Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta abstrak

(1)

PENGARUH HIPNOSIS TERHADAP DERAJAT NYERI HAID PRIMER MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SEBELAS MARET SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Salma Nusaiba R0108038

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ABSTRAK

Salma Nusaiba, R0108038, 2012. Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Program Studi Diploma IVKebidanan FK UNS, Surakarta.

Latar Belakang: Nyeri haid primer merupakan nyeri yang disebabkan murni karena faktor intrinsik uterus. Penanganan nyeri haid menggunakan terapi farmakologis, tetapi efek jangka panjangnya membahayakan tubuh. Terapi nonfarmakologis seperti hipnosis perlu dikembangkan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipnosis terhadap derajat nyeri haid primer. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian the one group pretest and posttest experimental design, dilaksanakan pada Februari – Agustus 2012 di FK UNS. Pengambilan sampel secara purposive dengan kriteria restriksi. Subjek penelitian dialokasikan dalam satu kelompok, dilakukan pretest pada siklus haid I, kemudian pada siklus haid II diberikan hipnosis dan posttest. Derajat nyeri haid primer diukur dengan skala VDS, data dianalisis menggunakan wilcoxon signed rank test dengan program SPSS 16.0.

Hasil Penelitian: Hipnosis terbukti berpengaruh terhadap penurunan derajat nyeri haid primer (p = 0,000). Subjek mengalami penurunan derajat nyeri sebesar 3,546 setelah diberikan hipnosis.

Simpulan Penelitian: Terdapat penurunan derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS setelah diberikan hipnosis dibandingkan dengan sebelum diberikan hipnosis.


(3)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi D IV Kebidanan FK UNS.

Atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan, Penulis mengucapkan terima kasih kepada::

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta

2. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K) selaku Ketua Prodi D IV Kebidanan FK UNS Surakarta

3. Sri Mulyani, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Sekretaris Prodi D IV Kebidanan FK UNS Surakarta

4. Erindra Budi Cahyanto, S.Kep.,Ns,M.Kes., selaku ketua tim KTI

5. Jarot Subandono, dr., M.Kes., dan Suyatmi, dr., M.Biomed., Sci., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan penelitian dna penyusunan KTI ini

6. Dosen dan staf prodi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran UNS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis


(4)

commit to user

vii

7. Ayahanda Untung Widodo, S.Pd., ibunda Sri Sujiati, kakanda Aida Aisyatuz Zahro, SST., dan adinda tersayang Haidar Afanin Shiba yang telah memberikan semangat penuh

8. Sahabat yang tak terlupakan Gilda Ditya Asmara untuk waktu yang ada selama ini, serta Gerry Febrian, Nugroho Jati, Irma Ratna Sari, Mifta Wiraswesti, Amora Fadila, Wildan S. Fahmi, dan Yoga Primadi

9. Teman-teman mahasiswa Prodi D IV Kebidanan FK UNS, Nia, Juen, Erina, Siwi, Tiara, Nessa, Fida, Rifqi, Riza, Nana, Okta, Eka, Qoni, Bunga, Roya, dan Maya atas dukungannya dalam penelitian ini

10.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Terimakasih.

Surakarta, Agustus 2012 Penulis,


(5)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

1. Tujuan Umum ... 2

2. Tujuan Khusus... 3

D. Manfaat ... 3

1. Manfaat Teoritis ... 3

2. Manfaat Aplikatif ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4


(6)

commit to user

ix

1. Nyeri ... 4

a. Definisi ... 4

b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Mekanismenya ... 4

2. Nyeri Haid ... 7

a. Definisi ... 7

b. Epidemiologi ... 7

c. Klasifikasi ... 7

d. Faktor Risiko ... 8

3. Nyeri Haid Primer ... 9

a. Etiologi ... 9

b. Patofisiologi ... 10

c. Klasifikasi Intensitas Nyeri ... 10

d. Manajemen Klinis ... 12

4. Hipnosis ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Prinsip Penggunaan Hipnosis ... 13

c. Teori Hipnosis ... 14

d. Teknik Hipnosis ... 15

e. Indikasi Hipnosis ... 18

f. Kontraindikasi Hipnosis ... 19

5. Hipnosis Untuk Mengurangi Nyeri Haid Primer ... 20

B. Kerangka Konsep ... 21


(7)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Desain Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

C. Populasi ... 24

D. Sampel ... 24

E. Teknik Penetapan Sampel ... 25

F. Estimasi Besar Sampel ... 25

G. Definisi Operasional variabel ... 27

H. Intervensi dan Instrumentasi ... 27

I. Cara Kerja ... 28

J. Kerangka Kerja Penelitian ... 30

K. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Karakteristik Demografi Subjek Penelitian ... 32

B. Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 36

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 43 DAFTAR PUSTAKA


(8)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri haid sering terjadi pada wanita usia subur (15-49 tahun) dimulai sejak pertama kali dirinya mengalami menstruasi (Schorge, 2008). Nyeri haid diakibatkan oleh kontraksi disritmik otot rahim di daerah perut bawah, bokong, dan sisi medial paha, yang kadang disertai mual, muntah, diare, pusing, serta pingsan. Nyeri haid yang umum terjadi adalah jenis nyeri haid primer, yang murni karena faktor intrinsik uterus, tidak ada kelainan organik dalam pelvis, dan biasa terjadi sejak pertama kali haid (Arulkumaran, 2006; Schorge, 2008).

Angka kejadian nyeri haid di Indonesia masih cukup tinggi, yang bervariasi dari nyeri ringan sampai berat, yaitu sekitar 74,1 %, sehingga mengakibatkan sebagian penderita mengurangi atau tidak beraktivitas sama sekali ketika mengalaminya (Baziad, 2008).

Berbagai terapi farmakologis telah dilakukan untuk menekan nyeri haid mulai dari penggunaan obat AINS, kontrasepsi hormonal, androgen, dan GnRH analog. Namun obat-obatan kimia tersebut memiliki efek samping dan berbahaya jika digunakan dalam jangka panjang (Arulkumaran, et.al, 2006). Saat ini terapi non-farmakologis di bidang klinis masih dikembangkan seperti yoga, akupunktur, aplikasi panas dingin, psikoterapi, hipnosis, dan teknik relaksasi lainnya (Schorge, 2008).


(9)

Laporan klinis mengenai penggunaan hipnosis untuk mengontrol nyeri telah ditemukan lebih dari satu abad. Esdaile (1846), seorang ahli bedah yang mengembangkan hipnosis sebagai anestesi untuk amputasi di India, melaporkan bahwa efektivitas hipnosis mencapai 80% untuk tujuan tersebut (Spiegel, 1985). Di Indonesia, penelitian Jalaluddin (2008) menunjukkan bahwa hipnoterapi efektif untuk menangani depresi dan nyeri pada penderita Low Back Pain, demikian pula penelitian Laksono (2012) yang membuktikan bahwa hipnosis dapat digunakan untuk menurunkan derajat nyeri setempat mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS. Penelitian tentang penggunaan hipnosis secara klinis masih perlu dikembangkan lagi, khususnya mengenai aplikasi hipnosis di bidang ilmu kebidanan dan kandungan. Oleh karena itu Penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

“Adakah pengaruh hipnosis terhadap derajat nyeri haid primer mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum


(10)

commit to user

2. Tujuan Khusus

Mengetahui derajat nyeri haid primer mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sebelum dan sesudah dilakukan hipnosis.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memperjelas peranan terapi hipnosis di bidang ilmu kandungan (ginekologi) maupun ilmu kedokteran lainnya b. Penelitian ini dapat membuktikan penurunan derajat nyeri haid

primer pada mahasiswa setelah dilakukan terapi hipnosis dibandingkan dengan sebelum dilakukan terapi hipnosis.

2. Manfaat Aplikatif

Apabila hipotesis terbukti, maka hipnosis dapat digunakan sebagai bagian dari standar operasional prosedur penatalaksanaan nyeri haid.


(11)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Nyeri

a. Definisi

Nyeri adalah suatu gejala yang dirasakan subjek sebagai pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus nyeri.

Nyeri sangat penting sebagai mekanisme proteksi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri ini.

Pertemuan Ilmiah Nasional I (PB PAPDI) menyatakan nyeri sebagai perasaan atau pengalaman emosional yang disebabkan dan berhubungan dengan terjadinya kerusakan jaringan tubuh (Price dan Wilson, 2006).

b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Mekanismenya

Price dan Wilson (2006) membagi klasifikasi nyeri sebagai berikut:


(12)

commit to user

1) Nyeri Fisiologis

Nyeri fisiologis adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulasi singkat yang tidak merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri fisiologis adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan persepsi nyeri, yaitu semakin kuat stimuli maka semakin berat nyeri yang dialami.

2) Nyeri Patologis

Nyeri patologis terjadi karena terdapat penyakit atau penyebab yang mendasari. Nyeri patologis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a) Nyeri Inflamasi

Nyeri inflamasi disebabkan oleh stimulus yang sangat kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau men-sensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung.

Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari proses


(13)

inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan subjek mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi mendapat stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan.

b) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan metabolik.

Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan.

Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (mekanisme sentral).


(14)

commit to user

2. Nyeri Haid a. Definisi

Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri yang dialami saat haid atau menstruasi, yang diakibatkan oleh kontraksi disritmik otot rahim, dapat terasa mulai dari daerah perut bawah hingga sisi medial paha, pantat, dan kadang disertai mual, muntah, diare, pusing, serta pingsan (Duenhoelter, 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008).

Nyeri haid termasuk dalam kategori nyeri patologis karena terdapat penyakit atau penyebab yang mendasari, yaitu karena sekresi prostaglandin, kontraksi disritmik otot rahim, maupun iskemik.

b. Epidemiologi

Pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta, didapatkan bahwa 543 orang dari 733 orang yang dijadikan subjek penelitian mengalami nyeri haid primer mulai dari derajat ringan sampai berat (74,1%) (Baziad, 2008).

c. Klasifikasi

1) Nyeri Haid Primer

Nyeri haid primer adalah nyeri haid yang murni karena faktor intrinsik uterus, tidak ada kelainan organik dalam pelvis, dan biasa terjadi sejak pertama kali haid (Duenhoelter. 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008).


(15)

2) Nyeri Haid Sekunder

Nyeri haid sekunder adalah nyeri haid yang biasa muncul pada usia dewasa, menyerang wanita yang mulanya bebas dari nyeri haid. Nyeri haid sekunder disebabkan oleh kelainan organik dalam pelvik, meliputi:

a) Endometriosis pelvis b) Mioma submukosum

c) Penyakit radang panggul kronik d) Tumor ovarium

e) Anomalia kongenital traktus genitalia f) Stenosis atau striktura kanalis servikalis

g) Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) h) Konflik dengan pasangan.

(Duenhoelter. 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008).

d. Faktor Risiko

Faktor risiko untuk nyeri haid antara lain berupa faktor menstrual, paritas, diet, exercise, kebiasaan merokok, dan faktor psikologis. Selain itu terdapat aspek afektif, kognitif, behavioral, sosio-kultural, dan life-style yang mempengaruhi nyeri haid (Duenhoelter. 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008).


(16)

commit to user

3. Nyeri Haid Primer a. Etiologi

1) Teori Prostaglandin

a) PGF menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi miometrium

b) PGE2 meningkatkan sensitivitas ujung saraf

2) Teori Hormonal

Saat haid berlangsung pada fase sekretorik, hormon steroid memegang peranan penting. Konsentrasi progesteron meninggi dan dapat menyebabkan nyeri haid, begitu pula vasopresin dapat menyebabkan vasokonstriktor.

3) Kontraksi Miometrium

Kontraksi miometrium dapat meregangkan serabut saraf uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri.

4) Psikologis

Faktor psikologis memainkan peran penting, karena dapat memodifikasi sensasi nyeri. Selain itu faktor psikologis dapat berperan di setiap penyebab nyeri haid di atas.


(17)

b. Patofisiologi

Gambar 1: Bagan Patofisiologi Nyeri Haid Primer

(Duenhoelter, 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008) c. Klasifikasi Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri diklasifikasi berdasarkan verbal descriptor scale (VDS). Skor terentang dari 0 – 10 (Smith, 2008).

Deskripsi penilaiannya untuk ketiga skala tersebut adalah sebagai berikut:

1) skor 0 : no pain, normal activity, alert smiling 2) skor 1 : mildpain, normal activity, alert smiling

Peningkatan produksi dan ekspresi aktivitas prostaglandin

Prostaglandin F2α Prostaglandin E2

Kontraksi Sensitivitas

ujung saraf


(18)

commit to user 4) skor 3 : moderate pain

5) skor 4 : moderate pain, interferes with tasks

6) skor 5 : moderate pain, interferes with tasks, breath holding 7) skor 6 : moderate pain, interferes with concrentation, raised

upper lips

8) skor 7 : moderate pain, interferes with concrentation. raised upper lips, rapid breathing

9) skor 8 : severe pain, interferes with basic need, slow blink 10) skor 9: severe pain, interferes with basic need, bedrest

required, slow blink, open mouth

11) skor 10: worst pain posible, bedrest required, eyes closed, crying


(19)

d. Manajemen Klinis

Keluhan nyeri haid

Anamnesis

Pemeriksaan umum

Pemeriksaan khusus

Penanganan farmakologis Penanganan bedah

Hormonal Nonhormonal

Progestin Androgen AINS Lainnya

Gambar 2: Bagan Manajemen Klinis Nyeri Haid Primer (Sumber: Arulkumaran, 2005)

4. Hipnosis a. Pengertian

Hipnosis Berasal dari kata yunani hypnos yang berarti tidur. Hipnosis merupakan suatu keadaan setengah sadar yang jika dilihat penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal. Individu tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang menghipnosis dan dapat meningkat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan serta dapat meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).


(20)

commit to user

menggunakan teknik multimodal relaksasi, baik relaksasi pikiran maupun fisik. Hipnosis dapat digunakan sebagai adjunct treatment (bantuan) dalam berbagai prosedur tindakan medis, menurunkan ketegangan atau kecemasan, maupun sebagai self control coping skill.

Hipnosis digunakan bukan saja dalam psikoterapi penunjang, tetapi lebih dari itu, hipnosis merupakan alat yang baik dalam psikoterapi penghayatan dengan tujuan membangun kembali (rekonstruktif) sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam agar tercapai suatu pendekatan holistik eklektik (Cortright, 1997; Utami, 2002).

b. Prinsip Penggunaan Hipnosis

Spiegel (1985) menjelaskan 3 prinsip umum yang mendasari penggunaan hipnosis dalam penanganan nyeri, yaitu:

1) Menyaring ekspresi nyeri. Pasien dapat memahami bahwa tidak terdapat korelasi antara intesitas stimulus nyeri dengan besarnya penderitaan yang dilibatkannya.

2) Tidak bertarung melawan nyeri. Berjuanglah bersama dengan nyeri, berdialoglah dengannya, atau menjadi marah hanya membuatnya menjadi lebih parah. Pada kenyataannya, ketegangan reaktif otot-otot di sekitar area nyeri akan benar-benar meningkatkan sensasi nyeri. Pasien dapat belajar bahwa dengan relaksasi fisik sederhana, mereka dapat meredakan


(21)

nyeri itu sendiri.

3) Gunakan self-hipnosis. Hal ini akan memberikan sense of control dan penguasaan yang lebih besar atas pengalaman mereka.

c. Teori Hipnosis

Kaplan dan Sadock (2004) membagi teori-teori hipnosis dibagi dalam dua kategori besar, yakni:

1) Teori neuropsiko-fisiologis, yang menerangkan hipnosis sebagai suatu keadaan di mana kondisi otak berubah dan karena itu, faal otak juga berubah

2) Teori berdasarkan psikologis, yang memandang sebagai hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion, hubungan dwi-tunggal, dan lain-lain.

Dewasa ini hipnosis dinyatakan sebagai suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, dikaitkan dengan gelombang otak seseorang yang menjalani suatu proses hipnosis. Gelombang otak diperiksa dengan elektroensefalogram (EEG), dan dihubungkan dengan kesadaran pada orang tersebut.

Berdasarkan gambaran gelombang otak normal tersebut proses hipnosis diharapkan tercapai pada gelombang alfa dan teta, di mana dalam keadaan yang lebih rileks, pikiran yang mulai terfokus dan


(22)

commit to user

sugestif (Kroger, 1963; Priguna, 1990; IBH, 2002) d. Teknik Hipnosis

Pembagian tahap dalam proses hipnosis yang dipahami oleh beberapa aliran hipnosis memiliki perbedaan, walaupun prinsip dasar yang digunakan sama. Tujuan dari induksi adalah menciptakan fenomena-fenomena atau dapat disebut mengondisikan subjek dalam keadaan tertentu untuk tujuan tertentu. Berikut ini digambarkan oleh IBH (2002) tahapan secara sistematis dari pre-hipnosis sampai post-hipnosis:

1) Preinduksi

Merupakan suatu proses untuk mempersiapkan situasi dan kondisi yang kondusif antara hipnotis dan subjek. Agar proses pre induksi berlangsung dengan baik, maka hipnotis harus mengenali aspek-aspek psikologis dari subjek, antara lainhal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui subjek terhadap hipnosis, dan lain-lain. Pre Induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnotis secara mental pada subjek. Pre induksi bersifat kritis, seringkali kegagalan proses hipnosis diawali dari proses pre induksi yang tidak tepat.

2) Induksi

Merupakan sarana utama untuk membawa seorang mengalami berbagai macam fenomena hipnosis. Proses yang


(23)

dilakukan bertahap ini bertujuan membawa subjek dari suatu kondisi ke kondisi yang lainnya. Secara garis besar, teknik induksi dikelompokkan dalam 6 unsur dasar, yaitu:

a) Metode Pandang (Fascinatie)

Hipnotis atau terapis dan pasien saling memandang mata mereka. Instruksi diberikan kepada pasien agar terus memandang ke arah hipnotis tanpa berkedip sampai mencapai kondisi hipnosis atau trance.

b) Metode Tatap (Fixatie)

Pada metode ini hipnotis atau terapis meminta pasien untuk menatap suatu benda yang mengkilat, atau jarinya, atau alat-alat seperti pendulum dan lainnya.

c) Metode Sapa (verbale suggestie)

Dengan menggunakan kata-kata, hipnotis atau terapis mengarahkan pasien sampai ia berada dalam trance.

d) Metode Napas Dalam (hiperventilasi)

Pasien diminta menarik napas dalam-dalam beberapa detik lebih lambat dari napas normal secara berulang sampai mencapai keadaan trance.

e) Metode Bertahap (fractionierte)

Pasien dibangunkan kembali setiap kali ia masuk dalam kondisi sugestif kemudian ditanyakan apa yang dirasakan


(24)

commit to user

induksi. Kemudian dilanjutkan lagi tahap demi tahap sampai mencapai trance.

f) Self-hipnosis

Pada metode ini keadaan trance dicapai tanpa pertolongan dari orang lain. Klien melakukannya sendiri.

3) Depth Level Test

Merupakan tes untuk melihat keberhasilan kondisi hipnosis yang diharapkan. Skala yang sering digunakan untuk mengetahui adalah skala Davis-Husband. Terdapat cara tertentu untuk mengetahui kondisi tersebut.

4) Posthypnotic Suggestion

Merupakan sugesti yang menjadi nilai baru bagi seorang klien. Walaupun telah disadarkan dari tidur hipnosis, tidak akan bertahan lama bila tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai dasar dari klien. Dalam hipnoterapi, posthypnotic suggestion merupakan bagian yang sangat penting karena merupakan inti dari proses terapi.

5) Terminasi

Adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis dengan konsep dasar memberikan sugesti atau perintah agar seorang subjek tidak mengalami kejutan psikologis ketika terkondisikan normal dari trance. Proses terminasi biasanya segar dan rileks, kemudian diikuti beberapa regresi beberapa


(25)

detik untuk membawa klien ke keadaan normal.

6) Post Hypnotic

Keadaan setelah proses hipnosis selesai seperti awal atau kondisi normal sebelum dilakukan kegiatan hipnosis. Pada fase ini diharapkan apa yang menjadi tujuan awal dari hipnosis untuk terapi pada klien tercapai setelah proses hipnosis selesai. (Peterfy, 1973; Hukom, 1979; IBH 2002)

e. Indikasi Hipnosis

Menurut (Maslim, 2001), gangguan-gangguan yang dapat ditangani dengan hipnosis secara garis besar dibagi dalam tiga kategori:

1) Gangguan Psikosomatis

Gangguan psikosomatis yaitu gangguan yang dialami berupa faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik, jadi gejala yang nampak adalah gejala fisik. Gangguan ini meliputi sistem kardiovaskuler, pernapasan, endokrin, gastrointestinal dan genitourinaria. Hipnosis efektif pada beberapa gangguan sistem saraf pusat, seperti insomnia, nyeri kepala, gagap, tik, dan lain-lain.

2) Gangguan Psikiatrik

Gangguan psikiatrik yaitu gangguan yang dialami berupa faktor psikologis yang gejalanya nampak pada area psikologis.


(26)

commit to user

konversi, kecemasan, fobia, obsesi-kompulsif, depresi reaktif atau depresi neurotik, dan neurotik pasca trauma.

3) Gangguan Bidang Medis Lainnya

Hipnosis digunakan pada kasus-kasus bidang lain, seperti anestesi, nyeri persalinan, ekstraksi gigi, mengatasi obstipasi atau retensi urin pascabedah.

f. Kontraindikasi Hipnosis

Secara garis besar kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan:

1) Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, waham, halusinasi, misalnya pada psikosis akut sehingga tidak dapat dilakukan kontrak psikis dengan klien.

2) Seseorang dalam gangguan pendengaran sensorineural, dengan gejala-gejala tidak dapat memahami pembicaraan orang lain dan lingkungan bising memperburuk pendengarannya.

3) Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada klien.

4) Subjek yang mengonsumsi NAPZA, maka akan mengganggu proses komunikasi karena kesadarannya terganggu (Erickson, 1976; Kaplan dan Sadock, 2004).


(27)

5. Hipnosis Untuk Mengurangi Nyeri Haid Primer

Hipnosis merupakan salah satu jenis psikoterapi dengan menerapkan prinsip-prinsip relaksasi. Hipnosis dapat digunakan sebagai pain coping strategies untuk nyeri haid primer (Polden dan Mantle, 1990). Meskipun efikasi hipnosis untuk mengurangi derajat nyeri haid primer belum banyak dipelajari, tetapi sebuah penelitian berjudul Nonmedical Management of Late Luteal Phase Dysphoric Disorder menunjukkan bahwa jenis psikoterapi seperti terapi kognitif, behavioral, dan teknik relaksasi dapat digunakan untuk mengatasi premenstrual syndrome (PMS) (Pearlstein, Rivera-Tovar, dan Frank, 1992).

Terapi behavioral berupa pengaturan diet makanan dan olahraga (exercise and weight loss) membantu subjek dalam mengontrol produktivitas kehidupannya serta memberikan hasil dan pikiran yang positif. Sedangkan terapi relaksasi seperti napas dalam, mental imagery, meditasi ataupun yoga diyakini mampu mengurangi sensasi nyeri (Wren et.al., 2011).

Perbedaan penggunaan hipnosis dibandingkan dengan jenis psikoterapi lainnya untuk mengurangi sensasi nyeri adalah bahwa hipnosis sampai pada tahap mengubah status kesadaran subjek yang ditandai oleh perubahan persepsi terhadap nyeri (Barber dan Gitelson, 1980). Subjek yang mengalami nyeri haid primer dibawa menuju


(28)

commit to user

alfa (frekuensi 8 – 13 Hz). Kemudian terapi hipnosis diberikan dengan cara memberikan sugesti untuk mengubah sensasi atau persepsi nyeri, dapat dilakukan dengan imajinasi, imagery, dan dikombinasikan dengan mind-body connection (Cortright, 1997; Soetjipto dan Soetjipto, 2007).

B. Kerangka Konsep

Patofisiologi Nyeri Haid Primer

Kontraksi Sensitivitas

miometrium ujung saraf

Sensasi nyeri haid

Keterangan:

: diteliti : tidak diteliti

Hipnosis: Trance, Imajinasi, imagery, mind-body

connection, pemberian sugesti untuk mengubah persepsi nyeri Faktor yang mempengaruhi: faktor menstrual, paritas, diet, exercise,

kebiasaan merokok, aspek afektif, kognitif,

behavioral (perilaku), psikologis, sosio-kultural, dan life-style Penurunan prostaglandin

dehidrogenase

Produksi prostaglandin


(29)

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas, maka diajukan hipotesis penelitian yaitu: terdapat pengaruh hipnosis terhadap derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS Surakarta.


(30)

commit to user

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian experimental dengan pendekatan the one group pretest and posttest design, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui suatu intervensi yang menggunakan satu kelompok dengan dua perlakuan yang berbeda yaitu memberikan pretest dan posttest dengan selang waktu antara 15-30 hari (Tjokronegoro dan Suharsono, 2004; Notoatmodjo, 2010).

Diagram rancangan the one group pretest and posttest design:

Keterangan :

O1 : pengamatan sebelum intervensi (pretest) O2 : pengamatan sesudah intervensi (posttest) X : Treatment (terapi hipnosis standar)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai Februari 2012 – Agustus 2012.


(31)

commit to user

C. Populasi

1. Populasi Target

Semua mahasiswi yang mengalami nyeri haid primer. 2. Populasi Aktual

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang mengalami nyeri haid primer.

D. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi aktif FK UNS

b. Registrasi di semester genap tahun 2012 c. Usia 18-25 tahun

d. Mengalami nyeri haid sejak siklus yang pertama kali atau sejak siklus haidnya teratur

e. Bersedia mengikuti penelitian (dibuktikan dengan menandatangani lembar inform consent)

f. Dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. 2. Kriteria Eksklusi

a. Mengalami nyeri haid sekunder b. Mengalami gangguan kejiwaan berat


(32)

commit to user

(

)

c. Pengguna NAPZA

d. Mengalami gangguan pendengaran sensorineural.

E. Teknik Penetapan Sampel

Teknik penetapan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, artinya dilakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa subjek tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2002).

F. Estimasi Besar Sampel

Untuk perhitungan besar sampel digunakan paired minimum dengan perbedaan kemaknaan berdasarkan mean, ditentukan berdasarkan rumus:

n =

Zα+Zβ . s 2 d

Keterangan:

Zα: batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan

Zβ: batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas kemaknaan

s: standar deviasi perkiraan perbedaan d: mean deviasi perbedaan

Batas penolakan kemaknaan sebesar 0,05 atau 5%. Pada penelitian ini, secara klinis dikatakan bermakna jika perbedaan rerata (d) skor nyeri


(33)

commit to user

)

(

antara nyeri haid setelah dihipnosis dengan sebelum dihipnosis adalah 3, dan simpang baku (s) perbedaan skor nyeri haid tersebut diperkirakan sebesar 3,3.

Dari tabel distribusi normal diperoleh nilai konversi batas penolakan 0,05 atau 5% adalah 1,96 sebagai batas bawah dan 1,645 sebagai batas atasnya. Substitusi data tersebut pada rumus diperoleh hasil:

n = 1,645 + 1,96 . 3,3 2 3

n = 15,7

Maka besar sampel dapat dibulatkan menjadi 16 orang. (Tjokronegoro dan Suharsono, 2004).


(34)

commit to user

G. Definisi Operasional Variabel Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala 1. Hipnosis a. Pada observasi Daftar presensi Nominal

siklus haid I siklus I dan II tidak diberikan

terapi hipnosis b.Pada observasi siklus haid II diberikan terapi hipnosis standar IBH terhadap subjek selama 30 menit hingga level medium trance

2. Derajat Nilai atau skor Verbal Descriptor Ordinal Nyeri Haid persepsi nyeri haid Scale

yang dirasakan subjek

H. Intervensi dan Instrumentasi 1. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada subjek yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan Peneliti, dengan tujuan mencari informasi atau data yang lengkap mengenai suatu masalah dari subjek tanpa merasa khawatir bila subjek memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan, selain itu subjek mengetahui informasi tertentu yang diminta Peneliti (Riduwan, 2003).


(35)

commit to user

2. Uji Pendengaran Sederhana

Subjek diuji pendengarannya untuk menapis gangguan pendengaran sensorineural. Uji pendengaran yang dilakukan terhadap subjek adalah uji weber dan uji rinn, dimana bisa membedakan antara gangguan pendengaran konduksi dengan gangguan pendengaran sensorineural. Alat yang digunakan berupa garpu tala 512 Hz (Wahyuningsih, 2008).

3. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Verbal descriptor scale (VDS); yaitu skala yang digunakan untuk menilai kualitas nyeri subjek. Skor terentang dari 0 – 10 (Smith, 2008).

I. Cara Kerja

Peneliti menyusun cara kerja sebagai berikut:

1. Penjelasan mengenai pelaku hipnosis (hipnotis) dan prosedur perlakuan. Hipnotis adalah Peneliti sendiri dengan sertifikasi dari Fundamental Hypnosis Workshop.

2. Pengisian kuesioner data diri oleh subjek

3. Pengisian lembar persetujuan penelitian (inform consent) oleh subjek 4. Pengetesan pendengaran melalui uji weber dan uji rinn terhadap subjek 5. Pengisian kuesioner verbal descriptor scale (pretest) pada siklus haid

I, 24 jam sejak subjek merasakan nyeri haid

6. Pada siklus haid II, diberikan perlakuan hipnosis terhadap subjek selama 30 menit


(36)

commit to user

7. 24 jam setelah dilakukan hipnosis, subjek mengisi kuesioner verbal descriptor scale (posttest)

8. Peneliti mendapatkan data dari hasil pretest dan posttest 9. Peneliti melakukan analisis data secara statistik 10.Peneliti menarik simpulan.


(37)

commit to user

J. Kerangka Kerja Penelitian

Subjek Penelitian

1. Penjelasan prosedur 2. Data pribadi 3. Informed consent 4. Uji pendengaran

Siklus Haid I Siklus Haid II

Keluhan nyeri haid Keluhan nyeri haid

Hipnosis

Evaluasi nyeri 24 jam sejak keluhan

Evaluasi nyeri 24 jam sejak keluhan

Tingkat nyeri Tingkat nyeri

Analisis data


(38)

commit to user

K. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 16.0. Uji normalitas yang digunakan Peneliti adalah Kolmogorov-Smirnov satu variabel untuk homogenitas karakteristik demografi subjek penelitian, selanjutnya data dianalisis dengan wilcoxon signed rank test dengan tingkat kemaknaan 0,05 (5%).


(39)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Pengambilan data dilakukan pada mahasiswi FK yang memenuhi kriteria restriksi. Pada awal penelitian diperoleh 32 sampel yang memenuhi kriteria restriksi, tetapi hanya 20 sampel yang bersedia menjadi subjek penelitian. Dari 20 sampel tersebut tersisa 16 sampel yang dapat terus diikutsertakan dalam penelitian.

Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia, aktivitas sosial, usia menarche, frekuensi nyeri haid sejak menarche, waktu mulai nyeri haid dalam satu siklus, lokasi nyeri haid, keluhan yang menyertai, dan jenis antinyeri yang pernah digunakan. Tabel 2 di bawah ini menyajikan kaakteristik demografi subjek penelitian.


(40)

commit to user

Tabel 2. Tabel Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

(1) 22 tahun (2) 23 tahun Total

Aktivitas sosial

(1) Akademik

(2) Akademik, asisten lab (3) Akademik, kerja parttime (4) Akademik, organisasi Total

Usia menarche

(1) 11 tahun (2) 12 tahun (3) 13 tahun (4) 14 tahun (5) 15 tahun Total Frekuensi nyeri (1) Selalu (2) Sering (3) Kadang-kadang (4) Jarang Total

Waktu mulai nyeri

(1) Hari ke-1 haid

(2) Hari ke-1 dan ke-2 haid Total

Lokasi nyeri

(1) Perut bagian bawah (2) Perut, sisi dalam paha (3) Perut, punggung bawah Total

Keluhan yang menyertai

(1) Mual (2) Diare (3) Pusing Total

Jenis antinyeri yang pernah digunakan

(1) Paracetamol (2) Asam mefenamat (3) Tidak menggunakan Total 3 13 16 13 1 1 1 16 1 1 12 1 1 16 1 13 1 1 16 14 2 16 12 3 1 16 1 2 13 16 2 1 13 16 18,75 81,25 100,00 81,25 6,25 6,25 6,25 100,00 6,25 6,25 75,00 6,25 6,25 100,00 6,25 81,25 6,25 6,25 100,00 87,50 12,50 100,00 75,00 18,75 6,25 100,00 6,25 12,50 81,25 100,00 12,50 6,25 81,25 100,00


(41)

commit to user

B.Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haid Primer

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon, karena Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan nyeri haid primer sebelum dan sesudah diberikan perlakuan hipnosis dengan skala ukur kedua variabel adalah ordinal. Hasil perhitungan SPSS 16.0 for windows untuk uji Wilcoxon dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Pada Verbal Descriptor Scale (VDS) Sebelum (Pretest) dan Sesudah Diberikan Hipnosis (Posttest) a)

VDS Pretest b) VDS Posttest c) Negative Ranks

Positive

Ranks Z

d

) P e)

7,19 ± 1,223 2,50 ± 1,414 16 0 -3,546 0,000

Keterangan:

a

) Data dinyatakan dalam rerata ± standar deviasi (M ± SD)

b

) Data VDS untuk 16 sampel pada siklus haid I (sebelum dihipnosis)

c

) Data VDS untuk 16 sampel yang sama pada siklus haid II (sesudah dihipnosis)

d

) Z = selisih skor VDS, dihitung dari VDS posttest dikurangi VDS pretest

e

) Nilai p berdasarkan hasil uji Wilcoxon dengan level signifikansi 0,05

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa ke-16 sampel mengalami penurunan skor VDS setelah diberikan perlakuan hipnosis, yang ditunjukkan oleh kolom negative ranks (VDS posttest < VDS pretest). Kolom positive ranks (VDS pretest < VDS posttest) menunjukkan bahwa tidak ada satu pun sampel yang mengalami peningkatan skor VDS setelah dihipnosis. Hasil uji Wilcoxon membuktikan bahwa nilai rerata VDS posttest (2,50 ± 1,414) pada ke-16 sampel lebih kecil daripada nilai VDS pretest (7,19 ± 1,223), sehingga didapatkan selisih (Z) antara VDS posttest dan VDS pretest sebesar 3,546. Nilai Z tersebut secara klinis dapat dikatakan bermakna (Z > 3), selain itu tanda negatif pada nilai Z membuktikan bahwa terjadi penurunan skor VDS pada


(42)

ke-commit to user

16 sampel setelah mendapat perlakuan hipnosis. Dari tabel 3 juga dapat diketahui bahwa hipnosis secara signifikan (p = 0,000) berpengaruh terhadap penurunan derajat nyeri haid primer sebesar 3,546 pada ke-16 sampel penelitian.


(43)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mengalami penurunan derajat nyeri haid primer secara signifikan (p = 0,000) setelah diberikan hipnosis daripada sebelum diberikan hipnosis. Hipnosis mampu menurunkan derajat nyeri haid pada subjek sebesar 3,546 (tabel 3). Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa skor nyeri sesudah diberikan hipnosis bermakna secara klinis apabila menurun sebesar minimal 3 (Meliala, 2004).

Temuan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terjadi penurunan derajat nyeri setempat secara signifikan pada kelompok mahasiswa FK UNS yang mendapatkan hipnosis dibandingkan dengan kelompok kontrol (Laksono, 2012). Dalam penelitian Jalaluddin (2008) disebutkan bahwa hipnosis efektif untuk menurunkan derajat nyeri pada pasien-pasien low back pain.

Pada penelitian ini diketahui semua subjek mengalami penurunan derajat nyeri haid. Penurunan skor VDS tertinggi adalah sebesar 7, sedangkan yang terendah adalah sebesar 3. Tidak ada satupun subjek yang mengalami penurunan skor VDS kurang dari 3, dan tidak ada satupun subjek yang skor VDS-nya tetap atau meningkat (tabel 3).

Nyeri haid primer termasuk kategori nyeri patologis dengan spesifikasi nyeri inflamasi, dimana terlepas mediator inflamasi berupa prostaglandin (PGF2α, PGE2, dan PGI2) yang menyebabkan kontraksi disritmik miometrium,


(44)

commit to user

sensitivitas ujung saraf, dan iskemik. Terapi hipnosis yang diberikan pada subjek bertujuan untuk memodifikasi sensasi nyeri haid yang dirasakan. Hipnosis, yang merupakan salah satu jenis psikoterapi, memfasilitasi perubahan sensasi nyeri haid yaitu melalui penghambatan mekanisme inflamasi yang menyebabkan nyeri (Meliala, 2004).

Nyeri haid merupakan suatu sinyal darurat yang dibawa ke arah amigdala sehingga dapat mengaktifkan respon atau sensitivitas sistem saraf otonom, sedangkan sugesti verbal yang diberikan Peneliti ketika dilakukan terapi hipnosis berfungsi sebagai sinyal kognitif yang bersifat tidak darurat. Sinyal kognitif ini berjalan ke otak melewati jalur sensorik, auditori, dan visual. Setelah mencapai thalamus, sinyal terus berlanjut menuju korteks sensoridan korteks transisional tanpa mengalami pembajakan di amigdala.

Terjadi proses kontrol kognitif di dalam korteks transisional, kemudian sinyal tersebut diproyeksikan pada hipokampus untuk disimpan sebagai memori, selain itu sinyal tersebut juga diproyeksikan pada amigdala serta organ lain yang terkait untuk diekspresikan keluar. Sinyal kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus pembajakan sinyal darurat dari korteks ke amigdala dan dari amigdala menuju hipotalamus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sinyal kognitif yang berasal dari pemberian terapi hipnosis bersifat baik dan tertata rapi sehingga dapat menghambat sinyal darurat yang memicu pelepasan mediator inflamasi (Mulyata, 2005).

Ketika subjek dihantarkan pada kondisi hipnosis (trance), subjek mengalami relaksasi total baik fisik maupun pikiran, ketegangan otot dan


(45)

commit to user

sensitivitas saraf mereda, frekuensi gelombang otak turun menjadi sebesar 8-13 Hertz (gelombang alfa). Hal ini berbeda ketika subjek berada dalam kondisi terjaga normal, elektroensefalografi (EEG) menunjukkan gambaran frekuensi gelombang otak sebesar lebih dari 13 Hz (gelombang beta). Jika subjek sudah memasuki keadaan yang lebih rileks dan otak memasuki gelombang alfa, maka akan lebih mudah untuk diberikan sugesti (IBH, 2002).

Sugesti yang diberikan oleh Peneliti meliputi kombinasi proses imagery (perbandingan atau metafora), imajinasi, dan mind-body connection. Imagery dilakukan dengan memilih suatu kejadian menyenangkan dalam kurun waktu tertentu, kemudian kejadian tersebut dijadikan perumpamaan yang dapat digunakan dan dimaksimalkan ketika subjek mengalami kondisi yang tidak menyenangkan (dalam hal ini adalah nyeri haid). Latihan imagery apabila dilakukan terus-menerus dapat membentuk anchor atau jangkar emosi yang dapat digunakan dalam mekanisme coping pada subjek.

Imajinasi mengeksplorasi kemampuan subjek untuk memvisualisasikan gambaran mengenai patofisiologi nyeri haid di dalam tubuhnya, yang disesuaikan dengan submodalitas subjek (visual, auditori, atau kinestetik). Pada tahap selanjutnya subjek diperintahkan untuk masuk dalam proses patofisiologi nyeri haid tersebut secara imajinatif, kemudian menggunakan pikirannya sendiri untuk memodifikasi proses dan sensasi nyeri yang dirasakan ( mind-body connection).

Penting untuk memaksimalkan proses koneksi antara pikiran dan tubuh, karena sejatinya pikiran dan tubuh itu merupakan kesatuan. Elfiky (2010)


(46)

commit to user

menyatakan bahwa pikiran dapat memengaruhi tubuh, jika pikiran kita baik dan positif, maka hal tersebut dapat berimplikasi pada kenyamanan tubuh. Pengaktifan kekuatan pikiran juga berguna untuk meningkatkan daya coping subjek terhadap sensasi nyeri.

Daya coping selain terbentuk sejak masa kanak-kanak, dapat dikembangkan dengan pendidikan dan latihan, salah satunya dengan terapi hipnosis. Daya coping menghasilkan perubahan sensasi dan persepsi nyeri pada subjek (Mulyata, 2005). Pada penelitian ini, pikiran berperan sebagai pengatur kondisi tubuh subjek, jadi dapat dikatakan bahwa subjek-lah yang menjadi kontrol bagi dirinya sendiri, sedangkan hipnotis (Peneliti) hanya menjadi fasilitator melalui sugesti verbal. Prinsip inilah yang digunakan Peneliti dalam pemberian terapi hipnosis dengan teknik imagery, imajinasi dan mind-body connection.

Didapatkan satu orang subjek yang menyatakan nyerinya hilang sama sekali (penurunan skor VDS dari 7 menjadi 0). Kemungkinan terdapat faktor-faktor internal dan eksternal subjek yang dapat memengaruhi hasil, yaitu meliputi faktor afektif, kognitif, behavioral (perilaku), sosio-kultural, dan life-style (Duenhoelter, 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008). Meskipun demikian, kelebihan penelitian ini adalah dapat membuktikan bahwa hipnosis mampu menurunkan derajat nyeri haid primer pada semua subjek sehingga dapat menepis kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Faktor afektif identik dengan sifat personal tertentu dari subjek. Subjek yang tidak mudah mengalami depresi atau gangguan psikologis lainnya, akan


(47)

commit to user

lebih cepat dalam pengaktifan daya coping-nya untuk mengatasi rasa nyeri (Ardinata, 2011).

Faktor kognitif menyangkut pengaruh nyeri yang dirasakan subjek terhadap proses berpikirnya atau pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Pengetahuan tentang nyeri dan cara mengatasinya dapat memengaruhi respon subjek terhadap nyeri dan penanganannya. Subjek yang berpendapat nyerinya merupakan suatu tantangan, atau subjek yang merasa bersahabat dengan nyeri, terbukti lebih sedikit mengalami nyeri dan memiliki daya coping yang lebih baik jika dibandingkan dengan subjek yang menganggap nyerinya sebagai hukuman atau musuh (Barkwell, 2005).

Faktor behavioral terkait dengan perilaku tertentu dari subjek yang mengkomunikasikan bahwa dirinya sedang mengalami nyeri. Subjek dapat menghentikan kegiatan yang dirasa dapat merangsang nyeri semakin parah, atau justru subjek mengalihkan rasa nyerinya dengan memperbanyak kegiatan dan pekerjaan.

Faktor sosio-kultural menyangkut faktor eksternal yang dapat memberikan reinforcement pada subjek dalam mengatasi nyerinya, seperti perhatian dan social support dari keluarga atau lingkungan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan pengendalian emosi dan mekanisme coping yang baik. Budaya, adat istiadat, dan agama juga memiliki peran kuat untuk menentukan sikap subjek dalam mempersepsikan dan merespon nyerinya (Suza, 2003).


(48)

commit to user

Life-style meliputi pola kebiasaan dan gaya hidup sehari-hari yang dilakukan, seperti pola nutrisi (diet), kebiasaan olahraga (exercise), dan kebiasaan merokok. Subjek yang memiliki gaya hidup yang baik dan sehat cenderung lebih dapat mengatasi rasa nyerinya (Baziad, 2008).

Adapun keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Pada subjek tidak dilakukan penilaian gangguan psikiatri, kepribadian dasar dan perilaku individu.

2. Instrumentasi

a. Penapisan penggunaan NAPZA hanya sebatas menggunakan kuesioner (self inventory) dimana cukup tinggi subjektivitasnya b. Penapisan nyeri haid sekunder didasarkan pada hasil anamnesis

saja, tidak ada diagnosis pasti untuk memastikan bahwa nyeri haid yang dialami subjek penelitian bukan disebabkan oleh penyakit organik

c. Penggunaan verbal descriptor scale (VDS) bersifat subjektif, demikian pula halnya dengan keluhan nyeri itu sendiri adalah subjektif

d. Pada penelitian ini tidak diamati proses yang terjadi dalam penurunan derajat nyeri, seperti mekanisme pelepasan senyawa kimia (endorfin, dopamin, atau serotonin), atau mekanisme


(49)

commit to user

penghambatan prostaglandin, melainkan hanya mengukur perubahan tingkat nyeri haid menggunakan VDS.

3. Pelaku hipnosis (hipnotis)

Hipnotis dan penilai adalah Peneliti sendiri, sehingga unsur subjektivitas juga tinggi.

4. Instruksi Hipnosis

Pada proses perlakuan hipnosis, pemilihan kosakata, intonasi dan imajinasi bervariasi, tidak selalu sama seperti skrip (lampiran 6) karena menyesuaikan kondisi dan submodalitas masing-masing subjek penelitian (visual, auditorial, atau kinestetik).


(50)

commit to user

43 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, Peneliti menarik simpulan sebagai berikut:

1. Hipnosis berpengaruh terhadap penurunan derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS Surakarta

2. Terjadi penurunan derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS Surakarta setelah dilakukan terapi hipnosis (2,50 ± 1,414) dibandingkan dengan sebelum dilakukan terapi hipnosis (7,19 ± 1,223).

B. Saran

Berdasarkan keterbatasan yang ada dan simpulan penelitian yang diperoleh, Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas bidang kajian ginekologi khususnya tentang gangguan reproduksi dan bidang ilmu psikiatri serta neurologi untuk mengkaji nyeri dan hipnosis

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan standard operational procedure (SOP) penatalaksanaan nyeri haid primer di Unit Pelayanan Kesehatan (Bidan Praktik Swasta, Dokter Praktik Swasta, Rumah Sakit, Klinik Kesehatan)


(51)

commit to user

3. Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) sebaiknya mempelajari dan mendalami ilmu hipnosis untuk mendukung profesinya, hipnosis dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvant)

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji keefektifan hipnosis dibandingkan dengan obat-obatan kimia terhadap derajat nyeri haid primer

5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain klinik acak terkontrol dan sampel yang lebih banyak terutama untuk mengetahui pengaruh variasi karakteristik sampel terhadap derajat nyeri haid primer.


(1)

commit to user

menyatakan bahwa pikiran dapat memengaruhi tubuh, jika pikiran kita baik dan positif, maka hal tersebut dapat berimplikasi pada kenyamanan tubuh. Pengaktifan kekuatan pikiran juga berguna untuk meningkatkan daya coping

subjek terhadap sensasi nyeri.

Daya coping selain terbentuk sejak masa kanak-kanak, dapat

dikembangkan dengan pendidikan dan latihan, salah satunya dengan terapi hipnosis. Daya coping menghasilkan perubahan sensasi dan persepsi nyeri pada subjek (Mulyata, 2005). Pada penelitian ini, pikiran berperan sebagai pengatur kondisi tubuh subjek, jadi dapat dikatakan bahwa subjek-lah yang menjadi kontrol bagi dirinya sendiri, sedangkan hipnotis (Peneliti) hanya menjadi fasilitator melalui sugesti verbal. Prinsip inilah yang digunakan Peneliti dalam pemberian terapi hipnosis dengan teknik imagery, imajinasi dan mind-body

connection.

Didapatkan satu orang subjek yang menyatakan nyerinya hilang sama sekali (penurunan skor VDS dari 7 menjadi 0). Kemungkinan terdapat faktor-faktor internal dan eksternal subjek yang dapat memengaruhi hasil, yaitu meliputi faktor afektif, kognitif, behavioral (perilaku), sosio-kultural, dan

life-style (Duenhoelter, 1989; Arulkumaran, 2005; Smith, 2008; Baziad, 2008).

Meskipun demikian, kelebihan penelitian ini adalah dapat membuktikan bahwa hipnosis mampu menurunkan derajat nyeri haid primer pada semua subjek sehingga dapat menepis kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Faktor afektif identik dengan sifat personal tertentu dari subjek. Subjek yang tidak mudah mengalami depresi atau gangguan psikologis lainnya, akan


(2)

commit to user

lebih cepat dalam pengaktifan daya coping-nya untuk mengatasi rasa nyeri (Ardinata, 2011).

Faktor kognitif menyangkut pengaruh nyeri yang dirasakan subjek terhadap proses berpikirnya atau pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Pengetahuan tentang nyeri dan cara mengatasinya dapat memengaruhi respon subjek terhadap nyeri dan penanganannya. Subjek yang berpendapat nyerinya merupakan suatu tantangan, atau subjek yang merasa bersahabat dengan nyeri, terbukti lebih sedikit mengalami nyeri dan memiliki daya coping yang lebih baik jika dibandingkan dengan subjek yang menganggap nyerinya sebagai hukuman atau musuh (Barkwell, 2005).

Faktor behavioral terkait dengan perilaku tertentu dari subjek yang mengkomunikasikan bahwa dirinya sedang mengalami nyeri. Subjek dapat menghentikan kegiatan yang dirasa dapat merangsang nyeri semakin parah, atau justru subjek mengalihkan rasa nyerinya dengan memperbanyak kegiatan dan pekerjaan.

Faktor sosio-kultural menyangkut faktor eksternal yang dapat memberikan reinforcement pada subjek dalam mengatasi nyerinya, seperti perhatian dan social support dari keluarga atau lingkungan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan pengendalian emosi dan mekanisme coping yang baik. Budaya, adat istiadat, dan agama juga memiliki peran kuat untuk menentukan sikap subjek dalam mempersepsikan dan merespon nyerinya (Suza, 2003).


(3)

commit to user

Life-style meliputi pola kebiasaan dan gaya hidup sehari-hari yang

dilakukan, seperti pola nutrisi (diet), kebiasaan olahraga (exercise), dan kebiasaan merokok. Subjek yang memiliki gaya hidup yang baik dan sehat cenderung lebih dapat mengatasi rasa nyerinya (Baziad, 2008).

Adapun keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Pada subjek tidak dilakukan penilaian gangguan psikiatri, kepribadian dasar dan perilaku individu.

2. Instrumentasi

a. Penapisan penggunaan NAPZA hanya sebatas menggunakan

kuesioner (self inventory) dimana cukup tinggi subjektivitasnya b. Penapisan nyeri haid sekunder didasarkan pada hasil anamnesis

saja, tidak ada diagnosis pasti untuk memastikan bahwa nyeri haid yang dialami subjek penelitian bukan disebabkan oleh penyakit organik

c. Penggunaan verbal descriptor scale (VDS) bersifat subjektif, demikian pula halnya dengan keluhan nyeri itu sendiri adalah subjektif

d. Pada penelitian ini tidak diamati proses yang terjadi dalam penurunan derajat nyeri, seperti mekanisme pelepasan senyawa kimia (endorfin, dopamin, atau serotonin), atau mekanisme


(4)

commit to user

penghambatan prostaglandin, melainkan hanya mengukur perubahan tingkat nyeri haid menggunakan VDS.

3. Pelaku hipnosis (hipnotis)

Hipnotis dan penilai adalah Peneliti sendiri, sehingga unsur subjektivitas juga tinggi.

4. Instruksi Hipnosis

Pada proses perlakuan hipnosis, pemilihan kosakata, intonasi dan imajinasi bervariasi, tidak selalu sama seperti skrip (lampiran 6) karena menyesuaikan kondisi dan submodalitas masing-masing subjek penelitian (visual, auditorial, atau kinestetik).


(5)

commit to user

43

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, Peneliti menarik simpulan sebagai berikut:

1. Hipnosis berpengaruh terhadap penurunan derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS Surakarta

2. Terjadi penurunan derajat nyeri haid primer pada mahasiswi FK UNS Surakarta setelah dilakukan terapi hipnosis (2,50 ± 1,414) dibandingkan dengan sebelum dilakukan terapi hipnosis (7,19 ± 1,223).

B. Saran

Berdasarkan keterbatasan yang ada dan simpulan penelitian yang diperoleh, Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas bidang kajian ginekologi khususnya tentang gangguan reproduksi dan bidang ilmu psikiatri serta neurologi untuk mengkaji nyeri dan hipnosis

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan

standard operational procedure (SOP) penatalaksanaan nyeri haid

primer di Unit Pelayanan Kesehatan (Bidan Praktik Swasta, Dokter Praktik Swasta, Rumah Sakit, Klinik Kesehatan)


(6)

commit to user

3. Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) sebaiknya mempelajari dan mendalami ilmu hipnosis untuk mendukung profesinya, hipnosis dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvant)

4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji keefektifan hipnosis dibandingkan dengan obat-obatan kimia terhadap derajat nyeri haid primer

5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain klinik acak terkontrol dan sampel yang lebih banyak terutama untuk mengetahui pengaruh variasi karakteristik sampel terhadap derajat nyeri haid primer.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Coklat Hitam terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Dismenorhea Primer Mahasiswi PSIK Muhammadiyah Malang

72 317 30

PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID (DISMENORHEA PRIMER) PADA MAHASISWI PSIK FIKES UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

50 301 23

HUBUNGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI DAN INSOMNIA PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

0 3 56

PROFIL GAMBARAN EKG MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

0 8 62

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NYERI HAID PRIMER PADA MAHASISWI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7 22 13

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NYERI HAID PRIMER PADA MAHASISWI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Nyeri Haid Primer Pada Mahasiswi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 6

Hubungan Sindroma Premenstruasi dengan Tingkat Depresi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 1

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

6 45 2

HUBUNGAN ANTARA SINDROMA PREMENSTRUASI DAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET - UNS Institutional Repository

0 1 8