Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq Dan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Di Dalamnya

KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
HERMANTO
NIM 208011000042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK
HERMANTO (NIM: 208011000042). KEPEMIMPINAN ABU BAKAR

ASH-SHIDDIQ DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG
TERKANDUNG DI DALAMNYA.
Kata kunci : Kepemimpinan dan Nilai-nilai Pendidikan Islam
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan
yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil
dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin.
Permasalahan yang diangkat pada penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung di dalamnya.
Abu bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama dalam Khulafa alRasyidin dan ini merupakan anugrah dan keistimewaan yang diberikan Allah
kepadanya, yang dilandasi oleh keimanan yang kokoh, telah banyak yang ia
lakukan. Ia selalu siaga membela Nabi dalam berdakwah, sebagaimana
pembelaanya terhadap kaum muslimin. Kepentingan Rasulullah SAW lebih
diutamakan dari pada kepentingan dirinya sendiri. Bahkan dalam segala situasi, ia
selalu mendampingi perjuangan Nabi SAW. Kesempurnaan akhlaknya tersebut
memberi nilai-nilai pendidikan yang patut kita teladani yang diantaranya;
Ketegasan, keberanian, kedermawanan, keadilan, kejujuran, dan kewibawaan.
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research)
yaitu suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti
buku-buku, artikel dan lain-lain. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan

metode analisis deskriptif yaitu penulis menganalisis masalah yang akan dibahas
dengan cara mengumpulkan data-data kepustakaan dengan membaca, meneliti,
menela’ah dan menghimpun dan menganalisa beberapa literature yang ada
relevansinya dengan topik pembahasan skripsi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan Islam antara lain: Ketegasan, keberanian, kedermawanan, keadilan,
kejujuran dan kewibawaan.

i

KATA PENGANTAR
   
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan limpahan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Nilai-nilai Pendidikan
Islam yang Terkandung di Dalamnya”. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada sang pemimpin umat islam yang telah membawa risalah
cahaya Islami, yakni baginda Rasulullah SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi

strata satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Banyak sekali rintangan serta hambatan yang penulis rasakan dalam
penulisan skripsi ini, namun Alhamdulillah berkat pertolongan dan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada
Ayahanda Muhammad Nasir dan Ibunda Siti Arisah tercinta yang telah
membiayai kuliah, memberikan do’a, curahan kasih sayang, motivasi dan saran
baik secara moril maupun materil sehingga Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan kuliah ini. Selanjutnya penulis perlu menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1.

Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, dan Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc.
MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.


3.

Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi dan telah
meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran di sela-sela kesibukannya dalam
penyusunan skripsi ini.

ii

4.

Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama
melaksanakan studi.

5.

Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan baik selama studi

maupun dalam penulisan skripsi.

6.

Orang tua tercinta Muhammad Nasir dan Siti Arisah yang telah membiayai,
memberikan motivasi, doa serta kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini.
Saya mungkin belum bisa membalas kebaikan semuanya itu, saya hanya bisa
mengucapkan Syukron katsiron Jazakumullah ahsana jaza. Amiin.

7.

Teman-teman PAI seperjuangan, khususnya kelas B angkatan 2008-2009
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala
perhatian, dukungan serta motivasinya. Semoga Allah meridhoi segala usaha
dan harapan kita, serta silaturrahmi diantara kita tetap terjalin.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua

pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar
terang kepada seluruh hambanya dan semoga aktivitas penulis selalu diberkahiNya dan diberikan hidayah-Nya.

Terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, serta penulis juga berharap kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Jakarta,

April 2014

Hermanto

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
ABSTRAKS ....................................................................................................

i


KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

1

B. Pembatasan Masalah.................................................................

5


C. Perumusan Masalah .................................................................

6

D. Tujuan Penelitian .....................................................................

6

E. Metode Penelitian ....................................................................

7

RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
A. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum masuk
Islam ........................................................................................

8

1. Nama, Nasab, Kuniyah dan Laqab Abu Bakar

Ash-Shiddiq ........................................................................

8

2. Kelahiran, Gambaran dan Ciri Fisik Abu Bakar
Ash-Shiddiq .........................................................................

9

3. Keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq .......................................

10

4. Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Masyarakat
Jahiliyah ...............................................................................

10

B. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah masuk
Islam .........................................................................................


13

1. Keislaman Abu Bakar Ash-Shiddiq.....................................

13

2. Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq ........................................

15

3. Ujian dan Cobaan yang Dialami Oleh Abu Bakar ...............

16

4. Pembelaan Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah ......
iv

18


C. Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menjadi
Khalifah .............................................................................................

20

1. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq ....................

20

2. Masa Kepemimpinan Abu Bakar ........................................

22

3. Wafatnya Abu Bakar-Ash-Shiddiq .....................................

29

BAB III PENGERTIAN, DASAR DAN TUJUAN NILAI PENDIDIKAN
ISLAM
A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam ...........................................

31

B. Dasar-dasar Nilai Pendidikan Islam .........................................

34

C. Tujuan Menggali Nilai-nilai Pendidikan Islam ........................

40

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG
DALAM KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ DAN
UPAYA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam .....................................................

43

1. Ketegasan .............................................................................

43

2. Keberanian ...........................................................................

45

3. Kedermawanan ....................................................................

49

4. Keadilan ...............................................................................

52

5. Kejujuran .............................................................................

55

6. Kewibawaan ........................................................................

56

B. Implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam ...............................

59

1. Ketegasan dalam Mendidik ................................................

59

2. Keberanian dalam Mendidik................................................

62

3. Kedermawanan dalam Mendidik .........................................

65

4. Keadilan dalam Mendidik....................................................

67

5. Kejujuran dalam Mendidik ..................................................

68

6. Kewibawaan dalam Mendidik .............................................

72

v

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................

75

B. Saran .........................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia
yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia. Sejak itulah terjadi
kerjasama antar manusia, dan ada unsur kepemimpinan.1
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk
mempengaruhinya. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi
baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan
orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pemimpinnya.2
Kepemimpinan dalam Islam didasari oleh kepercayaan, serta
menekankan pada ketulusan, integritas dan kepedulian. Kepemimpinan
dalam Islam berakar pada kepercayaan dan kesediaan untuk berserah diri
kepada Allah yang Maha Pencipta. Semua kembali kepada menjalankan
kehendak Tuhan. Kepemimpinan Islam sudah merupakan fitrah bagi setiap
manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia
diamanati Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil Allah) dimuka bumi,
1

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 28.
2
Pandji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), Cet.
III, h. 2.

1

2

yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi
alam semesta. Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai
khalifah fil ardi menempati posisi sentral dalam kepemimpinan Islam.
Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia
menuntut terjalinnya hubungan interaksi yang sebaik-baiknya antara
manusia dengan pemberi amanah yaitu dengan mengerjakan semua perintah
Allah menjauhi laranganNya, dan ikhlas menerima hukum-hukum atau
ketentuannya.3
Gulen sebagai sejarahwan mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh
Fuad Nashori menyebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin yang
universal sekaligus unik. Beliau telah menjadi model bagi para pemimpin
Islam dan para pengikutnya sepanjang masa. Pemimpin muslim yang sukses
selalu berusaha untuk memperoleh pengetahuan praktis dan juga
kompetensi untuk dapat diterapkan dalam situasi yang tepat. Masyarakat
biasanya akan mengikuti arahan pemimpin apabila mereka percaya bahwa
pemimpin tersebut mengetahui apa yang dilakukannya. Di dalam Islam
calon pemimpin didorong untuk memiliki berbagai karakter yang baik
seperti: kejujuran, kesabaran, kerendahan hati, keluhuran budi, pemahaman
diri, kesediaan untuk berkonsultasi atau meminta pendapat orang lain,
keadilan, kesederhanaan dan bertanggung jawab.4
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin
dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang
sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individuindividu yang dipimpin.5
Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau
wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum
muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah
beliau wafat, belum lagi jenazahnya dimakamkan sejumlah tokoh Muhajirin
3

Fuad Nashori, Psikologi Kepemimpinan, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2009) h. 3.
Ibid.,h. 5.
5
Kartini Kartono, op.cit., h. 5.
4

3

dan

Anshor

berkumpul

dibalai

kota

Bani

Sa’idah.

Mereka

memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah
berjalan cukup lama karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun
Anshor sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin. Namun dengan
semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi akhirnya Abu Bakar terpilih.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah
Rasulillah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat
untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin dan
kepala pemerintahan.6
Pemilihan dan penetapan Abu Bakar sebagai pemimpin dilakukan
secara demokratis. Pencalonannya dilakukan oleh Umar bin Khatab
kemudian disetujui oleh semua umat Islam. Cara ini dilakukan karena
Rasulullah tidak menunjuk pengganti.7
Berdasarkan pengalaman sejarah, beragam latar belakang yang
dialami oleh para pemimpin Islam sebelum mereka menduduki kursi
kepemimpinan.

Rasulullah memimpin umat Islam atas perintah Allah

secara langsung dengan diutusnya beliau menjadi Nabi dan selanjutnya
beliau memperoleh bai’at (janji setia) dari para sahabat. Selanjutnya, para
shahabat radhiyallahu ‘anhum yang terpilih menjadi pemimpin pertama
yang menggantikan beliau setelah wafat adalah Abu Bakar Ash-shiddiq.8
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai
pemimpin, yaitu:
1.

Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah
(pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan
pada hadits Nabi Muhammad yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy"
(kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).

6

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008), h. 35.
7

Didin Saefuddin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007),

Cet. I, h. 33.
8

Fuad Nashori, op. cit., h. 14.

4

2.

Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai
pemimpin karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain adalah
laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, satu-satunya sahabat yang
menemani Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah dari Makkah ke
Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, beliau

ditunjuk oleh

Rasulullah untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan Abu
Bakar keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
3.

Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama
maupun kekeluargaan.9
Abu Bakar dikenal dengan beberapa julukan di antaranya adalah AshShiddiq yang artinya jujur dan membenarkan, karena beliau selalu mengakui
dan membenarkan Nabi Muhammad dalam segala hal yang beliau
sampaikan. Selain itu sifat Ash-shiddiq selalu menghiasi setiap ucapan dan
tingkah lakunya sehari-hari. Kemuliaan dan keutamaan sifat-sifat Abu
Bakar membuat bangga para ahli ilmu. Mereka tak dapat menentukan, dari
mana harus memulai membahas sifat-sifat utamanya, karena semua dirinya
dan segala yang tampak padanya adalah keutamaan.
Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa Abu Bakar memiliki
salah satu sifat utama yang akan senantiasa diingat ketika seseorang
menyebutkan namanya Ash-shiddiq. Itulah sifat yang tidak akan pernah bisa
dilepaskan dari dirinya. Sifat Ash-shidq (jujur) dan Ash-shiddiq (jujur dan
membenarkan) telah menjadi bagian dirinya. Jika nama Abu Bakar
disebutkan, sifat jujur pasti disertakan. Keimanan tak dapat dilepaskan dan
keduanya melekat pada sosok Abu Bakar.10
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa Abu Bakar merupakan sosok
yang jujur, dan memiliki keimanan yang kuat yang melekat pada dirinya.

9

Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 77.
10
Musthafa Murad, Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq, (Jakarta: zaman, 2009), Cet.
I, h. 31.

5

Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah dalam pendidikan
sangatlah penting adanya sifat kejujuran, dimana kejujuran seorang pendidik
itu dapat membentuk karakter siswa untuk lebih baik.
Sebagai pemimpin sekaligus sebagai pendidik umat, kepemimpinan
Abu Bakar banyak mengandung nilai-nilai pendidikan antara lain kejujuran,
keberanian, dan lain sebagainya. Hal ini terlihat ketika pidato pertamanya
setelah diangkat menjadi khalifah berbuyi:
Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, bukan berarti aku orang yang
terbaik dari kalian. Kalau aku memimpin dengan baik, maka bantulah aku.
Jika aku salah, maka hendaklah kalian meluruskanku. Kejujuran adalah
amanat dan kebohongan adalah khianat. Orang lemah diantara kalian adalah
orang kuat menurut pandanganku sampai aku menunaikan apa yang menjadi
haknya. Orang kuat diantara kalian adalah orang lemah menurut
pandanganku hingga aku menggambil hak darinya.11
Gaya pidato kepemimpinan yang dilakukan Abu Bakar As-shiddiq
tersebut, memiliki implikasi terhadap pendidikan Islam, bahwa para
pendidik yang berfungsi sebagai pemimpin hendaklah bersikap jujur
terhadap anak didiknya. Maka guru yang jujur adalah salah satu alternatif
yang sangat baik dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan Islam.
Pemaparan seperti diataslah yang melatarbelakangi penulis merasa
tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi tentang sosok
kepribadian dan karakter kepemimpinan Abu Bakar Ash-shiddiq.
Dari latar belakang masalah diatas, penulis menuangkan dalam bentuk
skripsi yang berjudul “KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG
DI DALAMNYA”.

B.

Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar jauh
dari ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi masalah ini pada

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,
(Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 2007), Cet. 3, h. 8.
11

6

kepemimpinan Abu Bakar Ash-shiddiq dan nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung di dalamnya.

C.

Perumusan Masalah
Dengan berpijak dari pemaparan latar belakang masalah yang telah
diuraikan diatas, maka inti yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini
adalah:

1. Bagaimanakah kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Nilai-nilai pendidikan Islam apa sajakah yang terkandung dalam
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimanakah implementasinya terhadap pendidikan?

D.
1.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dari penelitian penulisan skripsi ini adalah penulis
ingin menjelaskan kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan nilai-nilai
pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya.

2.

Manfaat Penelitian

a. Memperbanyak khazanah pengetahuan di lingkungan lembaga pendidikan
khususnya dalam pendidikan islam.
b. Menambah khazanah kepustakaan dalam meneliti dan memahami
kepemimpinan Abu Bakar dan nilai-nilai pendidikan Islam.
c. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kepemimpinan
Abu Bakar Ash-shiddiq dan nilai-nilai pendidikan Islam.

E.

Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah
metode deskriptif analisis, yaitu penulis menganalisis masalah yang akan
dibahas dengan cara mengumpulkan data-data kepustakaan, yaitu membaca,
meneliti, menelaah, menghimpun dan menganalisa beberapa literature dan

7

kepustakaan yang ada relevansinya dengan masalah yang akan dibahas
dalam penyusunan skripsi ini.
Sumber data yang penulis gunakan adalah buku-buku yang berkaitan
dengan topik pembahasan skripsi, buku-buku tersebut antara lain:
1. Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa’, Jakarta: Qhisti Press, 2009.
2. Husain Muhammad Haikal, Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Solo CV. Pustaka Mantiq, 1994.
3. Ali Muhammad Ash-shalabi, Biografi Abu Bakar As-shiddiq, Jakarta:
Pustaka Al-kausar, 2013.
4. Al- Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang
Agung, Jakarta: Darul Haq, 2011.
5. Misbah Em Majidy, Abu Bakar The 1st Khalifah, Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanlema, 2013.

BAB II
RIWAYAT HIDUP ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

A.

Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk
Islam
1.

Nama, Nasab, Kuniyah dan Laqab Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar lahir di Mekkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun

Gajah. Namanya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka‟ab
bin Sa‟ad bin Taim bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟aib bin Ghalib Al-Qurasyi
At-Taimi. Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq bertemu dengan nasab Nabi
Muhammad pada kakek keenam yaitu Murrah bin Ka‟ab.1
Ia memiliki nama Kuniyah Abu Bakar (Bakr), dari kata, “Al-Bakr”
yang artinya adalah unta yang muda dan kuat. Bentuk jamaknya adalah,
“Bikar” dan “abkur”. Orang Arab menyebut Bakr, yaitu moyang sebuah
kabilah yang besar.
Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki sejumlah nama laqab atau julukan
yang kesemuanya menunjukan pengertian luhurnya derajat dan kedudukan
serta kemuliaan jejak langkah dan nasab. Diantaranya adalah Al-‘Atiq dan
Ash-Shiddiq.
Rasulullah SAW menyifatinya dengan “Atiq bin An-nar” (orang yang
terbebas dari api neraka), sehingga dia lebih dikenal dengan nama “Atiq”.

1

Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Abu Bakar As-shiddiq, (Jakarta: Pustaka Alkausar, 2013), h. 22.

8

9

Ada yang mengatakan bahwa ia dipanggil dengan Atiq karena kebagusan
rupanya. Sedangkan gelar Shiddiq, nama julukan ini diberikan oleh
Rasulullah kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan
dan mempercayai Rasulullah. Umat bersepakat atas julukan Ash-Shiddiq
bagi Abu Bakar, karena ia senantiasa langsung membenarkan dan
mempercayai Rasulullah tanpa pernah ia bersikap agak bimbang serta
senantiasa berkomitmen pada kebenaran dan kejujuran, tanpa pernah
melakukan hal-hal yang tidak baik.2

2.

Kelahiran, Gambaran dan Ciri Fisik Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ulama sudah tidak berselisih lagi bahwa Abu Bakar dilahirkan setelah

tahun gajah. Namun mereka masih berselisih mengenai kapan persisnya
kelahiran Abu Bakar. Ada sebagian ulama mengatakan, bahwa Abu Bakar
lahir tiga tahun setelah tahun gajah. Ada pula yang mengatakan, dua tahun
enam bulan setelah tahun gajah. Dan ada pula yang mengatakan dua tahun
beberapa bulan setelah tahun gajah, tanpa menyebutkan jumlah bulannya
secara spesifik.
Abu Bakar tumbuh dan berkembang dengan mulia dan baik dalam
asuhan kedua orang tua yang memiliki kehormatan, kedudukan dan
kemuliaan di tengah kaumnya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang
menjadikan Abu Bakar tumbuh dan berkembang sebagai sosok yang
terhormat, mulia dan memiliki kedudukan penting di tengah kaumnya.
Adapun mengenai gambaran dan ciri-ciri fisik Abu Bakar, maka ia
dideskripsikan sebagai sosok yang bertubuh kurus dan berkulit putih.
Aisyah menerangkan ciri fisik Abu Bakar dengan mengatakan, “beliau
berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang, wajahnya selalu
berkeringat, berkening lebar memiliki urat tangan yang tampak menonjol

2

Ibid., h. 24.

10

dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar maupun daun
pohon al-katam.3

3.

Keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bapaknya adalah Utsman bin Amir bin Amr dan memiliki nama

kuniyah Abu Quhafah. Ia masuk Islam pada Fathu Makkah. Ibunda Abu
Bakar adalah Salma binti Shakhr bin Amr bin Ka‟ab bin Sa‟ad bin Taim.
Nama kuniahnya adalah Ummu Al-Khair.
Ia menikahi dengan empat isteri yang memberinya tiga anak laki-laki
dan tiga anak perempuan. Para isteri Abu Bakar itu adalah; Qutailah binti
Abd Al-Uzza bin Sa‟ad bin Jabir bin Malik, Ummu Ruman binti Amir bin
Uwaimir, Asma‟ binti „Umais bin Ma‟bad bin Al-Harits dan Habibbah binti
Kharijah. Dalam pernikahannya Abu Bakar memperoleh tiga orang laki-laki
dan dua orang perempuan yang diantaranya; Abdurrahman bin Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq, Muhammad bin Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Asma binti Abu Bakar, Ummu Kultsum binti Abu
Bakar. Itulah keluarga Abu Bakar yang diberkahi dan dimuliakan oleh Allah
dengan Islam.4

4.

Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Masyarakat Jahiliyah
Sejak kecil Abu Bakar hidup seperti layaknya anak-anak lainnya di

kota Mekah. Tatkala usianya menginjak masa dewasa, kemudian beliau
berdagang sebagai penjual kain. Sebagai seorang pedagang kain, Abu Bakar
sangat berhasil dalam usahanya sehingga memperoleh keuntungan yang
besar. Keberhasilan usaha dagangnya disebabkan oleh kepribadian dan
akhlaknya yang mulia, sehingga sangat disenangi orang.5

3

Al- Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung,
(Jakarta: Darul Haq, 2011), Cet. VIII, h. 5.
4
Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 28.
5
Husain Muhammad Haikal, Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq, (Solo:
CV. Pustaka Mantiq, 1994), Cet. 1, h. 33.

11

Abu Bakar hidup di Mekah al-Mukkaramah dan tidak pernah
meninggalkan kota suci itu kecuali untuk urusan dagang. Ia tumbuh sebagai
pemuda berakhlak mulia dan memiliki kepribadian yang baik. Selain itu
mempunyai harta yang banyak, mempunyai karisma, kebaikan dan
keutamaan diantara kaumnya. Abu Bakar memberi sesuatu pada orang yang
tidak memilikinya serta kedudukannya tidak bisa dianggap remeh. Abu
Bakar dikenal sebagai seorang yang mulia, jujur, baik, pemurah, baik
ditengah kaum maupun keluarganya. Semua penduduk Mekkah mengakui
hal tersebut.
Imam Nawawi menjelaskan, Abu Bakar adalah pemimpin kaum
Quraisy di masa Jahiliyah, beliau selalu dilibatkan dalam musyawarah, dan
dicintai kaumnya. Ketika Islam datang, Abu Bakar meninggalkan segalanya.
Ia masuk Islam secara sempurna, senantiasa menambah wawasannya,
menambah kebaikannya sampai beliau meninggal dunia.6
Pada masa jahiliyah, Abu Bakar termasuk salah satu orang Quraisy
yang terkemuka, terhormat dan salah satu tokoh terkenal baik. Sebelum
munculnya Islam, kemuliaan dan kehormatan di kalangan Quraisy berada di
tangan sepuluh orang dari sepuluh marga. Dan beliau keturunan dari bani
Taim, Abu Bakar adalah orang yang memegang jabatan yang megurusi alasynaq, yaitu diyat dan denda. Jika ia mengambil alih suatu beban
tanggungan diyat atau denda, lalu ia meminta bantuan kepada kaum
Quraisy untuk ikut menanggungnya, maka mereka mempercayainya dan
meluruskan pengambil alihan tersebut. Namun jika orang lain selain Abu
Bakar yang mengambil alih, maka mereka tidak mau membantu. Dalam
masyarakat jahiliyah, Abu Bakar termasuk salah satu orang terkemuka,
terhormat, terpandang dan terbaik.
Abu Bakar dikenal dengan sejumlah hal yang diantaranya adalah:
1.

Ilmu pengetahuan tentang nasab
Abu Bakar termasuk salah satu ahli nasab dan pakar tentang berita
bangsa Arab. Dalam hal ini, ia memiliki catatan pengalaman dan
Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I h. 110.

6

12

kapabilitas yang cukup besar, sehingga menjadikan dirinya master atau
guru bagi banyak para pakar nasab seperti Uqail bin Abu Thalib dan
yang lain.
2.

Perniagaaan
Pada masa sebelum Islam, Abu Bakar adalah seorang saudagar.
Beliau masuk ke Bushra dari negeri Syam untuk berniaga. Ia terbiasa
melintang menjelajahi negeri-negeri yang ada. Ia memiliki modal
sebesar empat puluh ribu dirham. Pada masa sebelum Islam Abu Bakar
adalah sosok yang dikenal sangat dermawan.

3.

Familiar, menarik, bersahabat dan disukai banyak orang
Ibnu Ishaq dalam As-Sirah menuturkan, bahwa mereka sangat
menyukai Abu Bakar dan senang kepadanya. Mereka mengakui bahwa
beliau adalah sosok yang memiliki keutamaan yang agung dan akhlak
yang mulia.

4.

Tidak pernah meminum minuman keras
Abu Bakar termasuk orang yang paling menjaga kehormatannnya,
sampai beliau mengharamkan minuman keras atas dirinya sendiri
sebelum Islam.

5. Tidak menyembah berhala
Abu Bakar sama sekali tidak pernah menyembah berhala. Beliau
berkata ditengah-tengah sekumpulan para sahabat, “Aku sama sekali
tidak pernah menyembah berhala, bahkan sampai aku mulai menginjak
akil baligh.7
Demikianlah Abu Bakar dengan keutamaan-keutamaan yang ada pada
dirinya. Beliau dikenal sebagai orang yang rendah hati, pemaaf dan
dermawan. Beliau juga paling mengerti dengan garis keturunan Arab.
Kejujuran, kesucian hatinya serta sikap yang luwes terhadap orang lain
membuat ia sukses dalam berbisnis. Abu Bakar telah mengharamkan khamr
atas dirinya, beliau tidak pernah meminum minuman haram tersebut setetes
pun selama hidupnya. Baik pada masa jahiliyah, maupun setelah beliau
7

Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 36.

13

memeluk agama Islam. Abu Bakar juga sama sekali tidak pernah sujud di
hadapan berhala.
Betapa mulianya Abu Bakar, sosok yang memiliki nilai-nilai yang
luhur, akhlak terpuji, watak dan karakter yang mulia dalam masyarakat
Quraisy sebelum Islam.

B.

Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam
1.

Keislaman Abu Bakar Ash-Shiddiq
Keislaman Abu Bakar adalah hasil dari sebuah perjalanan yang

panjang dalam usaha mencari agama yang benar dan selaras dengan fitrah
yang lurus dan mampu memenuhi dan hasrat spiritualnya serta sesuai
dengan akal yang cerdas serta daya fikir yang tajam. Abu Bakar termasuk
orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud
kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai
dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering
melakukan perjalanan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah
beliau selalu berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari
agama yang paling benar sesuai fitrah manusia.8
Pengetahuan dan wawasan Abu Bakar yang mendalam serta
hubungannya yang sangat kuat dengan nabi adalah faktor signifikan yang
memotivasi dirinya untuk langsung memenuhi dan menerima dakwah Islam
melalui Nabi Muhammad. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran
yang dibawa oleh nabi Muhammad. Dikarenakan sejak kecil, ia telah
mengenal keagungan Rasulullah Saw. Beliau dikenal sebagai sosok yang
ramah, jujur, halus, santun dan penuh kesopanan serta memiliki watak dan
kepribadian yang baik dan mulia. Ia tidak segan untuk menumbuhkan
segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.9

8

Ibid., h. 42.
Ibid., h. 42.

9

14

Suatu kisah seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud yang
diceritakan sendiri oleh Abu Bakar, tentang bagaimana Abu Bakar ashshiddiq memeluk agama Islam.
Aku menemui seorang ahli kitab. Ketika ahli kitab ini melihatku, dia
berkata „Tampaknya kau berasal dari Haram.‟Aku berkata “Ya, aku dari
Haram.” Kemudian ahli kitab itu berkata “Tampaknya kau berasal dari suku
Quraisy?” Aku berkata “Ya.” Kemudian dia berkata “Tampaknya kau
berasal dari Bani Taim?” Aku berkata “Ya.” Orang tua itu terus
menyambung katanya, “Ada satu hal yang hendak aku tanyakan darimu,
yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak keberatan jika aku lihat
perutmu?” “Aku menolak dan bertanya” “Kau harus memberitahuku dulu,
kenapa aku harus melihatkan perutku?” Kemudian dia berkata padaku “aku
membaca di dalam kitab suci, bahwa seorang nabi akan diutus di Haram,
dan dua orang akan bersama nabi ini dan menolongnya di sepanjang waktu.
Yang satu adalah anak muda, dan yang kedua adalah orangtua paruh baya.
Dan untuk orang yang paruh baya, tubuhnya kurus dan punya kulit yang
sangat putih. Dia punya tanda di atas perutnya, dia juga punya tanda di paha
kirinya. Aku telah melihat semua tanda yang tersembunyi. Tunjukkan aku
perutmu. Aku menunjukkan perutku dan melihat ada tanda di atas perutku.
Dia bersumpah demi Tuhan dari Ka‟bah aku bersumpah demi Tuhan dari
Ka‟bah bahwa kaulah orangnya yang telah disebutkan dalam kitab suci
kami. Kemudian dia memberiku nasihat yang baik. Dan setelah
menyelesaikan pekerjaanku, aku meninggalkan Yaman dan berjalan menuju
Makkah al- Mukarramah, dan aku menunggu kedatangan nabi terakhir ini.”
Dan ketika dia tahu bahwa nabi terakhir ini tidak lain tidak bukan
adalah teman masa kecilnya, yaitu Muhammad bin Abdullah. yang telah
menerima wahyu dari Allah, maka tanpa keraguan sedikit pun, Abu Bakar
langsung beriman dan mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar
rasulullah.10
10

http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/08/besarnya-cinta-abu-bakar-ashshiddiq-ra.html.Diakses pada 16 Maret 2014.

15

Tak ada yang membantah, Abu Bakar tergolong pembesar Quraisy di
masa Jahiliyah ditengah kaumnya, Abu Bakar dicintai dan terpandang dan
punya kedudukan tinggi, karena beliau memiliki akhlak dan etika terpuji,
menjauhi adat-adat buruk Jahiliyah yang dilakukan kebanyakan orang.
Karakter yang Abu Bakar miliki mendorongnya untuk langsung menerima
dakwah baru dari Nabi Muhammad dengan semangat dan penuh kerinduan.
Ia seakan mendapatkan mutiaranya yang hilang dan selama ini dinantikan.
Abu Bakar termasuk orang yang pertama kali menyambut dan memeluk
Islam, membawa panjinya, dan bahu membahu mendakwahkannya bersama
Nabi Muhammmad. Abu Bakar memiliki peranan yang besar dalam
keislaman beberapa sahabat yang lain.
Imam Nawawi menjelaskan, bahwa Allah-lah yang menamakan Abu
Bakar melalui lisan Nabi Muhammmad, dengan Nama ash-Shiddiq. Alasan
pemberian nama itu adalah karena Abu Bakar segera membenarkan dan
terus membenarkan Rasulullah. Abu Bakar tidak pernah menunda-nunda
atau menangguhkannya dalam kondisi apapun. Dalam sejarah Islam Abu
Bakar telah menorehkan kisah-kisah cemerlang.11

2.

Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan

Muhammad

melakukan

dakwah

demi

agama

Allah.

Keakraban

masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan
pembicaraannya, besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula
dalam Islam itu. yang mengikuti jejak Abu bakar menerima Islam ialah
Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin auf, Talha bin ubaidillah, Sa‟ad bin
abi waqqas dan zubair bin awam. sesudah mereka yang kemudian menyusul
masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu ubaidah bin jarrah dan
banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.
Abu Bakar membawa para sahabat yang mulia tersebut satu persatu
secara sendiri-sendiri, lalu masuk Islam dihadapan Rasulullah. Maka mereka
Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I, h. 112.

11

16

pun menjadi tiang dan pilar-pilar yang menjadi penyangga pertama dan
utama untuk dakwah Islam. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menjadi bekal
pertama dan utama dalam menguatkan dan memperkokoh posisi Rasulullah.
Jejak dan catatan Abu Bakar begitu besar ditengah kaum dan klannya. Abu
Bakar adalah sosok yang disukai dan dicintai kaumnya, familiar, bersahabat,
mudah diterima, lembut, ramah, orang Quraisy yang paling pakar tentang
nasab Quraisy, bahkan ia adalah pakar nasab yang tidak ada duanya pada
zamannya. Abu Bakar adalah sosok pemimpin dan pemuka yang dihormati,
dermawan dan gemar membantu. Beliau biasa menyediakan jamuan bagi
para tamu dalam bentuk yang tidak ada seorangpun yang melakukannya.
Disamping itu beliau adalah sosok yang memiliki lisan yang fasih. 12
Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi Muhammad dan agama
Islam, sehingga seluruh kekuatan yang dimilikinya semua dikerahkan untuk
kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak hanya ketika ia berada di kota
Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. Jasa beliau sangat banyak dalam
upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah, terlebih saat ia terpilih
sebagai seorang pemimpin Islam yang pertama, yang menggantikan
kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.

3.

Ujian dan Cobaan yang Dialami Oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq
Seiring berjalannya waktu Abu Bakar terus memotivasi Rasulullah

untuk berdakwah secara terbuka hingga akhirnya Rasulullah menyetujui
gagasan Abu Bakar untuk berdakwah secara terbuka dihadapan kaumnya.
Rasulullah beserta para sahabatnya kemudian pergi kemasjid haram untuk
mensyiarkan risalah Islam. Ditempat tersebut Abu Bakar mengatakan
dihadapan publik, menjelaskan inti ajaran Islam dan mengajak kaumnya
memeluk agama mulia ini.
Utbah bin Rabi‟ah salah seorang diantara kerumunan itu sangat geram
mendengar perkataan Abu Bakar. Ialu menemui putra Abu Quhafah ini yang
berada persis di samping Rasulullah. Dia mencaci Abu Bakar dan
12

Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 47.

17

Rasulullah, bahkan sempat menarik sorban beliau. Melihat hal tersebut, Abu
Bakar dengan keras mencegah Utbah. Benturan fisik diantara keduanya pun
terjadi. Utbah menghantamkan dua sandalnya ke wajah Abu Bakar, wajah
Abu Bakar dipukul terus terusan hingga wajah Abu Bakar membengkak
hingga tidak diketahui lagi bentuk hidungnya darah pun mengalir di
wajahnya mata hitam Abu Bakar mulai terlihat sayu dan ia pun jatuh
pingsan selang berapa saat datanglah segerombolan kabilah Abu Bakar,
kabilah Bani Tamim salah satu kabilah yang besar di kalangan kaum
Quraisy mereka sangat marah, mereka menyangka Abu Bakar takkan
tertolong lagi dan membawanya terlebih dahulu kerumahnya dirumah Abu
Bakar, mereka mengatakan pada Ibunya “jika dia hidup, maka berilah dia
makan dan minum” kemudian mereka segera berlalu orang-orang dari Bani
Tamim tadi langsung mencari dan mendatangi Utbah dan memberi
ancaman. “jika Abu Bakar sampai meninggal, kami akan menuntut balas
atas kematiannya!!” ucap mereka disana, Abu Bakar baru saja siuman, dan
kalimat pertama yang terucap di mulutnya adalah “apa yang terjadi pada
Rasulullah ?” mendengar ucapan anaknya yang masih lemas itu sang Ibu
berkata “apakah kamu masih mengingatnya ?” dengan pelan Abu Bakar
menjawab "demi Allah, aku tidak akan makan atau minum apapun hingga
jiwaku tenang dengan keadaan Rasulullah” Abu Bakar memohon pada
Ibunya yang saat itu belum masuk Islam agar menemui Fatimah binti AlKhattab untuk menanyakan kabar Rasulullah “Ibu, pergilah ke tempat
Ummu Jamil Fatimah binti Al-Khattab dan buatlah diriku tenang dengan
menanyakan kabar Rasulullah padanya” sang Ibu pun memenuhi
permohonan anaknya ia pergi ke tempat Fatimah binti Al-Khattab. Abu
Bakar pun bertanya, “Bagaimana keadaan Rasulullah?, lalu Fatimah
menjawab “dia baik-baik saja” meyakinkan Abu Bakar “demi Allah, aku
tidak akan makan dan minum hingga aku melihat Rasulullah sendiri”
ucapnya sambil mencoba berdiri “tunggulah sebentar” ucap Fatimah melihat
Abu Bakar yang sedang berusaha berdiri Abu Bakar pun mulai melangkah
namun ia terlalu lemah sehingga tak bisa berjalan karena kemauannya yang

18

keras akhirnya Abu Bakar bersandar pada keduanya hingga sampai di rumah
Al-Arqam bin Abi Arqam Abu Bakar sendiri yang mengetuk pintu begitu
pintu terbuka terlihatlah Nabi yang dipertanyakannya itu Nabi merasa iba
melihat keadaan Abu Bakar, kemudian beliau menuntunnya dan
memeluknya Melihat Rasulullah yang khawatir dan kasihan padanya, Abu
Bakar berkata “Demi Allah wahai Rasulullah, aku ini tidaklah apa-apa,
hanya wajahku saja yang terluka” lirihnya Rasulullah melihat luka
diwajahnya. Nabi pun merasa kasihan dan kemudian berdoa untuknya Abu
Bakar kemudian berkata “ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia
memberikan petunjuk kepada Ibuku!” Rasulullah pun berdoa “ya Allah,
berikanlah petunjuk kepada Ibu Abu Bakar.” 13
Begitulah perjuangan Abu Bakar setelah menyatakan dirinya masuk
Islam, Abu Bakar menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar
dalam penyebaran risalah Islam. Sikapnya yang selalu membela dan
mendampingi Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum
musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah,
membebaskan budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam
persiapan jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran
dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rasululah dalam hijrahnya
menuju Madinah, penderitaan yang dialaminya dalam peristiwa tersebut
tidak

pernah

menyurutkan

semangat

kesetiaannya

terhadap

Nabi

Muhammad dan agama yang dibawanya. Abu Bakar belajar bahwa Islam
adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup dengan
sekedar percaya belaka, namun lebih dari itu keimanan takkan pernah
sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya
kepada Allah SWT.

4.

Pembelaan Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah.
Diantara sifat Abu Bakar yang menjadi kelebihan dan tipikalnya

adalah pemberani. Ia adalah sosok yang tidak takut kepada siapapun dalam
13

Ibid., h. 49.

19

menegakkan kebenaran. Ia sama sekali tidak akan terganggu oleh celaan
orang yang mencela dalam usaha membela agama Allah, bekerja untuk
kepentingan agama-Nya dan dalam membela Rasul-Nya. Keberanian Abu
Bakar ini tergambar ketika Uqbah Ibn Abi Mu‟ith mencekik Nabi
Muhammad saat berada di dalam ka‟bah. Imam Bukhari meriwayatkan
hadis Urwah ibnu Zubair yang bertanya kepada Abdullah ibn Amr ibn Ash,
“ceritakan kepadaku tentang kelakuan paling kasar dari orang musyrik
terhadap nabi Muhammad Saw.”14
Abdullah ibn Amr menjawab, ketika beliau melakukan shalat di dalam
ka‟bah, tiba-tiba datang Uqbah ibn Abi mu‟ith meletakan selendang di leher
Nabi Muhammad dan menariknya dengan kuat tak berselang lama, Abu
Bakar datang beliau pun memegang pundak Uqbah untuk menyelamatkan
nabi Muhammad Saw.
Abu Bakar berkata kepadanya dengan membaca sebuah ayat dalam
surat Al-Mu‟min ayat 28, yang artinya: “Akankah kalian membunuh lakilaki yang mengatakan Allah adalah Tuhanku dan datang pada kalian dengan
bukti dari Allah.” Lalu mereka pun berpaling dari Rasulullah dan ganti
mengeroyok Abu Bakar, memukulinya dan menjambak-jambak rambutnya.
Lalu mereka tidak meninggalkannya melainkan dalam keadaan bajunya
sobek-sobek semuanya.15
Abu Bakar telah menyirami hatinya dengan kecintaan kepada Allah
dan Rasul-Nya melebihi dirinya. Setelah masuk Islam, ia tidak lagi
mempedulikan apapun selain bagaimana supaya panji tauhid berkibar tinggi
meskipun seandainya harus di bayar mahal dengan nyawa.
Abu Bakar adalah orang yang pertama kali disakiti dan mengalami
penderitaan setelah Rasulullah, orang yang pertama kali membela
Rasulullah. Dan kisah tersebut menjadi sebuah potret jelas yang
menggambarkan tabiat konflik antara yang hak dan bathil, antara petunjuk
dan kesesatan dan antara keimanan dan kekafiran juga menggambarkan
Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qhisti Press, 2009), Cet. I, h. 141.
Ali Muhammad Ash-Shalabi, op. cit., h. 58.

14
15

20

penderitaan dan siksaan yang dialami Abu Bakar di jalan Allah. Potret
tersebut juga memberikan gambaran tentang ciri-ciri yang jelas tentang
kepribadian Abu Bakar yang tiada duanya.

C.

Riwayat Hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq Ketika Menjadi
Khalifah
1.

Proses Pengangkatan Abu Bakar Menjadi Khalifah
Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya

Rasulullah SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya
perselisihan faham antara kaum Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang
akan menggantikan Nabi sebagai khalifah kaum Muslimin. Pihak Muhajirin
menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki dari
golongannya yang memimpin. Situasi yang memanas ini pun dapat diatasi
oleh Abu Bakar, dengan cara menampilkan dua orang calon khalifah untuk
memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun
keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat
memilih Abu Bakar.
Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632 M, Abu Bakar terpilih
sebagai khalifah pertama pengganti Nabi Muhammad dalam memimpin
negara dan umat Islam. Waktu itu daerah kekuasaan hampir mencakup
seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas berbagai suku Arab.
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai
khalifah, yaitu:
1.

Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah
(pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan
pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “al-aimmah min
Quraisy” (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).

2.

Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai
khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain:
laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat
yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah

21

dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah
untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan
bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
3.

Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama
maupun kekeluargaan16
Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di

Saqifa Bani Saidah yang dikenal dengan Bai’at Khassah dan kedua di
Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah yang dikenal dengan Bai’at
A’mmah.
Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar sebagai
khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai
pidatonya dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan
tidak berambisi untuk menduduki jabatan khalifah tersebut. Abu Bakar
selanjutnya mengucapkan:

“Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, bukan berarti aku orang yang
terbaik dari kalian. Kalau aku memimpin dengan baik, maka bantulah aku.
Jika aku salah, maka hendaklah kalian meluruskanku. Kejujuran adalah
amanat dan kebohongan adalah khianat. Orang lemah diantara kalian
adalah orang kuat menurut pandanganku sampai aku menunaikan apa
16

Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 77
17

22

yang menjadi haknya. Orang kuat diantara kalian adalah orang lemah
menurut pandanganku hingga aku mengambil hak darinya. Jika Allah
menghendaki. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah,
melainkan Allah akan menjadikan mereka hina dan dihinakan, tidaklah
perbuatan kotor menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan
menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatilah aku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku melanggar perintah
Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak wajib mentaatiku. Sekian dari
saya dan aku memohon ampunan kepada Allah dan kalian semua. Pidato
ini mencerminkan sifat dan karakter Abu Bakar dalam memaknai arti
sebuah kepemimpinan.”18
Kandungan pidato Abu Bakar tersebut adalah cermin nyata sifat
rendah hati Abu Bakar. Putra Abu Quhafah ini mengakui bahwa dirinya
bukanlah orang yang terbaik. Dalam pidatonya juga, menunjukkan garis
besar politik yang dilakukan Abu Bakar didalam pemerintahannya.
Didalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntunan ketaatan
rakyat, mewujudkan keadilan dan mendorong berjihad fisabilillah.
Abu Bakar berikrar untuk menegakkan nilai-nilai kejujuran dalam
segala hal. Beliau memberitakan kepada bawahannya bahwa keberhasilan
suatu pemimpin dan kemakmuran rakyatnya hanya bisa diwujudkan jika
seorang pemimpin bersikap jujur dalam menjalankan kepemimpinannya dan
ini

merupakan

pilar

dasar

untuk

mewujudkan

keberhasilan

dan

kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara adalah menjunjung tinggi
kejujuran dan rasa keadilan serta menegakkannya diseluruh aspek
kehidupan.19

2.

Masa Kepemimpinan Abu Bakar
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, pemerintah Islam banyak

mengalami ujian atau cobaan, baik internal maupun eksternal, yang dapat
mengancam berlangsungnya kelestarian agama Islam. Sejumlah masalah
seperti ridat atau kemurtadan dan ketidak setiaan, munculnya beberapa kafir
yang menyatakan dirinya sebagai Nabi, banyaknya orang-orang yang ingkar
Syaikh Muhammad Sa‟id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2007), Cet. I, h.8
19
Majidy, op. cit., h.143.
18

23

membayar zakat serta sejumlah pemberontakan kecil yang merupakan bibitbibit perpecahan. Namun berkat dari kepiawaian sang Khalifah semua
cobaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,
sebagaimana pada masa Nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang
telah ditetapkan dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. Meskipun demikian,
seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi wasallam, Abu Bakar
selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Abu Bakar
selalu menyediakan kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan
menentukan pilihan, inilah peradaban berpolitik dan bernegara beliau. Ia
adalah orang yang demokratis, dengan tetap berpedoman pada al-Qur‟an.20
Kebijakan politik yang dihadirkan oleh Abu Bakar pada masa
pemerintahannya merupakan sebuah era baru, babak perluasan dakwah
Islam setelah sepeninggal Rasulullah SAW dan dinilai sebagai sebuah
kemajuan yang signifikan. Maka penulis membagi kepada tiga hal penting
yang terjadi pembahasan masa tersebut, diantaranya:
a.

Memerangi Kemunafikan dan Kemurtadan
Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu pertama, mereka

yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang
meninggalkan shalat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah. Hal
ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Dan mereka
merasa tidak terikat