II-6
2.3 Sistem Bottleneck
2.3.1 Prinsip-prinsip Bottleneck
– Optimized Production Technology Sistem penjadwalan optimized production technology OPT dikembangkan
tahun  1970-an  oleh  Eliyahu  Goldratt  seorang  fisikawan  Israel.  Goldratt  terjun dalam bidang produksi karena beliau diminta membantu temannya yang memiliki
pabrik kandang ayam. Goldratt memperkenalkan OPT di United State of America pada tahun 1979 dimulai dari Creative Output Inc. COI. Konsep manajerial OPT
disebut  Theory  of  Constraints  TOC.  Dasar  pemikiran  TOC adalah  “Anything
that  limits  a  system  from  achieving  higher  performance  in  attaining  its  goal ”.
Tujuan  OPT  dan  TOC adalah  “Make  money  in  the  present  as  well  as  in  the
future ”.  Selanjutnya  untuk  menyempurnakan  tujuan  tersebut  perusahaan  harus
secara simultan meningkatkan throughput, mengurangi inventori, dan memangkas biaya operasi Narasimhan, et., al., 1995 Sipper dan Bulfin, 1997.
Dasar  pemikiran  OPT  adalah  bahwa  bottlenecks  merupakan  dasar  untuk penjadwalan  dan  perencanaan  kapasitas.  Sumber  daya  dibedakan  menjadi  dua,
yaitu  sumber  daya  bottleneck  SDB  dan  sumber  daya  nonbottleneck  SDNB. SDB dijadwalkan untuk memaksimumkan utilitas, sedangkan SDNB dijadwalkan
untuk mendukung SDB Sipper dan Bulfin, 1997. OPT bukan merupakan metode pertama  yang  menangani  sistem  bottleneck  karena  dalam  manajemen  proyek
lintasan  kritis  juga  telah  diidentifikasi.  Konsep  manajemen  proyek  ini digabungkan  dengan  OPT  rules  yang  diformulasikan  untuk  mencapai  utilitas
maksimum  SDB.  OPT  rules  yang  diperkenalkan  oleh  Jacobs  1984  dalam Narasimhan,  et.,  al.,  1995,  Sipper  dan  Bulfin  1997  dapat  dilihat  pada  Tabel
2.1.
commit to users
II-7
Tabel 2.1 OPT Rules
No. Rule
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
Menyeimbangkan aliran, bukan kapasitas. Stasiun  kerja  bottleneck  SKB  menentukan  utilitas  stasiun  kerja  nonbottleneck
SKNB. Utilitas dan aktivasi sumber daya tidak sama.
Kehilangan  jam  kerja  pada  SKB  merupakan  kehilangan  jam  kerja  pada  sistem secara keseluruhan.
Jam kerja yang dijaga pada SKB merupakan suatu bayangan. SKB menentukan throughput dan inventori dalam sistem.
Perpindahan batch bisa jadi atau kadang-kadang tidak sama dengan proses batch. Proses batch sebaiknya berubah-ubah, tidak tetap.
Penjadwalan  sebaiknya  dibuat  dengan  memperhatikan  keseluruhan  bagian  yang bottleneck.
Lead  time  merupakan  hasil  dari  penjadwalan  dan  tidak  bisa  diprediksikan sebelumnya.
Sumber: Narasimhan, et., al., 1995; Sipper dan Bulfin, 1997
2.3.2 Theory of Constraints