Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada bank Muamalat Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BRI Syariah Periode 2010-2012)

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)
(Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah dan BRI
Syariah periode 2010-2012)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :
Yudnina Falhanawati
109081000059

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN JAKARTA
2013M/1434M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I.

IDENTITAS PRIBADI
1.

Nama

:Yudnina Falhanawati

2.

Tempat tanggal lahir

: Jakarta, 13 Juni 1991

3.

Alamat

: Jl.Swadarma Raya Gg,Perdana No.44


4.

Rt.018/003 Ulujami Pesanggrahan
Jakarta-Selatan 12250

II.

5.

Telepon

: 087877467368

6.

E-mail

: yudnina13@gmail.com


PENDIDIKAN
1.

MI Darunnajah Ulujami Jakarta

Tahun 1997-2003

2.

MTs Darunnajah Ulujami Jakarta

Tahun 2003-2006

3.

SMA Darunnajah Ulujami Jakarta

Tahun 2006-2009

4.


S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Drs.H.Abdurahim Hidayat,MM

2. Ibu

: Hj.Siti Hafsah

3. Alamat

:Jl.Swadarma Raya Gg,Perdana No.44
Rt.018/003 Ulujami Pesanggrahan
Jakarta-Selatan 12250


vi

EFFICIENCY ANALYSIS OF ISLAMIC BANKS USING DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) METHOD

Yudnina Fallhanawati
UIN Jakarta
yudnina13@gmail.com

Abstract

Efficiency is a theoretically parameter that can be used as base of all
performance in a bank. Many banking efficiency studies have focused on
conventional banks. Recently, Islamic banks have opened in many countries and
operated in similiar fashion to traditional banks. This study evaluate the
performance of the efficiency of islamic banking in indonesia during period 20102012 (in this study i use monthly) using Data Envelopment Analysis, in which the
first step is to measure the performance of the technical efficiency of banks using
Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach. Based on
the measurement of efficiency using DEA method showed that the Islamic Bank
during the 2010-2012 period is still not efficient. The efficiency score for the most

efficient bank is 100%. The data which is used in this research is a secondary
data, collected from financial statements issued by Bank Indonesia. The sampling
technique that is used in this research is purposive sampling with taking 3
samples of islamic banks. Input variables used in this study are fixed assets,
equity and net income, while the output variable is the financing and operational
income.

Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Islamic Banks

vii

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Yudnina Falhanawati
UIN Jakarta
yudnina13@gmail.com

ABSTRAK
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis

mendasari seluruh kinerja sebuah bank. Banyak penelitian mengenai efisiensi
perbankan yang kebanyakan berfokus pada bank konvensional. Baru-baru ini,
bank-bank Islam telah berkembang di berbagai negara dan dioperasikan secara
modern dan syariah seperti pada bank-bank Islam lainnya. Studi ini mengevaluasi
kinerja efisiensi perbankan syariah di Indonesia pada periode 2010-2012 (studi ini
menggunakan data bulanan) dengan menggunakan Data Envelopment Analysis
(DEA), dimana langkah pertama adalah untuk mengukur kinerja efisiensi teknik
bank menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan
intermediasi. Berdasarkan pengukuran efisiensi dengan metode DEA
menunjukkan bahwa Bank Syariah selama periode 2010-2012 masih belum
efisien. Nilai efisiensi bank yang paling efisien adalah 100%. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang dikumpulkan dari
laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan
mengambil sampel 3 (tiga) bank syariah. Input variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aset, ekuitas dan laba bersih. Sedangkan variabel outputnya
meliputi pembiayaan dan pendapatan operasional.

Kata Kunci : Efisiensi, Data Envelopment Analysis, dan Bank Syariah.


viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inidengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1.

Kedua orangtua, My Papa, My Proud Drs.H.Abdurahim Hidayat and My
Mama Hj.Siti Hafsah (you’ll always be the best parent for me, i love you till,
forever ends) yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.


2.

Segenap keluarga, khususnya to all my sista’, thank you for your support
“Ce’Ina, Ce’Elly, Ce’Phenz, and Ce’Azna Oke” ^_^ dan tak lupa juga kaka2
ipar ku “Ka’Uben, Ka’Nawir, Ka’Yogi dan Ka’Iyung” dan juga untuk semua
ponakan ate tercinta, terima kasih atas doa dan semangatnya yang selalu
mengibur ate dikala ate galau dan pusing (hhhh) Thank’s for you all at of
your support and input has given to me. Don’t ever stop to step forward,
always move and work to get your objectives till end for your life today and
for day after.

3.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Bapak Dr. Dumyathi Bashori, Lc selaku ketua jurusan Fakultas Ekonomi dan

bisnis sekaligus dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan
memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas
kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
ix

5.

Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

6.

Bapak Arief Mufraini, Lc. M.si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan
atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.

7.

Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8.

For my geeenks Rizki Ramadhan, Achmad Reza Maulana, Novi Dehasni,
Fajar Ari Juniarti, Fany Agustine, Siti Sulha dkk yang udah mau menemani
kesana kemari hingga skripsi ini selesai (I’ll miss you forever and always,
please just remember even if i’m not there, I’ll always miss you forever and
always)

9.

Seluruh teman-teman Manajemen Angkatan 2009 dan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang selalu mengisi hari-hari menjadi menyenangkan (I’ll miss you
forever and always, please just remember even if i’m not there, I’ll always
miss you forever and always). Thanks so much freennzz

10. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
perbankan.
Jakarta, 13 Juli 2013
Penulis,

(Yudnina Falhanawati)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACT . ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ...xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori ............................................................................. 18
1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah ................................. 18
2. Pendekatan Struktural dalam Menilai Kinerja Bank .............. 19
3. Konsep Efisiensi ................................................................... 25
a. Efisiensi Teknik ................................................................ 28
b. Efisiensi Biaya .................................................................. 30
c. Pengukuran Efisiensi ........................................................ 32
4. Konsep Efisiensi Perbankan .................................................. 34
4. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan.............................. 35
5. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi .... 38
xi

B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 40
C. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 46
D. Hipotesis Penelitian ……………................................................ 48
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 49
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................. 51
D. Metode Analisis Data .................................................................. 51
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 55

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 58
B. Perkembangan Jumlah Variabel Input-Output Bank .................. 59
C. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Data ................................... 65
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi 3
Bank Syariah di Indonesia 2010-2012 .................................. 65
2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi 3
Bank Syariah di Indonesia 2010-2012 dilihat dari
Rasio Keuangan Perbankan .................................................. 65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 100
B. Saran ........................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 103
LAMPIRAN ...................................................................................................... 106

xii

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Halaman

1.1

Perkembangan Jumlah Kantor Perbankan Syariah di Indonesia 5

1.2

Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah ............................... 8

2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................... 47

3.1

Nama dan Kode Bank Penelitian ............................................... 50

3.2

Variabel Input dan Output ......................................................... 56

4.1

Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset .............................. 60

4.2

Perkembangan Jumlah Variabel Input Ekuitas .......................... 61

4.3

Perkembangan Jumlah Variabel Input Net Income ................... 62

4.4

Perkembangan Jumlah Variabel Output Pembiayaan ............... 63

4.5

Perkembang Jumlah Variabel Output Pendapatan .................... 64

4.6

Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia ................ 66

4.7

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Muamalat yang Inefisien pada Tahun 2010 ............ 68

4.8

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Muamalat yang Inefisien pada Tahun 2011 ............ 70

4.9

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Muamalat yang Inefisien pada Tahun 2012 ............ 73

4.10

Perkembangan Jumlah Aset dan Ekuitas BMI per-Triwulan .... 76

4.11

Nilai ROA dan ROE BMI Triwulan 2010-2012 ....................... 77

4.12

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Mega Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010 ...... 78

4.13

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Mega Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011 ...... 80

4.14

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank Mega Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012 ...... 83

4.15

Perkembangan Jumlah Aset dan Ekuitas Bank Mega Syariah
per-Triwulan ............................................................................. 85
xiii

4.16

Nilai ROA dan ROE Bank Mega Syariah per-Triwulan ........... 86

4.17

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi BRI Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010 .................. 88

4.18

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank BRI Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011 ......... 90

4.19

Nilai Actual, Target, To Gain dan Achieved Input-Output
Bagi Bank BRI Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012 ......... 92

2.20

Perkembangan Jumlah Aset dan Ekuitas Bank BRI Syariah ... 94

2.21

Nilai ROA dan ROE BRI Syariah per-Triwulan ...................... 95

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Keterangan

Halaman

1

Input-Output Bank Syariah ........................................................ 93

2

Efisiensi Score BMI per-Triwulan ............................................ 94

3

Efisiensi Score BRIS per-Triwulan ........................................... 100

4

Efisiensi Score BSMI per-Triwulan .......................................... 108

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sejak paket deregulasi 27 Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan
Pakto 88, pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup tinggi. Salah satu faktor pertumbuhan perekonomian Indonesia
pada saat itu adalah meningkatnya industri perbankan. Deregulasi tersebut
mampu meningkatkan peran industri perbankan sebagai lembaga intermediasi
dan penyedia jasa. Deregulasi ini telah membawa perubahan yang sangat besar
terhadap industri perbankan baik dalam peningkatan jumlah bank baru,
perluasan jaringan kantor baru, maupun peningkatan volume usaha dan jenis
produk jasa yang ditawarkan. Siamat (2005), hal ini disebabkan karena
peraturan dan ketentuan yang ketat menjadi diperlonggar, seperti izin
pembukaan kantor cabang atau pendirian yang dipermudah dengan ketentuan
modal disetor yang relatif kecil dimana untuk Bank Umum Rp 10 miliar, Bank
Campuran Rp 50 miliar dan BPR Rp 50 juta.
Salah satu cakupan dan sasaran kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
melalui Pakto 88 adalah peningkatan perbankan yang efisien dan menciptakan
iklim usaha yang mendorong untuk dapat bersaing secara sehat. Hingga saat ini
berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai
kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak
1

Pakto 88, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 membuat
kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka
menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke
depan. Siamat (2005), arah kebijakan pengembangan industri perbankan di
masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu
sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan
sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional.
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 19971998 merupakan suatu permasalahan yang sangat berat bagi sistem
perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut banyak lembaga-lembaga
keuangan, termasuk perbankan mengalami kesulitan keuangan. Tingginya
tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor
usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan sektor
usaha produksi. Sebagai akibatnya, kualitas aset perbankan turun secara drastis
sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan
kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga besar. Rendahnya
kemampuan

daya

saing

usaha

sektor

produksi

telah

menyebabkan

berkurangnya peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan
fungsinya sebagai mediator kegiatan investasi.
Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi
kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini
dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah
2

(non performing loan) pada perbankan syariah dan tidak terjadinya negative
spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat
tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku
bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank
syariah dapat menjalankan kegiatannya dengan baik seiring terjadinya tingkat
suku bunga yang meningkat, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan
modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah dari bank
konvensional kepada masyarakat.
Untuk mensiasati perkembangan perbankan syariah di masa mendatang,
pemerintah

mengeluarkan

beberapa

peraturan

perundang-undangan,

diantaranya UU No. 7 tahun 1992 dan diamandemen dengan UU No. 10 tahun
1998. Dan pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat
pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, yang terbit pada 16 Juli 2008, pengembangan industri
perbankan syariah nasional makin memiliki landasan hukum yang memadai
dan akan mendorong pertumbuhannya dengan pesat. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset
lebih dari 65 persen per tahun dalam lima tahun terakhir, diharapkan peran
industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan
semakin signifikan.

3

Menurut Ghofur perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan
nasional memiliki peran yang tidak berbeda dengan bank konvensional lainnya.
Selain sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional, bank
syariah memiliki peran untuk menyalurkan dana dari nasabah yang berlebihan
kepada nasabah yang membutuhkan dana secara efektif dan efisien. Efektif
lebih memiliki arti sebagai ketepatan pemberian pembiayaan kepada pihak
yang membutuhkan, sedangkan efisien lebih memiliki arti kesesuaian hasil
antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan. (Atmawardhana,
2006;5)
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia menyatakan bahwa pada
Desember 2010 aset perbankan syariah di Indonesia adalah Rp 100,258 Milyar.
Total aset tersebut hanya 3,28 persen dari total aset perbankan nasional yang
sudah mencapai Rp 3.054.595 Milyar. Pada triwulan IV 2011 aset perbankan
syariah naik 35,55 persen dengan nilai Rp 135,9 triliun. Itu berarti, aset
perbankan syariah mencapai 3,9 persen dari total aset perbankan nasional.
Sebelumnya, BI menargetkan aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp
200 triliun hingga akhir 2012.
Boediono mengatakan posisi nilai aset perbankan syariah Indonesia per
akhir tahun 2011 menduduki peringkat keempat terbesar di dunia setelah Iran,
Malaysia dan Arab Saudi. Menurut Boediono, pertumbuhan perbankan syariah
di Indonesia (40 persen) lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan bank syariah di
dunia (10-15 persen).

4

Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2011 menyatakan
Indonesia menduduki peringkat keempat negara yang memiliki potensi dan
kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,
Malaysia dan Arab Saudi. Dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat
(40,2 persen dari tahun 2007-2011), bahkan lebih tinggi dibanding rata-rata
pertumbuhan aset perbankan secara keseluruhan (hanya sebesar 16,7 persen),
maka Indonesia diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama dalam
beberapa tahun ke depan. Optimisme ini sejalan dengan laju ekspansi
kelembagaan, ditambah volume penerbitan sukuk yang terus meningkat.
Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pelopor dan
kiblat pengembangan keuangan syariah.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan Syariah Nasional
Tahun 2010-2012
Jenis Perbankan Syariah

2010

2011

2012

Bank Umum Syariah
1. Jumlah Bank
11
11
11
2. Jumlah Kantor
1.215 1.401 1.745
Unit Usaha Syariah
1. Jumlah Bank Umum Konvensional yang
23
24
24
memiliki UUS
2. Jumlah Kantor
262
336
517
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1. Jumlah Bank
150
155
158
2. Jumlah Kantor
286
364
401
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012

5

Perkembangan

jaringan

perbankan

syariah

yang

semakin

luas

menunjukkan peran perbankan syariah semakin besar untuk pembangunan
ekonomi rakyat di Indonesia. Perbankan syariah mempunyai harapan agar
tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif terwujudnya financial inclusion.
Ini pula yang menjadi misi dasar dan utama syariah, yakni pengentasan
kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Optimisme ini dibangun berlandaskan beberapa faktor. Pertama, bank
syariah lebih dekat dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan,
khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di
sektor riil, sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif
(gharar),

sehingga

mempunyai

daya

tahan

yang

kuat

dan

teruji

ketangguhannya dari direct hit krisi keuangan global. Secara makro, perbankan
syariah dapat memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas sistem
keuangan dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasill (profit-loss
sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat yang
lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha
selaku debitor maupun pihak bank selaku pengelola dana.
Industri perbankan syariah di tahun 2012 telah mempunyai jaringan
sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
155 BPRS dengan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor yang tersebar
hampir di seluruh penjuru Nusantara. Total aset perbankan syariah mencapai
Rp 149,3 triliun (BUS dan UUS Rp 145,6 triliun dan BPRS Rp 3,7 trilliun)
6

atau tumbuh sebesar 51,1 persen dari posisi tahun sebelumnya. Maka layak
jika kemudian industri perbankan syariah dinamakan sebagai “the fastest
growing industry”.
Dengan perkembangan tersebut, maka tantangan perbankan syariah
dalam menjalankan aktivitasnya juga semakin besar. Perbankan syariah
sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama
dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat

dan

mendorong

pembangunan

ekonomi

nasional

yang

berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik
lagi bagi perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri
perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko.
Kinerja suatu perbankan pada umumnya dikaitkan dengan kemampuan
pihak manajemen dalam mengelolanya secara baik dan benar untuk
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu. Namun menghasilkan keuntungan
yang besar saja tidak cukup dalam mengelola industri perbankan. Kinerja yang
baik pada umumnya dikaitkan dengan efisiensi dalam mengelola sumber daya
yang ada dengan segala keterbatasannya untuk menghasilkan output dengan
jumlah yang tetap dengan menggunakan input yang lebih sedikit. Kemampuan
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran
kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank
dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal
dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum
7

dengan tingkat output tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan
output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Tecles & Tabak (2010) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi
perbankan merupakan alat bagi para manajemen dan pengambil keputusan
untuk meningkatkan kinerja bank, menyediakan informasi terkait internal
maupun eksternal bank yang berhubungan dengan keuntungan efisiensi. Endri
(2008), efisiensi bagi industri perbankan merupakan aspek yang paling penting
diperhatikan untuk mewujudkan suatu kinerja keuangan yang sehat dan
berkelanjutan (sustainable).
Tabel 1.2
Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012
Indikator Kerja

Tahun

2010
2011
Aset (miliar)
97.519
145.467
DPK (Dana Pihak Ketiga)(miliar)
76.086
115.415
Pembiayaan (miliar)
68.181
102.655
FDR (Financing to Deposit Ratio)(persen)
89.67
88.94
NPF (Non-Performing Financing)(persen)
3.02
2.52
ROA (Return On Asset)(persen)
1.67
1.79
ROE (Return On Equity)(persen)
17.58
15.73
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012, diolah
Keterangan : *) Data meliputi BUS dan UUS (tidak termasuk BPRS)

2012
195.018
147.512
147.512
100
2.22
2.14
24.06

Penelitian untuk mengukur efisiensi bank di Indonesia telah berkembang
kurang lebih sejak 8 tahun yang lalu. Salah satunya dilakukan Bank Indonesia
oleh Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas dan Eugenia
Mardanugraha dengan menggunakan pendekatan non-parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur efisiensi perbankan setelah
8

merger. Hadad, Santoso, Ilyas & Mardanugraha (2003) menyatakan bahwa
penelitian mengenai efisiensi perbankan dengan menggunakan pendekatan
DEA dapat memperoleh hasil yang akurat dibandingkan dengan menggunakan
analisis rasio keuangan. Salah satu alasan melakukan penelitian tersebut di
Indonesia adalah untuk menilai kinerja perbankan yang disebabkan
meningkatnya persaingan industri perbankan di Indonesia.
Hayes (1997) memberikan pernyataan yang sangat positif dan objective
atas keunggulan prinsip-prinsip bank Syariah. Ia mengkritisi masyarakat AS
yang larut dalam bunga (riba). Ia mencatat empat hal pokok yang dijadikan
konsiderasi dalam membangun sistem ekonomi syariah. Pertama kontrak
(akad) harus adil dan nyata, tak ada hubungan bisnis yang hirarki. Kedua, tidak
adanya unsur spekulasi. “They don’t like gambling”. Ketiga, tidak adanya
unsur bunga (riba). Keempat, tidak dikenal sistem „penalti’ bila rekanan bisnis
memang benar-benar bangkrut.
Berger, et al (1993) dalam Nurul Komaryatin (2006), mengatakan jika
terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting mengidentifikasi
efisiensi biaya dan pendapatan. Bank yang lebih efisien diharapkan akan
mendapatkan keuntungan yang optimal, dana pinjaman yang lebih banyak dan
kualitas pelayanan yang lebih baik pada nasabah.
Mengukur efisiensi suatu organisasi seperti bank bukanlah perkara yang
mudah. Kendala dalam pengukuran efisiensi menurut Shafer dan Terry (2002)
disebabkan oleh beberapa faktor :

9

1. Organisasi bank merupakan suatu kumpulan berbagai ragam perilaku
ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh karena itu sulit untuk
memperoleh ukuran efisiensi organisasi bank yang absolut. Kondisi ini
akan mengarah penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas
penggunaan sumber daya/inputs untuk mendapatkan suau hasil/output dari
sebuah organiasi bank dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif
organisasi bank lain yang sejenis) menggantikan nilai absolut tersebut.
2. Organisasi bank tersusun dari proses transformasi yang multidimensional
dimana selalu banyak input yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
banyak output pula.
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari
satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien
menurut Syafaroedin Sabar (1989) :
1. Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah input yang dipergunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan jumlah output yang sama.
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah
output yang lebih besar.
Haddad, Muliaman D. (2003), menuturkan bahwa pengukuran efisiensi di
dalam dunia perbankan merupakan salah satu indikator penting di dalam
mengukur kinerja perbankan. Pengukuran efisiensi di dalam dunia perbankan
banyak digunakan dalam menilai kinerja perbankan. Sebagaimana halnya
10

dengan jenis perusahaan yang lain, prinsip efisiensi ini penting untuk
diperhatikan di dalam dunia perbankan.
Astiyah S. Dan Husman A. (2006) menjelaskan bahwa efisiensi bank
bukan hanya sebagai indikator penting dalam perbankan, tetapi juga sarana
penting untuk lebih meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Perbankan
yang efisien diperkirakan dapat memperlancar proses transmisi kebijakan
moneter, sehingga kebijakan moneter dapat lebih efektif mencapai sasaran.
Kata efisiensi sendiri dapat diartikan sebagai rasio antara output dengan
input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu: (1) apabila dengan
input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) input yang
lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama; dan (3) dengan input yang
lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi (Iswardono S.P.
dan Darmawan, 2000).
Menurut Akhmad Syakir Kurnia (2004) dalam beberapa pengukuran
efisiensi perbankan ada dua pendekatan yang biasa digunakan yaitu pendekatan
produksi dan pendekatan intermediasi. Dalam pendekatan produksi, bank
ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi

yang melakukan usaha

menghasilkan output berupa jasa simpanan kepada nasabah penyimpan
maupun jasa pinjaman kepada nasabah peminjam dengan menggunakan
seluruh input yang ada. Sedangkan dalam pendekatan intermediasi, bank
ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi
berbagai bentuk dana yang dihimpun ke dalam berbagai bentuk pinjaman.
Konsekuensi adanya dua pendekatan dalam mengukur efisiensi bank adalah
11

perbedaan dalam menentukan input dan output. Penentuan input dan output
yang paling menonjol antara pendekatan produksi dengan pendekatan
intermediasi adalah dalam melakukan simpanan. Dalam pendekatan produksi
simpanan digunakan sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang
dihasikan (diproduksi) melalui kegiatan bank. Sedangkan dalam pendekatan
intermediasi simpanan ditempatkan sebagai input karena dari simpanan yang
dihimpun bank akan mentransformasikannya ke dalam berbagai bentuk asset
yang mennghasilkan, terutama pinjaman yang diberikan.
Berger dan Humphrey (1997) dalam Casu & Molyneeux (2003)
menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih
tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena
karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediary.
Wade D. Cook, Moez Hababbou and Gordon S. Robert (2000) di Tunisia
memakai pendekatan intermediasi dan produksi alat analisis yang digunakan
adalah DEA dan Regresi. Meneliti 10 bank di Tunisia dengan hasil bank asing
lebih efisien dan semakin tinggi kredit macetnya maka semakin tidak efisien,
begitu juga banknya semakin besar ukurannya makin efisien. Bank pemerintah
dan swasta mempunyai perbedaan efisiensi bank.
Suswandi

(2007)

meneliti

efisiensi

perbankan

syariah

dengan

menggunakan metode Stochastic Frontier Approach. Obyek penelitian
Suswandi adalah bank yang menganut prinsip syariah baik itu Bank Umum
Syariah (BUS) ataupun Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia selama periode
Januari 2003 sampai Desember 2006 menyatakan bahwa selama periode
12

Januari 2003 sampai dengan Desember 2006 perbankan syariah di Indonesia
telah mengalami efisiensi rata-rata perbulan sebesar 94,37% setiap tahun.
Efisiensi rata-rata paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 98,29%
dan terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 90,12%. Secara umum
efisiensi perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan, tetapi untuk
beberapa bulan efisiensi perbankan syariah mengalami penurunan antara lain :
bulan April 2003, Juni 2004, Oktober 2005, Maret 2006, Juli 2006 dan Oktober
2006. Hasil penelitiannya ini menunjukkan bahwa Perbankan Syariah hanya
mengalami efisiensi satu kali periode saja yaitu pada periode Desember 2006,
sedangkan pada periode lain mengalami ketidakefisienan. Secara umum, hasil
penelitian menunjukkan bahwa perbankan syariah masih belum mengalami
efisien.
Pada kenyataan tersebut terjadi permasalahan bahwa secara rata-rata
efisiensi perbankan syariah tidak dapat mencapai 100% (tidak mengalami
efisiensi) dan hanya sedikit periode yang mencapai efisiensi 100% sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur nilai efisiensi
perbankan syariah serta bagaimana rekomendasi dari penelitian ini agar
perbankan syariah mencapai efisiensi 100%.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menganalisis tingkat
efisiensi yang dicapai oleh perbankan syariah di Indonesia. Ada beberapa hal
yang mendorong untuk melakukan penelitian ini, yaitu : (1) Pada umumnya,
penelitian mengenai efisiensi perbankan syariah di Indonesia selama ini masih
cenderung terfokus pada perbankan konvensional; (2) Selain itu, pengukuran
13

kinerja perbankan yang digunakan umumnya cenderung menilai dari
pengukuran tingkat kesehatan bank dengan pendekatan konsep CAMELS; dan
(3) Penelitian ini sebagai upaya pengembangan penelitian-penelitian yang telah
ada tentang efisiensi perbankan, khususnya perbankan syariah.
Penelitian ini juga diarahkan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah. Hal tersebut
didasari oleh beberapa kajian penelitian dan pendapat mengenai faktor yang
dapat mempengaruhi efisiensi perbankan, diantaranya oleh Rangan et.al (1988)
menyatakan melalui hasil penelitiannya bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat efisiensi sebuah perbankan adalah ukuran bank (yang
dinilai berdasarkan nilai asetnya). Rangan menyatakan bahwa ukuran bank
berpengaruh positif terhadap efisiensi. Artinya semakin besar suatu bank, akan
semakin efisien, karena bank dapat memaksimalkan skala dan cakupan
ekonomisnya. (Dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009:51)
Beberapa penelitian terkait efisiensi dan hubungannya dengan kinerja
efisiensi telah dilakukan di beberapa negara, seperti Malhotra & Poteau (2012)
yang

melakukan

penelitian

efisiensi

bank-bank

di

India.

Hasilnya

menunjukkan bank-bank mana yang tidak efisien dan bagaimana bank-bank
tersebut dapat meningkatkan kinerja agar dapat sejajar dengan bank-bank
lainnya yang efisien. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mostafa (2011)
melakukan penelitian pada bank-bank di kuwait. Hasil menunjukkan bahwa
kinerja beberapa bank yang sub-optimal menunjukkan adanya potensi
perbaikan yang signifikan, dengan cara menggunakan sumber daya yang ada
14

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun penelitian Sufian & Noor
(2009) menggunakan DEA dan Regresi Tobit untuk menguji efisiensi bank
syariah di 16 negara Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dan negaranegara Asia. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat efisiensi bank syariah
Timur Tengah dan Afrika Utara lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah
di negara-negara Asia. Peneliti juga mengemukakan adanya hubungan positif
antara efisiensi perbankan dengan intensitas pinjaman, pengukuran dan
profitabilitas.
Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
penelitian ini akan dilakukan dengan judul “Analisis Efisiensi Perbankan
Syariah di Indonesia periode 2010-2012 dengan Menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA)” (Studi kasus pada Bank Muamalat, Bank Mega
Syariah dan BRI Syariah).

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dimaksudkan untuk menunjukkan inti masalah yang
akan diteliti sehingga mudah dipahami secara jelas dan tidak terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari masalah sebenarnya. Berdasarkan dari
penelitian terdahulu terlihat bahwa secara rata-rata efisiensi perbankan syariah
tidak dapat mencapai 100% (tidak mengalami efisiensi) dan hanya sedikit
yang mengalami periode efisiensi sebesar 100%, padahal perbankan syariah
sebagai lembaga keuangan yang berkembang di Indonesia untuk memiliki
kinerja yang baik dengan mengalami efisiensi sebesar 100%. Dari
15

permasalahan yang dikemukakan diatas, maka masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat efisiensi pada Bank Muamalat, Bank Mega Syariah dan
BRI Syariah pada tahun 2010-2012 ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab ketidakefisienan pada Bank Muamalat,
Bank Mega Syariah dan BRI Syariah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :
1) Menganalisis efisiensi ketiga bank syariah di Indonesia melalui input-output
perbankan syariah tersebut.
2) Menganalisis faktor-faktor penyebab perbedaan nilai efisiensi ketiga bank
syariah di Indonesia.
2.

Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

peneliti maupun tempat atau perusahaan yang menjadi objek penelitian. Oleh
karena itu, terdapat beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini.
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi
dan referensi yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, terutama
penelitian yang mengukur tingkat efisiensi bank. Penelitian ini juga
16

diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan objek penelitian dan variabel
yang berbeda.
2. Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
penngetahuan mengenai kegunaan pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA) dalam mengukur tingkat efisiensi bank.
3. Bagi regulator ataupun instansi, penelitian ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang bank. Selain itu, hasil
penelitian ini juga diharapkan akan memberikan informasi kepada
pengguna jasa bank ataupun manajemen perusahaan mengenai variabelvariabel yang berpengaruh terhadap tingkat efisiensi sebuah bank,
sehingga variabel ini akan lebih diperhatikan penggunaannya.

17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1.

Karakterisitik Dasar Perbankan Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan

pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah) adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2004 : 1).
Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil (Susilo, 2000 :
110).
Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah
Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuanketentuan Al-Qur’an dan Hadis. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip
syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuanketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam.
18

Dalam tata cara bermuamalat ini menghindari praktek yang dikhawatirkan
mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil dan pembiayaan perdagangan (Muhammad, 2004 : 1).
Kegiatan bank syariah

merupakan implementasi dari prinsip ekonomi

Islam dengan karakteristik, yakni :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak menerapkan
sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil.
Hal ini sesuai dengan fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 yang
menggolongkan bunga bank termasuk riba dan menurut Al-Qur’an riba adalah
haram.
B. Pendekatan Struktural dalam Menilai Performance Bank
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran
(output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari
satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien
menurut Ida (2006) : (1) Mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah input yang dipergunakan oleh perusahaan lain
dengan menghasilkan jumlah output yang sama, (2) Menggunakan jumlah unit
19

input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. Input
dan output pada perbankan syariah dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1
Sistem Operasional Bank Syariah

PENDIRI

Nasabah

Modal
 Wadiah
 Mudharabah
 Wakalah/
Kafalah

BANK SYARIAH
BAGI HASIL

Zakat

Dept.
Financing

-Ba’i Bitha a Ajil
-Murabahah

Zakat

Equity
Financing

Marjin Administrasi
Keuntungan

BAGI HASIL

Bagi Hasil
-Musyarakah

-Ijarah
Qardul
Hasan

-Mudharabah

Pembiayaan
Sosial

Sumber : Muhammad, Sistem & Prosedural Operasional Bank Syariah, 2005;4

Dari gambar 2.1 diatas dapat diketahui bahwa input pada perbankan
syariah terdiri dari tiga pihak. Dana pihak pertama adalah berasal dari dana
yang berasal dari para pemodal, pemegang saham. Dana pihak kedua adalah
dana yang berasal dari pinjaman lembaga keuangan (bank dan bukan bank),

20

pinjaman dari Bank Indonesia. Dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari
dana simpanan, tabungan dan deposito. Setelah input bank tersedia, selanjutnya
bank syariah dapat menghasilkan output. Output tersebut berupa penyaluran
dana kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan, kredit dan
jasa.
Terdapat bermacam-macam definisi konseptualisasi pendekatan dalam
mendefinisikan input dan output dalam membentuk sebuah model efisiensi
yang tepat. Muliaman D. Hadad, dkk (2003) mengatakan bahwa ada tiga cara
dalam mendefinisikan output-output finansial dari sebuah lembaga finansial,
yaitu pendekatan Asset/Intermediary Approach (output nya adalah kredit
pinjaman yang dikeluarkan bank dan aset-aset lainnya), pendekatan User Cost
(output yang mempunyai kontribusi terhadap pendapatan bersih), dan
pendekatan Value Added (output yang mempunyai kontribusi terhadap value
added).
Intermediary Approach adalah penentuan variabel input dan variabel
output dengan memperhatikan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. User
Cost adalah penentuan variabel input dan variabel output bank berdasarkan
fungsi bank sebagai penentu harga dipasar perbankan, dan Value Added adalah
penentuan variabel input dan variabel output bank berdasarkan tujuan bank
untuk menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yang maksimal.
Dengan menganggap hal lainnya tidak berubah (Ceteris Paribus), dan
dengan nilai margin tertentu dari tingkat bunga yang dibayarkan pada deposit
dan aset atau kewajiban finansial lainnya, sebuah gabungan kredit yang
21

meningkatkan tingkat deposit akan meningkatkan produksi bersih nilai tambah
dari lembaga finansial tersebut, dimana kekuatan yang merubah pembelian
dana-dana inter-bank akan mengurangi produksi bersih nilai tambahnya.
Pembahasan mengenai efisiensi relatif bermula dari sebuah konsep yang
menjelaskan bahwa sebuah garis batas produksi (production frontier) adalah
sebuah hubungan teknologi yang menggambarkan output maksimum yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan yang efisien dari berbagai penggunaan
kombinasi input dalam beberapa periode (Arafat, 2006). Efisiensi dapat
ditinjau dari dua sisi yaitu efisiensi alokasi atau harga (allocative efficiency)
dan efisiensi teknik (technical efficiency)(Agus, 2002). Efisiensi alokasi
merupakan kemampuan dalam memperhitungkan tingkat nilai produk marjinal
(marginal value product) dari biaya marjinal (marginal cost). Sedangkan
efisiensi teknik merupakan kapasitas produksi unit kegiatan ekonomi (UKE)
untuk memproduksi tingkat output yang maksimum dari input-input dan
teknologi yang tetap.
Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat
efisiensi bank, yaitu pendekatan parametrik dan non-parametrik. Dengan
menggunakan pendekatan parametrik maupun non parametrik, tujuan dari
penelitian mengenai efisiensi perbankan adalah untuk memperoleh suatu
frontier yang akurat. Namun kedua metode tersebut menggunakan pendekatan
yang berbeda untuk mencapai tujuan ini. Pendekatan parametrik menghasilkan
Stochastic Cost Frontier sedangkan pendekatan non parametrik menghasilkan
Production Frontier.
22

Setiap prosedur memiliki keuntungan dan kelebihan tersendiri. Prosedur
parametrik untuk melihat hubungan antara biaya diperlukan informasi yang
akurat untuk harga input dan variabel exogen lainnya. Pengetahuan mengenai
bentuk fungsi yang tepat dari frontier dan struktur dari on-sided error (jika
digunakan), dan ukuran sampel yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan
kesimpulan

secara

statistika

(Statistical

Inferences).

Pendekatan

non

parametrik tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor seperti perbedaan harga
antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data, observasi yang
ekstrim dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor ketidakefisienan. Dengan
demikian, pendekatan non parametrik dapat digunakan untuk mengukur
inefisiensi secara lebih umum.
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan sebuah metode
non-parametric yang menggunakan model program linier untuk menghitung
perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan.
Metode ini diketahui untuk pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhodes
(CCR) melalui papernya yang dipublikasikan oleh European Journal of
Operation

Research

pada

tahun

1978.

Paper

CCR

tersebut

mengoperasionalkan dan mengembangkan gagasan Farrel (1957). Sejak tahun
1978, teori dan aplikasi DEA telah berkembang sangat pesat. Salah satu faktor
pendorong dari perkembangan yang pesat tersebut bahwa DEA berhasil
menciptakan kondisi saling mendukung yang dinamis antara teori dan aplikasi.
Metode ini tidak memerlukan fungsi produksi dan hasil perhitungannya disebut
nilai efisiensi relatif.
23

Konsep awal dari Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) mengetengahkan
sebuah model yang berorientasi pada input berdasarkan asumsi constant return
to scale (CRS). Asumsi CRS menyatakan bahwa asumsi ini hanya sesuai untuk
kondisi dimana seluruh DMU beroperasi pada skala optimal. Padahal terdapat
beberapa faktor yang bisa mengakibatkan sebuah DMU tidak beroperasi pada
skala optimal, misalnya kondisi persaingan tidak sempurna (imperfect
competition)

dan hambatan-hambatan keuangan. Jika asumsi CRS tetap

digunakan untuk DMU yang tidak beroperasi pada skala optimal maka akan
terjadi ketidakjelasan karena technical efficiency akan menyatu dengan scale
efficiency. Dengan adanya kelemahan pada asumsi CRS maka muncul asumsi
alternatif yaitu variable return to scale (VRS) yang dipublikasikan pertama
kali oleh Banker, Charnes dan Cooper (BCC) pada tahun 1984.
Perbedaan utama antara CRS (model CCR) dan VRS (model BCC), yaitu
model pertama yang menghasilkan evaluasi terhadap overall efficiency,
sedangkan model kedua dapat memisahkan technical efficiency dengan scale
efficiency. Penggunaan model CCR dianggap sudah memenuhi skala optimal,
sedangkan penggunaan model BCC dimaksudkan untuk menutupi kelemahan
model CCR dalam hal terdapat DMU yang diteliti tidak beroperasi pada skala
optimal.
Metode DEA merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi bank. Dengan menggunakan metode DEA maka
pengukuran tingkat efisiensi relatif suatu bank dapat diperoleh.

Dalam

mengukur efisiensi DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai
24

referensi yang dapat membantu mencari penyebab dan memberi solusi dari
ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial
(Hadad et.al.,2003). Metode ini juga dapat mengidentifikasi bank mana yang
telah mencapai tingkat efisiensi yang paling tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai acuan bagi bank yang kurang efisien. metode DEA juga memberikan
informasi potensi peningkatan penggunaan sumber daya yang dimilki bank
yang kurang efisien.
Dalam penelitian efisiensi lembaga perbankan terdapat dua kelompok
variabel yang harus dilakukan secara tepat yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi, kelompok pertama yaitu variabel-variabel input
dan output. Sedangkan kelompok kedua adalah variabel-variabel penjelas
(explanatory variables) yang akan digunakan untuk meneliti faktor-faktor yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi bank. Pada bagian
ini dikemukakan mengenai variabel-variabel penilaian tingkat efisiensi yang
digunakan dalam studi-studi terdahulu.
Adanya perbedaan mengenai definisi input

Dokumen yang terkait

Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

0 11 166

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

PENDAHULUAN Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Data Evelopment Analysis (DEA) (Studi pada Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank BCA Syariah, Bank Bukopin Syariah

1 8 10

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis(DEA).(Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri Tahu

0 4 14

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis(DEA).(Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syari

0 2 17

PENDAHULUAN Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis(DEA).(Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2014).

0 2 8

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 2 14

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Umum Syariah Terdaftar Di Bi Tahun 2010.

0 0 13

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Umum Syariah Terdaftar Di Bi Tahun 2010.

0 0 15

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA).

0 0 10