Stadium Tidur Kebutuhan Tidur

xxiii b. REM Rapid Eye Movement Pada fase ini, akan terjadi gerakan-gerakan mata secara cepat, denyut jantung dan pernafasan yang naik turun, sedangkan otot- otot mengalami relaksasi pengendoran. Proses relaksasi total ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur REM fase tidur nyenyak berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi-mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur. Dalam tidur malam yang berlangsung 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut NREM dan REM terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus Lanywati, 2001. Penurunan tidur REM juga merugikan fungsi kognitif karena dapat menyebabkan kesalahan memori dan kesulitan berkonsentrasi Sirota et al. , 2008.

a. Stadium Tidur

Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran elektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Stadium tidur diukur dengan polisomnografi, yaitu alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan saat tidur malam hari. Alat tersebut dapat mencatat aktivitas EEG, elektrookulografi, dan elektromiografi Amir, 2007. 1 Stadium 0 xxiv Periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk terdapat gelombang alfa campuran Amir, 2007. 2 Stadium 1 Disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa gelombang alfa menurun kurang dari 50, amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun. Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur Amir, 2007. 3 Stadium 2 Didominasi oleh aktivitas teta. Ditandai dengan tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50 total tidur Amir, 2007. 4 Stadium 3 Ditandai dengan 20-50 aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. xxv Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata Amir, 2007. 5 Stadium 4 Terjadi jika gelombang delta lebih dari 50. Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar 10-20 waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur Amir, 2007. Tidur dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4. Kemudian kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1, biasanya berlangsung 70-90 menit setelah onset . Pergantian siklus dari NREM ke siklus REM biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM meningkat menjelang pagi Amir, 2007.

b. Irama Tidur – Bangun