Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada benk devisa go public di Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI INDONESIA
(PERIODE 2002-2008)

Oleh:
Nurul Lutfah
105081002584

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

Identitas Diri
Nama


: Nurul Lutfah

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Tempat Tanggal Lahir

: Jakarta, 11 April 1988

No. Telepon/ HP

: 021-7354757/ 08561756048

E-mail


: loetfah_figie@yahoo.com

Alamat

: Jl. H. Gaim Rt.10/ 02 No.12 Kelurahan
Petukangan

Utara

Pesanggrahan

Selatan, Kode Pos 12260.
II.

Pendidikan
1. Tahun 1996-2001

: SDI Darul Muttaqien

2. Tahun 2001-2003


: Mts. Darunnajah Petukangan

3. Tahun 2003-2005

: MA. Darunnajah Petukangan

4. Tahun 2005-2009

: Universitas Islam Negeri Jakarta

i

Jakarta

ABSTRACT
On bank capital structure is one aspect that has become the focus of our
customers and investors. The investors in assessing the company not only saw the
profit generated in one period but continued to monitor the change in earnings
from year to year. The aim for this research is influence of firm size, profitability,

CVA, NDTS to leverage and profitability of own capital for seven years on foreign
banks that went public and listed on the Indonesia Stock Exchange and Bank of
Indonesia.
The sample in this study is that foreign banks publicly listed in the
Indonesia Stock Exchange and Ban of Indonesia period 2002 - 2008 which
amounted to 20 foreign exchange banks to go public. There are six variables and
three sub-structures that were examined in this study are: firm size, profitability,
CVA, NDTS, leverage and profitability of own capital. The data obtained were
analyzed using path analysis or path analysis using SPSS tools and images using
AMOS.
The results of seven studies showed firm size, profitability, and the
collateral value of assets in the first sub-structure have an influence on leverage
of 13.1%. In the second sub-structure showed firm size, profitability, and the
collateral value of assets has an impact on profitability of own capital of 9.0%.
While variable collateral value of assets does not have a significant effect with
leverage and profitability of own capital. In the third sub-structure shows non
debt tax shield and leverage have an influence on profitability of own capital of
62.7% but the variable does not have a significant leverage on profitability of own
capital.
Keywords: leverage, profitability of own capital, firm size, profitability, CVA,

NDTS, Path Analysis.

ii

ABSTRAK
Struktur modal pada bank merupakan salah satu aspek yang menjadi pusat
perhatian para nasabah dan investor. Para investor dalam menilai perusahan tidak
hanya melihat laba yang dihasilkan dalam satu periode melainkan terus memantau
perubahan laba dari tahun ke tahun. Tujuan Penelitian ini adalah pengaruh firm
size, profitability, CVA, NDTS terhadap leverage dan rentabilitas modal sendiri
selama tujuh tahun kedepan pada bank devisa go public yang terdaftar di BEI dan
BI.
Sampel dalam penelitian ini adalah bank devisa yang go public terdaftar di
BEI dan BI periode 2002- 2008 yang berjumlah 20 bank devisa go public. Ada
enam variabel dan tiga sub struktur yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: firm
size, profitability, CVA, NDTS, leverage dan rentabilitas modal sendiri. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan path analisis atau analisis jalur dengan
menggunakan alat bantu program SPSS dan gambar menggunakan AMOS.
Hasil penelitian menunjukkan firm size, profitability, dan collateral value
of assets pada sub struktur pertama mempunyai pengaruh terhadap leverage

sebesar 13,1%. Pada sub struktur kedua menunjukkan firm size, profitability, dan
collateral value of assets mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri
sebesar 9,0%. Sedangkan variabel collateral value of assets tidak berpengaruh
signifikan dengan leverage maupun rentabilitas modal sendiri. Pada sub struktur
ketiga menunjukkan non debt tax shield dan leverage mempunyai pengaruh
terhadap rentabilitas modal sendiri sebesar 62,7% namun variabel leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.
Kata Kunci: leverage, rentabilitas modal sendiri, firm size, profitability, CVA,
NDTS, Path Analysis.

iii

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
Rahmat dan Karunia-Nya yang tak terhingga ini, serta kepada nabi Muhammad
SAW. Sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI INDONESIA (PERIODE
2002-2008) . Adapun penelitian ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen, Universitas Islam

Negeri Jakarta (UIN).
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam jalannya
penulisan skripsi yang kemudian membantu dalam proses penulisan ini, yaitu
kepada :
1.

Prof. Dr. Abdul Hamid,MS Dekan Fakultas Ekonomi yang telah
memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

2.

Indoyama Nasaruddin,MAB Ketua Jurusan Manajemen yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

3.

Prof. Dr. Ahmad Rodoni,MM Dosen pembimbing I yang telah memberi
persetujuan, petunjuk dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.


4.

Arief Mufraini,Lc.M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberi
petunjuk, dan bimbingan serta meluangkan waktunya dalam penyusunan
skripsi ini.

5.

Para dosen pengajar, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

6.

Kedua orang tua Bapakku H. Muhammad Zein dan Ibuku Hj. Saamih, Kak
Nunung, Kak Icah, Kak Anah, Bang Aqin, Kak Ani, Kak Nina, Bang
Abidin, Hana dan Zakaria, serta seluruh keluarga besar, terima kasih atas
dukungan materi dan segala semangat yang diberikan.

iv

7.


Sahabatku, Miftahul Jannah, Desie Dian Febriani, Vetania Kosasih, Titin
Ristina, Rakhmawati, Septian Adityawati, Septi Uli Rahmi, Intan Nurhayati,
Taufan, Najahi, Ridho, Faisal dan Lia yang telah mendukung dan
memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8.

Teman-temanku di Manajemen angkatan 2005 khususnya teman-teman
Manajemen E, dan Manajemen perbankan yang telah memberikan masukan
dalam penyelesaian skripsi ini.

9.

Guru dan Karyawan Yayasan Darul Muttaqien, serta Adik-adik Giys
Community yang selalu memberikan semangat, doa, senyuman dan cerita
seru.

10.


Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

karena sempurna hanya milik Allah SWT. Akhir kata penyusun sangat berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
sendiri khususnya.
Jakarta, November 2009
Penulis

Nurul Lutfah
NIM: 105081002584

v

DAFTAR ISI
Riwayat Hidup.................................................................................................. i
Abstract ........................................................................................................... ii
Abstrak ........................................................................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................................................... iv
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Tabel .....................................................................................................viii
Daftar Gambar ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13
A. Pengertian Struktur Modal ............................................................. 13
B. Struktur Modal Optimum ............................................................... 17
C. Teori Struktur Modal....................................................................... 18
1. Pendekatan Tradisional ............................................................ 18
2. Pendekatan Laba Besih atau Net Income (NI) ......................... 19
3. Pendekatan Laba Bersih Operarasi atau Net Operating Income
(NOI)......................................................................................... 20
4. Pendekatan Mondigliani dan Miller ......................................... 21
5. Pecking Order Theory .............................................................. 22
6. Signaling Theory ...................................................................... 23
7. Asymetric Information Theory................................................. 24
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal....................... 25
1. Firm Size .................................................................................. 26
2. Profitability............................................................................... 27
3. Collateral value of assets .......................................................... 28
4. Non debt tax shiled................................................................... 28

vi

E. Penelitian Sebelumnya .................................................................... 31
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34
G. Perumusan Hipotesis....................................................................... 34
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ..................................................... 36
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 36
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 36
C. Metode Pengumpulan Sampel ...................................................... 37
D. Metode Analisis............................................................................ 37
1. Analisis Jalur (Path Analysis) ................................................ 38
2. Uji T atau Pengaruh Secara Parsial ........................................ 41
3. Uji Model Fit .......................................................................... 41
4. Uji Statistik F (uji simultan) ................................................... 42
E. Operasional Variabel dan Pengukuran VariabeDl ........................ 43
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 45
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 45
1. Sejarah Perbankan di Indonesia ............................................... 45
2. Bank Devisa ............................................................................. 47
3. Bank Go Public ....................................................................... 48
B. Penemuan dan Pembahasan ........................................................... 52
1. Analisis faktor-Faktor Struktur Modal ..................................... 52
2. Analisis Deskriptif.................................................................... 54
C. Pengujian Analisis Jalur .................................................................. 64
1. Pengujian Hubungan Sub Struktur Pertama ............................. 64
2. Pengujian Hubungan Sub Struktur Kedua................................ 77
3. Pengujian Hubungan Sub Struktur Ketiga ............................... 90
D. Intepretasi Hasil ............................................................................101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................102
A. Kesimpulan....................................................................................102
B. Implikasi ........................................................................................103
Daftar Pustaka
Lampiran

vii

Daftar Tabel
Tabel 1.1 ................................................................................................. 8
Tabel 3.1 ................................................................................................. 44
Tabel 4.1 ................................................................................................. 53
Tabel 4.2 ................................................................................................. 54
Tabel 4.3 ................................................................................................. 56
Tabel 4.4 ................................................................................................. 58
Tabel 4.5 ................................................................................................. 60
Tabel 4.6 ................................................................................................. 61
Tabel 4.7 ................................................................................................. 63
Tabel 4.8 ................................................................................................. 64
Tabel 4.9 ................................................................................................. 65
Tabel 4.10 ............................................................................................... 65
Tabel 4.11 ............................................................................................... 66
Tabel 4.12 ............................................................................................... 69
Tabel 4.13 ............................................................................................... 69
Tabel 4.14 ............................................................................................... 71
Tabel 4.15 ............................................................................................... 72
Tabel 4.16 ............................................................................................... 73
Tabel 4.17 ............................................................................................... 74
Tabel 4.18 ............................................................................................... 75
Tabel 4.19 ............................................................................................... 77
Tabel 4.20 ............................................................................................... 78
Tabel 4.21 ............................................................................................... 78
Tabel 4.22 ............................................................................................... 79
Tabel 4.23 ............................................................................................... 82
Tabel 4.24 ............................................................................................... 82
Tabel 4.25 ............................................................................................... 85

viii

Tabel 4.26 ............................................................................................... 85
Tabel 4.27 ............................................................................................... 86
Tabel 4.28 ............................................................................................... 88
Tabel 4.29 ............................................................................................... 88
Tabel 4.30 ............................................................................................... 90
Tabel 4.31 ............................................................................................... 91
Tabel 4.32 ............................................................................................... 91
Tabel 4.33 ............................................................................................... 92
Tabel 4.34 ............................................................................................... 94
Tabel 4.35 ............................................................................................... 94

ix

Daftar Gambar

Gambar 2.1 ............................................................................................. 34
Gambar 4.1 ............................................................................................. 70
Gambar 4.2 ............................................................................................. 76
Gambar 4.3 ............................................................................................. 83
Gambar 4.4 ............................................................................................. 89
Gambar 4.5 ............................................................................................. 96
Gambar 4.6 ............................................................................................. 99
Gambar 4.7..............................................................................................100

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Terjadinya krisis moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi di
tahun 1997, memberikan dampak yang buruk terhadap semua sektor,
terutama sektor perbankan dan keuangan lainnya. Krisis tahun 1997 tersebut
juga menghantam

dengan keras seluruh pasar modal di kawasan Asia

Tenggara termasuk Indonesia, dengan adanya penarikan investasi asing
secara besar-besaran, sebagai pertanda bahwa investor internasional juga
mulai khawatir dengan adanya risiko yang sangat tinggi pada negara-negara
yang terpengaruh oleh krisis keuangan.
Dampaknya terhadap perbankan akibat krisis moneter tersebut adalah
kebangkrutan pada bank karena tidak mampu mempertahankan kelangsungan
berjalannya bank tersebut. Akibatnya bank-bank tersebut kemudian
dilikuidasi oleh pemerintah. Ketidak mampuan atau kegagalan bank-bank
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, kegagalan ekonomi. Kedua,
kegagalan

keuangan.

Kegagalan

ekonomi

akibat

berkaitan

dengan

ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, kegagalan
ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar
dari tingkat laba atas biaya historis investasi.

1

Pada November 1997, banyak bank baik swasta maupun persero
BUMN mulai terganggu likuiditasnya yang akhirnya membuat beberapa bank
terlikuidasi dan banyak bank yang tidak sehat. Bank yang tidak sehat tersebut
antara lain dikarenakan kredit macet CAR dibawah 5 % dan telah mengambil
KLBI 200 % - 500 %.
Di kondisi ekonomi nasional sebelumnya yang di dukung oleh
sejumlah indikator makro yang membanggakan dan optimisme perekonomian
berkembang serta semakin maju, namun malah terjadi sebaliknya. Menurut
data BPS untuk tahun 1995 dan tahun 1996 secara berturut-turut adalah
pertumbuhan GDP riil 8,21 % dan 7,82 %; GDP per kapita US $1,023 dan
US $1,128; laju inflasi 8,6 % dan 6,47 %. Sejalan dengan terjadinya krisis
ekonomi, semua prestasi tersebut turun drastis. Masih menurut BPS, untuk
tahun 1998, pertumbuhan GDP riil minus 13,7 %; GDP per kapita US $487;
dan laju inflasi melonjak menjadi 77,6% (Muliaman, 2004).
Namun indikator makro itu berubah setelah terjadinya krisis moneter,
bahkan selama periode 1997-2000 pemerintah telah menutup atau melikuidasi
sebanyak 67 bank. Tindakan ini merupakan salah satu langkah kebijakan
yang diambil pemerintah selaku otoritas moneter guna menyehatkan sektor
keuangan khususnya sektor perbankan.
Permasalahan perbankan di Indonesia sangat kompleks antara lain
disebabkan oleh depresiasi rupiah yang sangat tajam, peningkatan suku bunga
SBI sehingga menyebabkan suku bunga perbankan tinggi yang pada akhirnya
meningkatkan jumlah kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank

2

dapat menjadi masalah yang sering dihadapi oleh perbankan antara lain
kualitas menajemen yang tidak memadai, pemberian kredit pada kelompok
atau grup usaha sendiri, dan rendahnya modal untuk menyerap berbagai
resiko kerugian merupakan masalah-masalah mendasar yang sering dihadapi
oleh dunia perbankan di Indonesia. Menghadapi krisis ekonomi yang
berkepanjangan dan permasalahan perbankan yang sangat kompleks tersebut,
beberapa bank dapat bertahan hidup (tidak terlikuidasi) namun sebagian lagi
tidak dapat menghindar dari kebijakan likuidasi yang merupakan keputusan
akhir dari pemerintah, bahkan karena ketidaksanggupan bank itu sendiri.
Dalam krisis tersebut bank membutuhkan modal dari para investor
untuk menata kembali kondisi bank yang baik dan terhindar dari adanya
likuidasi. Bank perlu menata struktur modalnya untuk bisa tetap melanjutkan
kelangsungan operasi atau going concern-nya serta dengan pertimbangan
agar

usaha

yang

dilakukan

tidak

mengalami

keterpurukan,

sebab

kertergantungan yang begitu besar pada hutang, terutama yang berasal dari
sistem perbankan domestik, merupakan penyebab terjadinya keterpurukan
dunia usaha di Indonesia. Hal ini direfleksikan oleh tingkat leverage yang
tinggi pada perusahaan-perusahaan Indonesia.
Pada

tingkat

leverage

yang

tinggi,

mengindikasikan

bahwa

perusahaan memiliki hutang yang besar pada struktur modalnya. Pada saat
terjadinya krisis keuangan, suku bunga pinjaman berubah dengan sangat
signifikan, dan mencapai level yang tertinggi. Dengan adanya perubahan
tingkat suku bunga tersebut, maka perusahaan yang mempunyai pinjaman

3

yang tinggi. Hal tersebut membuat struktur modal menjadi tidak seimbang
antara equity dengan debt.
Dengan demikian bank harus membuat keputusan dalam hal financial
adalah menentukan pilihan antara pembiayaan dari dalam bank itu sendiri
(equity financing) dan pembiayaan dari luar bank (debt financing). Dengan
demikian perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal tersebut sehingga kebutuhan akan finansial bisa terpenuhi.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tanggal 1
Juli 2005 mengenai jumlah minimum modal inti bank umum, pada pasal dua
dalam peraturan tersebut bahwa bank wajib memenuhi jumlah modal inti
paling kurang sebesar Rp. 80.000.000.000,- (delapan puluh miliar rupiah)
pada tanggal 31 Desemer 2007 dan bank yang telah memenuhi jumlah modal
inti paling kurang sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) pada
tanggal 31 Desember 2010. Selanjutnya pada pasal tiga disebutkan bahwa
bagi bank yang pada saat mulai berlakunya ketentuan tersebut belum
memenuhi jumlah modal inti minimum sebagaimana dimaksud dalam pasal
dua, direksi bank wajib menyusun rencana pemenuhan modal inti minimum
dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
Modal menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan karena
baik dalam pembukaan bisnis maupun pengembangannya, modal sangatlah
diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak
modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Sumber dana bagi
perusahaan dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar perusahaan.

4

Dana dari dalam perusahaan, yaitu melalui laba ditahan dan depresiasi
serta dana dari luar perusahaan yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan
dana dari peserta yang mengambil bagian dari perusahaan yang akan menjadi
modal sendiri.
Modal (pembelanjaan dari luar perusahaan) dikelompokkan dalam dua
jenis, yakni: hutang dan ekuitas (= modal sendiri). Hutang mempunyai
keunggulan berupa (Brigham and Gapenski, 1997: 767-768): 1) bunga
mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh
return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan
ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak suara
sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan
penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, hutang juga mempunyai
kelemahan, yaitu: 1) hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi
tepat waktu, 2) rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang
selanjutnya akan meningkatkan biaya modal, 3) bila perusahaan dalam
kondisi sulit dan labanya tidak dapat memenuhi beban bunga maka tidak
tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi.
Bauran hutang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan merupakan
bahasan utama dari keputusan struktur modal (= capital structure decision).
Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal (= cost of capital),
yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai
perusahaan.

5

Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental
dalam operasi perusahaan. Struktur modal merupakan suatu pilihan
pendanaan antara utang dan ekuitas. Banyak model yang digunakan untuk
menjelaskan

mengenai perilaku pendanaan

perusahaan.

Teori yang

menjelaskan hal tersebut antara lain adalah static trade-off theory (Modigliani
and Miller, 1963), pecking order theory (Myers, 1984) dan teori keagenan
(Jensen and Meckling, 1976). Struktur modal suatu perusahaan ditentukan
oleh kebijakan pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang
senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu (Harnanto,
1995:306 dalam Muhammad Rizal, 2002):
1. Keharusan untuk membayar balas jasa atas penggunaan modal kepada
pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk
pembayaran biaya modal.
2. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana
itu dalam mengelola perusahaan.
3. Resiko yang dihadapi perusahaan.
Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi
perusahaan dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan
salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan
mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi
dan mengembangkan usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari

6

dana sendiri, modal saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang.
Perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang tepat terhadap
fungsi-fungsi penting yang ada di dalam perusahaan dan kemampuan untuk
melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi demi memperoleh
keunggulan dalam persaingan yang dihadapi di era globalisasi. Salah satu
fungsi tepenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam
manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah
mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang
akan

digunakan

untuk

melaksanakan

kegiatan

operasional

dan

mengembangkan usahanya.
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan
berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan
meningkatkan resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus
memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa
penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.
Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya
dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan
sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak.

7

Berdasarkan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
diketahui bank-bank yang memiliki modal di bawah Rp. 100 Miliar saat ini
jumlahnya ada 52 bank atau 39,7% dari total 131 bank yang ada. Berikut
rincian dari bank-bank yang mempunyai modal di bawah Rp. 100 Miliar.
Tabel 1.1
Jumlah Bank dengan Modal di Bawah Rp. 100 Miliar
Modal

Jumlah Bank

Sampai dengan Rp. 50 Miliar

29

Rp. 50 Miliar s.d Rp. 60 Miliar

4

Rp. 60 Miliar s.d Rp. 70 Miliar

3

Rp. 70 Miliar s.d Rp. 80 Miliar

5

Rp. 80 Miliar s.d Rp. 100 Miliar

11

Modal di bawah Rp. 100 Miliar (Total)

52

Sumber: Bank Indonesia, Diakses 12 Januari 2009

Pada akhirnya bank-bank saat ini harus bisa mengelola struktur
modalnya agar bisa mengalokasikannya dengan baik serta mendapatkan
pendanaan yang cukup.
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan antara lain Kuo dan Lee
(2003), Tahirman (2001), Arief Susetyo (2006), Monica Octavia dan Rayna
Brown (2008), menjelaskan bahwa struktur modal dapat ditentukan oleh
banyak faktor yang mempengaruhinya untuk itu diteliti mana faktor yang
dominan yang berpengaruh maka dapat diperoleh keputusan pendanaan yang
baik untuk perusahaan yang diteliti. Sebenarnya tidak ada indikator akuntansi
tunggal yang dapat digunakan sebagai gambaran yang tepat dari setiap
atribut, sedangkan dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut,

8

indikator yang digunakan untuk mengukur atribut yang diidentifikasi sebagai
penentu pemilihan struktur modal dianggap sebagai atribut yang sempurna
(Harjanti, 2007) dan kebanyakan penelitian tersebut dilakukan pada
perusahaan-perusahaan namun sedikit pada Bank.
Berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktorfaktor penentu struktur modal yang kemudian disesuaikan dengan kondisi di
Indonesia, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk menguji
pengaruh firm size, profitability, collateral value of assets, dan non-debt tax
shield terhadap struktur modal bank devisa yang go public dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis jalur atau path
analysis dengan variabel dependent yaitu Struktur Modal leverage dan
Rentabilitas

Modal

Sendiri.

Variabel

independent yaitu

firm

size,

profitability, collateral value of assets, dan non-debt tax shield. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan bidang perbankan yang
merupakan bank devisa nasional go public, antara tahun 2002-2008.
Dengan mengetahui apa dan bagaimana faktor-faktor yang paling
mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia, dapat membantu khususnya pihak manajemen perusahaan yang
ada dalam perusahaan tersebut dalam menentukan bagaimana seharusnya
pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal yang optimal
harus dilakukan dan juga para investor di pasar modal pada umumnya.
Sehingga tujuan pihak manajemen perusahaan untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tecapai.

9

Melihat pentingnya penentu faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada bank devisa, maka penulis memilih judul penelitian ini
adalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STRUKTUR MODAL PADA BANK DEVISA GO PUBLIC DI
INDONESIA (PERIODE 2002-2008) .

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, serta beberapa penelitian
sebelumnya mengenai faktor-faktor struktur modal maka penelitian ini
dilakukan untuk melihat dan menganalisa:
1. Apakah terdapat pengaruh antara variabel firm size, profitability, dan
collateral value of assets dengan leverage pada bank devisa go public
pada periode 2002-2008?
2. Apakah terdapat pengaruh variabel firm size, profitability,dan collateral
value of assets dengan rentabilitas modal sendiri pada bank devisa go
public pada periode 2002-2008?
3. Apakah terdapat pengaruh variabel non debt tax shield dan leverage
dengan rentabilitas modal sendiri pada bank devisa go public pada
periode 2002-2008?

10

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel firm size, profitability, dan
collateral value of assets dengan leverage pada bank devisa go public
pada periode 2002-2008.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel firm size, profitability,dan
collateral value of asset dengan rentabilitas modal sendiri pada bank
devisa go public pada periode 2002-2008.
3. Untuk menganalisis pengaruh variabel non debt tax shield dan leverage
dengan rentabilitas modal sendiri pada bank devisa go public pada
periode 2002-2008.

11

D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dalam menghubungkan antara ilmu
pengetahuan yang teoritis dengan keadaan sebenarnya. Kemudian
penelitian ini dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis
khususnya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada bank devisa Indonesia (periode 2002-2008). Sehingga
peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam bidang manajemen
perbankan yang telah diperoleh selama masa kuliah.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa serta menambah wawasan
dalam bahan bacaan, sehingga terpacu untuk mengembangkannya
menjadi lebih baik.
3. Bagi Bank
Penelitian ini dapat digunakan untuk menata kembali struktur modalnya
menjadi lebih baik sehingga tidak mengalami keterpurukan terus
menerus setelah adanya krisis.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa, capital surplus dan laba ditahan. Struktur modal merupakan
bagian dari struktur keuangan (Sartono, 2001).
Bambang

Riyanto

(1992:15)

memberikan

gambaran

tentang

pengertian struktur modal bahwa: struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri. Apabila struktur finansial tercermin pada keseluruhan
pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada hutang
jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri dan kedua golongan tersebut
merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.
Menurut Husnan (1996), teori struktur modal menjelaskan apakah ada
pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, seandainya
keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Dengan kata
lain jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau
sebaliknya apakah harga saham akan berubah. Tetapi kalau dengan merubah
struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh
struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan
nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Setiap

13

keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat
mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan
dipilih karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial
yang berbeda.
Menurut Weston dan Brigham (dalam Titman, 2000), setiap
perusahaan menganalisis sejumlah faktor, dan kemudian menetapkan struktur
modal yang ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan
kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak manajemen perusahaan terdapat
bayangan dari struktur modal yang ditargetkan tersebut. Jika tingkat hutang
yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi
dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio hutang sudah melampaui
target, barangkali saham perlu dijual. Kebijakan mengenai struktur modal
melibatkan trade off antara resiko dan tingkat pengembalian-penambahan
hutang memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang
makin tinggi akibatnya membesarnya hutang cenderung menurunkan harga
saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan
menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang
jangka panjang terhadap modal sendiri.

14

Menurut Mulyono (1995:104-107), modal bank terdiri dari modal inti dan
modal pelengkap:
a. Modal inti, modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan
yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah
diperhitungkan pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:
(1) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya;
(2) Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya;
(3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan
harga jual apabila saham tersebut dijual;
(4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba
yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat
persetujuan rapat umum pemegang saham/rapat anggota sesuai
dengan ketentuan pendirian / anggaran dasar masing-masing bank;
(5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan
RUPS/Rapat Anggota;
(6) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan;

15

(7) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah
diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh
RUPS atau rapat anggota;
(8) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun
buku berjalan tersebut diperhitungkan sebagai modal inti hanya
sebesar 50%.
b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang
dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman
subordinasi. Secara rinci sebagai berikut:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
dari Dirjen Pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aktiva produktif.
3. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau
warkat yang memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
(a) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman,
(b) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia,

16

(c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh,
(d) Minimal berjangka waktu 5 tahun,
(e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari
Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank
tetap sehat,
(f) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

B. Struktur Modal Optimum
Untuk menentukan kebijakan struktur modal, perusahaan sering kali
mengalami kesulitan dalam menetapkan perimbangan yang optimal antara
hutang dan modal sendiri. Biasanya seorang manajer akan melakukan
penyeimbangan terhadap analisis kuantitatif yang dilakukan dan lebih
memfokuskan perhatian pada penentuan tingkat hutang yang dianggap aman
bagi perusahaan.
Struktur modal optimum menurut Weston, Besley, dan Brigham
(2001) adalah struktur modal yang memperlihatkan keseimbangan antara
risiko dan return yang memaksimalkan nilai harga saham. Sedangkan
menurut Sartono (2001), di dalam pendekatan tradisional terdapat struktur
modal optimum untuk setiap perusahaan.
Struktur modal dapat dicapai dengan menyeimbangkan keuntungan
perlindungan pajak dengan beban biaya sebagai akibat penggunaan hutang
yang semakin besar.

17

C. Teori Struktur Modal
Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang,
tanpa disadari secara berangsur-angsur, akan menimbulkan kewajiban yang
makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang
tersebut. Tidak jarang perusahaan-perusahaan yang akhirnya tidak mampu
memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Teori struktur
modal yang dikembangkan oleh para ahli memiliki pengaruh terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal, pada penelitian ini setiap variabel
didasarkan pada teori yang ada. Akan dijelaskan lebih mendetail, Menurut
David Durand (dalam Arief: 2006), tiga teori struktur modal yaitu:
Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI), Pendekatan Laba Operasi
Bersih atau Net Operating Income

(NOI) dan Pendekatan Tradisional.

Pendekatan lainnya yaitu Pendekatan Mondigliani dan Miller, Pecking Order
Theory, Asymetric Information dan Signalling Theory.

1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang
sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal
perusahaan) dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Pendapat ini
dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. Keadaan perusahaan menjadi
lebih baik setelah perusahaan menggunakan hutang karena nilai perusahaan
meningkat (atau biaya modal perusahaan menurun).

18

Menurut Sartono (1990), pendekatan ini mengasumsikan bahwa
hingga tingkat leverage tertentu. Resiko perusahaan tidak mengalami
perubahan. Sehingga baik K (biaya modal sendiri) maupun K (biaya hutang)
e

d

relatif konstan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya
hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri
ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan
biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal
rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan
meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan
menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan
demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang
optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi
pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang
mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.

2. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI)
Pendekatan

laba

bersih

mengasumsikan

bahwa

investor

mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi
(K ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya
e

dengan tingkat biaya hutang (K ) yang konstan pula. Karena K dan K
e

d

d

konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan,
biaya modal rata-rata tertimbang (K ) akan semakin kecil.
o

19

K = EDD+ . K ( 1
o

d

T ) + EDE+ K ......................
e

Dimana : K = biaya modal rata-rata tertimbang
o

D = nilai pasar hutang perusahaan
E = nilai pasar saham biasa perusahaan
K = biaya hutang
d

T = tingkat pajak perusahaan
K = biaya modal sendiri
e

3. Pendekatan Laba Bersih Operasi atau Net Operating Income (NOI)
Pendekatan NOI ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini
melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat
hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya
hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua,
penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat
sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karenya tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat
meningkatnya resiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata
tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi
tidak penting.

20

4. Pendekatan Mondigliani dan Miller
Franco Mondigliani

dan Merton Miller (MM) memperkenalkan

model teori struktur modal secara sistematis, atas dasar penelitian yang terus
menerus, dengan beberapa asumsi sebagai berikut : (1) Resiko bisnis
perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga dan
pajak, dan perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang sama dikatakan
berada dalam kelas yang sama, (2) Semua investor dan investor potensial
memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan

di masa mendatang;

dengan demikian semua investor memiliki harapan yang sama tentang laba
perusahaan dan tingkat resiko perusahaan, (3) Saham dan obligasi
diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital
market. Adapun kriteria pasar modal yangf efisien adalah: informasi selalu
tersedia bagi semua investor (Symetric Information) dan dapat diperoleh
tanpa biaya, tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional, investor
dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna, tidak ada pajak
pendapatan perseorangan, investor baik individu maupun institusi dapat
meminjam dengan tingkat bunga yang sama seperti halnya perusahaan
sebesar tingkat bunga bebas resiko (Sartono: 2001, p.230).

21

5. Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) Perusahaan menyukai
internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba
ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan,
maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu,
yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas
yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila
masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini,
tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri,
yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam
perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar
perusahaan. Menurut Myers (1996) perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba
ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan
mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt
(hutang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003: 53 dalam Saidi, 2001).
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk
tidak perlu

membuka diri lagi

dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa

memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh sorotan dan
publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih
disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan.
Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah
dari biaya emisi saham baru (Suad Husnan, 1996: 325), hal ini disebabkan

22

karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua,
manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar
buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini
disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara
pihak manajemen dengan pihak pemodal.

6. Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 1999: 36 dalam
Saidi, 2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Dalam (Brigham dan Houston, 1999: 36 dalam Saidi,
2001), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang
diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi
target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman
emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat
(signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering
dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan
saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan
harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

23

7. Asymmetric Information Theory
Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut
(Brigham dan Houston, 1999: 35 dalam Saidi, 2001) adalah situasi di mana
manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai
prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Asimetris informasi ini
terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak
daripada para pemodal (Husnan, 1996: 325 dalam Saidi, 2001). Dengan
demikian, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini
sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi,
maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham
baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang
seharusnya.
Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan
saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang
terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya
para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang
lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
Teori struktur modal ini penting karena (1) setiap ada perubahan
struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, hal ini
disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai biaya modal sendirisendiri, (2) besarnya biaya modal secara keseluruhan ini, nantinya akan
digunakan sebagai cut of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh

24

karena itu struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi. Selain itu,
dalam model struktur finansial disebutkan bahwa menentukan struktur modal.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Dalam menentukan struktur modal berkaitan dengan pembiayaan,
pembiayaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu apakah pembiayaan itu
dilakukan menggunakan internal financial atau dengan menggunakan
external financial. Dalam memilih alternatif sumber pembiayaan yang akan
dipilih, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Brigham dan Houston (1990: 477) Faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal adalah :
Sales stability, assets structure, operating leverage, growth sales,
profitability, taxes control, management attitudes, lender and agency
attitudes, market conditions, the firm internal condition, financial flexibility.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuo dan Lee
(2003) yang berjudul The Determinants of Capital Structure of Commercial
Banks in Taiwan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
struktu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Implikasinya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil yang Go Public di Indonesia

1 35 109

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012).

2 6 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012).

1 5 14

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 13

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 76

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA BANK-BANK YANG GO PUBLIC DI BEI.

0 1 98

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN TAMBANG YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 16