ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA BANK-BANK YANG GO PUBLIC DI BEI.

(1)

YANG GO PUBLIC DI BEI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

OLEH :

ARIF WAHYU KURNIAWAN

0512010053/FE/EM

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”, JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN


(2)

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKSI………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 6

1.3. Tujuan Penelitian………... 6

1.4. Manfaat Penelitian………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……… 8

2.2. Landasan Teori………... 11

2.2.1. Permodalan Bank……… 11

2.2.1.1. Pengertian Modal Bank………... 11

2.2.1.2. Fungsi Bank………... 14

2.2.2. Laporan Keuangan……….. 15

2.2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan………... 15

2.2.3. Rasio Keuangan………... 16


(3)

2.2.4. Struktur Modal………... 24

2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal…………... 24

2.2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Optimal perusahaan………... 25

2.2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal………... 29

2.2.5. Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas (X1) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 31

2.2.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Likuiditas (X2) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 32

2.2.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Tangibility Of Asset (X3) Terhadap Struktur Modal ( Y ) ………... 35

2.2.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Resiko Bisnis (X4) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 36

2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Firm Size (X5) Terhadap Struktur Modal ( Y )……… 37

2.3. KERANGKA PIKIRAN... 38

2.4. HIPOTESIS... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………... 40

3.2. Tehnik Penentuan sample………... 42

3.3. Tehnik Pengumpulan Data………... 44

3.3.1. Jenis Data……….. 44


(4)

3.4. Uji Asumsi Klasik………... 44

3.5. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis………... 49

3.5.1. Tehnik Analisis……….... 49

3.5.1.1. Analisis Regresi Linier Berganda…... 49

3.5.2. Uji Hipotesis……….... 50

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 52

4.1.1. Pendirian dan Informasi Umum BEI... 52

4.1.2. Visi dan Misi BEI... 53

4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan BEI... 54

4.1.4. Persyaratan Untuk Go Public... 55

4.1.5. Struktur Organisasi BEI... 56

4.2. Deskripsi Singkat Perusahaan Sampel Penelitian... 57

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian... 57

4.3.1. Struktur Modal... 57

4.3.2. Profitabilitas... 59

4.3.3. Likuiditas... 60

4.3.4. Tangibility Of Asset... 61

4.3.5. Resiko Bisnis... 62

4.3.6. Firm Size... 63

4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 64


(5)

4.4.2.1. Pengujian Autokorelasi... 65

4.4.2.2. Pengujian Multikolonieritas... 66

4.4.2.3. Pengujian Heterokedastisitas... 67

4.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda... 68

4.4.3.1. Koefisien Determinasi (R2)... 70

4.4.4. Pengujian Hipotesis... 71

4.4.4.1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial... 71

4.5. Pembahasan... 73

4.5.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal.. 73

4.5.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal... 74

4.5.3. Pengaruh Tangible Terhadap Struktur Modal... 75

4.5.4. Pengaruh Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal.. 76

4.5.5. Pengaruh Firm Size Terhadap Struktur Modal... 76

4.6. Keterbatasan Penelitian... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 78

5.2. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

Gambar 2.1. Model Kerangka Pikiran... 38 Gambar 3.1. Kurva Durbin-Watson... 46 Gambar 4.1. Gambar Bagan Struktur Organisasi BEI... 56


(7)

Tabel 4.1. Deskripsi 21 Bank yang Go Publik... 57

Tabel 4.2. Data Struktur Modal pada Bank-Bank yang Go Publik... 58

Tabel 4.3. Data ROA pada Bank-Bank yang Go Publik... 59

Tabel 4.4. Data LDR pada Bank-Bank yang Go Publik... 60

Tabel 4.5. Data Tangibility pada Bank-Bank yang Go Publik... 61

Tabel 4.6. Data NPL pada Bank-Bank yang Go Publik... 62

Tabel 4.7. Data Total Aktiva pada Bank-Bank yang Go Publik... 63

Tabel 4.8. Nilai Signifikan Uji Normalitas... 64

Tabel 4.9. Uji Multikolonieritas... 67

Tabel 4.10.Uji Heterokedastisitas... 68

Tabel 4.11.Data Uji t Analisis Regresi Linier Berganda... 69

Tabel 4.12.Pengaruh Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 71


(8)

YANG GO PUBLIC DI BEI

Oleh :

ARIF WAHYU KURNIAWAN

ABSTRAKSI

Dalam era petumbuhan ekonomi yang semakin berkembang pesat, menjadikan persaingan setiap perusahaan perbankan ( bank ) menjadi lebih ketat. Maka setiap bank dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan. Salah satu caranya adalah mengatur siklus pembelanjaan dana oleh manager keuangan, dalam arti kadang-kadang bank menggunakan dana yang berasal dari hutang, kadang-kadang-kadang-kadang perusahaan menggunakan dana yang berasal dari modal sendiri atau laba ditahan. Dari beberapa teori diatas, maka penelitian ini mengambil obyek yaitu bank yang go public di BEI. Sejumlah bank-bank tersebut sedang mengalami masalah dengan tingkat suku bunganya yang tinggi padahal tingkat suku bunga BI rate sudah turun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara profitabilitas, likuiditas, tangible, resiko bisnis, firm size terhadap struktur modal bank-bank yang go public di BEI.

Variabel Independent (bebas) penelitian ini adalah profitabilitas ( X1), likuiditas (X2), tangible (X3), resiko bisnis (X4), firm size (X5) ; sedangkan variabel dependent (terikat) penelitian ini adalah struktur modal bank(Y). Tehnik pengambilan sampelnya menggunakan tehnik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis regresi linier berganda

Dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan, maka dapat diketahui hasil dari pengujian ini yaitu variabel profitabilitas, likuiditas, tangible, resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank, sedangkan variabel firm size berpengaruh positif terhadap struktur modal bank. Berdasarkan hipotesis dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa variabel profitabilitas dan tangible berpengaruh signifikan terhadap struktur modal bank, sedangkan variabel likuiditas, resiko bisnis, dan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal bank.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dewasa ini. Banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha, untuk tujuan tersebut maka perusahaan memerlukan dana yang relative besar. Pemenuhan kebutuhan dana tersebut diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk hutang atau menerbitkan saham di pasar modal. Dengan menerbitkan saham di pasar modal berarti bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama ( founders ) tetapi juga dimiliki oleh masyarakat. Salah satu alternative pembiayaan yang dapat digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan dana besar yaitu dapat dilakukan dengan cara menerbitkan saham baru dan menjualnya ke masyarakat. Peristiwa ini disebut go public atau penawaran umum. Go public juga merupakan awal kepercayaan masyarakat kepada perusahaan, sebab hanya perusahaan yang sehat dan memenuhi syarat yang dapat memenuhi yang dapat melakukan go public. Ketika perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham baru, perusahaan tersebut harus mengikuti prosedur penerbitan saham baru yang ditentukan oleh BAPEPAM, tetapi dalam laporan registrasi yang dibuat tidak berisi tentang berapa harga saham yang baru tersebut. Pengambilan langkah go public, dapat mendorong investor untuk melakukan investasi dalam perusahaan dengan cara membeli saham, sehingga kepemilikan saham tidak hanya didominasi oleh perusahaan dalam hal ini keluarga. Perusahaan yang go public


(10)

mempunyai hak untuk mengetahui secara detail yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

Semakin pesatnya perkembangan perekonomian semakin menjadikan persaingan yang sangat ketat serta semakin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, telah menjadikan dunia usaha semakin bersifat kompetitif. Maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan. Salah satu fungsi pokok dari manajemen adalah manajemen keuangan yang mengatur bagaimana sumber-sumber yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Dalam manajemen keuangan merupakan manajemen dana, baik yang berkaitan dengan usaha pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi. Manajemen keuangan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena semua fungsi yang ada dalam perusahaan baik pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan fungsi-fungsi yang lain selalu mempunyai implikasi keuangan Bringham & Houston ( 2004 : 6 ). Oleh karena itu, semua perusahaan menjalankan manajemen secara benar.

Salah satu aspek dari tugas manager keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Dalam melakukan tugas tersebut, manager keuangan dihadapkan dengan adanya suatu siklus dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih cenderung menggunakan dana yang bersumber dari hutang, namun kadang-kadang juga menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri. Kearah manapun kecenderungan pembelanjaan terjadi, hal prinsip yang perlu diperhatikan


(11)

oleh manager keuangan perusahaan adalah berusaha menjaga perimbangan antara besarnya hutang dan modal sendiri. Dikemukakan oleh Weston & Brigham ( 1991 ) bahwa struktur keuangan mencerminkan cara bagaimana aktiva perusahaan mendapatkan belanja. Sedangkan Riyanto ( 1992 ) mengemukakan bahwa struktur keuangan adalah mencerminkan baik dalam artian absolute maupun relative perimbangan antara keseluruhan modal asing ( hutang ) dengan jumlah modal sendiri.

Pada kenyataan saat ini, pengusaha masih kesulitan dalam mendapatkan dana yang berasal dari hutang, hal tersebut bisa terjadi karena para pengusaha masih terbebani dengan suku bunga kredit sebesar 13-15 %, padahal saat ini BI rate atau bunga acuan sudah turun dari 7% menjadi 6,75 %. Hal tersebut seharusnya bisa menurunkan suku bunga kredit. Padahal dengan BI rate yang rendah membuat suku bunga kredit turun dan jika inflasi terus membaik, seharusnya rupiah menguat, harga produk lebih murah dan ujungnya membuat daya beli masyarakat tinggi. Jika pengusaha mempunyai persepsi lebih banyak masyarakat yang mampu membeli barang, para pengusaha pun mau meminjam kredit pada bank. Keadaan diatas dapat digambarkan dengan table berikut :

Bulan Tingkat BI Rate Tingkat Suku Bunga

Juli 2006 12,5 % 16,5 %

Juli 2007 8,50 % 15 %

Juli 2008 8,75 % 13 %

Juli 2009 6,75 % 12 %

Sumber : Jawa Pos, 2006-2009

Kebijaksanaan bank-bank tersebut untuk tidak terburu-buru menurunkan suku bunga kreditnya dikarenakan masih adanya trauma terhadap krisis financial.


(12)

Meskipun dampak ke Indonesia tidak sebesar ke negara tetangga, bank kini sangat pemilih dalam menyalurkan dana antar bank, apalagi tidak adanya jaminan pemerintah membuat biaya dana menjadi tetap tinggi, akhirnya bank lebih beroperasional dengan target tidak muluk. Yaitu mendapatkan keuntungan secara cepat dan membentuk struktur modal yang baik ( Jawa pos: 2009 ).

Kebijaksanaan struktur modal mencakup tindakan pemilihan antara resiko dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih besar akan lebih peka terhadap perubahan rentabilitas ekonomi. Bila rentabilitas ekonomi meningkat, perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar akan memperoleh peningkatan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar. Sebaliknya jika rentabilitas ekonomi turun, perusahaan yang menggunakan hutang yang besar akan mengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar dari pada perusahaan yang menggunakan sedikit hutang ( Husnan, 1994:57 ). Pada kenyataannya, memang sulit bagi perusahaan untuk menentukan struktur modal yang tepat, tetapi paling tidak diharapkan perusahaan dapat menetapkan suatu target struktur modal yang optimal dalam suatu range tertentu yang menunjukkan berapa tingkat hutang yang tepat bagi perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam suatu industri dimana perusahaan berada.

Berdasarkan factor-faktor yang digunakan peneliti yaitu profitabilitas, likuiditas, resiko bisnis, firm size, tangibility dapat mempengaruhi struktur modal. Terdapat hubungan antara profitabilitas dengan struktur modal yaitu semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin rendah tingkat penggunaan utang dalam


(13)

struktur modal ( Setiawan, 2006:139 ). Hubungan resiko bisnis dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai resiko bisnis tinggi menyadari bahwa penggunaan hutang yang penuh resiko akan kurang menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan guna menghindari financial distress (Hamza et,al, 2008:152). Hubungan likuiditas dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat hutang yang rendah dalam struktur modalnya, dalam Rahmad. S. Hubungan antara size dengan struktur modal yaitu size menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besar nilai total asset. Semakin besar total asset perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset yang besar akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan ( Hamza et, al, 2008:147 ). Hubungan antara

tangibility dengan struktur modal yaitu perusahaan yang mempunyai rata-rata rasio struktur modal rendah, secara umum memiliki rasio rata-rata tangibility yang tinggi dan sebaliknya perusahaan yang mempunyai rata-rata rasio struktur modal yang tinggi, biasanya memiliki rasio rata-rata tangibility yang rendah ( Hamza et, al, 2008:152 ).

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian dilakukan untuk “ Analisis beberapa factor yang mempengaruhi struktur modal bank-bank yang go public di BEI”.


(14)

1.2.Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah terdapat pengaruh parsial firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public ?

b. Apakah terdapat pengaruh simultan firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public ?

c. Manakah dari firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk dan tangibility

yang berpengaruh paling dominant terhadap struktur modal bank-bank yang go public?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh parsial firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk, dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

2. Untuk mengetahui pengaruh simultan firm size, profitabilitas, likuiditas, business risk, dan tangibility terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi, menambah wawasan dan pengetahuan kepada beberapa pihak yang terkait seperti manajemen perusahaan yang bersangkutan, pemegang saham, kreditur, para investor serta pihak-pihak lainnya yang membutuhkan hasil penelitian.


(15)

b. Menambah referensi serta pemahaman tentang struktur modal pada bank-bank yang go public.

c. Bagi penulis berguna untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan juga sejauh mana ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktek kehidupan di masyarakat.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan struktur modal adalah sebagai berikut :

1. Rahmat Setiawan ( 2006 ) melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal dalam Perspektif Pecking Order Theory studi pada perusahaan Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta”. Variabel bebas yang digunakan adalah Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Growth Opportunity,

sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Setiawan dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dan secara parsial profitabilitas, likuiditas, Firm Size, resiko bisnis,

Growth Opportunity berpengaruh negative terhadap struktur modal perbankan

2. Fitri Santi (2002) melakukan penelitian dengan judul “ Determinant of Indonesia Firms’ Capital Structure : Panel Data Analisis “. Variabel bebas yang digunakan adalah Tangibility of asset, Growth Opportunity, Size of the firm, variabel terikat yang digunakan adalah Leverage perusahaan. Hasil


(17)

penelitian yang dilakukan oleh Fitri Santi dapat disimpulkan bahwa

Tangibility of asset dan Firm size berhubungan positif terhadap semua tipe

ratio book and market value, growth opportunity berhubungan negatif terhadap semuanya kecuali untuk short term debt ratio in book value

berhubungan positif, profitabilitas berhubungan negatif terhadap semua tipe

ratio book and market value kecuali untuk book and market value of long term debt ratio. Koefisien dummy yang mewakilkan keadaan saat krisis ekonomi berhubungan positif terhadap semua tipe ratio book and market value kecuali untuk book and market value of long term debt ratio

berhubungan negatif.

3. Dendy Arya Kusuma ( 2005 ) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tangibility of Asset dan Profitability terhadap struktur modal pada PT Boma Bisma Indra di Surabaya“. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tangibility of asset dan Profitabilitas, sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dendy Arya Kusuma dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena meskipun perusahaan merugi, total hutang perusahaan tetap menurun, dan hal ini terjadi bukan disebabkan karena pelunasan hutang dan hutang bank, tetapi karena penurunan transitoris pasiva, dan ketika perusahaan dapat meningkatkan labanya, hutang perusahaan juga semakin meningkat, hal ini disebakan karena perusahaan memerlukan dana yang lebih besar untuk program Lay off karyawan. Penyebab utama tangibility of


(18)

asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal PT Boma Bisma Indra adalah meskipun aktiva perusahaan terus menurun, perusahaan masih dapat meningkatkan hutangnya. Hal ini disebabkan karena hutang-hutang yang digunakan untuk modal kerja, jaminannya bukan aktiva tetap, melainkan adalah tagihan-tagihan proyek yang modal kerjanya berasal dari hutang-hutang tersebut. Kemudian ketika perusahaan membutuhkan dana untuk biaya operasional dan biaya lay off karyawan, meskipun neraca perusahaan tidak layak untuk mendapatkan hutang, hal ini disebabkan karena hutang tersebut berasal dari pemerintah dalam hal ini PT BPIS dan PT Krakatau Steel.

Penelitian yang saya lakukan ini tergolong penelitian replika, dikarenakan penelitian ini meneruskan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maryani (2008), dimana terdapat suatu perbedaan yang terletak pada subjek penelitian dan penambahan variabel likuiditas dan resiko bisnis. Subyek penelitian dahulu dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan subyek penelitian sekarang dilakukan pada perusahaan perbankan atau bank yang telah go public. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian sebelumnya.


(19)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Permodalan Bank

Dalam kegiatan perbankan, permodalan bank sangat penting karena merupakan salah satu pendukung kegiatan peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian modal bank,fungsi modal.

2.2.1.1 Pengertian Modal Bank

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan antara:

1. Kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. 2. Bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia.

Namun hanya modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia yang akan diuraikan dalam permodalan disini. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia ( Lukman Dendawijaya, 2003 : 46 ) : A. Modal inti

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut :

1. Modal disetor

Adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.


(20)

2. Agio saham

Adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3. Cadangan umum

Adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.

4. Cadangan tujuan

Adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

5. Laba ditahan

Adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

6. Laba tahun lalu

Adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.


(21)

7. Laba tahun berjalan

Adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang modal inti.

8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank ( LKBB ) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

B. Modal pelengkap

Modal pelengkap ini terdiri dari cadangan-cadangan yang tidak di bentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut :

1. Cadangan revalusi aktiva tetap

Adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari direktorat jenderal pajak.


(22)

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

3. Modal kuasi

Adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

4. Pinjaman sub ordinasi

Adalah pinjaman yang harus memenuhi beberapa syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus ada persetujuan bank Indonesia.

2.2.1.2. Fungsi Modal

Fungsi modal sangat penting bagi bank, antara lain ( Masyud Ali, 284 ) : 1. Untuk melindungi dana-dana masyarakat yang ditempatkan di

bank.

2. Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat menyangkut kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang telah jatuh tempo pada pihak diluar bank.


(23)

3. Untuk memenuhi ketentuan minimum modal bank yang ditetapkan oleh otoritas moneter ( Bank Indonesia ).

4. Untuk membiayai sebagian unsur dalam aktiva bank serta untuk menunjang kegiatan operasional bank.

2.2.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan dalam Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 2 ) laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai arah misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana ), catatan dan pelaporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Sedangkan menurut baridwan, ( 2002 : 17 ), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

2.2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 4 ) tentang tujuan dari laporan keuangan adalah untuk :

(1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan kinerja serta posisi keuangan suatu perusahaan.


(24)

(2) Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.

(3) Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.2.3. Rasio Keuangan

Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan maka analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu dengan angka lainnya ( Van Horn dan Wacowich, 1997 : 133 ).

2.2.3.1. Macam-Macam Rasio Keuangan

Macam-macam rasio keuangan banyak sekali karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa laporan keuangan. Menurut Bambang Rianto (2001 : 331) analisis rasio keuangan dikelompokkan dalam empat kelompok rasio :

1) Rasio likuiditas

Merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. ( macam-macam jenis rasio likuiditas : current ratio, cash ratio, working capital to total asset ratio).


(25)

a. Current ratio

Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar mekiputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Untuk menghitung current ratio dengan cara :

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

b. Cash ratio

Adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yan bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Dengan demikian untuk menghitung cash ratio dengan cara :

Lancar Hutang

berharga surat

Efek Kas+

2) Rasio leverage

Rasio yang membandingkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai oleh hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0, artinya perusahaan menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Penggunaan hutang bagi perusahaan tersebut memiliki tiga dimensi : ( 1 ) pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas


(26)

kredit yang diberikan, ( 2 ) dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan ( 3 ) dengan penggunaan hutang pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaannya. Ada lima rasio leverage

yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yakni sebagai berikut :

A. Total debt to total asset ratio

Rasio total hutang dengan total aktiva yang biasa disebut rasio hutang ( debt ratio ), mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik. Untuk mengukur besarnya debt ratio

adalah

% 100 Aktiva Total

Hutang Total

x

B. Debt to equity ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Untuk menghitung debt to equity ratio bisa menggunakan perhitungan dengan cara :


(27)

% 100 Modal

Hutang Total

x

C. Time interest earned ratio

Merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya. Perhitungannya dengan cara :

bunga Beban

Pajak bunga

sebelum

Laba +

D. Fixed change coverage ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Untuk menghitung rasio ini menggunakan perhitungan :

Lease Angsuran Bunga

Lease Angsuran Bunga

EBIT +

+ +

E. Debt service ratio

Kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Perhitungannya adalah laba sebelum pajak dibandingkan dengan bunga ditambah sewa ditambah angsuran pokok pinjaman dibandingkan dengan 1 dikurangi tarif pajak.


(28)

3) Rasio aktivitas

Mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva, dan perputaran aktiva tetap.

I. Perputaran persediaan

Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan, perhitungannya adalah

persediaan rata

-Rata

HPP

• Perputaran piutang

Merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang, perhitungan perputaran piutang adalah dengan cara :

piutang rata

-Rata

Kredit Penjualan

• Perputaran aktiva tetap

Merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan, perhitungannya adalah :


(29)

Perputaran aktiva tetap =

tetap Aktiva

Penjualan

II. Perputaran aktiva

Ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Perhitungannya adalah penjualan dibanding total aktiva.

4) Rasio profitabilitas

Rasio ini untuk mengukur seberapa tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.

1. Profit margin

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Perhitungannya adalah :

• GPM = 100%

l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Biaya

-l Operasiona Pendapatan

x

Profit margin = 100% Penjualan

EBIT

x

Net profit margin = 100% Penjualan

EAT

x

2. Return On Asset

Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan, perhitungannya adalah


(30)

% 100 Aktiva Total

EBIT

x

3. Return On Equity

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, perhitungannya adalah

% 100 Sendiri Modal

EAT

x

4. Return On Invesment

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan, perhitungannya adalah

% 100 Investasi

EAT

x

5. Earning Per Share

Ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik, perhitungannya adalah

% 100 saham lembar per

Jumlah

EAT

x

2.2.3.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini


(31)

kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian ( Harahap, 2002 : 297 ).

Menurut Bambang riyanto ( 2001 : 25 ) rasio keuangan digunakan untuk meningkatkan likuiditas, solvabilitas, dan stabilitas dari suatu perusahaan.

1. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi kewajibannya tepat waktu, berarti perusahaan berada dalam keadaan likuid. Sebaliknya jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu berarti perusahaan berada pada keadaan invalid.

2. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Perusahaan dikatakan solvabilitas bila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.

3. Rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya secara stabil, dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan.


(32)

2.2.4. Struktur Modal

2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal

Menurut Weston dan Copeland ( 1992 : 4 ) memberikan definisi struktur modal, yaitu pembiayaan permanen dari hutang jangka panjang saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan, bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham.

Menurut Riyanto ( 2001 : 22 ) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dalam menjalankan usahanya atau operasinya, setiap perusahaan akan dihadapkan pada masalah bagaimana usaha untuk memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan dan bagaimana mengalokasikan dana yan diperoleh tersebut. Pemenuhan kebutuhan dana akan tercermin pada neraca sebelah kiri, yaitu pada sisi aktiva. Jadi pembelanjaan berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya, yang mana akan menentukan struktur kekayaan dan struktur modal perusahaan.

Teori yang melandasi struktur modal adalah pecking order theory, ada dua aturan penting yang harus dilakukan manajer perusahaan dalam menentukan sumber pembiayaan perusahaan. (1) gunakan sumber pembiayaan internal terlebih dahulu dan (2) terbitkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu (Ross, et, al.,2002:439). Dengan demikian, ketika perusahaan dihadapkan


(33)

pada masalah pembiayaan. Maka sebaiknya perusahaan menggunakan pembiayaan dari sumber internal terlebih dahulu, baru menggunakan utang dan terakhir menerbitkan saham baru. Pembiayaan melalui sumber internal laba ditahan mempunyai biaya modal paling rendah. Dari sudut pandang investor, utang relatif lebih tidak beresiko dibanding saham. Dengan demikian, biaya modal utang yang ditanggung perusahaan lebih rendah dibanding biaya modal saham yang dipandang lebih beresiko.

Menurut Riyanto ( 2001 : 22 ) struktur modal ini dibedakan dengan struktur finansiil ( struktur keuangan ). Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston and Copeland ( 1992 : 3 ), “ Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang-hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya(Weston and Copeland, 1992 : 4).

2.2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Optimal Perusahaan Dalam melakukan keputusan pendanaan, bank dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisa kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta kegiatan usahanya. Agar dapat ditentukan komposisi struktur modal yang optimal maka manajemen


(34)

keuangan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modalnya dalam upaya meningkatkan nilai bank tersebut.

Beberapa faktor yang berpengaruh pada struktur modal yang optimal menurut Baker ( 1989 ) yakni :

A. Perputaran kas, menganalisa terhadap kemampuan perputaran kas perusahaan untuk mengantisipasi berbagai kondisi ekonomi, merupakan sesuatu yang berguna untuk menentukan tingkat utang dengan tepat.

B. Kondisi pasar, dapat mempengaruhi baik waktu maupun kemampuan perusahaan dalam menarik berbagai sumber keuangan yang berbeda. C. Profitabilitas dan stabilitas, banyak perusahaan yang menguntungkan dan

mempunyai kestabilan dapat lebih aman bekerja pada leverage struktur modal yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang kurang menguntungkan dan kurang stabil. Hal ini sejalan dengan pendapat Sartono ( 1996 ) perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan utang yang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Selain itu karena pembayaran bunga merupakan pengurang pajak, maka semakin tinggi pajak perusahaan semakin besar leverage perusahaan.

D. Risiko bisnis, semakin besar perusahaan atau risiko operasi, semakin kecil utang yang seharusnya digunakan.

Secara umum resiko yang ditanggung oleh bank dalam kegiatan usahanya tidak hanya terdiri dari resiko Non Performing Loan (NPL). Jenis-jenis resiko lain yang terikat dengan usaha bank pada dasarnya dapat berasal


(35)

dari sisi aktiva maupun pasiva. Resiko tersebut meliputi ( Susilo, 2000 : 102-103 ) :

a. Liquidity Risk

Adalah resiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang lain dapat menempatkan bank tersebut dalam posisi sulit sehingga tergolong bank kurang sehat, kurang dipercaya nasabah dan ada kemungkinan untuk bangkrut.

b. Credit Risk

Adalah resiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.

c. Invesment Risk

Adalah resiko yang dihadapi bank berupa kegiatan karena penurunan nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank misalnya saham dan obligasi. Fluktuasi nilai berharga tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh suku bunga bank namun juga oleh indikator-indikator perekonomian lain serta faktor-faktor non ekonomis seperti politik, keamanan, pengangguran, kondisi perbankan, bencana alam, kebangkrutan perusahaan dan lain-lain.


(36)

d. Operating risk

Adalah resiko yang dihadapi bank yang berkaitan dengan kebijakan penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan yang saling terkait. Resiko ini meliputi juga kemungkinan kerugian akibat perusahaan strukur biaya operasional bank atau kegagalan dalam meluncurkan produk-produk perbankan kepada masyarakat.

e. Fraud Risk

Adalah resiko yang dihadapi oleh bank karena kerugian akibat adanya ketidakjujuran, penipuan atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh nasabah, karyawan bank pejabat bank dan pihak lainnya.

f. Fiduciary Risk

Adalah resiko yang diterima bank karena memberikan jasa perwaliamanatan kepada nasabah atau badan pengolah dana yang dilimpahkan kepada bank ditujukan untuk kegiatan investasi dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan tingkat resiko yang wajar dan bukan untuk tujuan spekulasi.

Senada dengan pendapat diatas, Weston and Copeland ( 1997 ) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah :

a. Struktur aktiva, faktor tersebut mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Jika permintaan pada produk mereka cukup meyakinkan,


(37)

akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang. Argumen yang dikemukakan Myers dan Majluf ( 1988 ) menyatakan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari penjualan jaminan hutang.

b. Sikap pemberi pinjaman, perusahaan akan membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan hal ini sangat mempengaruhi nasehat mereka. Tetapi jika pihak manajemen menggunakan leverage melampaui batas normal, pemberi pinjaman mungkin tidak besedia memberi tambahan pinjaman. Pemberi pinjaman berpendapat bahwa utang yang besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjam dan penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.

c. Sikap manajemen, sangat berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian perusahaan dan risiko. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh orang banyak akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak berpengaruh pada pengendalian perusahaan.

2.2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Rianto ( 2001 : 297 ) struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi banyak faktor-faktor yang utama :

1. Tingkat Suku Bunga

Perusahaan perbankan atau dalam hal ini adalah bank, dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu. Tingkat bunga akan


(38)

mempengaruhi struktur modal pada bank, bila tingkat bunga pada saat itu rendah, memungkinkan banyak perusahaan yang mengambil pinjaman pada bank, tapi sebaliknya bila tingkat suku bunga tinggi, perusahaan akan memikirkan kembali untuk meminjam modal pada bank. Hal tersebut membuktikan adanya hubungan antara tingkat suku bunga terhadap struktur modal perbankan.

2. Susunan aktiva

Susunan aktiva dalam hal ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : 1. Tangibilty atau analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar aktiva perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang.

2.Depresiasi atau analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar biaya penyusutan yang terjadi atas aktiva tetap peusahaan. Setelah itu akan dilihat seberapa besar depresiasi mempengaruhi struktur modal.

3. Ukuran perusahaan

Analisis yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total asset


(39)

4. Likuiditas

Perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat utang yang rendah dalam struktur modalnya, karena perusahaan tersebut mempunyai sumber dana internal yang besar.

Menurut beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut diatas, dipilih lima faktor yaitu profitabiltas, likuiditas, tangibility, resiko bisnis, dan firm size.

2.2.5. Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitabilitas ( X1 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Sartono ( 1995 : 130 ). Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efektifitas bank dalam memperoleh laba, selain itu juga dapat dijadikan ukuran kesehatan keuangan bank dan sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang sangat memadai. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah :

a. Return On Asset( ROA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Besarnya ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :


(40)

ROA = 100% aktiva

Total

Pajak sebelum bersih

Laba

x

Menurut Deesomsak et al : 2005, Boateng : 2004, Titman : 1984, ditemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal, namun di penelitian lain, menurut Bradley et al : 1984, Myers : 1977, William : 1987, menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif pada struktur modal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan terhadap struktur modal.

2.2.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Likuiditas ( X2 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )

Likuiditas bank merupakan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk memenuhi penarikan simpanan dan penarikan kredit serta kewajiban lainnya setelah jatuh tempo. Dimana suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya serta memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan ( Lukman Dendawijaya, 2001 : 117 ).

Sumber utama kebutuhan likuiditas bank dari adanya kebutuhan untuk memenuhi antara lain ( Dahlan Siamat, 2001 : 153 ) :


(41)

b. Untuk menjaga agar saldo rekening yang ada di bank koresponden selalu berada pada jumlah yang ditentukan.

c. Untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah debitur maupun penabung.

d. Permintaan kredit dari masyarakat.

Dana yang dikelola bank sebagian besar bersumber dari dana pihak ketiga atau dari masyarakat yang dititipkan pada bank yang bersangkutan baik dalam rekening giro, tabungan, deposito dan bentuk simpanan lainnya, simpanan tersebut harus dibayar pada saat jatuh tempo atau sebagian harus segera dibayar pada saat ditagih. Oleh karena itu setiap bank harus berjaga-jaga menyiapkan alat-alat bank yang likuid.

Rasio likuiditas yang digunakan dalam menilai kinerja suatu bank adalah sebagai berikut :

a. Loan to Deposit Ratio ( LDR )

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

LDR = 100%

Ketiga Pihak Dana

Kredit Total

x

Masing-masing komponen dana pihak ketiga ( DPK ) adalah sebagai berikut:


(42)

1. Giro

Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.

2. Tabungan

Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek dan bilyet giro.

3. Deposito

Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan pengajuan nasabah penyimpan dengan bank.

Semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kredit yang disalurkan, semakin besar pula pendapatan yang diterima.

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80 persen. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 persen dan 100 persen.


(43)

2.2.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Tangibilty Of Asset ( X3 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )

Tangibility of asset adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang. Tangibility diukur dengan jumlah total aktiva secara keseluruhan. Namun, bank bukan perusahaan manufaktur, maka tentu saja tidak memiliki saldo persediaan. Jadi hanya menggunakan nilai aktiva tetap yang kemudian dibandingkan dengan total aktiva.

Menurut Asymetric information theory yang dikemukakan oleh Ross, S pada tahun 1997 ( Husnan , 1994 : 325 ), menyatakan bahwa struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena tangible asset suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditor untuk meningkatkan hutangnya. Selain itu proporsi yang lebih tinggi dari tangible asset berarti ketersediaan jaminan juga lebih tinggi, sehingga akan mengurangi biaya hutang.

Tangibility dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tangibility =

Aktiva Total

Tetap Aktiva


(44)

2.2.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Resiko bisnis ( X4 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )

Resiko usaha atau business risk bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. (Siamat, 1993 : 69).

Menurut Abdullah ( 2003 : 28 ) resiko merupakan tingkat ketidakpastian hasil operasi bank yang diperkirakan dapat diterima pada waktu yang akan datang. Hasil yang diharapkan keuntungan yang diharapkan maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi.

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan credit risk ( resiko kredit ) sebagai variabel penelitian yang diukur menggunakan rasio NPL.

Menurut Dendawijaya (2004) semakin besar rasio NPL maka semakin jelek kualitas kredit yang bersangkutan karena jumlah kredit bermasalah semakin besar. Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002) bahwa semakin tinggi rasio NPL mengindikasikan semakin tinggi resiko kredit yang dihadapi.

Rumus yang digunakan adalah :

NPL = x100%

kredit Total

Bermasalah Kredit


(45)

2.2.9. Teori Yang Melandasi Pengaruh Ukuran perusahaan ( X5 ) Terhadap Struktur Modal Perbankan ( Y )

Size menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, yang dilihat dari besarnya nilai total aset. Semakin besar nilai total aset perusahaan, maka semaikn besar pula ukuran perusahaan tersebut. Memiliki nilai total aset yang besar, akan memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan.

Menurut pecking order theory, perusahaan besar mempunyai tingkat kesenjangan informasi ( asymmetric information ) yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan kecil. Implikasinya adalah perusahaan besra akan dapat memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah dibanding perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung lebih banyak menggunakan ekuitas dibanding perusahaan kecil. Hal ini menyebabkan perusahaan besar akan cenderung mengguanakan utang dalam jumlah lebih kecil dibanding dengan perusahaan kecil. Dengan demikian, menurut pecking order theory, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Namun demikian, penelitian Tang & Jang (2005) dan Ghosh at, al. (2000) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan rumus :


(46)

2.3. Kerangka Pikiran

Gambar 2.1. Model Kerangka Pikiran

Pada bank-bank yang telah go public, suku bunga belum turun karena masih adanya efek dari krisis financial. Apabila suku bunga kredit diturunkan, pihak bank khawatir akan mempengaruhi struktur modalnya.

Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Profitabilitas

Apabila perusahaan perbankan mengalami kekurangan modal kerja untuk menjalankan kegiatannya, maka besar kemungkinan untuk kehilangan profit atau laba, dengan kata lain profitabilitas sangat tergantung pada struktur modal ( Sartono, Agus, 1990 : 149 ).

Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Likuiditas

Bank yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung mempunyai tingkat utang yang rendah dalam struktur modalnya, karena perusahaan tersebut mempunyai sumber dana internal yang besar (Rahmat. S, 2006:320).

Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Tangibility of Asset

Apabila Asset yang ada di perusahaan cukup banyak, maka jaminan atas hutang akan semakin aman, tapi bank bukan perusahaan manufaktur, jadi perhitungannya melalui aktiva tetap yang kemudian dibandingkan dengan total aktiva( Maryani dan Hamzah, 2008 : 149 ).

Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Resiko Bisnis

Resiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan ( Susilo, 2000 : 102 – 103 ).

Hubungan Struktur Modal Perbankan dengan Ukuran Perusahaan

Suatu bank besar akan cenderung menggunakan utang dalam jumlah lebih kecil dibanding dengan bank kecil.( Rahmat. S, 2006:320 ).

Profitability ( X1)

Likuiditas (X2) Tangibility (X3) Business Risk Size(X5) (X4)

Analisis Regresi Linear Berganda

Struktur Modal Perbankan


(47)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

2. Diduga likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

3. Diduga tangibility of asset berpengaruh positif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

4. Diduga resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.

5. Diduga size berpengaruh negatif terhadap struktur modal bank-bank yang go public.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan yang menjelaskan tentang definisi, batasan, arti, pengertian, dan pengukuran variabel-variabel secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.

Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Struktur Modal ( Y )

Struktur modal adalah pembelanjaan permanent dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 : 22 ).

Rumus yang digunakan :

Struktur Modal = 100%

Sendiri Modal

panjang jangka

Hutang

x

2. Profitabilitas ( X1 )

Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dalam Sartono (1995 : 130) rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat efisiensi bank dalam memperoleh laba, selain itu juga dapat dijadikan ukuran kesehatan keuangan bank dan sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai. Rumus yang digunakan adalah :


(49)

ROA = 100% aktiva

Total

Pajak sebelum bersih

Laba

x

3. Likuiditas ( X2 )

Likuiditas bank adalah merupakan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk memenuhi penarikan simpanan dan penarikan kredit serta kewajiban lainnya setelah jatuh tempo ( Lukman Dendawijaya, 2001 :117 ). Rumus yang digunakan adalah :

LDR = 100%

Ketiga Pihak Dana

Kredit Total

x

Sumber : Rahardja dan Manurung, 2004 : 151 Komponen dana pihak ketiga adalah :

a. Tabungan

b. Kewajiban segera lainnya c. Giro

d. Sertifikat deposito e. Deposito berjangka

4. Tangibility Of Asset ( X3 )

Adalah analisis yang digunakan untuk menghitung seberapa besar asset dari perusahaan yang dapat dijadikan jaminan atas hutang ( Hamzah, et, al, 2008 : 149). Rumus yang digunakan :

Tangibility =

Aktiva Total

Tetap Aktiva


(50)

5. Business Risk ( X4 )

Resiko bisnis adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akam diterima ( Siamat, 1993 : 69 ). Rumus yang digunakan :

NPL = x100%

kredit Total

Bermasalah Kredit

6. Firm Size ( X5 )

Size menggambarkan besar kecilnya suatu bank, yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar nilai total asset, maka semakin besar pula ukuran bank tersebut (Hamzah, et, al, 2008 : 147).

Rumus yang dapat digunakan : Firm Size = Ln Total aktiva

3.2. Tehnik Penentuan Sampel a. Populasi

Merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki cirri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono, 2004: 44 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank yang terdapat di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dari tahun 2006-2008 dengan jumlah bank sebanyak 22 bank. b. Sample

Adalah bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sample harus menggunakan representative dari sebuah sebuah populasi ( Sumarsono, 2004 : 44 ).


(51)

Pada penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sample secara purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sample berdasarkan pertimbangan tertentu. Hal yang menjadi pertimbangan adalah data laporan keuangan bank dari tahun 2006 hingga tahun 2008 yang lengkap. Tapi ada bank yang data laporan keuangannya tidak lengkap Sehingga jumlah sample menjadi 21 bank. Bank-bank tersebut antara lain :

1. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 3. PT. Bank Negara Indonesia ( Persero ) Tbk. 4. PT. Bank Tabungan Negara ( Persero ) Tbk.

5. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional ( BTPN ) Tbk. 6. PT. Bank Bumi Putera Tbk.

7. PT. Centratama Nasional Bank Tbk. 8. PT. Bank Century Tbk.

9. PT. Bank Cimb-Niaga Tbk. 10.PT. Bank Ganesha Tbk. 11.PT. Bank Kesawan Tbk.

12.PT. Bank Mandiri ( Persero ) Tbk. 13.PT. Bank Mayapada Internasional Tbk. 14.PT. Bank Mega Tbk.

15.PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 16.PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 17.PT. Bank Sinar Mas ( Bank Shinta ) Tbk.


(52)

18.PT. Bank Swadesi Tbk.

19.PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. 20.PT. Bank Victoria Internasional Tbk 21.PT. Bank Permata Tbk.

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Memuat penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan dianalisis yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2006-2008.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2006-2008.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan tehnik dokumenter. Selanjutnya dilakukan penyeleksian dan pengolahan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.4. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji t tidak boleh bias. Untuk mengetahui keputusan yang BLUE maka harus dipengaruhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linear berganda, yaitu :


(53)

1. Tidak boleh ada Multikolinearitas

2. Tidak boleh ada Heterokedastisitas 3. Tidak boleh ada Autokorelasi

Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias.

a. Uji Autokorelasi

Data time-series dalam poling-data regresi mengandung resiko terjadinya gejala autokorelasi karena diambil berdasarkan kronologis urutan waktu yang memungkinkan terjadinya interkorelasi di antara observasi yang berurutan.

Gejala autokorelasi menyebabkan hasil regresi tidak efisien karena varians atau standard error of estimate tidak minimum dan menjadikan tes signifikan tidak akurat; namun hasil regresi tetap tidak bias.

Gambar 3.1. uji Durbin-Watson akan menghasilkan nilai statistic Durbin-Watson (dW). Nilai statistic Durbin-Watson tersebut kemudian akan dibandingkan dengan nilai kritis yang didapat dari table nilai kritis Durbin-Watson. Terdapat dua nilai kritis pada table Durbin-Watson, yaitu dL dan dU. Nilai dW yang diharapkan adalah berada diantara dU dan 4-dU.


(54)

Gambar 3.1. Kurva Durbin-Watson

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokoreksi negatif Daerah

keragu-raguan

Daerah

keragu-raguan

Ada auto k

o

rel

a

si pos

itif

Ada auto k

o

rel

a

si ne

gatif

0 dL dU 4 - dU 4 - dL 4

Sumber: Gujarati, 1995:201

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dala, model regresi.

Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki nilai multikolinearitas jika memiliki VIF tidak sekitar angka satu dan angka toleransi tidak mendekati angka satu serta memiliki nilai koefisien korelasi di atas 0,5. pada model regresi linear yang baik tidak boleh terdapat multikolinearitas. Syarat suatu model yang regresi linear tidak terdapat multikolinearitas adalah VIF di sekitar angka satu dan angka toleransi mendekati angka satu serta koefisien korelasi antara variable bebas di bawah nilai 0,5 ( Gujarati, 1995 : 157 ).

VIF ( Variance Inflation Factor ) menyatakan tingkat “ pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi linear.


(55)

c. Uji Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heterokedastisitas adalah variable independent adalah tidak konstan untuk setiap nilai tertentu variable independent. Pada regresi linear, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variable independent.

Penyebaran variable bebas adalah tidak konstan ( berbeda ) untuk setiap nilai tertentu variable bebas pada regresi linear residual tidak boleh ada hubungan dengan variable bebas. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variable bebeas atau yang menjelaskan. Rumus Rank Spearman sebagai berikut :

rs = 1 – 6

⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

− ∑

1 ( 2

2

N N

di

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas N = Banyaknya data

Adapun untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sampai sejauh mana variable-variabel bebas mampu menjelaskan variable terikat maka perlu untuk mengetahui nilai R2 (Koefisien determinasi).

Dengan menggunakan formula sebagai berikut :

R2 =

Total JK

regresi JK


(56)

Dimana :

R2 = Koefisien determinan JK = Jumlah kuadrat Keterangan :

JK regresi = b1Σ Y1 X1i + b2Σ Y2 X2i + b3Σ Y3 X3i

JK total = Σ Y12atau Σ Y1 -

(

)

n Y1 2

Jadi :

R2 =

(

)

2

3 3 3 2 2 2 1 1 1

+ + i i i i Y X Y b X Y b X Y b

a. Tidak mempunyai nilai negative. b. Nilainya 0< R2 <1.

Koefisien determinasi mempunyai dua kegunaan yaitu :

a. Sebagai ukuran kecepatan atau kecocokan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data hasil observasi, makin besarnya nilai maka makin tepat atau makin cocok suatu garis regresi.

b. Untuk mengukur besarnya persentasi dari sejumlah persentasi dari jumlah variable dari Y yang diterangkan dari model variable independent terhadap variasi ( naik turunnya ).

Untuk mengetahui bahwa koefisien regresi yang telah diperoleh mempunyai pengaruh atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis koefisien regresi berganda pada tingkat keyakinan 95 %( tingkat kesalahan 5% ).


(57)

3.5. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Tehnik Analisis

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu untuk analisis ada atau tidak pengaruh profitabilitas, likuiditas, tangibility of asset, resiko bisnis dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada bank-bank yang go public, maka tehnik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.

3.5.1.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berkaitan dengan studi ketergantungan satu variable ( yang disebut variable tidak bebas ) dengan dua atau lebih variable lainnya ( yang disebut variable bebas ). Alat analisis ini digunakan karena sesuai dengan kondisi yang akan diuji, berupa ketergantungan variable harga saham pada beberapa variable yang lain. Adapun model regresi linear berganda untuk kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e ... (Gujarati, 1995 : 250) Dimana

Y = Struktur modal

b0 = Konstanta

X1 = Profitabilitas

X2 = Likuiditas

X3 = Tangibilitas

X4 = Resiko Bisnis


(58)

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi

e = Standart error

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk melakukan uji mendeteksi pengaruh variabel-variabel independen/bebas yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Tangibilitas, Resiko Bisnis, Firm Size, terhadap variabel dependen/terikat yaitu struktur modal.

a. Uji t

Uji t dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel bebas dalam model regresi secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan atas variabel terikat. Bentuk uji hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut:

1. H0 : β1 : β2 : β3 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat Y).

H0 : β1 : β2 : β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X terhadap variabel terikat Y).

2. Untuk menentukan t tabel taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% 3. Dengan nilai thit

thit = ) (bi S

bi

... (Sudjana, 1992: 111)

Keterangan:

thit = nilai t dari hasil perhitungan bi = koefisien regresi variabel bebas S(bi) = standar error dari koefisien regresi


(59)

4. Uji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat

• H0 ditolak jika taraf signifikan ≤ 0,05 (ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat).

• H0 diterima jika taraf signifikan ≥ 0,05 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat).


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Pendirian dan Informasi Umum Bursa Efek Indonesia

Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya Bursa Efek di Batavia ( sekarang Indonesia ) pada tahun 1912 oleh Vereneging Voor de Effectenhandel. Kemudian pada yahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi 2 ( dua ) bursa yaitu Bursa Efek Semarang dan Bursa Efek Jakarta. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang investasi Jepang pada tahun 1942 dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun 1952. program nasionalisasi yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1956 mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Pada tanggal 10 Agustus 1977 pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal ( BAPEPAM ) sebuah badan pemerintah dibawah Departemen Keuangan. Kebijaksanaan pemerintah menerbitkan paket 24 Desember 1987 ( Pakdes 87 ) menjadikan Pasar Modal Indonesia memasuki masa ” bullish ”. Masa yang berkelanjutan itu akhirnya membutuhkan profesionalisme dalam pengelolaan bursa. Olek karena itu pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi bursa efek. Pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah Bursa Efek Jakarta.

Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta notaris Ny. Siti Poerbaningsih Adiwarsito, SH. Notaris di jakarta pada 4 Desember 1991. akta pendirian dan perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI no.


(61)

C-28146 HT.01,01 tanggal 26 Desember 1991, dan dimuat dalam Tambahan Acara Berita Negara RI No.1355/KMK.010/1992 tanggal 18 Maret 1992. Penyerahan pengolaan bursa dari BAP dilaksanakan tanggal 16 April 1992 di Jakarta.

Tahun 1995 merupakan era baru bagi Bursa Efek Jakarta dengan diterapkannya sistem perdagangan otomatis ( Jakarta Automated Trading System

atau JATS ). Sistem ini menjamin perdagangan perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Disamping itu JATS memberikan pula sumbangan yang lebih besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu sistem terpadu ini menghubungkan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta sistem depositori dan sistem akuntansi anggota bursa.

Berdasarkan pasal 10 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 tanggal 30 Desember 1995, perusahaan dilarang membagikan dividen kepada para pemegang saham. Perusahaan berdomisili di Jakarta Stock Exchange Building, jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu tempat yang efisien untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional.

Misi Bursa Efek Indonesia adalah bertekad mewujudkan Bursa Efek Indonesia berskala internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek


(62)

Indonesia bertekad mempunyai sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi. Dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi Bursa Efek yang transparan, liquid, wajar dan efisien yang dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan Bursa-bursa efek di dunia. Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi dalam mengembangkan basis investor local yang lebih luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia bertekad menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrument pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestik maupun asing.

4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah sebagai berikut :

ƒ Menunjang kebijakan Pemerintah dalam pengembangan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional.

ƒ Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam efek disamping memberikan kemudahan bagi dunia usaha untuk menarik dana dengan cara menewarkan efek yang dikeluarkannya kepada masyarakat melalui pasar modal.


(63)

ƒ Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Seperti yang dijelaskan dalam pasal 5 ayat 2 Anggaran Dasar Perusahaan, setiap pemegang saham perusahaan harus merupakan perusahaan efek yang berbadan hukum Indonesia dan telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. 4.1.4. Persyaratan untuk Go Public

Perusahaan yang ingin go public harus diseleksi terlebih dahulu, perusahaan harus memenuhi persyaratan untuk mendapat izin penerbitan saham, yaitu :

ƒ Badan hukum harus berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) ƒ Berkedudukan di Indonesia

ƒ Mempunyai modal sekurang-kurangnya Rp. 100 juta dan telah disetor sekurang-kurangnya 25 juta

ƒ Dalam 2 ( dua ) tahun buku terakhir secara berturut-turut memperoleh laba dengan ketentuan perbandingan laba bersih tahun terakhir dan modal sendiri sekurang-kurangnya 10 %

ƒ Laporan keuangan telah diperiksa olek akuntan publik untuk 2 (dua) tahun buku terakhir dengan pernyataan pendapat setuju (unqualified opinion)


(64)

4.1.5. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

DEWAN KOMISARIS DIREKSI KOMISARIS : -PENCATATAN -PERDAGANGAN -KEANGGOTAAN -ANGGARAN DIREKTUR UTAMA DIREKTUR OPERASI DIREKTUR PEMASARAN HUKUM HUBUNGAN MASYARAKAT DIREKTUR KEANGGOTAAN DIREKTUR PENCATATAN DIREKTUR ADMINISTRASI DIREKTUR PERDAGANGAN SDM UMUM TEKNOLOGI INFORMASI PENGAWASAN PERDAGANGAN PERDAGANGAN SAHAM KEUANGAN RISET DAN PENGEMBANG PERDAGANGAN SURAT UTANG PERDAGANGAN DERIVATIF PEMBINAAN EMITEN PEMBINAAN ANGGOTA BARU RUPS


(65)

4.2. Deskripsi Singkat Perusahaan Sampel Penelitian

Populasi dalam hal ini adalah bank yang telah go publik dan terdaftar dalam BEI yang terdapat dalam Direktori Bank Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 bank. Berikut ini adalah deskripsi dari 21 bank tersebut :

Tabel 4.1 : Deskripsi 21 bank

No Nama Bank Tanggal Pendirian

1. Mandiri 2 Oktober 1998

2. Kesawan 28 April 1913

3. Cimb Niaga 26 September 1955

4. Mega 15 April 1969

5. Mayapada 7 September 1989

6. Nusantara 23 Agustus 1974

7. Sinar Mas Tahun 1989

8. BII 15 mei 1959

9. Victoria 28 Oktober 1992

10. Syariah 8 September 1999

11. Swadesi 28 September 1968

12. Ganesha Tahun 1992

13. Century 30 Mei 1989

14. Centratama Tahun 1989

15. Muamalat Tahun 1991

16. BTPN Tahun 1993

17. Permata 19 Februari 1957

18. BNI 5 Juli 1946

19. Bumi Putera 31 Juli 1989

20. BTN Tahun 1963

21. Artha Niaga 15 Desember 1969

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1. Struktur Modal

Struktur modal adalah pembelanjaan permanent dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan tabel 4.2 dibawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata struktur modal bank yang


(66)

diukur dengan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang paling tinggi terjadi pada Bank Century Tbk sebesar 7,271 %, sedangkan yang paling rendah terjadi pada Bank Mayapada Tbk sebesar 2,639%. Berikut ini adalah data struktur modal bank yang diukur perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri pada bank yang go public dari tahun 2006 sampai 2008.

Tabel 4.2. Data Struktur Modal pada bank-bank yang go public tahun 2006 sampai 2008 (dalam persen).

Data Struktur Modal ( Y ): NO Nama Bank/semest er Juni 2006 Desembe r 2006 Juni 2007 Desembe r 2007 Juni 2008 Desember 2008 Rata-Rata

1. Mandiri 4,127 4,110 3,904 4,565 4,475 5,075 4,376

2. Kesawan 6,297 7,380 6,863 7,376 6,849 7,191 6,992

3. Cimb Niaga 3,721 3,987 3,462 4,141 4,415 4,259 3,997

4. Mega 5,742 7,358 5,652 6,052 6,246 4,978 6,004

5. Mayapada 4,182 4,194 1,683 1,742 1,769 2,267 2,639

6. Nusantara 7,710 5,427 5,385 3,906 4,414 4,818 5,276

7. Sinar Mas 3,823 6,360 8,882 9,215 7,752 6,439 7,078

8. BII 3,385 3,777 3,707 3,826 3,997 3,923 3,769

9. Victoria 3,953 4,240 3,916 4,908 5,143 4,139 4,383

10. Syariah 5,735 6,079 5,422 6,404 6,588 6,002 6,038

11. Swadesi 3,654 3,733 3,598 4,195 3,728 1,912 3,47

12. Ganesha 4,546 5,213 4,122 5,830 4,820 5,291 4,970

13. Century 10,244 9,759 5,456 6,111 5,949 6,111 7,271

14. Centratama 2,972 3,099 2,414 2,790 2,493 2,440 2,701

15. Muamalat 4,034 4,403 4,691 5,313 5,432 5,185 4,843

16. BTPN 2,550 3,174 3,660 4,056 4,056 3,982 3,579

17. Permata 6,104 4,532 4,640 4,411 4,588 5,693 4,994

18. BNI 4,965 5,315 5,342 4,702 4,859 5,565 5,124

19. Bumi Putera 4,166 4,661 5,359 5,325 5,571 5,494 5,096

20. BTN 8,900 8,520 5,851 5,971 6,101 6,649 6,983


(1)

Data Tangibility of Asset ( X3 ):

NO Nama

Bank/semester

Juni

2006

Desember

2006

Juni

2007

Desember

2007

Juni

2008

Desember

2008

Rata-Rata

1.

Mandiri 0,031

0,030 0,031

0,026 0,028

0,025 0,029

2.

Kesawan 0,042

0,035 0,037

0,035 0,036

0,036 0,037

3.

Cimb

Niaga

0,015

0,013 0,014

0,029 0,011

0,023 0,018

4.

Mega

0,035

0,031 0,032

0,032 0,035

0,043 0,035

5.

Mayapada 0,083

0,080 0,068

0,071 0,074

0,069 0,074

6.

Nusantara 0,013

0,013 0,013

0,012 0,014

0,013 0,013

7.

Sinar

Mas 0,024

0,015 0,014

0,017 0,026

0,031 0,021

8.

BII

0,024

0,023 0,024

0,023 0,022

0,022 0,023

9.

Victoria 0,017

0,019 0,020

0,025 0,027

0,031 0,023

10.

Syariah 0,026

0,025 0,024

0,020 0,017

0,022 0,022

11.

Swadesi 0,060

0,037 0,037

0,031 0,033

0,027 0,038

12.

Ganesha 0,030

0,027 0,028

0,024 0,028

0,028 0,028

13.

Century 0,017

0,015 0,017

0,017 0,018

0,017 0,017

14.

Centratama

0,088

0,088 0,101

0,095 0,110

0,104 0,098

15.

Muamalat 0,015

0,015 0,014

0,014 0,014

0,014 0,014

16.

BTPN

0,062

0,049 0,039

0,040 0,032

0,041 0,044

17.

Permata 0,037

0,042 0,038

0,040 0,037

0,0,31 0,038

18.

BNI

0,042

0,037 0,037

0,037 0,038

0,036 0,038

19.

Bumi

Putera

0,020

0,019 0,017

0,019 0,019

0,020 0,019

20.

BTN

0,002

0,019 0,020

0,020 0,019

0,018 0,016


(2)

Lampiran

Uji Outlier ke-1

Residuals Statisticsa

20.65 100.71 63.50 12.637 126

-3.391 2.945 .000 1.000 126

4.928 27.106 7.812 2.744 126

29.20 105.63 63.73 12.438 126

-71.521 67.518 .000 34.261 126

-2.037 1.923 .000 .976 126

-2.122 1.962 -.003 1.000 126

-77.650 70.317 -.231 36.066 126

-2.154 1.986 -.003 1.005 126

1.470 73.492 5.952 7.459 126

.000 .055 .008 .010 126

.012 .588 .048 .060 126

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: No a.

Uji Outlier ke-2

Residuals Statisticsa

33.94 99.85 64.34 11.151 124

-2.726 3.185 .000 1.000 124

4.985 15.720 8.080 2.244 124

34.64 104.65 64.41 11.319 124

-71.844 66.548 .000 34.415 124

-2.036 1.886 .000 .975 124

-2.075 1.920 -.001 1.002 124

-74.650 68.988 -.075 36.335 124

-2.105 1.943 -.001 1.006 124

1.463 23.421 5.952 4.351 124

.000 .061 .008 .010 124

.012 .190 .048 .035 124

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: No a.


(3)

Uji Outlier ke-3

Residuals Statisticsa

34.09 95.04 63.45 10.639 121

-2.760 2.969 .000 1.000 121

5.009 15.425 8.237 2.133 121

35.75 99.04 63.58 10.905 121

-72.338 64.823 .000 34.472 121

-2.045 1.833 .000 .975 121

-2.084 1.867 -.002 1.003 121

-75.231 68.947 -.125 36.503 121

-2.116 1.888 -.002 1.008 121

1.416 21.835 5.950 3.997 121

.000 .063 .008 .011 121

.012 .182 .050 .033 121

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: No a.

Uji Normalitas

Tests of Normality

.100 121 .004 .931 121 .000

.088 121 .022 .969 121 .007

.189 121 .000 .793 121 .000

.118 121 .000 .880 121 .000

.080 121 .057 .977 121 .038

.073 121 .171 .971 121 .011

Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize StrukturModal

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correction a.


(4)

Regresi Linier Berganda

Descriptive Statistics

5.14889 1.703397 121

.00884 .006590 121

.75469 .227724 121

.03231 .021044 121

.04921 .033026 121

6.98850 .702876 121

StrukturModal Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 -.393 -.287 -.451 .024 .178

-.393 1.000 .240 .073 -.044 .277

-.287 .240 1.000 .155 .004 -.048

-.451 .073 .155 1.000 .112 -.358

.024 -.044 .004 .112 1.000 .345

.178 .277 -.048 -.358 .345 1.000

. .000 .001 .000 .399 .025

.000 . .004 .212 .318 .001

.001 .004 . .045 .482 .302

.000 .212 .045 . .110 .000

.399 .318 .482 .110 . .000

.025 .001 .302 .000 .000 .

121 121 121 121 121 121

121 121 121 121 121 121

121 121 121 121 121 121

121 121 121 121 121 121

121 121 121 121 121 121

121 121 121 121 121 121

StrukturModal Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize StrukturModal Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize StrukturModal Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

StrukturModal Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize

Model Summaryb

.610a .372 .344 1.379433 2.228

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), FirmSize, Likuiditas, resikoBisnis, Profitabilitas, Tangibilitas

a.

Dependent Variable: StrukturModal b.


(5)

ANOVAb

129.361 5 25.872 13.597 .000a

218.826 115 1.903

348.187 120

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), FirmSize, Likuiditas, resikoBisnis, Profitabilitas, Tangibilitas a.

Dependent Variable: StrukturModal b.

Coefficientsa

5.070 1.643 3.085 .003

-97.904 21.414 -.379 -4.572 .000 -.392 1.256

-1.014 .577 -.136 -1.757 .082 -.162 1.090

-28.002 6.889 -.346 -4.065 .000 -.354 1.326

-.373 4.325 -.007 -.086 .931 -.008 1.286

.377 .229 .155 1.645 .103 .152 1.634

(Constant) Profitabilitas Likuiditas Tangibilitas resikoBisnis FirmSize Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlatio ns

VIF Collineari

ty Statistics

Dependent Variable: StrukturModal a.

Coefficient Correlationsa

1.000 .081 -.459 -.390 .464

.081 1.000 -.036 -.244 -.087

-.459 -.036 1.000 .220 -.303

-.390 -.244 .220 1.000 -.216

.464 -.087 -.303 -.216 1.000

.052 .011 -.455 -1.912 .733

.011 .333 -.090 -3.017 -.345

-.455 -.090 18.703 20.400 -9.041

-1.912 -3.017 20.400 458.578 -31.907

.733 -.345 -9.041 -31.907 47.463

FirmSize Likuiditas resikoBisnis Profitabilitas Tangibilitas FirmSize Likuiditas resikoBisnis Profitabilitas Tangibilitas Correlations

Covariances Model

1

FirmSize Likuiditas resikoBisnis Profitabilitas Tangibilitas

Dependent Variable: StrukturModal a.


(6)

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 -.022 .021 .022 .005 .026

. .812 .822 .809 .956 .773

121 121 121 121 121 121

-.022 1.000 .190* .025 -.025 .301**

.812 . .037 .785 .784 .001

121 121 121 121 121 121

.021 .190* 1.000 .078 .183* -.004

.822 .037 . .393 .044 .969

121 121 121 121 121 121

.022 .025 .078 1.000 .149 -.176

.809 .785 .393 . .103 .053

121 121 121 121 121 121

.005 -.025 .183* .149 1.000 .303**

.956 .784 .044 .103 . .001

121 121 121 121 121 121

.026 .301** -.004 -.176 .303** 1.000

.773 .001 .969 .053 .001 .

121 121 121 121 121 121

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Unstandardized Residual

Profitabilitas

Likuiditas

Tangibilitas

resikoBisnis

FirmSize Spearman's rho

Unstand ardized Residual

Profita bilitas

Likui ditas

Tangi bilitas

resiko Bisnis

Firm Size

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.