Kesenjangan antara idealitas dan realitas hokum. Studi tentang kesadaran dan kepatuhan hukum di kalangan mahasiswa S1 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17.

tJ01,3cr

up,

1111;
L⦅M^wBGキ[fセYA@

\\,lK

ャGBN|セエs@

,t,:- r< ,\_ セG@

AM' 1
MイNセ|@

LAPORAN PENELITIAN

KESENJANGA.i'I ANTARA IDEALITAS DAN REALITAS HUKUM


Studi tentang Kesadaran dan Kepatuhan Hukum di Kalangan Mahasiswa S1
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TEAM PENELITI FAJ(ULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1996

KATA SAMBUTAN

Bismillah al-Rahman al-Rahim
Berkat rah.mat Allah SWT. alhmadulillah hasil penelitian dengan
judul KESENJANGAN ANTARA IDEALITAS DAN REALITAS HUKUM;
Studi tentang Kesadaran dan Kepatuhan Hukurn di Kalangan Mahasiswa Sl IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, walaupun agak tedambat,
narnun akhirnya dapat juga dirampungkan dan dipublikasikan.
Hasil penelitian ini

sangat penting untuk


disebar-luaskan

kepada para fungsionaris di IAIN yang berkecirnpung di bidang
pendidikan dan pengarnbil kebijakan untuk IAIN. Hasil penelitian ini
diharapkan paling tidak dapat memberikan masukan umum tentang
bagaimana realitas kesadaran dan kepatuhan hukum di kalangan
mahasiswa, dan temuan tersebut kemudian dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk merencanakan masa depat IAIN yang lebih baik.
Mengingat peneli.tian ini lebih bersifat sebagai langkah awal
dalam meneli.ti secara sosiologis realitas kesadaran dan kepatuhan
hukum di masyarakat, maka di masa mendatang, temuan pada
penelitian ini perlu diuji kembali kebenarannya agar kesimpulan yang
sudah dibuat dapat lebih dipertanggungjawabkan.
Kami menyambut balk dengan ucapan teri.tiakasih kepada para

penyusun laporan penelitian,

dan


mudah-mudahan

penelitian ini

dapat memberikan manfaat yang semaksimal mungkin terutarna bagi
mereka yang berkeinginan mempelajari persoala..Tl kesadaran dan kepatuhan hukum pada tataran sosiologis. Semoga jerih payah mereka
diterima sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. A.min.
15

Maret

1997

NIP. 150 033 298

u

KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT. karena dengan inayahNya pelaksanaan penelitian kolektif


yang berjudul KESENJANGAN ANTARA IDEALITAS DAN REALITAS
HUKUM; Studi tentang Kesadaran dan Kepatuhan Hukum di Kalangan
Mahasiswa Sl IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah sampai pada
tahap akhir penulisan laporan.
Penelitian

ini

dilaksanakan

berdasarkan

Surat

Keputusan

Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Nomor
05, tahun 1996, tertanggal 1 Obtober 1996.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa terlaksananya penelitian ini

tidak terlepas dari jasa serta bantuan berbagai fihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini,

kami menyampaikan rasa terimakasih yang

mendalam kepada
1. Bapak Rektor dan Dakan Fakultas Syari'ah IAIN Syarif Hidyatul-

lah Jakarta, yang telah menetapkan kebijaksanaan berupa Program
Penelitian Kolektif di samping Program Penelitian Individual bagi
dosen-dosen di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
yang dananya diambil dari SPP mahasiswa.
2. Bapak Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah memberikan persetujuan terhadap topik atau judul penelitian yang diajukan, serta
dorongan dan kerjasama yang baik bagi kelancaran penelitian ini.

iii

3. Segenap fihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah


ikut

membantu

dan

mendorong

lancarnya

pelaksanaan

penelitian ini baik dari tahap awal maupun sampai pada tahap
pembuatan laporan.
Akhirnya, segala jasa dan bantuan mereka, para penulis berharap
semoga Allah SWT. memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Jakarta, Maret 1997
Ketua Pelaksana,


DR.HASANUDDIN,AF

--------------------NIP. 150 050 917

iv

DAFTAR ISI

Halaman
KATA SAMBUTAN

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI


iv

BAB

I

BAB II

PENDAHULUAN

1

A, Judul Penelitian

1

B. Latar: Belakang Masalah

l


C. Identifikasi dan Perurnusan Pokok Perrnasalahan

5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

6

E. Waktu Penelitian

8

F. Organisasi dan Pembiayaan Penelitian

8

G. Sisternatika Penyusunan I.apoi-8.11

9


H. Definisi Operasional

9

; KERANGKA PENELITIAN

10

A. Pendahuluan

B. Kerangka Medotologi Penelitian
C. Metode Analisis

D. Variabel Penelitian d.an Skal;; P,;ng11kl.1.::annya

1.3
15

E. Kerangka Teoti Penelitian


17

BAB III : TEMIJAN HASIL PENELITIAN

BAB

10
10

21

A. Pendahuluan

21

B. Penyajian Data

21

C • Diskust dan Intarpretasi

57

IV : PENUTUP
A. Kesimpulan

63

B. Implikasi dan Saran

64

DAFTAR KEPUSTAKAAN

66

LAMPIRAN-LAMPtRAN

67

BAB T
PEDAHULUAN
A. Judul Penelitian

Studi tentang Kesadaran dan Kepatuhan Hukum di Kalangan Mahasiswa S1
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Latar Belakang Masalah
Ketika diper:bincangkan,

hukum di.lpat menunjukkan banyak

hi.il; hukum. ideal (what ought to be) dan hukum fenomeruil (what
is); huku.m pa.da tataran konseptual (in ahstr:acto) at_au hukum dalam.
duoia. ken.yataan (in concrete, ata.u in action). Pembedaan secara
dikotomis di atas

U.dak jarang telah membuat hukum. cenderu.ng

herwajah ganda., bahkan terkadang: kontradiktif. Dua ilustrasi dan
komentar berikut dapat menyajikan dua sisi itu.
Pertama adalah komentar bapak Ismail Saleh, SH. saat beliau
masih menjahat Menteri Kehakiman RL pada Kabinet Pembangunan V
(Lim.a).

Beliau i.ngin menuturkan

realitas

huku.m fenomenal yang

ironi.s di masyarakat kota. Kata Ismail, suatu saat, ketika almarhum
pak Anton Soedjarwo masih menjabat Kadapol Metro Jaya, beliau
melintas satu jalan protokol (Husni Thamrin). Tanpa disengaja, di
tengah perjalanan dinasnya pak Anton bertemu dengan serombongan
pelayat yang sedang memanggul keranda jenazah.

2

Apa yang terjadi? Rombongan itu menyeberangi jalan padat
lalu lintas dengan seenaknya.

Mereka lewat jalur lambat sambil

memanggul keranda jenazah, lalu melewati pagar besi pembatas jalur
lambat ke jalur cepat, terus naik dan melompati pagar besi pemisah
kedua jalan, kemudian menghilang berangsur-angsur dari pandangan
mata menuju ke satu tempat pemakaman. Kendaraan yang ada dan
melaju di sekitar kejadian tentunya secara otomatis berhenti guna
memberikan kesempatan kepada pelayan untuk menyeberang. Keadaan
ini telah membuat mereka semakin leluasa menyeberangi jalan.

Mellhat pernandangan

di

unik

atas,

pak

Anton

Soedjarwo

dengan gusar bergurnam sambil geleng-geleng kepala •sudah mati
kok masih diajak untuk melanggar hukum•.
Ilustrasi kedua menuturkan cerita (fiktif)
rnuslim

opportunis

yang

penuh

dengan

tentang seorang

akal-akalannya.

Ringkas

cerita begini. Suatu saat simuslim opportunis tersebut naik pesawat
terbang. Namun nasib sial ternyata menirnpa dirinya. Pesawat yang
ditumpanginya rnengalar!'i' kerusakan mesin dan dikabarkan pesawat
itu secepatnya akan meledak.
Tetapi dengan cekatan dia langsung menyambar satu set baju
penyelamatan yang tersirnpang di bawah tempat duduknya. Secepat
kilat pula dia memakai baju itu,

kemudian dengan komando kru

pesawat dia langsung loncat ke luar pesawat.
Ketika

melompat

keluar,

simuslim

di

atas

bernazar

dalam

hatinya •Ya Allah jika nanti selarnat mendarat di bumi, saya akan
menyembelih s.eekor unta11. Watak akal-akalannya mulai muncul ketika

3

dia sudah melihat adanya sinyal-sinyal keselamatan pendaratannya.
Ketika dia berada di sekitar seratus meteran di atas permukaan
bumi,

target

nazarnya

berubah.

Katanya,

•Ya Allah

jika

aku

selamat, saya akan potong seekor sapi•.
Nazarnya terus berubah menciut tahap demi tahap seiring
dengan tanda-tanda keselamatannya terus tampak secara lebih pasti ·
di pelupuk matanya.

sekitar dua-puluh
selamat,

saya

Ketika pendaratan daruratnya sudah hanya

liilia meteran lagi, dia mengatakan •Ya Allah, jika

akan

memotong

kambing•.

Ketika

kakinya

sudah

menyentuh pucuk dedaunan, nazarnya berubah lagi menjadi seekor
ayam. Bahkan ketika sudah mendarat di bumi dengan selamat, dia
nyeletuk secara arogan, •Ya Allah, jika saya tidak memotong apaapa, Kamu mau apa!•.
Kedua komentar dan ilustrasi di atas menggambarkan wajah
hukum fenomenal (sosiologis) yang cukup ironis; kesenjangan antara
idealitas

dan

realitas

hukum;

antar:>

kesadaran

dan

kepatuhan

hukum. Dalam hal ini, para pelayat mayat tentunya tahu bahwa
tindakan mereka melangg·ar hukum, dan simuslim opportunis juga
tentunya mengerti hukum Islam tentang nazar.
Tetapi memang beginilah hal yang sering nampak dari potret
hukum.

Selain itu,

tentang

perlunya

kepatuhan hukum.

kedua
menyimak

gambaran

di atas

keterkaitan

menyadarkan

antara

kesadaran

kita
dan

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri

bahwa kesadaran dan pemahaman hukum seringkali terbatas pada
kesadaran dan penge-tahuan 'palsu'

(false consciousness),

tanpa

4

rnelahirkan sikap tunduk dan patuh hukum. Artinya adalah bahwa
kesadaran kognitif tentang pengertian dan keberadaan hukum tidak
secara mutlak akan

menjamin

Pendapat 1ni terbukti

seseorang

akan

dalam penelitian yang

mematuhi hukum.
dilakukan

Soerjono

Soekanto (1982).
Berdasarkan kerangka acuan di atas adalah menarik untuk
cliketahui

apakah

kesadaran

hukum

mahasiswa

Sl

IAIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta tentang hukum Islam juga terrefleksikan pada
kepatuhan hukumnya dalam mempraktekkan ajaran hukurn keagamaan;
atau akankah kesenjangan antara kesadaran dan kepatuhan hukum
terjadi pula pada kalangan mahasiswa. Kajian ini menjadi dipandang
perlu rnengingat ada sinyalernen di rnasyarakat luas bahwa IAIN telah
berubah fungsi dengan hanya melahirkan sosok ilmuawan Islam yang
miskin dengan praktek keagamaannya.

Klairn diatas memang ada benarnya. Dengan standar praktek
salat berja.rnaah., musholla di sekitar HI.IN di..'!lana mahasiswa banyak
menetap relatif kosong. Bahkan lebih ironis lagi; banyak mahasiswa
yang tetap ngobrol dengan santai padahal para warga lainnya sedang
melakukan salat berjamaah di musholla di dekat rumah mereka yang
jaraknya tidak lebih dart 25

meter.

Ringkasnya,

penelitian ini

diharapkan dapat menguak fenomena tentang sejauhmana telah terjadi
kesenjangan antara kesadaran (idealitas) dan kepatuhan (realitas)
hukum di kalangan mahasiswa Sl IAIN terhadap hukum Islam, dan
faktor-faktor

apa

saja

kesenjangan tersebut.

yang

dinilai

terkait

dengan

realitas

5

c.

Identifikasi dan Perumusan Pokok Permasalahan
Dari latar belakang di atas tampak sejurnlah pertanyaan yang

perlu untuk dikaji dan dikritisi secara empiris dan serius disini.
Untuk

mempermudah

dan

memperjelas

masalah

serta

lingkungan

penelitian ini, maka pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum mahasiswa Sl
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam konteks hukum Islam?
2. Apakah kesadaran hukum berkorelasi {positif a tau negatif}
dengan kepatuhan hukum?
3. Bagaimana pengaruh kesadaran hukum terhadap kepatuhan
hukum?
Mengingat

dimensi

ketegasan

dalam

mempraktekkan

hukum

Islam bervariasi {wajib dan sunat, umpama}, maka aspek hukum
yang

diteliti

anjuran).

disini

terbatas

pada hukum-hukum

sunat

(hukum

Pembatasan ini ten tu dengan alasan cukup' mendasar.

Dalam masalah hukum agama, seseorang cenderung merasa dipaksa
untuk

menaati

kewajiban

ketaatan tersebut

hanya

agama

tanpa

alasan

didasarkan pada

yang

jelas

kesadaran

surga

selain
dan

neraka; ancaman dan kebaikan Tuhan.
Berbeda halnya dengan masalah-masalah sunat.
derungan

umum

bahwa

seseorang

mempraktekkan

Ada kecenibadah-ibadah

sunat secara sukarela karena kesadaran fungsional tentang makna
ibadah apa yang dipraktekannya. Seperti salat istikharah berfungsi

6

sebagai media vertikal untuk mengkomunikasikan keraguan seseorang
sementara

salat

hajat

untuk

mengkomunikasikan

kepada Allah dan lain sebagainya.

hajat-hajatnya

Oleh sebab itu,

berdasarkan

asumsi ini, praktek ibadah sunat seseorang cenderung didasarkan
pada kesadaran akan keberadaan dan fungsi hukum.
Dengan dibatasinya pokok bahasan disini, maka dimensi hukum
Islam yang diteliti adalah masalah salat lJC1yamaah, saku tahajiut, shajat,

salat, salat istikharah, salat dhulta, salat rawatib, dan puasa scnin-kamis.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
secara

umum

penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

persoalan di seltitar kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum Islam
di kalangan mahasiswa Sl IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara
r-1.nci sejalan dengan pokok perrnasalahan yang

telcth dirur;.uska.u,

tujuan umum di atas dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Penelitian ini ingin mengetahui secara mendasar sejauhmana tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum mahasiSwa Sl IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap

hukum Islam serta kerterkaitan

antara kedua dimensi hukum di atas,
2. ingin mengkaji faktor-faktor apa saja yang secara empirik berkaitan dengan tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum.

7

2. Kequnaan Penelitian
Pada

prinsipnya,

hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan gambaran dan informasi yang akurat tentang realitas
kesadaran dan kepatuhan hukum di kalangan mahasiswa Sl IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai panduan acuan empirik bagi
perencana

dan

pembuat

pembinaan

dimensi

kebijaksanaan

kognisi

dan

yang

psiko-motorik

berkaitan
mahasiswa

dengan
dalam

masalah hukum Islam.
Secara lebih rinci, hasil penelitian ini diharapkan berfungsi
sebagai;
1. bahan pertimbangan bagi perencana dan perumus kebijaksanaan
dalam upaya meningkatkan peran IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang sesuai
dengan tuntutan umat di sekitar masalah keagamaan, tepatnya
hukum Islam,
2.

bOLllan pertimbangan,

serta evalusi aktual tentang sejauhmana

proses pendidikan keagamaan yang ada sekarang di IAIN secara
maksimal sudah mampu menyiapkan kader-kader pemimpin umat
yang terdidik di bidang keagamaan terutama di sektor hukum
Islam.
Kegunaan

di

atas

signifikan. Di sisi lain,

membuat

penelitian

ini

dinilai

cukup

studi tentang keberagamaan dan praktek

hukum keagamaan di kalangan mahasiswa IAIN masih dinilai kurang
memadai, sehingga informasi tentang masalah yang menjadi pokok
sorotan penelitian ini masih terasa kabur.

8

Sementara itu bagi Fakultas Syari'ah, penelitian ini sebagai
upaya menawarkan alternatif baru dalam usaha memahami realitas
hukum Islam secara lebih komprehensif dari sisi sosiologis. Penelitian
ini dapat difungsikan sebagai •balance control• terhadap kuatnya

tradisi kajian hukum normatif

yang sekarang ini mulai dikritik

terutama oleh kalangan pakar sosiologi.

E. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan,

Nopember 1996

sampai Januari 1997 dengan perincian waktu sebagai berikut. Bulan
Nopember

untuk

pengurnpulan

tahap

data,

bulan

persiapan
Desember

dan
tahap

pembuatan

instrurnen

pengurnpulan

data,

terakhir, bulan Januari untuk pengolahan dan analisis data, serta
pernbuatan laporan.

F. Organisasi dan Pembiayaan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kolektif Fakultas Syari'ah,
Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
susunan

organisasi

kepanitiaan

sebagaimana

terlampir

(lihat

lampiran).
Sernentara itu, penelitian ini dibiayi dengan dana penelitian
untuk pengembangan IAIN untuk tahun anggaran 1996-1997:

9

G • Sistematika Penyusunan Laporan
Laporan penelitian ini

disusun

dengan

sisternatika

sebagai

berikut;
Bab I adalah Pendahuluan, Bab II adalah Kerangka Penelitian,
Bab III adalah Hasil Ternuan Penelitian, dan Bab IV adalah Penutup.
Terakh.ir adalah Daftar Kepustakaan dan Larnpiran.

H. Definisi Operasional
Untuk

rnenyeragarnkan

dalarn laporan penelitian ini,

beberapa

konsep

inti

yang

dipakai

rnaka konsep-konsep tersebut akan

didefinisik.an disini.
Kesadaran Hukurn : pengetahuan, pengakuan, dan penghargaan
terhadap ketentuan-ketentuan hukurn yang
berlaku.
Kepatuhan Hukurn : Suatu keadaan aktual dirnana seseorang rnernpraktekkan atau bersikap sesuai dengan
ketentuanketentuan hukurn yang berlaku.

'''

BAB JI
KERANGKA PENEL!TlAN

A. Pendahuluan
Pada bagian ini didiskusikan ernpat pokok pembahasan yaitu
kerangka metodologi penelitian, metode analisis, variabel penelitian
dan

skala

pengulmrannya,

serta

kerangka

teori

dan

hipotesis

penelitian.

B. Kerangka Metodologi Penelitian
1. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sampel.

Populasinya adalah

seluruh rnahasiswa Sl IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
1996-1997. Pada periode ini, berdasarkan data yang dikeluarkan
Biro AAKPSI IAIN,

ju::nlah populasi sebanyak 3892

mabasiswa

yang tersebar di lirna fakultas (Tarbiyah, Ushuluddin, Syari'ah,
Adab dab Dakwah).

Mengingat studi ini adalah penelitian sampel,

rnaka hanya

sebagian (± 10%) dari populasi saja yang dijadikan responden
penelitian. Untuk mernenuhi target kualitas data yang Iebih baik,
sebanyak

400

kuesioner

diberikan

kepada

responden

dengan

tingkat respon atau pengembalian kuesioner sebesar 95 persen
(378

kuesioner].

Sementara

data

valid

yang

dipakai

untuk

menunjang analisis penelitian ini berjumlah 373 sampel (93 %) •

11

3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam

penelitian,

teknik

pengambilan

sampel

(sampling

technique) penting dan sangat menentukan kualitas data hasil
penelitian.

Walaupun

secara

ideal

sampel

lebih

akurat

jika

ditentukan melalui technique pengambilan secara acak (random
sampling

technique),

namun

untuk

penelitian

ini,

sampel

ditentukan secara tidak acak dalam bentuk quota, aksidental dan
purposif.
Secara lebih rinci, teknik pengambilan sampel dalam penelitian
dilakukan melalui variasi cara. Pertama populasi dikelompokkan
berdasarkan fakultas,

jenis kelamin, dan tingkat kuliah yang

mereka tempuh di IAIN. Kedua, penentuan kuota jumlah sampel
disesuaikan dengan rasio dari kategori-kategori pengelompokan
tadi. Cara ini diharapkan agar data yang dikumpulkan semaksimal
mungkin dapat menggambarkan secara lebih representatif realitas
permasalahan yang diteliti.
Selain itu, seperti disebutkan di atas, sampel diambil dengan
menggunakan teknik penentuan dan pengambilan sampel secara
purposif-aksidental

(purposive-accidental

sampling J •

Artinya,

dengan pertimbangan tujuan pragmatis, dalam pengumpulan data
ini,

hanya mahasiswa-mahasiswi IAIN yang mudah ditemui saja

yang diminta untuk mengisi kuesioner ( daftar pertanyaan) yang
telah disediakan.
Namun demikian, penyeberan kuesioner masih tetap mengacu
pada pertimbangan awal yaitu keselarasan rasio perbandingan

12

:a.

Teknik dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian survei dan data dikumpulkan

dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diberikan kepada
responden secara konfidensial (rahasia) agar identitas mereka
sulit untuk bisa dilacak.

Untuk meningkatkan standar respon

yang tinggi dart responden, para pengumpul data diminta untuk
selalu menanyakan

kepada responden apakah

kuesioner

yang

sudah diberikan telah diisi. Dalam proses pengisian kuesioner,
pengumpul

data,

para

pengumpul

data

semaksirnal

mungkin

difungsikan agar dapat membantu para responden menangkap isiisi pertanyaan.
Sementara itu untuk mengecek kualitas dan akurasi data,
observasi terhadap dirnensi pokok sorotan yang akan diteliti,
seperti praktek sholat berjamaah dan praktek ibadah lainnya juga
dilakukan terutama untuk mendapatkan data kualitatif. Wawancara
singkat juga dilakukan dengan sejumlah responden untuk tujuan
yang sama.
Ada dua

pola pertanyaan yang

dipakai dalam

kuesioner.

Selain memakai teknik •closed-question•, pertanyaan tertutup,
pola

•open-ended-question•

juga

digunakan,

dengan

harapan

kombinasi dua model pertanyaan ini, selain dapat memudahkan
proses entry dan analisis data, juga perpaduan cara tersebut
diharapkan dapat menjaring informasi yang lebih komprehensif
dalam penelitian.

13
dalam hal fakultas,

tingkat kuliah dan jenis kelami.n.

Ar:ti.nya

a,dalah jika jumlah mahasiswa tingkat satu, laki-laki dan fakultas
Tarbiyah lebih banyak,

maka jumlah responden yang berlatar

belakang ketiga ciri di atas juga diambil lebih banyak.
Secara

metodologis,

ada

kelemahan

data

yang

sampelnya

ditentukan secara tidak acak. Umpama, dalam penelitian ini, data
yang

terkumpul hanya mencenninkan realitas yang

ada pada

m.ahasiswa yang mudah ditemui saja. Dengan kata. lain, ia tidak
berlaku untuk keselm:uhan populasi penelitian. Namun demikian,
hasil penelitian ini,

paling tida.k,

dapat digeneralisasi kepada

keseluruhan sampel dan dijadikan sebagai gambaran umum untuk
rnelihat kondisi objektif dari realitas kesadaran dan kepatuhan
mahasiswa IAIN

Jakarta terhadap hukum Islam.

C, Metode AnalisiB
Analisis penelitian ini hersifat kua.ntitatif-deskriptiJ. Data
'
disajikan dalam variasi bentuk tabel. Untuk mendeskripsikan latar
bPJakang responden, tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum, data
disajikan

dalam

mP.ndeskripsikan

hentuk

distribusi

pengaruh

kepatuhan hukum,

tingkat

frekuensL

Kemudian

kesadaran

hukum

untuk

terhadap

data disajikan dalam bentuk Analisis Varians

Klasifikasi Eka Arah KrnskaI-Wallis dan nntuk mengptahui hubungan
antara kesi'\daran huknm dengnn kepatnhiln dipakni model korelasi
Spearman ( Spearm;in Correlation).

14

Model Kruskal-Wallis dan Korelasi Spearman dipakai karena
beberapa alasan. Pertama, skala pengukuran variabel yang akan
diteliti bercorak ordinal.
normalitas

penyebaran

Kedua, dalam penelitian ini tidak diuji

sampel menurut

karakteristiknya

masing-

masing. Ketiga, sampel tidak dikumpulkan secara random, dan hal
ini berpengaruh terhadap kemungkinan dapat dilakukannya analisis

inferensial. Secara statistik, data yang dikumpulkan dengan cara
non-random tidak bisa untuk memprediksikan (inferensi) kemungkl.nan apa yang akan terjadi berdasarkan data yang ada.
Namun, pola data seperti yang digambarkan di atas masih
dapat dipakai untuk menguji hipotesis (jawaban sementara). Model
uji statistik yang tepat untuk jenis data di atas adalah pengujian
statistik

non-parametrik.

Kruskal-Wallis

dan

Korelasi

Spearman

termasuk jenis statistik inil.
Pola

statistik

yang

dipakai

adalah

dua

jenis

statistik

deskriptif dan uii signifikansi statistik. Untuk meyaltinkan akurasi
hasil analisis statistik, pengujian skala signifikansi akan dibuat.
'

Skala signifikansi minimal yang dipakai adalah O. 05 seperti yang
lazimnya dipakai dalam penelitian kuantitatif. Artinya jika standar
tersebut dipakai, maka secara statistik (iLuiah) akurasi kebenaran
kesimpulan yang dibuat diterima pada batas toleransi kesalahan 5
persen,

atau kemungkinan melakukan kesalahan lima kali untuk

setiap seratus kasus.
'Untuk masalah statistik ini, silahkan lihat umpama buku
saduran M.Sudrajat W, 1985, Statistika Non-Parametrik, Bandung;

15

Untuk mendapatkan hasil penghitungan statistik yang akurat,
data

akan

di-entry

dan

diolah

dengan

menggunakan

SPSS

(statistical Package for Social Sciences), yaitu satu paket statistik
yang sangat bagus dalam pengolahan data. Melalui fasilitas program
statistik

ini,

penghitungan

ataupun •relatif•)

angka-angka

(baik

angka

•absolut•

tidak perlu dikerjakan secara manual,

tetapi

komputerlah yang akan menghitungnya.

D. Variabel Penelitian dan Skala Pengukurannya
l. Variabel Bebas

Variabel bebas utama yang akan dilibatkan dalam penelitian
ini

adalah

kesadaran

hukum.

Sementara

variabel

berikut

berfungsi sebagai variabel latar belakang responden yang terdiri
dari; a. latar belakang sosial dan keagamaan keluarga responden,
b. wilayah asal, c. jenis kelamin, d. lama tinggal di Jaka,.-ta dan
sek.ltarnya, e. fakultas, f.

ting kat/ semester ( kuliah) ,

dan g.

jenis pendidikan pra-IAIN.

2. Variabel Tergantung
Pada prinsipnya, variabel tergantung utama dalam penelitian
ini adalah kepatuhan hukum. Di sisi lain, sejauh memungkinan,
variabel kesadaran hukum juga diuji disini.

Amrico, dan D.A.de Vaus,
Sydney: Allen and Unwin

1990,

Survey in

Social

Research,

I(•

Untuk

variabel

nominal

skala

pengkategortannya

sebagai

bertkut;
-Vartabel jenis kelamin mengacu pada dikotomi antara prta dan
Wanita.
-Vartabel fakultas dikategorikan kepada 1. Tarbiyah, 2. Ushuluddin, 3. Syart'ah, d. Adab dan 5. Dakwah
-Vartabel tingkat/semester kuliah dikategortkan kepada 1. tingkat
I, 2. tingkat II, 3. tingkat III, 4. tingkat IV dan
non-aktif.
-Vartabel wilayah asal dikelompokkan kepada 1. urban dan 2.
rural.
-Vartabel pendidikan pra-IAIN dikategortkan kepada 1. SM Umum
Negert, 2. SM Umum Swasta, 3. SM Agama Negert, 4.
SM Agama Swasta, 5. SMU + Pesantren, dan 6.
Pesantren.
Sementara

itu,

untuk

mempertajam

rentang

pengukuran2

variabel ordinal, vartasi rentang jawaban dibuat menjadi 7 skala
darl

titik

ekstrem

bawah

ke

titik

ekstrem

atas.

Rincian

pengukuran tersebut sebagai berikut.
-Variabel latar belakang sosial keluarga diukur dart rentang
sangat tradisional yang dibert skor 1 sampai sangat
modern dengan skor 5.

Mセ

----

'Untuk masalah skala pengukuran vartabel, silahkan lihat
umpama D.A.de Vaus, 1990, Survey in Social Research, Sydney;
Allen and Unwin, terutama Bab XV

17

-Vartabel latar belakang kehidupan keagamaan keluarga diukur
dari rentang sangat tidak agamis yang diberi skor 1
sampai sangat agamis dengan skor 5.
-Variabel-variabel kesadaran hukum dalam hal ketentuan anjuran
puasa sunat, sholat berjama'ah, sholat tahajjud, sholat
hajat, sholat istikharah, sholat dhuha, sholat rawatib
diukur dari tidak tahu dengan skor 1 sampai sangat
tahu dengan skor 7.

-Variabel-variabel kepatuhan hukum dalam hal praktek sholat
berjama'ah, tahajjud, sholat hajat, sholat istikharah,
sholat

dhuha

dan

rawatib

dan

puasa

senin-kamis

diukur dari tidak pernah dengan skor 1 sampai selalu
dengan skor 7.

E. Kerangka Teori Penelitian
Kesadaran dan kepatuha.n huk.:m adalah dua isu yang saling
berkaitan. Kesadaran hukum secara konseptuai, seperti yang sudah
didefinisikan pada bab I, dapat diartikan sebagai kesadaran, pemahaman,

pengakuan

dan

penghargaan

terhadap

hultum ( dalam hal :ini ketentuan hukum Islam)
lakukan

dan

tinggalkan

terutama

dalam

ketentuan

suatu

yang harus kita

kehidupan

beragama.

Dengan kata lain, kesadaran terhadap hukum Islam adalah keadaan
kejiwaan seseorang yang tahu,

mengerti,

merasa,

mengakui dan

menghargai ketentuan hukum (fiqh) Islam yang tertuangkan baik

18

dalam bentuk kewajiban,

anjuran (sunat),

mubah,

makruh atau

haram.
Sementara

itu,

kepatuhan

hukum

adalah

suatu

tindakan

afektif (refleksif) seorang hamba yang menundukkan diri kepada
ketentuan hukum Islam. Kepatuhan bisa didasarkan pada ketulusan,
motivasi, stimulasi ataupun paksaan. Variasi alasan kepatuhan ini
hanya akan menentukan kualitas kepatuhan saja dan tidak akan
menafikannya.
Dalam

kajian

sosiologi

hukum,

kepatuhan

hukum

erat

kaitannya dengan kesadaran hukum. Sedangkan kesadaran hukum
erat kaitannya

dengan

proses

pendidikan.

Walaupun

kesadaran

hukum erat kaitannya dengan kepatuhan hukum, namun mekanisme
hubungan tersebut tidaklah sederhana. Bahkan berbeda dari satu
konteks

sosial

ke

konteks

lainnya.

Walaupun

secara

umum

kesadaran hukum cenderung berkorelasi positif terhadap tingkat
kepatul'1ar.t

hukrurt,

narnun

·:ialcrrt

penc.:.iti&J.

Soerjono

Soekanto

( 1982), kesadaran hukum tidak ditemukan berkorelctsi secara positif
dengan tingkat kepatuhan hukum.
Keterhubungan antara kesadaran dan kepatuhan hukum dapat
diterangkan melalui suatu pendekatan psikologi. Dalam perspektif
psikologi, dikenal tlga konsep yang saling terkait yaitu kognisi,
efeksi

dan

psiko-motorik.

Kognisi

menggambarkan

kesadaran

manusia sebagai subjek tentang sesuatu. Satu permasalahan yang
dicermati oleh subjek akan menjadi perbendaharaan kesadaran dan
pengetahuannya. Pada tahap berikutnya, kesadaran dan pemahaman

19

ini dapat membirnbing subjek untuk menghadirkan kesadaran dan
pemahaman tersebut ke dalam dunia empirisnya.
Namun pada tahapan ini, kesadaran dan pemahaman seseorang
masih belum menyatu secara koheren dalam dirinya.

Kesadaran

masih terpisah secara entitas dengan praktek. Dengan kata lain,
kehadiran kesadaran dalam bentuk praksis masih sangat tergantung
pada faktor-faktor eksternal ataupun internal,

seperti motivasi,

stimulasi ataupun latar belakang sosial dan lainnya. Sejauh faktorfaktor tersebut dapat beroperasi secara fungsional dalam mendorong
subjek untuk merefleksikan kesadarannya maka kesadaran dalam
kondisi

ini

akan

menghadirkan

dirinya

sebagai

realitas.

Berdasarkan perspektif ini, kesadaran individual tentang makna
hukum

Islam

akan

memandu

dan

mendorongnya

untuk

mempraktekkan hukum tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Oleh sebab itu, ada satu asumsi hipotetik yang menyatakan bahwa
semakin tingg1 tingkat kesadaran hukum seseorang, maka semakin
tinggi tingkat kepatuhan hukumnya.
Pada tahap ketiga,
menyatu

secara

koheren

kepatuhan terhadapnya.

psiko-motorik, kesadaran hukum sudah
dengan

entitas

penundukan

diri

dan

Bahkan kesadaran sudah menjadi bagian

integral dart kepatuhan itu sendiri.

Pada tahap ini,

kesadaran

hukum seseorang sudah mencapai tahap refleksif; bukan kesadaran
yang mandul.

Artinya,

kesadaran

hukum pada tahap ini akan

secara otomatis akan bermuara pada penundukan dirt dan kepatuhan
terhadap hukum.

20

Berdasarkan pada tiga tahapan kesadaran hukum seperti telah
digambarkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat ditandaskan
sejalan dengan fokus penelitian ini. Pertama, mengingat mahasiswa
IAIN secara khusus dan proporsional cukup memadai mempelajari
hukum Islam terutama dalam pokok masalah yang diteliti,

maka

proses pembelajaran tersebut dapat menghantarkannya pada suatu
kesadaran

akan

pentingnya

hukum

Islam.

Kedua,

kesadaran

tersebut secara analitik akan mendorongnya untuk mempraktekkan
atau mematuhi ketentuan hukum itu.
Ketiga, sejalan dengan logika di atas, maka bisa dihipotesis
dua hal. Tingkat kesadaran mahasiswa IAIN terhadap hukum Islam
relatif cukup,

dan

tingginya tingkat

kesadaran

tersebut

akan

berkorelasi secara positif terhadap tinggi rendahnya kepatuhan
mereka terhadap hukum Islam.

BAB III
TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan
Bab ini mendiskusi dua pokok permasalahan, yaitu, pertama
Penyajian Data dan Diskusi dan Interpretasi.

B. Penyajian Data
Di bagian ini berturut-turut akan disajikan, pertama, data
tentang latar belakang responden,
ketiga, kepatuhan hukum.

kedua,

kesadaran hukum dan

Kemudian, keempat, akan disajikan uji

statistik Kruskal-Wallis untuk melihat pengaruh variabel bebas pada
variabel

tergantung

dan

uji

statistik

Korelasi

Spearman

untuk

melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.
Uji

statistik

tersebut

terutama

bertujuan

untuk

mengetahui

bagaimana realitas kepatuhan terhadap hukum Islam dalam kaitanny"'
dengan kesadaran hukum.

1. Latar Belakang Responden
Tabel 1.1 berikut ini menyajikan informasi tentang frekuensi
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan tabel
tersebut, 59 persen dari keseluruhan responden adalah pria dan
selebihnya, 41 persen adalah wanita. Dari tabel ini tergambarkan,
persentase responden wanita jauh lebih banyak. Namun demikian,

22

besarnya

perbedaan

jumlah

responden

pria

dan

wanita

karena

perbedaan yang menyolok antara jumlah mahasiswa dan mahasiswa.
Tabel l.l

Jenis Kelamin
Nomor

Kriteria

f

%

Persen
Kumulatif

1.

Laki-laki

220

59.l

59.l

2.

Wanita

152

40.9

100.0

372

100.0

Mセ

Jumlah
Sumber: Data Primer

Sementara itu, informasi tentang latar belakang wilayah asal
responden dapat disimak pada tabel 1.2 di bawah ini. Ternyata tidak
terlihat perbedaan yang menyolok antara jumlah responden yang
berasal dari wilayah urban (kota) dan rural ( desa). Dalam hal ini,
51 persen responden berasal dari wilayah perkotaan dan selebihnya,
49 persen, berasal dari pedesaan.

Tabel l.2

I.atar Belakang Wilayah Asal
Nomor
l.

2.
Mセ

Jumlah

Kriteria
Kot a
Desa

Per sen
Kumulatif

f

%

187

50.8

50.8

181

49.2

100.0

368

100.0

Sumber: Data Primer

Dengan demikian, mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cukup mewakili dua kelompok sosial masyarakat yaitu orang kota dan

23

desa.

Di sisi lain, temuan ini menunjukkan bahwa IAIN Jakarta

cukup diminati warga perkotaan yang jumlah mereka tidak lebih dari
30 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
Tabel 1. 3 berikut menyajikan gambaran umum tentang Iatar
belakang fakultas responden di lingkungan IAIN Jakarta. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel ini, 47 persen responden berasal

dari Fakultas Tarbiyah,

16 persen dari Fakultas Ushuluddin, 20

persen dari Fakultas Syari'ah,

dan masing-masing 9 persen dari

Fakultas

Besarnya

Adab

dan

Dakwah.

jumlah

responden

dari

Fakultas Tarbiyah 1ni dikarenakan jumlah mahasiswa di fakultas 1ni
pada tahun ajaran 1996-1997 mencapai 38 persen dari keseluruhan
mahasiswa IAIN Syarif Hidayullah.
Tabel 1.3
Latar Belakang Fakultas
Nomor

Kriteria

1.

'i'arbiyah

2.

%

173

46.5

46.5

Ushuluddin

60

16.l

62.6

3.

Syari'ah

73

19.6

82.2

4.

A dab

33

8.9

91.l

5.

Dakwah

33

8.9

100.0

372

100.0

Jumlah
Sumber:

Persen
Kumulatif

f

Data Primer
Latar belakang tingkat pendidikan (semester)

responden di

IAIN disajikan pada tabel 1.4 berikut. 38 persen dari responden
adalah mahasiswa tingkat I, 20 persen tingkat II, 16 persen tingkat

24

III, 11 persen tingkat IV dan sisanya, 14 persen berstatus nonaktif. Walau terlihat adanya perbedaan proporsi responden menurut

semester yang sedang dijalani, namun vartasi tersebut paling tidak
diharapkan dapat memberikan gambaran yang bervariasi berdasarkan
kategori latar belakang ini. Variasi seperti yang dijelaskan di atas
akan dapat membantu kita memahami kompeleksitas yang terjadi dalam
kasus hubungan antara kesadaran dan kepatuhan hukum.
Tabel 1.4
Latar Belakang Tingkat (Semesterj
Nomor

Kriteria

%

Persen
Kumulatif

1.

Tingkat I

(Sem.1) 143

38.4

38.4

2.

Tingkat II

(Sem.3)

76

20.5

58.9

3.

Tingkat III (Sem.5)

60

16.1

75.0

4.

Tingkat IV (Sem. 7)

42

11.3

86.3

5.

Non-Aktif

51

13.7

100.0

Jumlah
Sumf>er:

f



Mセ@

"'·

100.0

Data Primer
Latar

belakang pendidikan

responden pra-IAIN

adalah

hal

yang penting dalam penelitian ini. Bagaimana latar belakang pendidikan responden pra-IAIN dapat disimak pada data yang disajikan
tabel 1.5 berikut. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel ini,
hanya 70 persen saja dari responden yang berlatar belakang pendidikan sekolah umum. Selebihnya mereka telah mengenyam pendidikan
di

sekolah-sekolah

keagamaan

Islam;

34

persen

dari

mereka

25

menyelesaikan

sekolah

lanjutan

keagamaan Islam negeri

(MAN,

Sementara

50

itu,

hampir

atasnya
PGAN,

persen

pada

sekolah

SP-IAIN,

lainnya

menengah

dan lain-lain).

menamatkan

sekolah

menengah lanjutannya di lembaga pendidikan keagamaan swasta.
Sesuai dengan basil temuan di atas dapat ditegaskan bahwa
lebih dari empat perlima responden berlatar belakang pendidikan
keagamaan baik swasta maupun negeri.
Tabel 1.5
Latar Belakang Pendidikan Pra-IAlN

Nomor

f

%

8
14

Persen
Kumulatif

2.
3.

SM Umun Negeri
SM Umum Swasta
SM Agama Negeri

109

4.

SM Agama Swasta

153

2.6
4.5
34.8
48.9

5.
6.

SM Umum + Pesantren

11

3.5

2.6
7.0
41.8
90.7
94.2

Pesantrsn

18

5.8

100.0

313

100.0

1.

MLセ

Kriteria

Jumlah

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel tersebut, realitas keagamaan pada kalangan
mahasiswa kemungkinan besar akan sangat banyak dipengaruhi watak
kesantrian dan keagamaan Islam yang diwarisi dan didapatkannya di
sekolah menengah.
Tabel 1. 6 berikut menyajikan informasi berapa lama responden
telah tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan tabel ini, 21

26

persen

dari

responden

baru menetap

disana

kurang

dari

tujuh

bulan, 14 persen dari responden sudah menetap di Jakarta dan
sekitar antara 7-18 bulan, dan 13 persen telah menetap disana 19-30
bulan. 40 persen lainnya telah menetap di Jakarta dan sekitarnya
lebih dari 42 bulan.
Tabel 1.6
Latar Belakang Lama Tinggal di Jakarta dan Sekitarnya
Nomor

Kriteria

f

%

Persen
Kumulatif

1.

42 Bulan

133

39.7

100.0

335

100.0

Jumlah
Sumber: Data Primer

Dari data di atas dapat ditegaskan bahwa 60 persen dari
keseluruhan responden

baru menetap

kurang 3 tahun setengah.

di Jakarta

Dari sisi lain,

dan

sekitarnya

dapat dLl1:atakan bahwa

paling tidak 60 persen dari keseluruhan responden adalah mereka
yang berstatus pendatang.
Tabel 1. 7 menyajikan informasi umum tentang Iatar belakang
kehidupan sosial keluarga responden. Untuk hal ini, para responden
diminta mendeskripsikan kondisi kehidupan sosial keluarga mereka.
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel tersebut, Jebih dari tiga
perempat · responden berasal dari keluarga yang cukup tradisional,

27

dan hanya 5 persen saja yang berasal dari keluarga yang cukup
modern.
Berdasarkan temuan ini dalam dikatakan bahwa dengan latar
belakang

keluarga

ini,

para

responden

secara

analitis

cukup

mewarisi corak kehidupan keluarga yang relatif tradisional. Hal ini
kemungkinan besar akan sangat menentukan potret kesadaran dan
kepatuhan hukum responden yang secara teorttis erat kaitannya
dengan

persoalan

kondisi

sosial

yang

banyak

mempengaruhi

kehidupan seseorang.
Tabel l.7

Latar Belakang Kehidupan Sosial Keluarga
Nomor

Krtterta

%

f

Persen
Kumulatif

------------------------------------------------------------------Tradisional
5.9
5.9
1.
22
2.

Mセ

3.

Cukup Tradisional
Biasa-biasa saja

4.

Cukup Modern

5.

Modern

Jumlah

-Sumber: Data Primer

269

72.4

63

16.9

78.3
95.2

18

4.8

100.0

0
372

0
100.0

Tabel 1.8 berikut menyajikan dimensi lain dart latar belakang
kehidupan keagamaan keluarga responden.

Tidak ada satu orang

responden yang berasal dart keluarga yang sangat tidak religius
(agamis) atau, sebaliknya, sangat religius. Hanya ± 11 persen dart
responden dart keluarga kurang religius. Sementara itu, 35 persen
dart responden mengaku berasal dart keluarga yang biasa-biasa saja
tingkat keberagamaannya, dan 40 persen lainnya mengatakan berasal

28

dari keluarga yang cukup religius. Kemudian 13 persen berasal dari
keluarga yang religius.
Tabel 1.8
Latar Belakang Kehidupan Keagarnaan Keluarga
Nomor Kriteria
Mセ

Mセ

Persen
Kumulatif

f

%

2

.5

.5

1.

Tidak Agamis

2.

Kurang Agamis

40

10.8

11.4

3.

Biasa-biasa saja

130

35.2

46.6

4.

Cukup Agamis

149

40.4

87.0

6.

Agamis

48

13.0

100.0

369

100.0

Jumlah
Sumber: Data Primer

Data mengenai latar belakang seperti yang telah disajikan di
atas diharapkan secara maksimal dapat memberikan gambaran umum
tentang

karakteristik

responden

yang

mewaklli

penelitian

ini.

Garnbar.an kari" 1tteristik umum tersebut dipandang penting teruta.>na
untuk dijadikan sebagai pertimbangan untuk

memahami keutuhan

hasil penelitian ini dan segala implikasinya.

2. Kesadaran (Pengetahuan) Hukum
Pada bagian ini akan disajikan data tentang sejauhmana tingkat
kesadaran

hukum responden

terhadap

beberapa ketentuan

dalam

hukum Islam? Seperti disebutkan pada Bab I, sub-bagian Perumusan
dan Pembatasan Masalah, aspek hukum Islam yang disoroti dalarn
kaitannya dengan rnasalah kesadaran hukum hanya terbatas pada

29

masalah

ibadah-ibadah

sunat

saja

yang

terdiri

dari

ketentuan

tentang sQlat berjamaah, sQlat sunat tahajjut, sQlat sunat hajat, sQlat
sunat istikharah, sQlat sunat dhuha dan sQlat sunat rawatib, serta
terakhir tentang puasa sunat Senin-Kamis.
Informasi tentang sejuahmana responden mengerti ketentuan
mengenai sQlat berjamaah dapat disimak pada tabel 2 .1. Berdasarkan
data

pada

tabel

2.1,

tingkat

pengetahuan

(kesadaran

hukum)

responden mengenai ketentuan sQlat berjamaah cukup tinggi. HQ! ini
terlihat dari kenyataan bahwa lebih dari 85 persen responden pQling
tidak mengerti segala ketentuan tersebut, dan hanya ! persen saja
dari keseluruhan responden yang kurang mengerti masalah di atas.
Sementara itu, tidak ada seorang respondenpun yang mengatakan
tidak mengerti masalah ketentuan salat berjamaah.
Tabel 2.1
Intensitas Kesadaran tentang Sal.at Sunat Berjarna.ah
Nomor , Kriteria
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tidak Mengerti
Samar-samar
Kurang Mengerti

0

Agak Mengerti
Cukup Mengerti
Mengerti
Sangat Mengerti

Jumlah
Sumba: Data Primer

%

f

n

Persen
Kumulatif

0

0

"

0

v

v

2

.5

.5

13

3.5

4.0

40

10.9

14.9

111

30.2

45.1

202

54.9

100.0

368

100.0

30

Gambaran tentang pengetahui (kesadaran) responden mengenai
ketentuan salat sunat tahajjut dapat dilihat pada tabel 2. 2. Seperti
dalam masalah salat berjamaah, pengetahuan responden dalam masalah
salat tahajjut cukup bagus. Hal ini paling tidak terbukti dari satu
kenyataan bahwa lebih dart tiga perempat responden mengatakan
mereka mengerti masalah salat tahajjut. Sebaliknya tidak seorangpun
dari

responden yang

tidak

mengerti isu-isu

dalam salat sunat

tersebut dan sementara itu hanya 2 persen saja dari keseluruhan
responden yang kurang mengerti.
Tabel 2.2
Intensitas Kesadaran tentang Salat Sunat Tahajjut
Nomor
Mセ

Mセ

Kriteria

%

1.

Tidak Mengerti

0

0

2.

Samar-samar

3

.8

3.

Kurang Mengerti

5

1.4

4.

Agak Mengerti

17

5.
6.
7.

Cukup Mengerti

4.6
15.7

Mengerti

58
146

Sangat Mengerti

140

39.6
37.9

369

100.0

Jumlah

Sumber:

f

Persen
Kumulatif
0

.8
2.2
6.8
22.5
62.1
100.0

Data Primer
Tabel 2.3 berikut ini menyajikan data tentang pengetahuan

responden mengenai persoalan salat sunat hajat. Walaupun secara
keseluruhan pengetahuan tentang masalah ini cukup bagus, namun
adalah menarik untuk disimak kenapa masih ada responden yang

31

tidak

mengerti masalah

salat

sunat

hajat.

Kenyataan ini perlu

clirenungkan mengingat IAIN sebagai lembaga pendidikan keagamaan
yang

secara khuSus

mengajarkan

masalah-masalah keislaman dan

diharapkan dapat dijadikan contoh figur seorang yang muslim yang
baik dan bertaqwa.
Dari tabel 2.3 tersebut, 62 persen mengerti masalah-masalah
yang terkait dengan salat sunat hajat ini, dan 22 persen cukup
mengerti.

Sementara itu, 3 persen dari responden masih merasa

kabur pemahamannya tentang masalah salat sunat hajat dan hanya 4
persen dari responden kurang mengerti.
Tabel 2 .3

Intensitas Kesadaran tentanq Salat Sunat Hajat
Nomor

Kriteria

%

f

Persen
Kumulatif

------------------------------------------------------------------1.
Tidak Mengerti
.5
.5
2
2.
3,,

Samar-samar
Kurang Mengerti

4.

Agak Mengerti

15
33

5.

Cukup Mengerti

81

22.1

38.1

6.
7.

Mengerti

139

37.9

76.0

88

24.0

100.0

367

100.0

Sangat Mengerti

Jumlah
Sumber:

9

2.5
4.1

3.0
7.1

9.0

16.1

Data Primer
Tabel 2.4 menyajikan informasi tentang tingkat pemahaman

responden tentang salat sunat istikharah. Berdasarkan tabel 2.4 ini,
dibandingkan dengan pengetahuan responden mengenai salat sunat

32

berjamaah,

hajat dan tahajjut,

tingkat pemahaman rnereka dalam

masalah salat sunat istikharah sedikit lebih rendah. 61 persen dari
responden mengatakan bahwa mereka mengerti masalah salat sunat
istikharah, dan ± 4 persen saja dari mereka yang kurang mengerti
masalah yang berkaitan dengan salat sunat istikharah.

Tabel 2.4

Intensitas Kesadaran tentang Salat Sunat Istikharah
N omor

Mセ

Kriteria

%

Persen
Kumulatif

1.

Tidak Mengerti

1

.3

.3

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Samar-samar

6

1.6

1.9

Kurang Mengerti

6

1.6

3.5

Agak Mengerti

50

13.6

17.2

Cukup Mengerti

80

21.8

39.0

133

36.2

75.2

91

24.8

100.0

367

100.0

Mengerti
Sangat Mengerti

Jumlah

!>i1111ber:

f

Data Primer
Pada tabel 2.5 berikut disajikan informasi tentang pemahaman

responden mengenai salat

sunat dhuha.

Berdasarkan data

yang

disajikan pada tabel ini terlihat bahwa lebih dari dua-pertiga (70

%)

responden mengatakan mereka mengerti masalah salat sunat dhuha,
dan 19 persen cukup mengerti. Sematara itu, 4 persen dari mereka
masih kurang mengerti.

33

Dari temuan pada tabel

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa

tingkat kesadaran hukum responden tentang ketentuan salat dhuha
sangat tinggi.

Tabel 2.5

Intensitas Kesadaran tentang Salat Sunat Dhuha
Nomor
Mセ

Kriteria

%

1.

Tidak Mengerti

2

.5

2.

Samar-samar

4

1.1

3.

Kurang Mengerti

10

2.7

4.

Agak Mengerti

25

6.8

5.

Cukup Mengerti

68

18.5

6.

Mengerti

144

39.1

7.

Sangat Mengerti

115

31.1

368

100.0

Jumlah
Sumber:

f

Persen
Kumulatif

.5
1.6
4.3
11.1
29.6
68.8
100.0

Data Primer
Tabel 2. 6 berikut menyajikan gambaran ten tang pengetahuan

responden dalam masalah salat sunat rawatib. Seperti dalam rnasalah
salat sunat lainnya, tingkat pengetahuan responden rnengenai salat
rawatib relatif cukup baik.

Sebanyak 70 persen dari responden

rnengerti masalah salat sunat rawatib dan 19 persen rnengaku cukup
rnengerti.
Namun ironisnya bahwa ada 1 persen ( 4 kasus) dari keseluruhan responden yang tidak rnengerti rnasalah ketentuan salat sunat
rawatib. Hal ini dapat menjadi sebuah kajian yang rnenarik kenapa
terjadi mengingat IAIN sebagai lembaga pendidikan keagarnaan Islam

34

yang diharapkan mampu menyiapkan kader-kader ulama-intelektual
yang mumpuni dalam segala aspek keislaman terutama dalam masalah
hukum Islam.

Tabel 2.6
Intensitas Kesadaran tentang Salat Sunat Rawatib
Persen
Nomor

Kriteria

f

%

Kumulatif

1.1

Tidak Mengerti

4

1.1

6

1.6

., ..,
,,.,

3.

Samar-sarnar
Kurang Mengerti

12

3.3

6.0

4.

Agak Mengerti

20

5.4

11.4

5.

Cukup Mengerti

70

19.0

30.4

6.

Mengerti

154

41.9

72.3

7.

Sangat Mengerti

102

27.7

100.0

368

100.0

1.
2.

Jumlah

.S'utubt:r: Data Priiler

Sisi lain dari pers6alan kesadaran hull:um yang menarik untuk
disimak adalah isu-isu tentang puasa sunat senin-kamis. Tabel 2. 7
menyajikan informasi tentang tingkat pemahaman responden tentang
ketentuan puasa sunat di hari senin dan kamis. Berdasarkan tabel
2. 7 berikut, sekitar 70 persen dari responden mengerti ketentuan
tentang masalah puasa sunat senin-kamis. Sementara itu, hanya ± 2
persen dari mereka masih merasa bahwa pengetahuan mereka masih
samar-samar.

35

Tabel 2. 7

Intensitas Kesadaran tentang Puasa Senin-Kamis
Nomor
Mセ

Kriteria

1.

Tidak Mengerti

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Samar-samar
Kurang Mengerti
Agak Mengerti
Cukup Mengerti
Mengerti
Sangat Mengerti

Jumlah

Persen
Kumulatlf

f

%

3
6
8
25
72
158
96

.8

.8

1.6
2.2
6.8
19.6
42.9
26.1

2.4

368

100.0

4.6
11.4
31.0
73.9
100.0

Sumher: Data Primer
Jika

disimak

secara

seksama

dan

menyelurh

data

yang

disajikan pada sub-bagian 2 (kesadaran hukum) dapat ditegaskan
secara umurn bahwa tingkat pengetahuan

(kesadaran)

responden

tentang hukum Islam masih cukup tinggi. Walaupun demi.ltian adalah
rnenarik untuk dicermati bahwa kenapa masih ada responden yang
tidak megerti rnasmah yang secara umum telah diajarkan di lernbaga
pendidikan keislaman terutarna IAIN.

3. Intensitas Kepatuhan Hukum
Di sub-bagian 1 dan 2 terdahulu masing-masing telah disajikan
data tentang, pertarna, latar belakang dan karakteristik responden
dan, kedua, tingkat kesadaran hukurn mereka. Berdasarkan karakteristik urnurn,

latar belakang responden cukup

]:)ervariasi,

dan

36

fsementara itu tingkat pengetahuan mereka cenderung sudah cukup
baik. Berikut lni akan disajikan data tentang intensitas kepatuhan
(praktek) responden terhadap hukum Islam.
Tabel 3 .1 menyajikan informasi tentang :intensitas praktek
responden dalam mengerjakan salat berjamaah. Secara umum tingkat
kepatuhan hukum responden untuk salat berjamaah masih tergolong
sedang,

bahkan 5

persen

responden

mengatakan

tidak

pernah

melakukan salat berjamaah selama tiga bulan ke belakang saat data
dikurnpulkan,

dan 11

persen

jarang

melakukannya.

Sebaliknya,

hanya 9 persen saja yang selalu melakukan salat berjamaah dan 14
persen mengatakan sangat sering melakukannya.
Tabel 3.1

IntenSitas Praktek Salat Berjamaah
Nomor Kriteria

Mセ

f

%

Persen
Kumulatif

L

Tidak Pernah

17

4.6

4.6

2.

41

11.1

15.7

3.

Jarang Sekali
Cukup Jarang

37

10.1

25.8

4.
5.

Te!'."kadang
Cukup Sering

99
89

26.9
24.2

52.7
76.9

6.

Sering Sekali

7

Selalu

52
33

14.1
9.0

368

100.0

Jumlah

91.0
100.0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat ada kesenjangan
antara tingkat kesadaran dan kepatuhan hukum responden dalam hal

37

melakukan salat betjarnaah. Lebih rtnci adalah bahwa di satu sisi
tingkat kesadaran (pemaharnan)

hukum responden mengenai salat

berjamaah cenderung tinggi, tetapi di sisi lain, intensitas kepatuhan
mereka dalam masalah ini masih tergolong sedang. Kesenjangan ini
paling tidak dapat meragukan asumsi bahwa kesadaran hukum yang
tinggi akan cenderung melahirkan kepatuhan hukum yang tinggi
pula. Masalah kesenjangan antara kedua kesadaran dan kepatuhan
hukum akan dielaborasi dan direverifikasi ( dibukti-ulangkan) pada
sub-bagian 4 (empat) nanti.
Sekarang bagaimana tingkat kepatuhan hukum responden dalam
masalah Salat sunat tahajjut? Tabel 3.1 berikut menyajikan informasi
intensitas kepatuhan {praktek) hukum responden dalam melakukan
salat sunat tahajjut. Seperti dalam kasus kepatuhan terhadap salat
berjamaah, berdasarkan data pada tabel 3.2, tampak kesenjangan
yang lebar antara kesadaran dan kepatuhan hukum dalam melakukan
Salat tahajjut.
Jika tingkat kesadaran hukurn responden tentang masalah salat
tahajjut cukup tinggi sekali, namun intensitas mereka memprkatekkan
salat tahajjut masih sangat rendah. Hal ini paling tidak terbukti dart
data yang
pernah

menunjukkan

melakukannya,

melakukan

dan

36

bahwa 14 persen
22

persen

persen
hanya

dart responden

mengatakan

terkadang

saja

sangat

tidak
jarang

melakukannya.

Sebaliknya, hanya 5 persen saja dart responden yang sering sekali
melakukan salat tahajjut dan 4 persen dart mereka yang selalu
melakukan.

38

Tabel 3.2
Intensitas Praktek Salat Sunat Tahajjut
Nomor Kriteria

%

f

Persen
Kumulatif

-------------------------------------------------------------------13.9
51
13.9
1.
Tidak Pernah
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jarang Seka