head 4G, pipa dengan sumbu horisontal 5G, dan pipa mi ring 45° 6G. Jika sambungan las tidak berkampuhtumpul fillet maka kodenya adalah F, untuk
posisi down-hand 1F, horisontal 2F, vertikal 3F, dan over-head 4F. Sistim kode posisi las yang ditetapkan ISO berbeda dengan AWS. Kode
posisi las menurut ISO didasarkan pada posisi elektroda saat pengelasan dilakukan, untuk pengelasan plat diberi kode PA, PB, PC, PD , dan PE, sedangkan
pengelasan pipa naik PF dan pipa turun PG. Riswan D, 2010
Gambar 2.13. Kode ISO Posisi Las Flat Riswan D, 2010
Gambar 2.14. Kode ISO Posisi Las Pipa Riswan D, 2010
2.7.9. Klasifikasi Bentuk Sambungan Las
Ada beberapa bentuk dasar sambungan las yang biasa dilakukan dalam penyambungan logam, bentuk tersebut adalah butt joint, fillet joint, lap joint edge
joint, dan out-side corner joint. Berbagai bentuk dasar sambungan ini dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15. Berbagai Bentuk Sambungan Las Riswan D, 2010
2.7.10. Beberapa Variabel yang Berkaitan dengan Pekerjaan Las.
Penyambungan logam dengan proses pengelasan tidak dapat dilakukan sembarangan, banyak variabel yang harus diperhatikan agar kualitas sambungan
sesuai standar yang dipersyaratkan oleh suatu lembaga internas ional yang berkaitan dengan pekerjaan las. Variabel tersebut adalah bahan, proses, metode,
keselamatan dan kesehatan kerja, peralatan, sumber daya manusia, lingkungan, serta pemeriksaan kualitas sambungan las.
Dalam proses pengelasan logam, bahan yang akan disambung harus diidentifikasi dengan baik. Dengan dikenalinya bahan yang akan dilas, dapat
ditentukan prosedur pengelasan yang benar, pemilihan juru las ya ng sesuai, serta pemilihan mesin dan alat yang tepat .
Gambar 2.16. Variabel yang Berpengaruh pada Pengelasan Riswan D, 2010
Metode pengelasan logam yang meliputi prosedur pengelasan, prosedur perlakuan panas, desain sambungan, serta teknik pengelasan disesuaikan dengan
jenis bahan, peralatan, serta posisi peng elasan saat sambungan las dibuat. Aspek efektifitas, efisiens i proses, dan pertimbangan ekonomis berkaitan erat dengan
pemilihan peralatan las. Pengelasan logam stainless steel akan berkualitas bagus jika menggunakan las TIG, namun akan lebih murah bila ddilas dengan las listrik,
sehingga pemilihan mesin dan peralatan las sebaiknya disesuaikan dengan tujuan pengelasan serta biaya operasionalnya.
Dalam pelaksanaan pekerjaan las dibutuhkan Sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi sesuai standar yang ada. Kualifikasi harus mengikuti
standar-standar internasional seperti International Institut of Welding IIW, American Welding Society AWS , dan masih banyak lembaga-lembaga
international di bidang pengelasan logam yang lain. Berdasarkan standar International Institut of Welding IIW, profesi las terdiri dari Welding Engineer
WE, Welding Technologist WT, Welding Practitioneer WP, serta Welder W. Profesi Welding Engineer mempunyai tugas untuk menentukan prosedur
pengelasan dan prosedur pengujian. Seorang Welding Technologist bertugas untuk menterjemahkan prosedur-prosedur tersebut kepada profesi las yang mempunyai
level di bawahnya. Untuk melatih juru las Welder dibutuhkan seorang Welding
Practititoneer dan yang melakukan pengelasan adalah Welder juru las. Lingkungan pada waktu pengelasan dilakukan merupakan faktor yang
mempengaruhi kualitas las. Pengelasan yang dilaksanakan pada kondisi