Kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia

KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR
PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA

Oleh:

Saiful Huda
NIM: 104053002035

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H

KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR
PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Saiful Huda
NIM : 104053002035

Di Bawah Bimbingan:

DR. H. M. Idris Abdul Shomad, MA
NIP. 150 311 326

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul: "KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR PADA
LEMBAGA

KALIGRAFI

AL-QURAN

(LEMKA)

DALAM

UPAYA

PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA" ini telah telah diajukan
dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 11 Desember 2008. Skipsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1)
pada jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 11 Desember 2008


Sidang Munaqosyah
Ketua

Sekretaris

Drs. Mahmud Jalal, MA
NIP. 150 202 342

Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP. 150 287 029

Anggota,
Penguji I

Penguji II

Drs. Tarmi, MM
NIP. 150 026 569

Drs. Sugiharto, MA

NIP. 150 177 690

Pembimbing

DR. M. Idris Abdul Shomad, MA
NIP. 150 311 326

ABSTRAK

SAIFUL HUDA
Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA)
dalam Upaya Pengembangan Kaligrafi di Indonesia
Kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi
orang-orang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah
ditentukan. Setiap pemimpin memiliki karakteristik dan model kepemimpinannya
masing-masing. Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi
adalah manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang
pemimpin hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya
diantaranya: berpandangan jauh ke masa depan, bersikap dan bertindak bijaksana,
berpengetahuan luas, pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil, berhati

ikhlas, mampu berkomunikasi, memiliki kondisi fisik yang baik.
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state of mind dan
state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa
terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan,
mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur. Penulis
menganggap bahwa sifat, ciri, atau nilai-nilai dan Leadership itu ada dalam jiwa Drs.
H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi
yang memiliki sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan diatas. Seorang Khattat
(Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap di
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui lebih jelas
bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran
(LEMKA) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia, bagaimana peran D.
Sirojuddin AR sendiri, dan kemudian bagaimana peran LEMKA. Dimulai dari
berusaha mengetahui aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari
aktivitasnya tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas dan gaya
kepemimpinannaya tersebut bisa diklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinannya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan beberapa tektik
pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, kepemimpinan D. Sirojuddin

AR merupakan pemimpin yang teladan khususnya bagi para khattat/kaligrafer. D.
Sirojuddin AR memposisikan diri sebagai teladan sebelum mengajak atau menyuruh
orang lain, Dalam kepemimpinannya D. Sirojuddin AR bertipologi, demokratis,
kharismatis, dan paternalistis. D. Sirojuddin AR dalam perannya telah banyak yang ia
lakukan untuk perkembangan seni kaligrafi di Indonesia yang terbukti dengan di
dirikannya Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dan Pesantren Kaligrafi al-Quran
yang telah melahirkan khattat/kaligrafer-kaligrafer berprestasi yang telah menyebar di
seluruh daerah di tanah air Indonesia.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN
AR PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA.
Sholawat teriring salam, semoga tetap terlimpahcurahkan kepada proklamator
Islam yaitu: Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, pengikutnya,
dan umatnya.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh

sebab itu, tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut serta dalam proses penulisan
skripsi ini, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikannya untuk mendapatkan
gelar "Sarjana Sosial Islam" (S. Sos.I). Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ayahanda Nurdin dan Ibunda Sumini, yang telah berjuang keras dan tak
bosan-bosannya untuk mendo'akan penulis dalam menuntut ilmu. Walaupun
jauh untuk bertemu namun dekat dihati. Harapan, semoga ananda menjadi
anak yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan agama.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, yang
sedang mengembangkan kampus baik secara fisik maupun secara kualitas
untuk menjadikan kampus berkelas internasional, semoga segera terwujud.
3.

DR. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Hasan Ibnu Hibban, MA selaku Ketua Jurusan Manajeman Dakwah.
Serta Drs. Cecep Catrawijaya, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. DR. H. Idris Abdul Shomad, MA, selaku dosen pembimbing skripsi ini,

dimana walaupun dengan berbagai kesibukan beliau, tetap berusaha
memberikan yang terbaik dalam bimbingan skripsi ini.
6. Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag sebagai objek dalam skripsi ini yang telah
banyak memberikan pelajaran bagi penulis khususnyaFAFFAF.
7. Para tim penguji skripsi ini, yang telah memberikan masukan, saran dan
kritiknya sehingga penulis nantinya bisa untuk lebih baik khususnya dalam
menulis sebuah karya ilmiah.
8. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Jakarta yang telah menyediakan banyak buku sebagai referensi.
9. Para narasumber sumber dalam penulisan skripsi ini, yang di antaranya: Ust.
H. Momon A Syarif, Ust. Apifuddin S, MA dan Ust. H. Edy Amin, MA serta
seluruh pengajar dan teman-teman LEMKA.
10. Seluruh dosen-dosenku yang telah yang telah banyak memberikan ilmu dan
perubahan bagi penulis, "terima kasih guru, jasamu kan ku kenang selalu".
11. Teman-teman se-kelasku angkatan '04, yang telah banyak memberikan
inspirasi-inspirasi bagi penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu, memotivasi, dan memberikan masukanmasukan selama penulis kuliah dan dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan study di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta ini.


Akhirnya, penulis hanya bisa berharap, semoga kebaikan bapak, Ibu, dan
temen-temenku semua dibalas oleh Allah SWT. Jazakumullah khairal jaza. Semoga
sebuah skripsi sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi kebaikan
selanjutnya.

Jakarta, 3 Desember 2008

Saiful Huda

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Desember 2008

Saiful Huda

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini banyak sekali figur seorang
pemimpin, baik sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin
dalam sebuah organisasi sosial atau pemimpin organisasi lainnya yang eksis ditengahtengah masyarakat. Karakteristik dan model kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi
tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang
pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin rakyat,
seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada karyawan
untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing umatnya untuk
beribadah kepada Tuhan dan sebagainya. Jadi pribadi seorang pemimpin dalam situasi
yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula dan tentu saja memiliki gaya
kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.

Untuk menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana seorang pemimpin harus
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Seorang pemimpin harus memiliki akidah yang konsisten.
2. Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya
dalam realitas melalui bentuk amal sholeh.
3. Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta terhadap kebenaran
serta memiliki kekuatan dan daya nalar yang dinamis.

4. Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi, sehingga tidak mudah
terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.1
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah
manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang pemimpin
hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya diantaranya:
1. Berpandangan jauh ke masa depan.
2. Bersikap dan bertindak bijaksana.
3. Berpengetahuan luas.
4. Bersikap dan bertindak adil.
5. Berpendirian teguh.
6. Pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.
7. Berhati ikhlas.
8. Memiliki kondisi fisik yang baik.
9. Mampu berkomunikasi.2
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state of mind dan
state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa
terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan,
mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita

luhur dalam segala

bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.3 Penulis menganggap
bahwa Leadership itu ada dalam jiwa Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang
pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi yang memiliki kriteria di atas. Seorang
Khattat (Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap

1

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gajah Media Pratama. 1999), cet. Ke-2, h.

2

Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. 1977), h. 39-42
Ranoh, Ayub, Kepemimpinan Karismatik, (Jakarata: PT BPK Gunung Mulia. 1999), cet. Ke-

104
3

11,h.Vii.

di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta). Khattat yang pernah diajukan oleh
beberapa orang yang sangat simpatik terhadapnya, yakni Prof. Dr. H. Hasan Muarif
Ambari, MA, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA, Prof. Drs. AD. Firous, Prof. Dr. Badri
Yatim, MA, Prof. Dr. Uka Candra Sasmita, MA untuk mendapatkan gelar "Doktor
Honoris Causa" sebuah gelar Doktor kehormatan berkat, pengabdiannya, karya, dan
penemuan-penemuannya. Namun, karena beberapa hal gelar tersebut urung
diambilnya.
Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang berdiri tahun 1985 yang
dipimpin D. Sirojuddin. AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kecintaan para generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam di Indonesia
melalui kegiatan-kegiatan: pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat,
kursus kaligrafi terpadu, kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri,
dan diskusi wawasan seni budaya.4 Sampai sekarang LEMKA terbukti telah berhasil
melahirkan ribuan seniman kaligrafi yang berprestasi dalam berbagai pentas lokal,
nasional, ASEAN, bahkan internasional.
Oleh karena itu, penulis merasa sangat tertarik untuk memaparkan siapa
sebenarnya D. Sirojuddin. AR, bagaimana kememimpinan beliau, dan apa saja yang
telah beliau perbuat demi berkembangnya kaligrafi di tanah air Indonesia ini dan
bagaimana peran LEMKA untuk pengembangan kaligrafi.
Dengan demikian, penulis memilih judul skripsi ini yaitu“Kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Dalam Upaya
Pengembangan Kaligrafi Islam di Indonesia”.

4

D. Sirojudin, AR, Kaligrafi: Peristiwa dan ide-ide pengembangannya, Jakarat,
LEMKAStudio, 1995. hal. 35.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Banyak hal yang menarik dan patut diceriatakan tentang D. Sirojuddin. AR
baik dalam individu maupun dalam kepemimpinannya dan juga berbagai aktivitas
kesehariannya.
Mengingat keterbatasan penulis dan supaya lebih fokus dalam pembahasan ini,
maka penulis membatasi pembahasan pada satu lingkup yaitu: tentang kepemimpinan
yang dilakukan oleh D. Sirojudin. AR dalam upaya pengembangan kaligrafi Islam di
Indonesia melalui sebuah lembaga yaitu Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang
dipimpinnya hingga sekarang.
Berdasarkan hal itu, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Pertama

: Bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi alQuran (LEMKA) ?

Bagaimana peran D. Sirojuddin. AR dalam upaya mengembangan

:

Kedua

Kaligrafi di Indonesia ?
: Bagaimana urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai

Ketiga

salah satu wadah dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan yang
dilakukan D. Sirojuddin. AR .
2. Untuk mengetahui peran apa saja yang dilakukan D. Sirojuddin. AR dalam
upaya mengembangkan kaligrafi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai
salah satu wadah dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitia ini di antaranya sebagai
berikut:
1. Secara teoritis : Diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi khasanah ilmu
pengetahuan bagi civitas akademika fakultas, jurusan, dan mahasiswa
tentang pola kepemimpinan.
2. Secara praktis : Diharapkan dapat menambah wawasan tentang model
kepemimpinan bagi para pemimpin sebuah lembaga kaligrafi khususnya dan
para pemimpin lembaga atau organisasi lain umumnya.

D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan
kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutif dari “Metodologi
Penelitian Kualitatif” metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan prilaku yang dapat
diamati. Pendekatan analisis Deskriptif,5 maksudnya adalah penelitian ini
berusaha menggambarkan sebuah kepemimpinan seorang tokoh yang kemudian
menganalisanya sehingga dapat memberikan penjelasan baik bagi penulis sendiri
maupun masyarakat pada umumnya.

5

Lexy J. Moleong, Pengantar Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), Cet Ke-17, hal.3.

2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan D. Sirajuddin. AR sebagai
subjek penelitian. Karena subjek penelitian masih hidup sehingga memudahkan
penulis untuk melakukan wawancara dan pencarian data dalam pembuatan skripsi
ini, sedangkan objek penelitian adalah kepemimpinan D. Sirajuddin. AR dalam
upaya pengembangan kaligrafi Islam di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi alQuran (LEMKA).

3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kediaman nara sumber, Jl. Semanggi I No
26 Ciputat Timur, dan studio Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Ciputat.
Sedangkan waktu penelitian, penulis menganggarkan waktu empat bulan, yaitu
Juli s/d November 2008 untuk melakukan penelitian sekaligus penulisan skripsi
ini.

4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa tekhnik yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat
informasi sebagaimana peneliti saksikan selama penelitian4 Teknik ini penulis
gunakan untuk mendapatkan gambaran umum dan bentuk kongkrit, penulis
mengadakan pengamatan langsung melalui kegiatan-kegiatan narasumber.

4

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2002). Hal. 116

Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan mencatat secara
langsung terhadap subjek penelitian yaitu D. Sirajuddin. AR.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
narasumber. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka. Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan
tekhnik wawancara berbentuk wawancara riwayat secara lisan kepada
narasumber, dalam hal ini D. Sirojuddin. AR. Maksud wawancara ini adalah
untuk mengungkapkan riwayat hidup, kepemimpinan, perannya dan LEMKA,
terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah yang
peneliti ajukan.
Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga narasumber
berbicara terus menerus, sedangkan wawancara mendengarkan dengan baik
diselingi dengan sesekali mengajukan pertanyaan.5 Wawancara ini bersifat
bebas dan terbuka. Peneliti bertanya kepada narasumber kemudian dapat
dijawab secara bebas tanpa terikat pada pola-pola tertentu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data diperoleh melalui dokumendokumen artikel, majalah, buku-buku dan bahan informasi lainnya yang
memiliki relevansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan
mempertajam analisa studi ini.

5

Lexy J. Maleong, Op Cit, hal. 137-138

Sumber-sumber yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber
tertulis seperti buku-buku yang telah ditulis oleh D. Sirojuddin. AR , koran
atau majalah, arsip atau dokumen pribadi.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu usaha untuk memperoleh data
skunder, hal ini penting untuk mmendapatkan teori-teori dan data-data untuk
memperkuat argumentasi. Selanjutnya penelitian kepustakaan yang dilakukan
dengan membaca buku-buku atau sumber-sumber lainnya yang menjadi
rujukan yang bersifat ilmiah dan ada relevansinya dengan masalah-masalah
yang sedang diteliti atau dibahas dalam skripsi ini. Adapun tekhnik penulisan
pada skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
terbitan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan CeQDA
tahun 2007.

5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan
penulis menginterpretasikan data yang ada dan menganalisisnya dengan baik dan
melihat data satu dengan yang lainnya, setelah itu menganalisis indikatorindikator yang nampak pada data tersebut, dimulai dari menganalisis data-data
aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari data-data aktivitasnya
tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas, gaya, dan fungsi
kepemimpinannaya bisa diklasifikasikan tipe kepemimpinannya, efektifitas
kepemimpinannya, peran D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, kemudian terakhir
menyimpulkannya secara menyeluruh.

E. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah meneliti buku-buku atau skripsi
yang judul materi pembahasannya mirip atau hampir sama dengan skipsi penulis,
antara lain :

1. Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui
Majalah Tarbawi, di susun oleh Fitriah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, tahun 2006. Berisi tentang
bagaimana kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam upaya mengembangkan
dakwah melalui sebuah media cetak yaitu majalah Tarbawi, diantaranya:
metode dakwahnya, kepemimpinannya, dan urgensi majalah Tarbawi dalam
pengembang dakwah.
2. Kepemimpinan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada Pondok Pesantren
Darut Tauhid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008, di susun oleh
Muhammad Arifin Sholeh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2008. Berisi tentang kepemimipinan KH.
Abdullah Gymnastiar, diantaranya:

manajemen Aa Gym dalam mencetak

SDM dan gaya kepemimpinan Aa Gym pada sanrti pada Pondok Pesantren
Darut Tauhid di Geger Kalong Bandung pada tahun 2006-2008.
3. Kepemimpinan Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin Dalam Pengembangan
Masyarakat Islam Di Kabupaten Indramayu, di sususn oleh As'ad Syamsul
Arifin mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam tahun 2004. berisi tentang

bagaimana kepemimpinan

Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin dalam pengembangan masyarakat Islam di
Kabupaten Indramayu.

4. Peran D. Sirojudin AR, MA Dalam Dakwah Melalui Seni Kaligrafi Islam,
disusun oleh Enny Nur Fajriyah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam tahun 2007. Berisi tentang peran D.
Sirojuddin AR, MA dalam berdakwah melalui seni kaligrafi Islam.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Mengacu pada penelitian di atas, maka pembahasan dalam penulisan ini di
sistemasikan sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang mengurai argumentasi seputar
menariknya kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada studi ini. Bagian ini merupakan
BAB I yang berisi latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
Selanjutnya pembahasan dalam BAB II menguraikan tinjauan secara teoritis
meliputi beberapa hal diantaranya tentang kepemimpinan dengan sub bahasan
pengertian, hakikat, fungsi, tipe-tipe, dan gaya kepemimpinan serta kepemimpinan
yang efektif dan pengembangan kaligrafi dengan sub bahasan pengertian
pengembangan, pengertian kaligrafi, dan konsep pengembangan kaligrfi.
BAB III membahas gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan lembaga
kaligrafi al-Quran (LEMKA). Dalam pembahasan ini akan dijelaskan beberapa tetang
riwayat hidup D. Sirojuddin. AR dengan sub bahasan latar belakang keluarga,
pendidikan, dan perjalanan hidupnya, aktivitas kepemimpinannya kemudian sejarah
Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dengan sub pembahasan latar belakang
berdirinya, visi dan misi, struktur, dan ciri khas pada lembaga ini.

Setelah mengurai gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, maka
pada BAB IV selanjutnya penulis akan membahas untuk konsentrasi analisisnya yang
terangkum dalam “kepemimpinan D. Sirojuddin.AR dalam upaya pengembangan
kaligrafi di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) beberapa poin
yang menjadi pembahasanya adalah sebagai berikut: Pendekatan kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR, Gaya, tipe, fungsi, hakikat, dan efektifitas kepemimpinan, Peran D.
Sirojuddin. AR dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia, serta urgensi LEMKA
dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia.
Akhirnya penulis skripsi ini ditutup dengan BAB V yang berisikan kesimpulan
dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan
berbeda arti dengan pimpinan ”pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin,
sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnnya dimiliki oleh
setiap pemimpin”.2 Sedangkan secara terminologi kepemimpinan mempunyai
banyak arti di antaranya Pertama, menurut Cheppy Hari Cahyono ”kepemimpinan
adalah merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaaki”.3 Kedua menurut Zaini
Muchtarom, seraya mengutip pendapat G.R. Terry ”kepemimpinan adalah
hubungan dimana seseorang atau pemimpin mempengaruhi orang-orang untuk
mengerjakan tugas bersama dengan kemauan mereka guna mencapai tujuan yang
dikehendaki sang pemimpin.4 Ketiga, Abdul Syani, ”kepemimpinan adalah
merupakan suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang
pemimpin terhadap orang lain (sekelompok orang) untuk melakukan aktivitas
tertentu sesuai dengan kehendaknya.5
Dari beragam pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi oarang-orang atau
bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

2
Alex S. Nitisemito, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1989). Cet. Ke-3, h.140
3
Cheppy Hari Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), Cet.
Ke-1, h.15
4
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Jogyakarta: Al-Amin dan IKFA,
1996), Cet. Ke-1, h. 15
5
Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-11, h. 321

2. Hakikat Kepemimpinan
Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya Kiat
Kepemimpinan Dalam

Teori dan Praktek

menjelaskan

bahwa

hakikat

kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi
pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.6 Dimana
tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh
interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memerlukan seorang pemimpin
(leader) agar kerja sama tersebut bisa mejadi efektif. Sejarah manusia dalam
bekerjasama atau berorganisasi menunjukan keberhasilan mencapai tujuan.
Sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan efektifitas kepemimpinan. Oleh
karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat sentral dalam sebuah
organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam suatu organisasi, dan tercapai
atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan oleh tepat atau tidaknya
seorang yang diangkat sebagai pemimpin dan efektif atau tidaknya kepemimpinan
yang diterapkan.7 Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin, harus dapat
memahami dan mengendalikan anggota yang terdiri banyak orang dengan segala
perbedaannya.8
Terkait mengenai hal ini, Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam kehidupan
sebuah kelompok (organisasi), diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsur
kepemimpinan,9 sebagai berikut :

6

Wahjosumidjo, Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Harapan Masa
PGRI, 1994), cet. 1, h. 22
7
Uber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, (Bandung: CV. Manda Maju,
2002), cet. II, h. 302
8
Panji Anoraga, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet. II, h. 4
9
Ibid

1. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dalam situasi yang berbeda
mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.
2. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikut agar menggunakan
kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan.
3. Kemampuan untuk menerapkan prilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat
dipandang sebagai suatu kepemimpinan.
Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat kepemimpinan
adalah kepengikutan bawahan pada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang
pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuan bersama dalam organisasi
dapat dicapai.
3. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Pius A Partanto dalam Kamus Ilmiah Populer fungsi merupakan
jabatan, kedudukan, peranan, kegunaan dan manfaat.10 Sedangkan menurut Made
Wahyu Sutedjo bahwa fungsi adalah kata benda menyatakan posisi yang
mencerminkan sesuatu yang statis.11
Sedangkan menurut Veith

Rifai,

dalam

bukunya

yang

berjudul,

Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang
dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja sebagian tubuh. Sedang
kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa pemimpin
berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan

10

Pius A Partanto et. Al, kamus Ilmiah populer, (Yogyakarta : Arkola, 1994), h. 190
Made Wahyu Sutejo et. al, Manajemen Pembangun Desa, (Surabaya : Usaha Nasional,
1981), h. 22
11

gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi dalam individu dalam
situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.12
Dalam

hal ini lebih lagi, J. Reberu dalam bukunya Dasar-dasar

Kepemimpinan, telah menjelaskan dan membagi fungi kepemimpinan kepada tiga
bagian yaitu :
a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat.
b. Tugas menilai hidup masyarakat.
c. Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi hidup.13
Berbicara mengenai fungsi kepemimpinan, Kartini Kartono dalam bukunya,
Pemimpin dan Kepemimpinan, menjelaskan: ”fungsi kepemimpinan ialah :
memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan
motivasi-motivasi kerja. Mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi
yang baik memberikan supervisi atau pengawasan yang efesien, dan membawa
para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan
waktu perencanaan".14
Menurut Kadarman SJ dan Jusuf

Udaya dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Manajemen menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan yang
harus dijalankan oleh seorang pemimpin, agar suatu kelompok dapat dipimpin
dengan efektif, 2 (dua) fungsi utamanya ialah :
a. Fungsi pemecahan masalah (problem solving function). Fungsi ini
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar,
pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok.

12
Veithezal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarata: PT, Raja Grafindo
Persada, 2004), cet. Ke-2, h. 53
13
Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13
14
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 81

b. Fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu
memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan
dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.15
Dari beberapa defenisi di atas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi
kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan posisinya sebagai
orang yang memimpin yang menjadi penggerak utama dalam keberlangsungan
sebuah organisasi.

4. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam
memimpin, tindak tanduk dari seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai pola
untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam
menjalankan roda kepemimpinannya tersebut.16 Pada umumnya para pemimpin
dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe :
a. Tipe Pemimpin Otokratis
Tipe kepemimpinan ini menerapkan kekuasaan ditangan satu orang
atau kelompok kecil yang di antara mereka tetap ada seseorang yang paling
berkuasa, dan pada hal ini bawahan atau orang yang dipimpin semata-mata
sebagai alat pelaksana keputusan, perintah dan kehendak pimpinan.17
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
1). Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.
2). Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
15

Kadarman SJ dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhalindo,
2000), h. 143
16
Abdul Syani, Op.cit, h. 234
17
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2000), cet. Ke-3, h. 94-100

3). Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
4). Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat dari orang lain karna
dia menganggap dialah yang paling benar.
5). Selalu bergantung kepada kekuasaan formal.
6). Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan
(approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.18
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan otokratis tersebut
di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia,
karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi.
b. Tipe Pemimpin Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
2) Dalam mengerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
3) Senang pada formalitas yang berlebihan.
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
5) Tidak mau menerima kritik dari bawahan.

18

http:// library.usu.ac.id/modules.php/2008/10
Kepemimpinan. html

Teori

Kepemimpinan

dan

Tipe-Tipe

6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaaan.19
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah
bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

Tipe Pemimpin Fathernalistis c.
Tipe kepemimpinan fathernalistis mempunyai ciri tertentu yaitu
bersifat fathenal atau kebapakan. Kepemimpinan serperti ini menggunakan
pengaruh yang sifatnya kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai
tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin fathernalistis dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1). Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2). Bersikap terlalu melindungi bawahan.
3). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan. Karena itu jarang dan berlimpahan wewenang.
4). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya kepada bawahannya
untuk mengembangkan inesiatif daya kreasi.
5). Sering menganggap dirinya maha tahu.20
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini
sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin
fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
Tipe Kepemimpinan Karismatisd.
19

Ibid
Ibid

20

Tipe kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang dalam
menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek
kepribadian yang dimiliki pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat,
segan dan kepatuhan pada orang yang dipimpinnya.21
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Hal yang di
ketahui ialah tipe pemimimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat
besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
Mengapa mereka mengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang
faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib (super natural powers), perlu dikemukan bahwa kekayaan,
umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya tidak dapat digunakan
sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
e. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan di mana
pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi prilaku pelindung dan
penyelamat dan prilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan
organisasi.22
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan
demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini

21

Ibid,.
Fitriah, "Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui
Majalah Tarbawi", Skripsi Sarjana Sosial Islam, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2006), h. 27
22

disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepemimpinan
kelompok dibandingkan dengan kepemimpinan individu.
Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah di antaranya :
1). Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari

pendapat

bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2). Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
3). Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
4). Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan
kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi
daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan.
5). Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.23
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis,
dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
5. Gaya Kepemimpinan
Kata gaya berasal dari kata style yang berarti gaya bahasa: cara (hidup,
bertindak dan sebagainya). Gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara
bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai pemimpin, cara ia
”bergerak” dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.
Leadership Styles dapat diartikan dengan gaya kepemimpinan. Maksudnya,
cara yang diambil seseorang dalam rangka mempraktekkan kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu gaya kepemimpinan dapat

23

Op.Cit,.

dipelajari dan dipraktekkan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi
yang dihadapi.24
Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi
dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, mendefenisikan
bahwa "gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang
pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain".25
Dalam pelaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung
aktifitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan telihat
gaya kepemimpinannya dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan
tersebut merupakan dasar dalam

mengklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinan.

Menurut Veithazal Rivai dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan
Prilaku Organisasi, kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu :26
a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan tugas.
b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja
sama.
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen, membagi gaya
kepemimpinan menjadi dua yaitu dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya
dengan orientasi karyawan (employer oriented). Manajer berorientasi pada tugas
pengarahan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Manajer dengan gaya
kepemimpinan

24

ini

memperhatikan

pelaksanaan

pekerjaan

dari

pada

Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Gramedia, 2004), cet. Ke-2, h.

188
25

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: UGM Press,
2003), cet. Ke-1, h. 155
26
Veithezal Rivai, Op. cit., h. 2

pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan
mencoba lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka
mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai
dan menghormati dengan para anggota kelompok.27
Penulis menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara
bagaimana seorang pemimpin mempraktekan kepemimpinannya yang gaya
tersebut dapat dilihat dari aktivitas kepemimpinannya.
6. Kepemimpinan Yang Efektif
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi beberapa kelompok akhir-akhir ini
tidak dapat dipecahkan tanpa adanya organisasi yang sukses. Tetapi organisasi
tidak akan sukses tanpa adanya kepemimpinan yang efektif.28 Para pemimpin saat
ini menghadapi keadaan yang sulit, di mana kecepatan laju globalisasi yang
meningkat dengan cepat. Akibatnya kegiatan kepemimpinan menjadi begitu rumit
dalam situasi bahwa armada kerja adalah majemuk sehingga efektifitas
kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjawab tantangan ke depan. Oleh
karena itu menurut Muhammad Ramadhan kepemimpinan yang efektif yaitu
kepemimpinan yang mampu mengadaptasi gayanya agar sesuai dengan situasi
yang tertentu. Hal ini erat hubungannya dengan tingkat perkembangan dan
kematangan bawahan dalam melaksanakan tugas tertentu.
Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe
kepemimpinan

27
28

yang

dipergunakannya,

tetapi

tergantung

pada

caranya

T. Hani Handoko, M.BA, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1998), cet. Ke13, h. 294
Abdul Sholeh, Manajemen Dakwah, (Jakrata : Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3, h. 7

menerapkan gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang
dihadapinya.
Makin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui
pendekatan manusiawi (human approach), menunjukkan kecenderungan semakin
tinggi dan terbina satu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional
antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk
bersama.29 Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara
formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan
kepentingan.30
Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul DasarDasar Manajemen, mengatakan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin antara lain sebagai
berikut :
a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.
b. Harapan dan prilaku atasan.
c. Kebutuhan tugas.
d. Karakteristik, pengharapan dan perilaku bawahan.
e. Iklim dan kebijakan organisasi.
f. Harapan dan perilaku rekan.
Semua faktor-faktor ini mempengaruhi pemimpin adalah melakukan fungsi
kepemimpinan.31
Sedangkan Edwin Ghiselli, menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari
kepemimpinan efektif. Yaitu :

29

Ibid
Ibid.,h. 305
31
Yayat M. Herujito, Log. Cit, h. 188

30

a. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi
manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para
pahlawan).
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung
jawab dan keinginan untuk sukses
c. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya fikir.
d. Ketegasan

(devisevenis),

atau

kemampuan

membuat

keputusan

dan

memecahkan masalah dengan cakap dan tepat.
e. Kepercayaan diri, atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi masalahmasalah.
f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
suatu aktivitas dan menemukan cara-cara baru dan inovasi.32
Jadi, elementasi fungsi kepemimpinan yang efektif menjadikan bawahan
bekerja efektif, ke arah pencapain tujuan dan karenanya organisasi menjadi efektif.
Dengan demikian menurut penulis kepemimpinan yang efektif tergantung bagaimana
kemampuan seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada
situasi dan kondisi yang dihadapi. Dapat menyesuaikan diri yaitu dapat
mendelegasikan wewenang secara efektif dengan mempertimbangkan kemampuan
mereka, kemampuan bawahan dan tujuan yang harus diselesaikan.
B. Pengembangan Kaligrafi
1. Pengertian Pengembangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pengembangan adalah
"perihal", perkembangan, berasal dari kata "kembang" yang mempunyai proses,
cara, perbuatan pengembangan”.33
32

Abdul Syani, Op.cit., h. 250

Menurut Malayu SP Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia mengatakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan, teknis, teoritis, konseptual, melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan latihan harus sesuai dengan pekerjaan masa kini,
maupun

masa depan. Kata pengembangan mengarah pada penciptaan dalam
bentuk perluasan dan peningkatan.34

AA. Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan mengatakan bahwa "pengembangan
merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur
yang sistematis dan terorganisir dimana pegawai manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual atau teoritis guna mencapai tujuan yang umum".35
Menurut T Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Personalia berpendapat bahwa ”pengembangan (development) adalah mempunyai
ruang lingkup yang lebih luas dalam rangka untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat-sifat kepribadian".36
Dalam beberapa pengertian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
pengembangan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan melalui proses
pendidikan jangka panjang yang sistematis dan terorganisir.
2. Pengertian Kaligrafi
Kaligrafi secara etimologis berasal dari bahasa inggris, calligraphy yang
berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos: beauty (indah) dan

33
Tim penysun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1995), h. 414
34
Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara 2000), h.
10
35
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), cet. Ke-3, h. 44
36
T Hani Handoko, Manajemen Personalia (Yogyakarata: BPFF , 1996),cet. Ke-10, h. 104

graphein: to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan
indah. Dalam bahasa arab biasa disebut khat yang berari garis atau coretan pena
yang membentuk tulisan tangan, dan disebut fann al-khath yang berarti seni
memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.37
Secara terminologis, Syeikh Syam al-Din al-Afkani mengatakan : "kaligrafi
adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya,
dan tata cara merangkainya menjadi sebuah kata yang tersusun. Atau apa-apa
yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana
yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan
bagaimana cara menggubahnya".38
Adapula yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa yang ditulis
para ahli dengan dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan ilmu tersendiri
tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang biasa
dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis, yang dapat
dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja
kesenian.39
Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al-Kurdi dalam karyanya Tarikh alKhath al-‘Arabi wa Adabihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam
pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud
kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujung-ujung jari
dengan memanfaatkan pena dengan tata cara tertentu. “Pena” di sini adalah pusat

37
Al-Mu’jam al-Wajiz, (Majma al-Lughah al-‘Arabyah, 1995), h. 203. Di kutif pulaoleh
Ilham Khoiri. Dalam: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 49-50.
38
Irsyad al-Qasid bab Hasr al-Ulum oleh Abu al-Abbas Ahmad ibn ‘Ali alQalqassyandi dalam
subh al-A syafi Syina ,ah al-insya, (Kairo: Kustatasumas wa Syarikahu, tth), h. 3-4. dikutif oleh D.
Sirojuddin.AR. dalam: Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 3
39
Ilham Khoiri: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 50

gerakan ujung-ujung jari, semantara “tata cara tertentu” merujuk pada semua jenis
kaidah-kaidah penulisan.40
Menurut penulis sendiri kaligrafi adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk
huruf-huruf tunggal, cara merangkainya, dan cara menyusunnya menjadi sebuah
kata dan kalimat yang kemudian untuk menjadi sebuah tulisan yang indah.
3. Konsep Pengembangan Kaligrafi
Pembinaan kaligrafi dapat diwujudkan secara intensif, terstrutur, dan
propesional.41 Di Indonesia pembinaan yang dipelopori oleh D. Sirojuddin. AR
misalnya dengan mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) pada 17
April 1985 pembinaan melalui lembaga ini dapat diwujudkan melalui pendidikan
dan latihan (diklat) atau yang bersifat kursus-kursus terpadu ditambah dengan
kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mendukung kearah pengembangan dan tujuan
yang ingin dicapai.
Pengembangan kaligrafi khususnya yang dikembangkan Lembaga Kaligrafi
al-Quran (LEMKA), mengambil gaya tersendiri, yaitu didasarkan pada dimensi
skill dan pengembangan wawasan. Pelaksanaan keempat dimensi tersebut
diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan:42
a. Pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat melalui kursus
kaligrafi terpadu.
b. Kompetisi, perlombaan-perlombaan kaligrafi yang dapat dilaksanakan di
sekolah, kampus, pesantren, karang taruna, even-even hari besar Islam dan
nasional.
40

Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al Kurdi , Tarikh al-Khath al-‘Arabi wa Adabihi,
(Hijaz, 1982), cet. Ke-3, h. 17. Dikutip oleh: Ilham Khoiri: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT.
Logos, 1999), h. 50
41
D. Sirojuddin. AR, Makalah Training para Pembina Kaligrafii, ( Banten: LPTQ, 2008), h.
1
42
D. Sirojuddin AR, Membina Kaligrafi Gaya LEMKA, (Depbinkat LEMKA, 1999 ), h. 6

c.

Pergelaran, pameran, dan pengembangan galeri untuk memotivasi supaya
mereka berkarya. Dan

d. Diskusi wawasan seni budaya, guna menyeimbangkan antara skill dan
wawasan.
Pengembangan kaligrafi berdasarkan buku Desain

Pengembangan Seni

Kaligrafi Islam di Indonesia yang disusun oleh LEMKA bahwa pengembangan
kaligrafi dapat ditempuh melalui :
a. Melangsungkan penataran/pengkaderan para khattat dan guru-guru khat di
berbagai sekolah dan pesantren.
b. Menawarkan beberapa kegiatan yang menarik gairah para khattat, seperti :
penulisan kitab atau buku-buku agama, penulisan mushaf-mushaf alQuran, melatih para utusan daerah untuk diikutkan dalam lomba-lomba
kaligrafi nasional (seperti MTQ), ASEAN (seperti Peraduan Menulis Khat
ASEAN) di Brunai Darussalam, atau internasional (seperti, Internasional
Calligraphy Competition).
c. Bertukar pengalaman dan ilmu di antara para khattat dan pelukis. Pelukis
mengajarkan tekhnik pengolahan media dan cat, sebaliknya mereka dapat
menulis ragam-ragam khat kepada para khattat.
d. Membuka sanggar-sanggar pengembangan kaligrafi di sekolah-sekolah
(madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah), pesantren atau di tempattempat di luar lembaga pendidikan formal.
Penulis sendiri berdasarkan konsep pengembangan di atas menyimpulkan
bahwa konsep pengembangan kaligrafi yang terpenting adalah penumbuhan
semangat para kahattat/kaligrafer melalui kegiatan-kegiatan yang terkonsep dan
menarik

BAB III
PROFIL D. SIROJUDDIN. AR DAN
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)

A. Riwayat Hidup D. Sirojuddin. AR
1. Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Perjalanan Hidup
Dilahirkan di desa Karang Tawang, Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 15 juli
1957, dengan nama lengk