila pada media EMB berubah warna menjadi hijau metalik, menandakan positif suspect Escherichia coli.

Koloni dugaan adanya koliform yang didapat dari uji MPN Complete test, dilakukan uji biokimia. Ose digoreskan pada koloni suspect coliform kemudian ditanamkan pada tabung-tabung untuk uji biokimia (glukosa, sukrosa, maltosa, laktosa, manitol, SIM, SC), lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.


(45)

33

Dalam uji biokimia, suspect Escherichia coli menunjukkan uji glukosa positif, sukrosa positif, maltosa positif, manitol positif, serta uji laktosa positif dan dapat pula negatif. Pada uji SIM, produksi H2S negatif, uji indole positif motilitas dapat positif atau negatif. Untuk uji SC, hasilnya menunjukkan negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Interpretasi Positif Kontaminasi pada Uji Biokimia.

No. Bakteri Uji Biokimia

Glu Suk Mal Man Lak H2S Ind M C

1 Escherichia coli + +/- + + +/- - + + -

2 Salmonella sp. + - + + - + - + +/-

3 Shigella sp. + + + - - - -

4 Klebsiella sp. + + + +/- + - - - +

5 Enterobacter sp. + + + + + - - + +

6 Proteus sp. + + - - - + - + +/-

Sumber : MacWilliam, Maria. P. Sturm, L. Tasha. 2013 Keterangan :

Glu = Glukosa H2S = Sulfur production Suk = Sukrosa Ind = Reaksi indole Mal = Maltosa M = Motilitas Man = Manitol C = Citrate

Lak = Laktosa

Tabel 4. Interpretasi Positif Kontaminasi Media Agar Eosin Metilen Blue.

No. Bakteri EMB

1 Escherichia coli Hijau metalik

2 Salmonella sp. Tidak berwarna

3 Shigella sp. Tidak berwarna

4 Klebsiella sp. Pink mukoid

5 Enterobacter sp. Tidak berwarna

6 Proteus sp. Tidak berwarna

Sumber : Allen, Mary. E. Buxton, Rebecca. Cheeptham, N. 2013 Keterangan :


(46)

Persentase minuman jajanan dengan MPN>0/100 ml sampel

Persentase minuman jajanan dengan MPN 0/100 ml sampel

J. Analisis Data

Dari data yang diperoleh, dilakukan perhitungan prevalensi sampel yang memiliki kadar MPN 0/100 ml dan > 0/100ml sampel (Meutia, 2008).

a.

b.

K. Alur Penelitian

Alur penelitian yang pertama harus dilakukan adalah sterilisasi alat. Selagi menunggu alat-alat selesai disterilisasi, siapkan minuman jajanan yang diperoleh dari Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi, ambil kira-kira 100ml sampel air dari minuman tersebut. Setelah sampel siap, lakukan uji pertama MPN, presumptive test. Apabila presumptive test positif, lakukan uji berikutnya yaitu confirm test. Apabila presumptive test negatif, pengujian sampel selesai. Bila confirm test positif lanjutkan pada uji complete test, apabila menunjukkan hasil yang positif, terakhir dilakukan uji biokimia atau uji gula-gula. Bila semua pengujian sudah menunjukkan hasil, dilakukan pengumpulan hasil dan melakukan interpretasi hitung angka MPN dengan rumus penghitungan MPN. Untuk lebih jelasnya alur penelitian dapat dilihat pada gambar 5.


(47)

35

Gambar 5. Skema Alur Penelitian.

L. Etika Penelitian

Ilmuwan Penelitian kesehatan yang melakukan pengambilan sampel non-klinik berupa 16 minuman jajanan dari Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung, proses pengambilannya telah dilakukan informed consent, dan sesuai dengan etika penelitian. Untuk itu penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (terlampir).

Presumptive test

Confirm test

Complete test,

penanaman pada EMB Positif

Negatif

Pengujian selesai

Negatif

Pengujian selesai Positif

Uji biokimia

Negatif

Pengujian selesai Positif


(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdeteksi adanya kontaminasi bakteri koliform dalam air minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

B. Saran

1. Dilakukan sosialisasi pada pedagang minuman jajanan untuk senantiasa menjaga kualitas minuman jajanan yang dijual dan diproduksi supaya aman bagi konsumen dengan cara senantiasa menjaga kebersihan.

2. Untuk para peneliti lain, disarankan untuk menambah identifikasi bakteri selain golongan koliform, perlu diperhatikan adanya kontaminasi mikroorganisme dari golongan gram positif lainnya. 3. Perlunya menjaga kebersihan di lingkungan sekitar lingkungan sekolah

agar mengurangi kemungkinan terjadi pencemaran mikroorganisme pada makanan dan minuman jajanan.


(49)

46

4. Menjaga kebersihan diri saat mengolah atau menjamah minuman jajanan agar mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme dari tangan ke minuman tersebut.

5. Memasak bahan-bahan dasar pembuat minuman dengan benar sebagai langkah untuk mematikan mikroorganisme.

6. Diperlukan penyuluhan tentang pola hidup bersih sehat kepada anak sekolah dasar, agar lebih memperhatikan kebersihan dan diharapkan dapat menghindari penyakit.

7. Diperlukan tindakan dari instansi terkait untuk meneliti minuman jajanan dan keadaan lingkungan sekitar tempat penjualan minuman jajanan yang kurang memperhatikan segi higienitas dalam mengolah dan memperlakukan minuman jajanan yang tidak memenuhi syarat dari KEPMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan dan Kualitas Air Minum untuk Konsumsi.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina F, Rindit P, Fatmalina F. 2009. Higiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan tradisional di lingkungan sekolah dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009. Jurnal Lingkungan.

Andini R. 2010. Sebaran bakteri Escherichia coli di perairan sungai kapuas. Kalimantan. J of Nature. 4(2): 174-181.

Anggraeni MD. 2012. Uji desinfeksi bakteri Escherichia coli menggunakan kavitas water jet. (Skripsi). FT UI.

Aprillia BA. 2011. Faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan jajanan pada anak sekolah dasar. (Skripsi). FK UNDIP.

Ariyani D. 2006. Mutu mikrobiologis minuman jajanan di sekolah dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(1): 44-50.

Brooks GF, Janet SB, Stephen AM. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Ke-23. Jakarta: EGC. Hlm 199-283.

Cheeptam N, Lai A. 2013. Eosin-methylene blue agar plates protocols. http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2869-eosin-methylene-blue-agar-plates-protocol. [Diakses 8 Juni 2013].

Craun GF, Craun MF, Rebecca F. 2006. Manual of Water Survey Practices : Water Borne Pathogens. J. American Works Water Association Publishing. 94(3): 52-64.

Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2013. Prevalensi kejadian diare di kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. [Diakses 12 Oktober 2013].

Damanik LDH. 2010. Faktor Dominan kontaminasi Eschericia coli pada makanan jajanan di warung lingkungan sekolah dasar Kota Palembang tahun 2010. (Tesis). FKM UI.

Francis DH. 2002. Enterotoxigenic Escherichia coli infection in pigs and its diagnosis. J. Swine Health Prod. 10(4):171-175.


(51)

48

Guillot E, Loret JF. 2010. Water Borne Pathogens : Review for the Drinking Water Industry. J. AWWA. 104(1):10-29.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942 Tahun 2003 Tentang persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 Tentang persyaratan kualiatas air konsumsi.

Krisna. 2005. Ada Coliform di Water Tap ITB (1). http://www.itb.ac.id/news/557.xhtml. [Diakses 11 November 2013]. Kurniawan A. 2013. Deteksi bakteri patogen dalam es balok yang dijual di pasar

tradisional Bandar Lampung. (Skripsi). FK UNILA.

Kurniadi Y, Saam Z, Afandi D. 2013. Faktor kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan dilingkungan kantin sekolah dasar wilayah Kecamatan Bangkiang. J.Ilmu Lingkungan.

Lehman D. 2013. Brilliant green lactose bile broth. http://www.microbe library.org/component/resource/laboratory-test/2238-brilliant-green-lactose -bile broth-protocols. [Diakses 3 Oktober 2013].

Meutia FR. 2008. Kandungan Escherichia coli penyebab diare dalam es batu pada rumah makan di Kecamatan Rajabasa. (Skripsi). FK UNILA.

Naria E. 2005. Higiene sanitasi makanan dan minuman jajanan di kompleks. J. USU. 25(2): 118-126.

Olsson CW, Maria B, Tom C, Eva K, Bertil K. 2002. Genetic Profiling of Enterohemorrhagic Escherichia coli Strains in Relation to Clonality and Clinical Signs of Infection. J of Clinical Microbiology. 40(3): 959-964. Siegrist J. 2013. Differentiation of Escherichia coli from coliform. J of AnalytiX.

8(5): 22-28.

Sousa CP. 2008. Escherichia coli as a specialized bacterial pathogen. J of Revista De Biologia E Ciencias Da Terra. 6(2): 341-52.

Sturm, Tasha L. 2013. Sulfur Indole Motility (SIM). http://www.microbelibrary.org/ library?task=goto&link=33319. [Diakses 8 Juni 2013].

Susanna D dan Budi. 2003. Pemantauan kualitas makanan ketoprak dan gado-gado di lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. J. Makara Seri Kesehatan. 7(1):21-29.


(52)

Wilkins, Renee. 2011. SIM (Sulfur Indole Motility) Medium. http://www.microbe library.org / library / laboratory – test / 3628 - motility - test - medium. [Diakses 8 Juni 2013].

Yunaenah. 2009. Kontaminasi Escherichia coli pada makanan jajanan di kantin sekolah dasar wilayah Jakarta pusat tahun 2009. (Tesis). FKM UI.


(1)

35

Gambar 5. Skema Alur Penelitian.

L. Etika Penelitian

Ilmuwan Penelitian kesehatan yang melakukan pengambilan sampel non-klinik berupa 16 minuman jajanan dari Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung, proses pengambilannya telah dilakukan informed consent, dan sesuai dengan etika penelitian. Untuk itu penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (terlampir).

Presumptive test

Confirm test

Complete test, penanaman pada

EMB

Positif

Negatif

Pengujian selesai

Negatif

Pengujian selesai

Positif

Uji biokimia

Negatif

Pengujian selesai


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdeteksi adanya kontaminasi bakteri koliform dalam air minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung.

B. Saran

1. Dilakukan sosialisasi pada pedagang minuman jajanan untuk senantiasa menjaga kualitas minuman jajanan yang dijual dan diproduksi supaya aman bagi konsumen dengan cara senantiasa menjaga kebersihan.

2. Untuk para peneliti lain, disarankan untuk menambah identifikasi bakteri selain golongan koliform, perlu diperhatikan adanya kontaminasi mikroorganisme dari golongan gram positif lainnya.

3. Perlunya menjaga kebersihan di lingkungan sekitar lingkungan sekolah agar mengurangi kemungkinan terjadi pencemaran mikroorganisme pada makanan dan minuman jajanan.


(3)

46

4. Menjaga kebersihan diri saat mengolah atau menjamah minuman jajanan agar mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme dari tangan ke minuman tersebut.

5. Memasak bahan-bahan dasar pembuat minuman dengan benar sebagai langkah untuk mematikan mikroorganisme.

6. Diperlukan penyuluhan tentang pola hidup bersih sehat kepada anak sekolah dasar, agar lebih memperhatikan kebersihan dan diharapkan dapat menghindari penyakit.

7. Diperlukan tindakan dari instansi terkait untuk meneliti minuman jajanan dan keadaan lingkungan sekitar tempat penjualan minuman jajanan yang kurang memperhatikan segi higienitas dalam mengolah dan memperlakukan minuman jajanan yang tidak memenuhi syarat dari KEPMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan dan Kualitas Air Minum untuk Konsumsi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina F, Rindit P, Fatmalina F. 2009. Higiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan tradisional di lingkungan sekolah dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009. Jurnal Lingkungan.

Andini R. 2010. Sebaran bakteri Escherichia coli di perairan sungai kapuas. Kalimantan. J of Nature. 4(2): 174-181.

Anggraeni MD. 2012. Uji desinfeksi bakteri Escherichia coli menggunakan kavitas water jet. (Skripsi). FT UI.

Aprillia BA. 2011. Faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan jajanan pada anak sekolah dasar. (Skripsi). FK UNDIP.

Ariyani D. 2006. Mutu mikrobiologis minuman jajanan di sekolah dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(1): 44-50.

Brooks GF, Janet SB, Stephen AM. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Ke-23. Jakarta: EGC. Hlm 199-283.

Cheeptam N, Lai A. 2013. Eosin-methylene blue agar plates protocols. http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2869-eosin-methylene-blue-agar-plates-protocol. [Diakses 8 Juni 2013].

Craun GF, Craun MF, Rebecca F. 2006. Manual of Water Survey Practices : Water Borne Pathogens. J. American Works Water Association Publishing. 94(3): 52-64.

Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2013. Prevalensi kejadian diare di kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. [Diakses 12 Oktober 2013].

Damanik LDH. 2010. Faktor Dominan kontaminasi Eschericia coli pada makanan jajanan di warung lingkungan sekolah dasar Kota Palembang tahun 2010. (Tesis). FKM UI.

Francis DH. 2002. Enterotoxigenic Escherichia coli infection in pigs and its diagnosis. J. Swine Health Prod. 10(4):171-175.


(5)

48

Guillot E, Loret JF. 2010. Water Borne Pathogens : Review for the Drinking Water Industry. J. AWWA. 104(1):10-29.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942 Tahun 2003 Tentang persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 Tentang persyaratan kualiatas air konsumsi.

Krisna. 2005. Ada Coliform di Water Tap ITB (1). http://www.itb.ac.id/news/557.xhtml. [Diakses 11 November 2013]. Kurniawan A. 2013. Deteksi bakteri patogen dalam es balok yang dijual di pasar

tradisional Bandar Lampung. (Skripsi). FK UNILA.

Kurniadi Y, Saam Z, Afandi D. 2013. Faktor kontaminasi bakteri Escherichia coli pada makanan jajanan dilingkungan kantin sekolah dasar wilayah Kecamatan Bangkiang. J.Ilmu Lingkungan.

Lehman D. 2013. Brilliant green lactose bile broth. http://www.microbe library.org/component/resource/laboratory-test/2238-brilliant-green-lactose -bile broth-protocols. [Diakses 3 Oktober 2013].

Meutia FR. 2008. Kandungan Escherichia coli penyebab diare dalam es batu pada rumah makan di Kecamatan Rajabasa. (Skripsi). FK UNILA.

Naria E. 2005. Higiene sanitasi makanan dan minuman jajanan di kompleks. J. USU. 25(2): 118-126.

Olsson CW, Maria B, Tom C, Eva K, Bertil K. 2002. Genetic Profiling of Enterohemorrhagic Escherichia coli Strains in Relation to Clonality and Clinical Signs of Infection. J of Clinical Microbiology. 40(3): 959-964. Siegrist J. 2013. Differentiation of Escherichia coli from coliform. J of AnalytiX.

8(5): 22-28.

Sousa CP. 2008. Escherichia coli as a specialized bacterial pathogen. J of Revista De Biologia E Ciencias Da Terra. 6(2): 341-52.

Sturm, Tasha L. 2013. Sulfur Indole Motility (SIM). http://www.microbelibrary.org/ library?task=goto&link=33319. [Diakses 8 Juni 2013].

Susanna D dan Budi. 2003. Pemantauan kualitas makanan ketoprak dan gado-gado di lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis.J. Makara Seri Kesehatan. 7(1):21-29.


(6)

Wilkins, Renee. 2011. SIM (Sulfur Indole Motility) Medium. http://www.microbe library.org / library / laboratory – test / 3628 - motility - test - medium. [Diakses 8 Juni 2013].

Yunaenah. 2009. Kontaminasi Escherichia coli pada makanan jajanan di kantin sekolah dasar wilayah Jakarta pusat tahun 2009. (Tesis). FKM UI.