FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

Abstrak Azrul Hidayat

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membeli aktiva tetap, membeli surat berharga (efek) untuk menjaga likuiditas perusahaan. Pada umumnya perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang digunakan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Obyek penelitian adalah Perusahaan Farmasi yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel dalam penelitian ini adalah Tangibility of Assets (X1), Profitability (X2), Firm size (X3) dan Struktur Modal (Y). Populasi penelitian

adalah Perusahaan Farmasi yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 6 perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sample. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian menggunakan teknik regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan pada hipotesis pertama bahwa Tangibility of Assets, Profitability dan Firms Size berpengaruh terhadap struktur modal, tidak teruji kebenarannya. Sedangkan hipotesis kedua bahwa Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap Struktur Modal pada perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia, juga tidak teruji kebenarannya.

Keywords : Tangibility of Assets, Profitability, Firm Size, Struktur Modal


(2)

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi situasi dan kondisi perekonomian seperti sekarang ini setiap perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan terhadap setiap kegiatan-kegiatan usahanya, baik dibidang pemasaran, produksi, SDM dan keuangan, agar perusahaan dapat tetap bertahan atau bahkan dapat meningkatkan kegiatan usahanya dalam pengelolaan di bidang keuangan. Salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian adalah sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi atau mengembangkan usahanya untuk memenuhi dana tersebut. Menurut Riyanto (2001 : 17) “ Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek “. Sehingga dapat kita ketahui bahwa setiap badan usaha maupun perusahaan perlu memberi perhatian serta analisis terhadap masalah modal.

Pada umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing yaitu modal yang berasal dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan, hanya digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam


(3)

menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana tersebut. Dengan demikian, dalam pertimbangan kebijakan struktur modal tersebut ada satu permasalahan yang sering timbul yakni seberapa besar modal sendiri dan seberapa besar modal pinjaman yang harus digunakan oleh perusahaan. Masalah yang dihadapi Perusahaan Farmasi yang go publik adalah tingginya struktur modal yang ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang dibanding modal sendiri (Artanti, UPN, 2007 : 2).

Menurut Santi (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah Tangibility, Growth Opportunity, Profitability, dan Size of The

Firm. Yang digunakan pada penelitian kali ini hanyalah terdiri dari tiga

faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Adapun faktor tersebut adalah Tangibility (jaminan), Profitability (keuntungan) dan Firm Size

(ukuran perusahaan). Menurut Asymmetric Information Theory (Chen,

Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of

Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam

uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya.

Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi dan struktur kepemilikannya besar, manajemen akan cenderung memilih menggunakan sumber intern untuk membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan, sedangkan investor menginginkan laba tersebut dibagikan. Kondisi


(4)

tersebut akan menimbulkan pengaruh terhadap struktur modal yang akan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatannya. Pengaruh struktur modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan untuk perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri (Artanti, UPN, 2007 : 2).

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001: 22). Maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan

Penelitian ini mengambil sampel Perusahaan Farmasi yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia, karena terdapat suatu permasalahan terhadap tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh Perusahaan-Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa ketergantungan para Perusahaan Farmasi di Indonesia terhadap pihak luar sangatlah besar. Jika keadaan ini terus bertahan dan tidak segera dibenahi maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dengan adanya tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan menyebabkan struktur modal yang dimiliki oleh


(5)

perusahaan tersebut semakin tinggi, sehingga akan membuat menurunnya nilai perusahaan dimata para investor.

Tabel 1.1 : Data Struktur Modal Sampel Perusahaan Farmasi Tahun 2004-2008 (dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Nama Perusahaan Tahun Hutang Modal Struktur

Modal (%)

2004 921,169 2,284,131 40,32

2005 1,073,563 1,821,584 58,9

2006 1,303,341 1,080,171 120,66

2007 1,378,205 1,121,189 122,92

1. PT. Kalbe Farma, Tbk

2008 1,535,778 1,358,990 113

2004 65,753 43,550 150,98

2005 65,507 32,300 202,81

2006 63,679 40,409 157,58

2007 67,555 42,685 158,26

2. PT. Merck, Tbk.

2008 76,396 38,420 198,84

2004 157,701 70,826 222,65

2005 158,110 112,076 141,07

2006 152,774 145,025 105,34

2007 156,725 98,700 158,79

3. PT.Darya – Varia laboratia, Tbk.

2008 180,244 129,812 138,85

2004 154,237 240,875 64,02

2005 145,067 230,323 62,98

2006 123,767 379,342 32,62

2007 110,131 686,297 16,04

4. PT.Indofarma, Tbk.

2008 120,828 634,578 19,04

2004 656,415 320,160 205,02

2005 808,044 404,377 199,82

2006 883,126 363,627 242,86

2007  909,204 459,696 195,82

5. PT.Tempo Scan Pacific, Tbk.

2008 911,902 536,505 169,97

6. PT.Kimia Farma, Tbk. 2004 511,791 358,855 142,61

2005 499,740 333,382 149,90

2006 513,321 390,571 131,42

2007 493,292 478,712 103,04

2008 495,052 497,905 99,42


(6)

Berdasarkan data tersebut di atas dapat diketahui bahwa adanya ketidakstabilan struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Pada Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk. ternyata mempunyai struktur modal sebesar 40,32 % pada tahun 2004. Struktur modal terbesar justru terjadi pada PT. Tempo Scan Pacific, Tbk. sebagai Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar kedua yaitu sebesar 242,86 % pada tahun 2006. PT. Kimia Farma, Tbk. yang merupakan Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar ketiga, tetapi struktur modalnya hanya sebesar 142,61 % pada tahun 2004. Pada Perusahaan Farmasi dengan penjualan terkecil keenam yaitu PT. Merck , Tbk. struktur modalnya pernah mencapai 202,81 % pada tahun 2005. Struktur modal terkecil justru terjadi pada PT. Kalbe Farma, Tbk. sebagai Perusahaan Farmasi dengan penjualan terbesar yaitu sebesar 58,9 % pada tahun 2005.

Menurut Asymmetric Information Theory (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya struktur modal dipengaruhi oleh hutang dan modal sendiri. Besarnya struktur modal yang telah diuraikan pada permasalahan diatas adalah dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan hutang ketimbang modal sendiri. Sedangkan kecilnya


(7)

struktur modal suatu perusahaan disebabkan perusahaan cenderung lebih memilih menggunakan modal sendiri untuk pemenuhan kebutuhan dana ketimbang menggunakan hutang.

Perusahaan yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan yang cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangible of

Assets atau Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu

perusahaan akan memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan hutang lebih banyak daripada modal. Perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less

Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu

mendanai investasinya dengan laba ditahan (Retained Earning). Dan perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang besar lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, dimana tingkat kebangkrutannya lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil.


(8)

Berdasarkan ketidakkonsistenan data dan fenomena di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Struktur Modal Pada Perusahaan Farmasi Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ?

2. Manakah dari ketiga variabel yaitu Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size yang paling dominan berpengaruh terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan cara yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan bentuk dan besarnya modal yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan :


(9)

1. Untuk menguji secara empiris apakah Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size mempunyai pengaruh secara simultan terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji manakah dari ketiga variabel yaitu Tangibility of Assets,

Profitability dan Firm Size yang paling dominan berpengaruh terhadap

struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Bagi Perusahaan

Digunakan sebagai informasi atau masukan dalam pengambilan keputusan tentang struktur modal yang optimal dan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri.

b. Bagi Universitas

Sebagai tambahan koleksi perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah yang ada.


(10)

c. Bagi Peneliti

Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan ke dalam masalah praktis.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan mempunyai hubungan dengan struktur modal adalah :

a. Rajan dan Zingales (1994) yang berjudul ”What Do We Know About

Capital Structure? Some Evidance From International Data”. Penelitian

ini bertujuan untuk membuktikan pemilihan struktur modal di negara lain berdasarkan pada faktor-faktor yang sama dengan yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Negara-negara yang diteliti adalah negara-negara G-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Italia, Inggris dan Kanada).

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tangibility of Assets, The Market

to Book Ratio, Firm Size dan Profitability. Di Amerika Serikat, Tangibility of Assets dan Firm Size mempunyai hubungan positif

terhadap struktur modal, sedangkan The Market to Book Ratio dan

Profitability mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal.

Untuk negara-negara lain, Tangibility of Assets berkorelasi positif untuk semua negara, The Market to Book Ratio berkorelasi negatif untuk semua negara kecuali Italia, Firm Size berkorelasi positif


(12)

untuk semua negara, kecuali di Jerman yang berkorelasi negatif, dan

Profitability berkorelasi negatif di semua negara kecuali di Jerman.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan struktur modal di antara negara-negara G-7 hampir sama, dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal di Amerika Serikat juga berpengaruh terhadap struktur modal di negara-negara G-7 yang lain.

b. Santi (2002) yang berjudul ”Determination of Indonesia Firms Capital

Structure: Panel Data Analisis”

Permasalahan:

1. Apakah Tangibility, Growth Opportunity, Size of The Firm, dan

Profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

2. Apakah terdapat pengaruh yang berbeda pada saat periode krisis ekonomi dan periode sebelum terjadi krisis ekonomi.

3. Apakah klasifikasi industri mempunyai dampak yang signifikan terhadap Leverage perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang diteliti terdiri dari 87 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana diklasifikasikan menjadi industri pertanian, industri kimia, industri lain-lain, industri barang konsumen, industri transportasi, industri retail.

2. Tangibility dan Size Firm’s berhubungan positif terhadap semua tipe Ratio Book and Market Value, Growth Opportunity berhubungan

negatif terhadap semuanya kecuali untuk Short Term Debt Ratio in


(13)

terhadap semua tipe Ratio Book and Market Value of Long Term

Debt Ratio.

3. Koefisien dummy yang mewakilkan keadaan saat krisis ekonomi berhubungan positif terhadap semua tipe Ratio Book and Market

Value kecuali untuk Book and Market Value of Long Term Debt Ratio berhubungan negatif.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa perusahaan di Indonesia menggunakan lebih banyak pinjaman untuk struktur modalnya pada saat krisis ekonomi berupa pinjaman jangka pendek.

c. Kusuma (2005) yang meneliti tentang pengaruh Tangibility of Assets dan Profitability terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.

Permasalahan :

1. Apakah Tangibility of Assets dan Profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.

2. Dari kedua faktor di atas yaitu Tangibility of Assets dan Profitbility manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa Tangibility of

Assets dan Profitability mempengaruhi secara signifikan struktur modal

PT. Boma Bisma Indra baik secara simultan atau sendiri-sendiri tidak terbukti.


(14)

1. Penyebab utama Profitability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma adalah meskipun perusahaan merugi, total hutang perusahaan tetap menurun, dan hal ini terjadi bukan disebabkan karena pelunasan hutang usaha dan hutang bank, tetapi karena penurunan Transitoris Passiva, dan ketika perusahan dapat meningkatkan labanya, hutang perusahaan juga semakin meningkat, hal ini disebabkan karena perusahaan memerlukan dana yang lebih besar lagi untuk program lay-off karyawan.

2. Penyebab utama Tangibility of Assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra adalah meskipun aktiva perusahaan terus menurun, perusahaan masih dapat meningkatkan hutangnya. Hal ini disebabkan karena hutang-hutang yang digunakan untuk modal kerja, jaminan bukan aktiva tetap, melainkan adalah tagihan-tagihan proyek yang modal kerjanya berasal dari hutang-hutang tersebut. Kemudian ketika perusahaan membutuhkan dana untuk biaya operasional dan biaya lay-off karyawan, perusahaan tetap mendapatkan hutang tersebut dari pemerintah, meskipun neraca perusahaan tidak layak untuk mendapatkan hutang tersebut berasal dari pemerintah dalam hal ini PT. BPIS dan PT. Krakatau Steel.

Penelitian yang peneliti lakukan ini tergolong dalam penelitian replikasi, dikarenakan penelitian ini meneruskan dari penelitian


(15)

sebelumnya yang dilakukan oleh Kusuma (2005), dimana terdapat suatu perbedaan yang terletak pada subjek penelitian dan penambahan variabel

Firm Size. Subyek penelitian dahulu dilakukan pada PT. Boma Bisma

Indra sedangkan subyek penelitian sekarang dilakukan pada Perusahaan Farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian sebelumnya diatas.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Modal

2.2.1.1.Pengertian Modal

Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan yang menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek (Riyanto, 2001 : 17).

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal. Tersedia modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karena modal merupakan suatu faktor produksi. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh


(16)

tersedianya faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar (Artanti, UPN, 2007 : 16).

Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan serta meningkatkan hasil produksi. Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga kombinasi antara kedua sumber tersebut. Dari sumber manapun modal tersebut diperoleh harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk mendapatkan modal tersebut (Fais, UPN, 2007 : 13).

Menurut Riyanto (2001 : 17), menyatakan bahwa dalam hubungan ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artian modal ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.

Secara sederhana, modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut beberapa pakar ekonomi pengertian modal adalah sebagai berikut:

a. Munawir (2002 : 19) mengemukakan, bahwa modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

b. Menurut Atmaja (2003 : 115), Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal


(17)

terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu : hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.

c. Riyanto (2001 : 19) menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli tentang modal, yaitu modal yang tercatat di sebelah debet dari neraca disebut modal konkrit (modal aktif) dan yang tercatat di sebelah kredit disebut modal abstrak (modal pasif). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal aktif tertera di sebelah debet dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh.

Berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa modal adalah keseluruhan harta atau dana yang ada dalam perusahaan yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.

2.2.1.2.Pemenuhan Kebutuhan Modal

Menurut Riyanto (2001 : 187), pemenuhan kebutuhan dana pada dasarnya dapat dibedakan antara cara pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing aktiva yang akan dibiayai, dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara keseluruhan dengan memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu kelompok.

Sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan kebutuhan dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan dalam kelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai suatu kesatuan. Dalam


(18)

hal yang demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya permanen, tertanam dalam aktiva dan ada sebagian dana lainnya yang bersifat variabel, yang berubah-ubah jumlahnya dari waktu ke waktu (Riyanto, 2001 : 188).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa modal permanen adalah sejumlah dana yang minimal harus tersedia selama perusahaan melaksanakan operasinya dalam satu periode, dan modal variabel adalah sejumlah dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

2.2.1.3.Biaya Penggunaan Modal

Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal yang optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimal, sehingga didapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Menurut Riyanto (2001 : 245), bahwa konsep ”Cost of Capital” (Biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber.

Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dengan mengeluarkan saham preferen, jumlah hasil penjualan saham preferen lebih kecil daripada harga nominalnya, besarnya biaya penggunaan modal dari saham preferen atau biaya saham preferen (Cost of Preferred Stock) adalah lebih besar daripada tingkat deviden yang telah ditetapkan sebelumnya (Riyanto, 2001 : 245).


(19)

Jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan (Retained Earning) yang disebut Cost of Retained Earning haruslah disadari bahwa itupun ada biayanya, yaitu sebesar ”Rate of Return” (tingkat pendapatan investasi) yang diharapkan diterima oleh investor kalau mereka menginvestasikan sendiri atau ”Rate of Return” yang diharapkan diterima dari saham (Expected Rate of Return on The Stock) (Riyanto, 2001 : 245-246).

Dengan demikian konsep Cost of Capital tersebut dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata (Average Cost of Capital) dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan yang ini merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan (The Firm’s Cost of Capital) (Riyanto, 2001 : 246).

2.2.1.4.Sumber - Sumber Penawaran Modal

Menurut Riyanto (2001 : 209), berdasarkan asalnya sumber penawaran modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Sumber Intern

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan dan akumulasi penyusutan.


(20)

1. Laba Ditahan

Menurut Atmaja (2003 : 118), bahwa suatu perusahaan dapat memperoleh modal sendiri melalui 2 cara, yaitu menahan sebagian laba dan menerbitkan saham biasa baru. Biaya laba ditahan adalah sama dengan kas atau tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan.

2. Depresiasi

Sumber intern selain berasal dari laba atau cadangan juga berasal dari akumulasi penyusutan. Sebelum akumulasi depresiasi digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantian tersebut. Selama waktu itu akumulasi depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah akumulasi depresiasi berarti makin besar sumber intern dari dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001 : 211).

b. Sumber Ekstern

Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan (Riyanto, 2001 : 214).


(21)

Menurut Riyanto (2001: 227), ditinjau dari jenisnya, maka sumber penawaran modal perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang. Modal asing atau hutang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Modal asing atau hutang jangka pendek (Short-term debt). Modal asing atau hutang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun.

b. Modal asing atau hutang jangka menengah (Intermediate-term debt).

Modal asing atau hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.

c. Modal asing atau hutang jangka panjang (Long-term debt). Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di perusahaan untuk waktu


(22)

yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan (dalam bentuk keuntungan dari pemilik perusahaan). Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), terdiri dari :

a. Modal saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu P.T. Adapun jenis-jenis dari saham adalah saham biasa, saham preferen, dan saham kumulatif preferen.

b. Cadangan

Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu lampau atau dari tahun yang berjalan. c. Laba yang ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagai ditahan oleh perusahaan.


(23)

2.2.2. Struktur Modal

2.2.2.1.Pengertian Struktur Modal

Weston dan Copeland (1992 : 3-4) memberikan definisi struktur modal, yaitu pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan kepada modal pemegang saham.

Menurut Riyanto (2001 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Menurut Kieso and Weygandt (2002 : 227) hutang jangka panjang terdiri dari tiga jenis, yaitu:

1. Kewajiban yang berasal dari situasi pembiayaan khusus, seperti penerbitan obligasi, kewajiban Lease jangka panjang dan wesel bayar jangka panjang.

2. Kewajiban yang berasal dari operasi normal perusahaan, seperti kewajiban pensiun dan kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan.

3. Kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu kejadian atau lebih di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah yang


(24)

harus dibayar, atau harus dibayar, atau tanggal pembayaran, seperti jaminan jasa atau produk dan kontinjensi lainnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komponen yang masuk dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang, modal saham biasa, modal saham preferen, surplus modal dan akumulasi laba ditahan.

Teori yang melandasi struktur modal adalah Balancing Theories, yaitu sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri (Husnan, 1996 : 300). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 275) esensi Balancing

Theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul

sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah.

Disamping Balancing Theories, Myers and Majluf (1984) dan Myers (1984) merumuskan teori struktur modal yang disebut Pecking Order

Theory. Disebut sebagai Pecking Order Theory karena teori ini

menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik (asymmetric information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, resiko, dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-keputusan keuangan, menyusun berbagai


(25)

rencana perusahaan dan sebagainya (Husnan dan Pudjiastuti, 2004 : 275-276).

Menurut Riyanto (2001 : 22) struktur modal ini dibedakan dengan struktur finansiil (struktur keuangan). Struktur modal hanya merupakan sebagian dari struktur keuangan perusahaan. Pengertian ini sesuai dengan pendapat Weston and Copeland (1992 : 3), yaitu: ”Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat dari sisi kanan neraca, ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”.

Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya (Weston and Copeland, 1992 : 4).

2.2.2.2.Struktur Modal Yang Optimal

Semakin berkembangnya perusahaan akan semakin besar dana yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Riyanto (2001 : 293) mengemukakan, apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber dana intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang (Debt Financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (External Equity Financing) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.

Menurut Brigham dan Houston (2006 : 31), struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.


(26)

Kalau dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal tersebut lebih diutamakan pada hutang saja maka ketergantungan perusahaan pada pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya juga semakin besar. Sebaliknya kalau hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal (Riyanto, 2001 : 293). Oleh karena itu, perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut.

2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Riyanto (2001 : 297) struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah: a. Tingkat bunga

Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham baru atau obligasi. Sebagaimana telah diuraikan bahwa penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah daripada

Earning Power dari tambahan modal tersebut.

b. Stabilitas dari Earning

Suatu perusahaan yang mempunyai Earning Power yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Stabilitas dan besarnya Earning yang diperoleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak.


(27)

c. Susunan dari aktiva

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. d. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya.

e. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah modal yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlulah dicari sumber yang lain.

f. Keadaan pasar modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.


(28)

g. Sifat manajemen

Seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai keberanian untuk menanggung resiko yang besar, akan lebih berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang meskipun metode pembelanjaan dengan hutang ini memberikan beban finansiil yang tetap. Sebaliknya seorang manajer yang bersifat pesimis, yang serba takut untuk menanggung resiko, akan lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari sumber intern atau dengan modal saham yang tidak mempunyai beban finansiil yang tetap.

h. Besarnya suatu perusahaan

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.


(29)

Brigham & Houston (2006 : 42), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Stabilitas penjualan. b. Struktur aktiva. c. Leverage operasi. d. Tingkat pertumbuhan. e. Profitabilitas.

f. Pajak.

g. Pengendalian. h. Sikap manajemen.

i. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat. j. Kondisi pasar.

k. Kondisi internal perusahaan. l. Fleksibilitas keuangan.

Menurut Sartono (2001 : 248), ada beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Tingkat penjualan b. Struktur asset

c. Tingkat pertumbuhan perusahaan d. Profitabilitas

e. Variabel laba dan perlindungan pajak f. Skala perusahaan


(30)

g. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro

Sedangkan menurut Rajan dan Zingales (1994 : 22) struktur modal dipengaruhi oleh Tangibility of Assets, The Market to Book Ratio, Firm

Size, dan Profitability.

Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang tersebut di atas, dipilih tiga faktor yaitu Tangibility of Assets, Firm size dan

Profitability.

2.3 Kerangka Pikir

2.3.1 Pengaruh Tangibility of Assets terhadap Struktur Modal

Tangibility of Assets atau bisa juga disebut sebagai Collateral Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah bagian Tangible Assets

dari keseluruhan aktiva yang merupakan sumber jaminan yang paling diterima oleh bank ketika perusahaan akan meminjam uang dan meningkatkan hutangnya.

Asymmetric Information Theory atau ketidaksamaan informasi

menurut Brighman dan Houston (2006 : 38) adalah suatu situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan daripada investor.

Menurut Asymmetric Information Theory (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam uang ke


(31)

kreditur untuk meningkatkan hutangnya, ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang lengkap dan jelas mengenai perilaku perusahaan, maka perusahaan dengan sedikit Tangibility of Assets akan sulit untuk mendapatkan dana dari hutang, selain itu proporsi yang lebih tinggi dari

Tangibility of Assets berarti ketersediaan jaminan tinggi, sehingga akan

mengurangi biaya hutang.

Zonenschain (1997 : 8) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mempunyai aset yang besar dan dapat dijadikan sebagai jaminan (Collateral) mempunyai kemungkinan keberhasilan yang cukup besar dalam mendapatkan pinjaman dengan syarat yang menguntungkan daripada perusahaan lain yang mempunyai Tangibility of Assets atau

Collateral Value of Assets yang lebih kecil, oleh sebab itu perusahaan akan

memanfaatkan keuntungan tersebut dengan menerbitkan hutang lebih banyak daripada modal.

Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 15).

Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Tangibility of Assets mempunyai hubungan terhadap struktur modal


(32)

2.3.2 Pengaruh Profitability terhadap Struktur Modal

Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba. Sedangkan menurut Riyanto (2001 : 331) rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.

The Pecking Order Theory (Kahle dan Shastri, 2002 : 7)

menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari

Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori

ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan

Retained Earning.

Menurut Chen, Lensink dan Sterken, (1998 : 16) The Pecking

Order Theory menyatakan adanya hubungan negatif antara struktur modal

dan Profitability, jika suatu perusahaan untuk menandai proyek-proyeknya dengan Retained Earning daripada dengan hutang.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Profitability mempunyai hubungan terhadap struktur modal.

2.3.3 Pengaruh Firm Size terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan (Firm Size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah


(33)

memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink dan Sterken, 1998 : 15).

Menurut Zonenschain (1997 : 9) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, dimana tingkat kebangkrutanya lebih rendah daripada perusahaan kecil, semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang besar lebih banyak menggunakan hutang sehingga memperbesar struktur modal, sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran (Firm Size) yang kecil, lebih sedikit menggunakan hutang sehingga memperkecil struktur modal perusahaan.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Firm Size mempunyai hubungan terhadap struktur modal.

2.3.4 Pengaruh Tangibility of Assets, Profitability dan Firm Size terhadap Struktur Modal

Tangibility of asset, profitability dan firm size merupakan tiga

faktor yang diambil dalam penelitian ini sebagai variabel independent yang berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal. Menurut Modigliani dan Miller (1958), Static trade-off (STO) menyatakan target tingkat hutang (leverage) yang optimal mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diterima dengan menggunakan hutang dalam keputusan


(34)

investasi. Tangible asset sesuai dengan Static Trade-Off yang dimiliki perusahaan dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang, sehingga perusahaan dengan tangible asset yang besar akan mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi. Menurut Asymmetric Information Theory (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 14), struktur aktiva suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modal karena Tangibility of

Assets suatu perusahaan merupakan jaminan ketika perusahaan meminjam

uang ke kreditur untuk meningkatkan hutangnya, ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang lengkap dan jelas mengenai perilaku perusahaan, maka perusahaan dengan sedikit Tangibility of Assets akan sulit untuk mendapatkan dana dari hutang, selain itu proporsi yang lebih tinggi dari Tangibility of Assets berarti ketersediaan jaminan tinggi, sehingga akan mengurangi biaya hutang.

The Pecking Order Theory (Kahle dan Shastri, 2002 : 7)

menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari

Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori

ini, perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan

Retained Earning. Menurut Chen, Lensink dan Sterken, (1998 : 16) The Pecking Order Theory menyatakan adanya hubungan negatif antara


(35)

struktur modal dan Profitability, jika suatu perusahaan untuk menandai proyek-proyeknya dengan Retained Earning daripada dengan hutang.

Ukuran perusahaan juga menjadi faktor dalam menentukan struktur modal. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 15). Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat

Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil,

semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lebih kecil.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu seperti yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis – premis yang kemudian dari premis – premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Premis – premis tersebut adalah :

Premis 1 : Asymmetric Information Theory mengemukakan bahwa struktur aktiva dari suatu perusahaan mempunyai dampak langsung pada struktur modalnya, karena ketika kreditur tidak mempunyai informasi yang akurat mengenai perusahaan maka Tangibility of Assets perusahaan adalah sumber jaminan yang paling bisa diterima oleh bank. Perusahaan yang mempunyai Tangibility of Assets lebih sedikit akan sulit untuk meningkatkan hutangnya. Jadi menurut teori ini, Tangibility of Assets berpengaruh secara


(36)

positif terhadap struktur modal (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 14).

Premis 2 : The Pecking Order Theory menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya pertama dari Retained Earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori ini, perusahan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less

Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan

keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan

Retained Earning. Menurut teori ini, Profitability

mempunyai pengaruh terhadap struktur modal (Kahle dan Shastri, 2002 : 7).

Premis 3 : Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil (Chen, Lensink and Sterken, 1998 : 15). Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki tingkat Leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lebih kecil. Menurut teori ini, Firm Size berpengaruh secara positif terhadap struktur modal, menurut (Zonenschain, 1997 : 9).


(37)

Dari premis di atas dapat di buat bagan kerangka berpikir:

Profitability 

(X2) 

Firm Size 

(X3) 

Tangibilty of Assets 

(X1) 

Struktur Modal  (Y) 

Uji Statistik  Regresi Linear Berganda

Gambar 2.1. : Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan uraian pada landasan teori tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

H1 : Diduga terdapat pengaruh Tangibility of Assets, Profitability, dan Firms Size terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang

Go Public di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Diduga Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti-arti menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur Modal sebagai variabel terikat (Y), sedangkan Tangibility of Assets

(X1), Profitability (X2) dan Firm Size (X3) sebagai variabel bebas.

Definisi operasional masing-masing variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X)

1. Tangibility of Assets (X1)

Tangibility of Assets atau biasa disebut sebagai Collateral Value of Assets (nilai jaminan dari aktiva) adalah merupakan bagian jaminan dari keseluruhan aktiva, dimana merupakan sumber jaminan yang paling diterima oleh bank ketika perusahaan akan meminjam uang.

Tangibility of Assets diukur dengan menggunakan rasio aktiva tetap terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.


(39)

Tangibility of Assets =

s TotalAsset

Assets Fixed

X 100%

(Santi, 2003 : 247)

2. Profitability (X2)

Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Profitability diukur dengan menggunakan rasio Return on Investment.Return on Investment (ROI) merupakan rasio laba rugi setelah pajak terhadap total aktiva. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam persentase.

Profitability =

Assets Total

EAT

X 100%

(Riyanto, 2001 : 336)

3. Firm Size (X3)

Ukuran perusahaan (Firm Size) dalam penelitian ini diukur dengan logaritma penjualan perusahaan.

Firm Size = { log (Sales) }

(Santi, 2003 : 248) b. Variabel Terikat (Y)

Struktur Modal (Y)

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.


(40)

Struktur modal diukur dengan menggunakan Long Term Debt to Equity Ratio yang merupakan rasio total hutang jangka panjang terhadap total modal sendiri. Skala pengukurannya adalah skala rasio dan dinyatakan dalam persentase. Long Term Debt to Equity Ratio

menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang jangka panjang.

Long Term Debt to Equity Ratio =

Equity Total

Debt Term Long Total

X 100%

(Moeljadi, 2006 : 52)

3.2.Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Pada penelitian ini semua anggota dari populasi diteliti. Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi objek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sejumlah 8 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004 : 44). Sedangkan teknik penentuan sampel yang digunakan dalam


(41)

penelitian ini adalah Purposive Sample. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.

Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah :

1. Perusahaan Farmasi yang Go Publik dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2008.

2. Yang telah menerbitkan Ringkasan Laporan Keuangan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

3. Perusahaan Farmasi yang mempunyai profitabilitas selama 5 tahun berturut-turut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Sedangkan data yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah data dari 6 perusahaan selama 5 tahun yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel diatas, yaitu :

1. PT. Kalbe Farma, Tbk. 2. PT. Merck, Tbk.

3. PT. Darya – Varia Laboratia, Tbk. 4. PT. Indofarma, Tbk.

5. PT. Tempo Scan Pacific, Tbk. 6. PT. Kimia Farma, Tbk.

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara serempak atau simultan dan secara individu atau parsial. Penggunaan teknik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa


(42)

variabel bebas dengan variabel terikat, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dan dikelola sedemikian rupa untuk keperluan penelitian. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari objek penelitian tetapi dari pihak lain. Data sekunder yang digunakan meliputi laporan keuangan (neraca dan laba rugi) periode tahun kini dengan laporan keuangan tahun yang akan datang pada Perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, karena di Bursa Efek Indonesia terdapat data-data mengenai laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go publik.

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang diambil dari perpustakaan Bursa Efek Indonesia.


(43)

3.4. Teknik Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004 : 40). Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah dengan menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov. Dalam metode ini, distribusi data disebut normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan distribusi data disebut tidak normal jika nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (Sumarsono, 2004 : 40).

3.5. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu : a. Tidak boleh ada autokorelasi

b. Tidak boleh ada multikolinearitas c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t menjadi bias.


(44)

1. Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier berganda ada korelasi anatar kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Santoso, 2001 ; 218). Pedoman model regresi untuk mendeteksi autokorelasi menurut besaran DW (Durbin-Watson):

a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif b. Angka D-W -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi c. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negatif

2. Multikolinearitas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam model, atau dapat dikatakan tidak adanya hubungan linier sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model. Untuk mengetahui nilai ”Pembengkakan Varians” atau Varians Inflation Factor (VIF) dapat dihitung dengan rumus :

VIF =

Tolerance

1

(Santoso, 2000 : 206) Nilai toleransi (Tolerance) yang diperoleh dengan meregresikan antar variabel bebas apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi linier berganda tersebut tidak terkena miltikolinear (Gujarati, 1995 : 339).


(45)

3. Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah variabel independen adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel independen pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel independen.

Rumus Rank Spearman :

(Gujarati, 1995 : 372)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-1

N = Banyaknya data

Hipotesis untuk uji heteroskedastisitas :

Ho = tidak ada hubungan antara nilai residual dengan variabel bebas Hi = ada hubungan antara nilai residual dengan variabel bebas

 Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05, maka Ho diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

 Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0,05, maka Ho ditolak berarti terjadi heteroskedastisitas.


(46)

3.6.Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.6.1.Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari pengaruh tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen.

Adapun bentuk umum dari Regresi Linier Berganda secara sistematis adalah sebagai berikut :

Y = α + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + e

(Anonim, 2003 : L-21)

Keterangan :

Y = Struktur Modal X1 = Tangibility of Assets

X2 = Profitability

X3 = Firm Size

α = Konstanta

1-3 = Koefisien Regresi


(47)

3.6.2.Uji Hipotesis

Untuk menguji kesesuaian atau kecocokan model terhadap variabel terikat  maka digunakan uji F dan uji t. 

a.  Uji F 

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang  dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama‐sama  (Kuncoro, 2004 : 82). 

Langkah‐langkah untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut : 

1.  Ho : βj = β2 = β3 =  0 (X1, X2, X3,  tidak terdapat pengaruh terhadap Y). 

  Ha : Bj ≠ 0    (X1, X2, X3,  terdapat pengaruh terhadap Y). 

2.  Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat  bebas (n‐k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.  3.  Dengan rumus F hitung : 

      R2 / (k‐1) 

  Fhit  =  

           (1 – R2) / (n – k)      (Anonim, 2003 : L‐22) 

    Keterangan : 

  Fhit = F hasil perhitungan.    R2  = Koefisien Regresi. 

  k  = Jumlah variabel. 

  n  = Jumlah sampel.   

   


(48)

b.   Uji t  

Pada  dasarnya  menunjukkan  seberapa  jauh  pengaruh  satu  variabel  penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat  (Kuncoro, 2004 : 81). 

Prosedur yang di gunakan untuk melakukan uji t adalah sebagai berikut :  1.  Ho : βj = 0      (X1, X2, X3,   tidak terdapat pengaruh yang 

signifikan terhadap Y). 

  Ha : βj ≠ 0      (X1,  X2,  X3,  terdapat  pengaruh  yang 

signifikan terhadap Y). 

2.  Dalam Penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat  bebas (n‐k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.  3.  Dengan Rumus nilai t hitung : 

    bj 

  thit =  

      se(bj)        (Anonim, 2003 : L‐21) 

  Keterangan : 

  thit  = t hasil perhitungan. 

  bj  = koefisien regresi. 

  se  = Simpangan Baku untuk masing‐masing koefisien regresi  (Standart error


(49)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang Go Publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun gambaran umum mengenai keenam perusahaan yang menjadi sampel tersebut, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. PT. Kalbe Farma

PT. Kalbe Farma Tbk. didirikan di Negara Republik Indonesia, dalam rangka Penanaman Modal Dalam negeri No. 6 Tahun 1968 yang telah diubah dengan undang- undang No. 12 Tahun 1970 berdasarkan akta notaries Raden Imam Soesetyo Prawirokoesoemo No. 3 pada tanggal 10 September 1966. Akta Pedirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/72/23 tanggal 12 September 1967 dan diumumkan dalam Tambahan No. 234, Berita Negara Republik Indonesia No. 102 pada tanggal 22 Desember 1967. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris DR. Irawan Soerodjo, S.H. Msi., No. 74, tanggal 29 November 2005, mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perusahaan sebesar 2.034.414.422 saham dengan nilai nominal Rp. 50 per saham sehubungan dengan transaksi penggbungan usaha Perusahaan yang dijelaskan pada catatan 3.


(50)

Perubahan terssebut telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menkeh) dalam Surat Keputusan No. C-32928 Ht.01.04.TH.2005 tanggal 12 Desember 2005 dan telah diumumkan dalam Pengumuman Perusahaan pada tanggal 16 Desember (tanggal efektif merger).

b. PT. Merck Tbk

PT Merck Tbk berkedudukan di Indonesia dan berlokasi di Jl. T.B. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta Timur, dididrikan dalam rangka penanaman modal asing berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1967 jo, Undang-undang No. 11 tahun 1970, dengan akta notaries Eliza Pondaag, S.H. tanggal 14 Oktober 1970, dan di umumkan dalam Tambahan No. 202 pada Berita negara No. 34 tanggal 27 April 1971. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir dengan akta notaries Aulia Taufani, S.H. pengganti Sutjipto, S.H. tanggal 4 Juni 2002 No. 1 mengenai perubahan nama Perseroan dari Pt. Merck Indonesia Tbk. menjadi PT. Merck Tbk. Akte ini elah disetujui oleh Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan No. C-11973 HT.01.04.TH.2002 tanggal 2 Juli 2002.

c. PT. Darya-Varia Laboratoria (DVLA)

PT. Darya-Varia Laboratoria (DVLA) Tbk. didirikan dalam rangka Undang-undang penanaman Modal Dalam negeri No. 6 tahun 1976 berdasarkan akta notaris No. 5 tanggal 5 Februari 1976 dari Notaris Abdul Latief, S.H. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam


(51)

Surat Keputusan No. Y.A.5/288/11 Tanggal 28 mei 196 dan diumumkan dalam tambahan No. 712 pada Berita Negara No. 92 tanggal 18 November 1977. Anggaran Dasar perusahaan telah beberapa kali di ubah, antara lain mengenai perubahan nama perusahaan menjadi Pt. Darya-Varia Laoratoria (DVLA) Tbk. dan perubahan anggaran dasar perusahaan dalam rangka Undang – undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas dilakukan dengan akta notaries Benny Kristianto, S.H. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2-6441.HT.01.04.TH.97 tanggal 9 juli 1997 dan diumumkan dalam tambahan No. 4747 pada Berita negara no. 81 tanggal 10 Oktober 1997. Perubahan terakhir sehubungan dengan penigkatan modal dasar dari Rp. 100.000.000 (Rupiah Penuh) menjadi Rp.280.000.000 (Rupiah Penuh) dilakukan dengan akta notaris No. 68 tanggal 15 Juni 1998 dari Notaris Benny Kristianto, S.H. Perubahan ini telah disetujui oleh menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan no. C26421.HT.01.04.Th.98 tanggal 15 Juni 1998 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 6400 pada Berita Negara No. 92 tanggal 16 November 1998.

Perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, dan distribusi produk-produk farmasi , dan perawatan kesehatan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 1976.


(52)

d. PT. Indofarma (Persero)

Perusahaan Perseroan (persero) PT. Indonesia Farma Tbk, disingkat dengan PT. Indofarma (Persero) Tbk selanjutnya didirikan berdasarkan akta No. 1 tanggal 2 Januari 1996 dan diubah dengan akta No. 134 tanggal 26 Januari 1996 keduanya dari Notaris Sutjipto, SH. Akta pendirian ini telah disahkan dengan surat keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2-2122.HT.01.01.TH.96 tanggal 13 Februari 1996 dan diumumkan dalam berita Negara No. 43 tanggal 28 Mei 1996, Tambahan No. 4886. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalammi beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 13 tanggal 20 Februari 2001 dari Notaris Imas Fatimah, SH mengenai peningkatan modal dasar. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Surat Keputusan No. C-1382. HT.01.04.Th 2001 tanggal 23 Februari 2001.

Pada awalnya, Perusahaan merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan nama Pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian, berdasarkan peraturan Pemerintah Indonesia (PP) No. 20 tahun 1981 Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan menjadi Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma).


(53)

Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah menjadi Perusahaan Perseroan (persero) berdasarkan PP No. 34 tahun 1995.

e. PT. Tempo Scan Pacific (TSPC)

PT. Tempo Scan Pacific Tbk. didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT. Scanchemie dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, yang telah diubah dengan undang-undang No. 12 Tahun 1970, berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, SH., No. 37. Akta pendirian ini disahkan oleh menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/27/4 tanggal 13 Februari 1971, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 25, Tambahan No. 148 tanggal 26 Maret 1971. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Wisnuwardanhi Sadjarwo, S.h, pengganti dari notaries mudofir hadi, S.H, No. 35 tanggal 21 maret 1998 antara lain, mengenai peningkatan dalam modal dasar dan modal ditempatkan perusahaan sehubungan dengan Penawaran Umum Tebatas I sebagaimana dijelaskan pada paragraph bawah. Perubahan ini telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan no. C2-HT.01.14.A.1859 tanggal 23 maret 1998; dan juga telah dicatat dalam Daftar Perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia di bahwa Agenda no. 631/BH/09.04/m/98 tanggal 27 Maret 1998;


(54)

Serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 38, Tambahan No. 59 tanggal 12 Mei 1998.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang usaha farmasi dan memulai kegiatan komersilnya sejak tahun 1970. Kantor pusat perusahaan di Gedung Bina mulia II, Lt , Jl. H.R. Rasuna Said Kav. II, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di Jakarta dan Cikarang, Jawa Barat.

f. PT. Kimia Farma (Persero)

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. selanjutnya disebut “Perusahaan” didirikan berdasarkan akta No. 18 tanggal 16 Agustus 1971 dan diubah dengan akta perubahan No. 18 tanggal 11 Oktober 1971 keduanya dari Soelaeman Arjasasmita, notaris di Jakarta. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. J.A.5/184/21 tanggal 14 Oktober 1971, dan didaftarkan pada buku registrasi di kantor Pengadilan Negeri Jakarta dibawah No. 2888 dan No. 2889 tanggal 20 Oktober 1971 serta telah diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November 1971, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 508. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 45 tanggal 24 Oktober 2001 dari Imas Fatimah , S.H, Notaris di Jakarta, mengenai perubahan modal disetor.


(55)

Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-12746HT.01.04.TH.2001 Tanggal 8 November 2001.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk keperluan analisis penelitian ini, data-data yang diperlukan adalah Tangibility of Assets, Profitabilitas, Firm Size dan Long Term Debt

to Equity Ratio.

4.2.1. Tangibility of Assets (X1)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada variabel Tangibility of

Assets pada 6 Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2008 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1

Data Tabel Variabel Tangibility of Assets pada Perusahaan Farmasi

No Perusahaan

Tahun Fixed Assets Total Assets

Tangibility of Assets (%) 2004 531,939,134,122 3,062,276,501,470 17.37 2005 859,117,129,272 4,633,398,659,211 18.54

2006 1,024,371,537,180 4,624,619,204,478 22.15

2007 1,024,147,773,194 5,138,212,506,980 19.93

1 PT. Kalbe

Farma, Tbk.

2008 1,327,346,591,354 5,703,832,411,898 23.27

2004 48,971,677 200,466,350 24.43

2005 47,022,425 218,034,134 21.57

2006 46,284,493 282,698,909 16.37

2007 46,860,218 331,062,225 14.15

2 PT. Merck,

Tbk.

2008 54,794,578 375,064,492 14.61

2004 100,209,902 431,173,982 23.24

2005 107,465,637 550,628,937 19.52

3 PT. Darya –

Varia


(56)

2007 128,423,893 560,930,742 22.89 Tbk.

2008 154,379,715 637,660,844 24.21

2004 100,403,539,807 523,923,104,642 19.16

2005 98,434,804,224 518,823,729,815 18.97 2006 89,495,165,425 686,937,377,885 13.03 2007 82,009,710,691 1,009,437,678,208 8.12 4

PT. Indofarma,

Tbk.

2008 89,228,325,975 965,811,675,903 9.24

2004 459,049,317,772 2,148,839,449,966 21.36 2005 592,773,424,367 2,345,759,617,952 25.27 2006 615,315,589,327 2,479,250,656,231 24.82 2007 628,074,778,593 2,773,134,866,559 22.65 5

PT. Tempo Scan Pacific,

Tbk.

2008 665,063,282,472 2,967,057,055,450 22.41 2004 412,819,560,167 1,173,438,430,584 35.18 2005 411,316,118,587 1,177,602,832,496 34.93 2006 403,825,776,709 1,261,224,634,982 32.02 2007 395,334,188,515 1,386,739,149,721 28.51

6 PT. Kimia

Farma, Tbk.

2008 397,948,186,334 1,445,669,799,639 27.53

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perusahaan Otomotif yang memiliki nilai tangibility of assets tertinggi adalah PT. Kimia Farma, Tbk, yaitu sebesar 35,18 % pada tahun 2004. Nilai

tangibility of assets yang tinggi tersebut menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memberikan jaminan yang besar untuk dapat meningkatkan hutang atau pinjaman pada pihak luar.

Perusahaan Otomotif yang memiliki nilai tangibility of assets terendah dimiliki oleh PT. Indofarma, Tbk yaitu pada tahun 2007 sebesar 8,12 %. Tangibility of assets yang rendah disebabkan karena perusahaan lebih mengutamakan penggunaan modal sendiri yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu meningkatkan jumlah aktiva tetap yang dimiliki untuk dijadikan sebagai jaminan dalam pengajuan pinjaman kepada pihak luar.


(57)

4.2.2. Profitability (X2)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada variabel Profitability pada 6 perusahaan dari tahun 2002 hingga tahun 2006 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2

Daftar Tabel Variabel Profitability pada Perusahaan Farmasi

No Perusahaan Tahun EAT Total Assets

Profitability (%)

2004 334,012,375,498 3,062,276,501,470 10.91

2005 626,117,054,076 4,633,398,659,211 13.51

2006 676,581,653,872 4,624,619,204,478 14.63

2007 705,694,196,679 5,138,212,506,980 13.73

1 PT. Kalbe Farma,

Tbk.

2008 706,822,146,190 5,703,832,411,898 12.39

2004 57,238,518 200,466,350 28.55

2005 57,700,045 218,034,134 26.46

2006 86,537,702 282,698,909 30.61

2007 89,484,528 331,062,225 27.03

2 PT. Merck, Tbk.

2008 98,620,070 375,064,492 26.29

2004 49,810,964 431,173,982 11.55

2005 71,576,356 550,628,937 13.00

2006 52,508,646 557,337,641 9.42

2007 49,917,853 560,930,742 8.90

3 PT. Darya – Varia

laboratia, Tbk.

2008 70,819,094 637,660,844 11.11

2004 7,238,989,721 523,923,104,642 1.38

2005 9,594,742,649 518,823,729,815 1.85

2006 15,240,675,138 686,937,377,885 2.22

2007 11,076,807,048 1,009,437,678,208 1.10

4 PT. Indofarma,

Tbk..

2008 5,031,898,680 965,811,675,903 0.52

2004 106,194,999,044 2,148,839,449,966 4.94

2005 100,831,307,414 2,345,759,617,952 4.30

2006 83,662,874,808 2,479,250,656,231 3.37

2007 109,291,724,053 2,773,134,866,559 3.94

5 PT. Tempo Scan

Pacific, Tbk

2008 113,967,695,751 2,967,057,055,450 3.84

2004 77,754,621,341 1,173,438,430,584 6.63

2005 52,826,570,670 1,177,602,832,496 4.49

2006 43,989,948,288 1,261,224,634,982 3.49

2007 52,189,435,346 1,386,739,149,721 3.76

6

PT. Kimia Farma, Tbk.

2008 55,393,774,869 1,445,669,799,639 3.83


(58)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa PT. Merck, Tbk merupakan salah satu dari 6 Perusahaan Farmasi yang mempunyai

profitability yang cukup tinggi pada tahun 2006 yakni sebesar 30,61 %,

hal tersebut menunjukkan kemampuan yang tinggi dari perusahaan dalam menghasilkan laba yang ditunjukkan dengan nilai laba setelah pajak yang berhasil dibukukan oleh perusahaan.

Berdasarkan penelitian diketahui selama periode penelitian bahwa PT. Indofarma, Tbk memiliki nilai profitability terendah dibandingkan perusahaan-perusahaan yang lain yang terjadi pada tahun 2008 dengan nilai profitability sebesar 0,52 %. Nilai pada profitability menunjukkan bahwa minimnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai laba setelah pajak yang berhasil dibukukan oleh perusahaan.

4.2.3. Firm Size (X3)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada variabel Firm Size pada 6 perusahaan dari tahun 2004 hingga tahun 2008 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.3

Daftar Tabel Variabel Firm Size pada Perusahaan Farmasi

No Perusahaan Tahun Sales Log ( Sales )

2004 3,413,097,280,247

2005 5,870,938,590,836 30,237,862,546,591

2006 6,071,550,437,967 2007 7,004,909,851,908

1 PT. Kalbe

Farma, Tbk.

2008 7,877,366,385,633 2004 373,341,048

2005 386,345,803 2,431,660,123

2 PT. Merck,

Tbk.


(59)

2007 547,237,994 2008 637,134,080 2004 426,796,171

2005 540,436,736 2,616,333,695

2006 576,669,390 2007 494,832,487 3

PT. Darya – Varia laboratia,

Tbk.

2008 577,598,911 2004 689,521,838,834

2005 684,039,648,705 5,151,984,756,037

2006 1,026,675,533,939 2007 1,273,162,479,164

4 PT. Indofarma,

Tbk.

2008 1,478,585,255,395 2004 2,371,553,396,096

2005 2,497,974,268,976 14,356,612,951,858

2006 2,729,223,518,328 2007 3,124,072,589,811 5 PT. Tempo Scan Pacific, Tbk. 2008 3,633,789,178,647 2004 1,925,989,624,490

2005 1,816,433,228,739 11,002,502,051,704

2006 2,189,714,886,927 2007 2,365,635,901,845

6 PT. Kimia

Farma, Tbk.

2008 2,704,728,409,703

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh selama periode penelitian tahun 2004-2008 perusahaan yang memiliki nilai firm size tertinggi adalah PT. Kalbe Farma, Tbk dengan nilai log sales sebesar 30,237,862,546,591.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh laba yang semakin meningkat, laba tersebut oleh perusahaan tidak dibagikan sebagai deviden, melainkan digunakan untuk mengembangkan perusahaan sehingga struktur modal yang terdiri dari total hutang terhadap total ekuitas mengalami perubahan dan ukuran perusahaan terus berkembang.

Sedangkan nilai log sales yang terendah dialami oleh PT. Merck, Tbk. sebesar 2,431,660,123. Nilai tersebut menunjukkan bahwa rendahnya laba yang diterima oleh PT. Merck, Tbk. pada tahun 2004 - 2008.


(60)

4.2.4. Struktur Modal (Y)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada variabel Long Term

Debt to Ratio Equity pada 6 perusahaan dari tahun 2004 hingga tahun

2008 diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.4

Daftar Tabel Variabel Capital Structure pada Perusahaan Farmasi

No Perusahaan Tahun Total Long Term

Debt Total Equity

Total Long Term Debt to Equity Ratio

2004 234,107,658,591 1,157,127,704,606 20.23

2005 918,067,991,189 2,333,172,156,611 39.35

2006 421,410,899,233 2,994,816,751,748 14.07

2007 366,559,019,698 3,386,861,941,228 10.82

1 PT. Kalbe Farma,

Tbk.

2008 108,618,099,637 3,622,399,153,499 3.00

2004 2,879,476 154,021,462 1.87

2005 5,357,799 180,361,507 2.97

2006 6,709,962 235,539,209 2.85

2007 8,144,943 280,223,737 2.91

2 PT. Merck, Tbk.

2008 9,320,194 327,323,807 2.85

2004 41,320,440 319,027,346 12.95

2005 47,949,721 390,603,702 12.28

2006 58,816,622 412,312,348 14.27

2007 23,325,087 462,230,201 5.05

3

PT. Darya – Varia laboratia,

Tbk.

2008 19,164,521 507,849,295 3.77

2004 27,382,920,117 255,650,404,130 10.71

2005 23,255,349,518 265,245,146,779 8.77

2006 27,109,512,706 280,485,821,917 9.67

2007 31,577,120,875 291,562,628,966 10.83

4 PT. Indofarma,

Tbk.

2008 34,640,587,401 296,594,527,646 11.68

2004 59,671,388,953 1,686,446,220,321 3.54

2005 68,096,311,767 1,793,257,181,948 3.80

2006 83,691,199,308 1,942,440,636,175 4.31

2007 98,673,021,884 2,115,644,199,183 4.66

5 PT. Tempo Scan

Pacific, Tbk.

2008 119,427,626,758 2,235,687,760,131 5.34

2004 33,220,970,533 814,583,770,045 4.08

2005 32,597,706,522 844,220,400,968 3.86

2006 37,899,756,185 870,653,886,641 4.35

2007 45,147,528,200 908,027,598,535 4.97

6 PT. Kimia Farma,

Tbk.

2008 48,050,308,650 947,764,542,800 5.07

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan salah satu dari 6 perusahaan yang memiliki struktur modal


(61)

paling tinggi pada tahun 2005 dengan tingkat rasio sebesar 39,35%. Yang artinya hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan nilainya lebih besar bila dibandingkan modal sendiri yang digunakan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam membiayai kegiatan perusahaan PT. Kalbe Farma, Tbk menggunakan sumber dana dari pihak luar yang berwujud hutang.

Sedangkan PT. Merck, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang memiliki struktur modal yang paling rendah pada tahun 2004 dengan nilai sebesar 1,87%.

Yang berarti bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan modal sendiri dalam membiayai kegiatan perusahaan ketimbang menggunakan hutang.

4.3. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah dengan menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov (Sumarsono, 2004 : 40).

Dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai normalitas untuk setiap vaiabel tabel 4.5 dibawah ini :


(1)

profitability meningkat maka struktur modal akan menurun, disebabkan

karena hutang yang menurun dan modal yang meningkat. Begitu juga sebaliknya apabila profitability menurun maka struktur modal akan meningkat, disebabkan karena hutang yang meningkat dan modal yang menurun.

Sedangkan yang terjadi pada perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pada sebagian besar perusahaan struktur modal perusahaan juga turun dibanding dengan tahun sebelumnya. Menurut teori apabila profitability turun maka struktur modalnya akan meningkat.

Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun perusahaan merugi, total hutang perusahaan tetap menurun, dan ketika perusahaan dapat meningkatkan labanya, hutang perusahaan juga semakin meningkat, hal ini disebabkan karena perusahaan memerlukan dana yang lebih besar lagi untuk program lay-off karyawan sehingga profitability tidak terpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel Firm Size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan karena perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebagian besar Firm Size perusahaan turun, perusahaan masih dapat meningkatkan struktur modalnya. Sedangkan apabila firm Size perusahaan naik, perusahaan belum tentu dapat meningkatkan hutangnya atau struktur modalnya menurun, ini


(2)

71

disebabkan karena perusahaan mengalami peningkatan penjualan selama tahun penelitian sehingga perusahaan memperoleh laba yang semakin meningkat. Laba tersebut oleh perusahaan tidak dibagikan sebagai deviden melainkan digunakan untuk mengembangkan perusahaan sehingga Firm

size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada

perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.5. Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pula bahwa penelitian kali ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yang disini dapat dilihat dari tabel 4.12 :

Tabel 4.12 Perbedaan dan persamaan dengan Penelitian Terdahulu No Peneliti

Terdahulu

Variabel Judul penelitian Hasil 1 Fitri Santi

(2002) Tangibility,Gr owth Opportunity, Firm Size, Profitability, Struktur Modal Determination of Indonesia Firms Capital Structure: Panel Data Analisis

Tangibility dan Firm Size berhubungan positif terhadap semua tipe ratio book and market value, growth opportunity berhubungan negatif terhadap semua kecuali untuk short term debt ratio in book value berhubungan positif, profitability berhubungan negatif terhadap semua tipe rasio book and market value of long term debt ratio. Koefisien dummy yang diwakilkan keadaan saat krisis ekonomi berhubungan positif terhadap semua tipe ratio book and market value kecuali untuk book and market value of long term debt ratio berhubungan negatif.

2 Raghuram G. Rjan dan Luigi Zingales (1994) Tangibility of assets, The Market to Book Ratio, Firm Size, Profitability,

What Do We Know About Capital Structure? Some Evidance From

International

variabel tangibility of assets berkorelasi positif untuk semua Negara, the market to book ratio berkorelasi negatif untuk semua Negara kecuali Italia, firm Size berkorelasi positif untuk semua Negara, kecuali Jerman yang berkorelasi negatif, dan


(3)

struktur modal Data Profitability berkorelasi negatif di semua Negara kecuali di Jerman

3 Dendy Aria Kusuma (2005) Tangibility of assets, Profitability, struktur modal pengaruh Tangibility of Assets dan Profitability terhadap struktur modal pada PT. Boma Bisma Indra di Surabaya.

Bahwa tangibility of assets dan profitability mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur modal PT. Boma Bisma Indra baik secara simultan maupun secara parsial tidak terbukti.

4 Azrul Hidayat (2010) Tangibility of assets, profitability, firm size, struktur modal Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan otomotif yang go publik di bursa efek Indonesia

Bahwa tangibility of assets, profitability, firm size secara simultan berpengaruh terhadap struktur modal pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, tidak teruji Kebenarannya. Secara parsial tangibility of assets, profitability, firm Size juga tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia

4.6. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah : a) Sampel yang diambil cukup kecil hanya terdiri dari 6 perusahaan

Farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

b) Tahun pengamatan, yang hanya menggunakan tahun 2004 hingga tahun 2008, karena keterbatasan data yang tersedia bagi keperluan penelitian. c) Hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan

untuk teknik analisis ini tidak cocok,

oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis yang lain, misal analisis korelasi dan dengan menambahkan data penelitian atau pengamatan.


(4)

73

d) Pada penelitian ini hanya menggunakan variabel Tangibility of assets,

Profitabilitas dan Firm Size. Diharapkan pada penelitian berikutnya

peneliti dapat menambah faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, seperti tingkat bunga, sifat manajemen, struktur kepemilikan, peluang pertumbuhan perusahaan dan faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam model regresi ini.


(5)

74

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tangibility of Assets (X1), profitability (X2), dan Firm Size (X3)

berpengaruh secara tidak signifikan terhadap struktur modal (Y), sehingga hipotesis 1 “Bahwa Tangibility of Assets (X1), profitability (X2), dan Firm Size (X3) berpengaruh terhadap struktur modal (Y) pada Perusahaan Farmasi yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”, tidak teruji kebenarannya.

2. Hipotesis ke dua yang menyatakan bahwa Tangibility of Assets mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap struktur modal pada Perusahaan Farmasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, juga tidak terbukti kebenarannya.


(6)

75

5.2 Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disimpulkan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Pada perusahaan yang go publik atau belum, sebaiknya menjaga kestabilan earning (memiliki tingkat profitability yang baik), karena jika suatu perusahaan mempunyai earning yang stabil, maka perusahaan tersebut akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. 2. Diharapkan perusahaan-perusahaan mempunyai sumber jaminan yang berasal

dari aktiva tetap dengan banyaknya jumlah aktiva tetap yang tertanam dalam perusahaan akan memudahkan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Dengan demikian perusahaan mempunyai

tangibility of assets yang baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan sampel dan jangka waktu penelitian yang lebih banyak dari berbagai sektor industri yang mempunyai struktur modal stabil (perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri) yang terdaftar di bursa efek.

4. Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor struktur modal yang lain seperti tingkat bunga, keadaan pasar modal, sifat manajemen, pajak, tingkat pertumbuhan dan lain-lain.


Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

0 22 115

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 13

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2007.

0 1 10

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN–PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 89

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN TAMBANG YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA Abstrak Azrul Hidayat

0 0 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 16