Peranan Vaksinasi Newcastle Disease (ND) terhadap Peningkatan Populasi dan Produksi Ayam Buras serta Dampaknya Ditinjau dari Sudut Ekonomi Veteriner

PERANAN VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND)
TERHADAP PENINGKATAN POPULASI DAN PRODUKSI
AYAM BURAS SERTA DAMPAKNYA DITINJAU
DARI SUDUT EKONOMI VETERINER

Ole11
SOFJAN SUDARDJAT

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996

SUMMARY
SOFJAN SUDARDJAT. The role of Newcastle disease (ND) vaccination.to
the increase of population and production of indigenous chicken and its effect
observed Erom the veterinary economic point of view. Supervisor Pr0f.Dr.H.Masduk.i
Partadiredja, M.Sc., as chairmen,

Pr0f.Dr.H. Soeratno Partoatrnodjo, M.Sc.,

Pr0f.Dr.H. Gatut Ashadi, Dr. H. Emir Alkissah Siregar, SKM., and Dr.Ir. H. Achmad

Ansori Mattjik, M.Sc. as member.
The objective of the study is to assess how great is the role of ND vaccination
in preventing mortality of indogenous chicken, hence its population as well as its
production can be improved. The study is also aimed at assessing the definite picture
of the positive effect which is obtainable by the people who raise indigenous chicken,
--

particularly those living in the villages, and its role to the national livestock
development.
The study conducted coverring a series of activities in seven provinces of
Indonesia consisting of field investigations and laboratory tests. It took nine months
for conducting the study started &om the beginning of January 1994 until the end of
September 1994. The object of the study were indigenous chicken both vaccinated
and non vaccinated against ND which were raised intensively, semi-intensively and
extensively. The farmers involved were 160 of the intensive group, 140 of semiintensive group and 100 of the extensive group.
The aspects under the study were the implementation of vaccinations and its
laboratory tests, the population structure and the population dynamic of indigenous
chicken. The population dynamic coverring matters concerning morbidity and
mortality rates, the consumed chicken, the sold chicken as well as the indigenous
chicken purchased by the farmers who were under the study. In addition the study


ii
coverred also the egg production which were hatched or hatching eggs, the consumed
eggs, the sold eggs, the rotten eggs and the eggs purchased by the farmers.
The result of the study indicated that ND caused fiequent outbreaks in the
indigenous chicken with the mortality rate ranging fiom 80%to 100%. The highest
mortality rate generally happened to day old chick followed by young chicken. The
adult and old chicken which could survive were not due to the f k t that they were more
resistent to the infection of ND compared to the young chicken but as a matter of fact
they were less infected by virus of low dose causing natural immunity. The outbreak
generally occured during transitional season fiom d q to rainy season. The national
average economic loss caused by ND in the indigenous chicken was estimated to Rp.
340,- billion 2 Rp. 10,- billion per year.

The use of ND vaccine in the indigenous chicken namely F strain in the day old
chicks and Kornarov strain in young and adult chicken gave protection against severe
ND virus infection in the field. The application of 1-2 times vaccination developed

antibody with the geometeric mean time (GMT)34.3 and 3-4 times vaccination
developped antibody titer with the GMT 55.7. In the indigenous chicken which has

never been vaccinated against ND it was found around 23.61% of serum samples
containing antibody around 23.61%with the titre 2*- 2". Among these sera around
4.17%containing antibody with the protective titre against the ND virus infection.

There were distinctive differences between morbidity and mortality rates in the
vaccinated and non vaccinated indigenous chicken. Indigenous chicken which were
vaccinated 3-4 times demonstrating morbidity rate of 11.24% and mortality rate of
7.95%, chicken which were vaccinated 1-2 times demonstrating morbodity rate of
22.7%and mortality rate of 14.62%,whereas non vaccinated chicken demonstrating

morbidity rate of 67.6 1% and mortality rate of 49.19%.

iii
The egg production during the study was recorded 76.97 eggs per hen of the
intensive raised chicken, 50.20 eggs per hen of the semi-intensive raised chicken and
30.53 eggs per hen of the extentive raised chicken.
Raising indigenous chicken could increase the income of livestock f m e r . The
additional income gained by the farmers raising chicken intensively was Rp. 130,577.per month, farmers raising chicken semi-intensively gained Rp. 29,4 17.- per month
and those raising chicken extensively gained Rp. 20.010,- per month.
The indigenous chicken served also as supplier of animal protein which was

needed by the f m e r amounting to 2.982 gr per caput per day derriving fiom chicken
meat 2.425 gr and from egg 0.437 gr per caput per day.

RINGKASAN
SOFJAN SUDARJAT. Peranan vaksinasi Newcastle disease (ND) terhadap
peningkatan populasi dan produksi ayam buras serta dampaknya ditinjau dari sudut
ekonomi veteriner. Pembimbing Prof.Dr. H. Masduki Partadiredja, M.Sc., sebagai
ketua, Prof.Dr. H. Soeratno Partoatmodjo, M.Sc., Prof.Dr. H. Gatut Ashadi, Dr. H.
Emir Alkissah Siregar, SKM., serta Dr. Ir. H. Achmad Ansori Mattjik, M.Sc., sebagai
anggota.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa besar peran vaksinasi Newcastle
disease (ND) dalam mencegah kematian ayam buras, sehingga dapat meningkatkan
populasi dan sekaligus produksinya. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk
mengetahui gambaran pasti dan dampak positif yang bisa diperoleh masyarakat yang
memelihara ayam buras, khususnya para petani ternak yang berada di pedesaan, serta
peranannya terhadap pembangunan peternakan secara nasional.
Penelitian yang dilaksanakan merupakan rangkaian kegiatan di tujuh daerah
propinsi di Indonesia, baik berupa kegiatan pengarnatan lapangan maupun pengujian
di laboratorium. Lama penelitian 9 bulan, yaitu mulai awal Januari 1994 sampai
dengan akhir September 1994. Sebagai objek penelitian adalah ayam buras yang

divaksinasi dan tidak divaksinasi ND,yang dipelihara secara intensif, semi intensif
dan ekstensif. Petani ternak yang terlibat sebanyak 160 orang pada kelompok
intensif, 140 orang pada kelompok semi intensif dan 100 orang yang tidak tergabung
dalam kelompok (ekstensif).
Aspek yang diteliti adalah pelaksanaan vaksinasi dan pengujian hasilnya secara
laboratorim, struktur populasi clan dinamika populasi ayam buras. Dinarnika populasi
meliputi hal-ha1 mengenai angka kesakitan dan kematian ayam buras, ayam yang
dikonsumsi (dipotong), ayam yang dijual dan juga ayam buras yang dibeli oleh petani

v
ternak yang diamati. Disamping itu penelitian mencakup pula produksi telur yang
ditetaskan atau yang menetas, telur yang dikonsumsi, dijual, rusak, dan telur yang
dibeli oleh petani ternak.
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian diketahui bahwa penyakit tetelo

(ND) sering menimbulkan wabah pada ayam buras, dengan angka kematian berkisar
antara 80-100%. Angka kematian tertinggi umumnya terjadi pada anak ayam,
kemudian disusul ayam muda. Ayam dewasa dan ayam tua yang &pat bertahan
hidup bukan karena lebih resisten dari ayam yang lebih muda dari serangan ND,
akan tetapi karena ayam dewasa atau ayam tua sedikit demi sedikit terinfeksi virus

yang menimbulkan kekebalan secara alarni. Wabah biasanya terjadi pada waktu
peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Kerugian ekonomi akibat penyakit
tetelo pada ayam buras secara nasional rata-rata per tahun diperhitungkan sebesar

+

Rp. 340 milyar Rp. 10 milyar.
Penggunaan vaksin ND pada ayam buras, yaitu kaksin ND strain F pada anak
ayam dan strain Kornarov pada ayam muda serta ayam dewasa dapat memberikan
perlindungan terhadap serangan (infeksi) virus ND lapang (di alam) yang ganas.
Pada pelaksanaan vaksinasi 1-2 kali menimbulkan antibodi dengan geometric mean
time (GMT) 34,3 dan vaksinasi 3-4 kali menimbulkan antibodi dengan GMT 55,7.
Pada ayam buras yang tidak pemah mendapat vaksinasi ND, dalam serum darahnya
sebagian mengandung antibodi yaitu sekitar 23,61% dengan titer 2'-2''.

Diantara

yang mengandung antibodi tersebut sebanyak 4,17% mengandung antibodi dengan
titer protektif terhadap serangan virus ND.
Pada ayam buras yang divaksinasi dan tidak divaksinasi ND terdapat

perbedaan yang mencolok dari angka kesakitan (morbidity rate) dan angka
kematiannya (mortality rate). Ayam buras yang divaksinasi 3-4 kali (intensif)
mempunyai angka kesakitan 11,24% dan angka kernatian 7,95%, ayam yang

vi
divaksinasi 1-2 kali (semi-intensif) angka kesakitan 22,76% dan angka kematian
14,62%, sedangkan ayam yang tidak divaksinasi (ekstensif) angka kesakitannya
67,6 1% dan angka kematian 46,19%.
Produksi telur selama penelitian pada ayam yang dipelihara intensif rata-rata
per induk sebanyak 76,97 butir, pada ayam yang dipelihara semi intensif sebanyak
50,20 butir dan ayam yang dipelihara secara ekstensif sebanyak 30,53 butir.
Pemeliharaan ayam buras dapat meningkatkan penghasilan petani ternak,
yaitu pada kelompok petani ternak yang memelihara ayam secara intensif
peningkatan penghasilan sebesar Rp. 130.577, yang memelihara ayam secara semi
intensif sebesar Rp. 29.4 17,- dan yang memelihara ayam secara ekstensif sebesar Rp.
20.010,- per bulan.
Ayam buras juga berperan dalam penyediaan kebutuhan protein hewani bagi
-

-


petani ternak yaitu sebesar 2,862 gr per kapita per hari, dengan rincian dari daging
ayam buras 2,425 gr dan dari telurn 0,437 gr per kapita per hari.

PERANAN VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND)
TERHADAP PENINGKATAN POPULASI DAN PRODUKSI
AYAM BURAS SERTA DAMPAKNYA DITINJAU
DARI SUDUT EKONOMI VETERINER

oleh
SOFJAN SUDARDJAT

SVT 91536

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Doktor
pads
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1996

Judul Disertasi

: PERANAN VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND)

TERHADAP PENINGKATAN POPULASI DAN
PRODUKSI AYAM BURAS SERTA DAMPAKNYA
DITINJAU DARI SUDUT EKONOMI VETERINER
Nama Mahasiswa

: SOFJAN SUDARDJAT

Nomor Pokok

: 91536

Menyetujui :

di Guhardja, M.Sc.


Tanggal lulus : 9 April 1996.

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 26 Juni 1946, dari orang tua Bapak
RWA Datje Djajasasrnita dan Ibu RHE Djuhaeriah. Menikah pada tanggal 7 Juli
1974 dengan Elly Sumintarsih dan telah mempunyai putra CiMet Girang Putra

Djajalogawa yang lahir tanggal 2 1 Agustus 1980.
Pendidikan yang pernah dialarni adalah Sekolah Rakyat 6 Tahun Negeri
XXI Bogor pada tahun 1957. Lulus Sekolah Menengah Pertarna Negeri V Bogor
Bagian B pada tahun 196 1 dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri XIV Jakarta tahun 1966.

Selanjutnya penulis meneruskan

pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor mulai tahun
1968 dan lulus Dokter Hewan pada tahun 1974. Tahun 1988 mengikuti pen-

d i d i . Program Magister di Fakdtas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor dan

lulus pada tahun 1990.
Selesai pendidikan Dokter Hewan, penulis langsung masuk bekerja di
Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan Jakarta, dan
diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil bulan Pebruari 1976. Pada tahun itu juga
diberi tanggung jawab sebagai Pejabat Sementara Kepala Seksi Inforrnasi Wabah
dan sekaligus sebagai Pelaksana Harian Kepala Sub Direktorat Wabah sampai
tahun 1979. Setelah itu sarnpai tahun 1982 mengelola persiapan pembentukan
Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan, dan kemudian pada tahun 1983 sarnpai
tahun 1993 sebagai Kepala Sub Direktorat Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Hewan. Sejak tahun 1994 sampai sekarang menjabat sebagai Direktur
Bina Kesehatan Hewan, di Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH
Dipanjatkan doa dan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wataala atas
rakhmat dan hidayat-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pelajaran, penelitian dan penulisan disertasi ini dalam keadaan sehat
walafiat dan tanpa halangan yang berarti.
Pertama-tam ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disarnpaikan
kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Masduki Partadiredja, MSc., selaku Ketua
Komisi Pembimbing, beserta Bapak Prof. Dr. Soeratno Partoatmodjo, MSc, Prof. Dr.
Gatut Ashadi, Dr. Drh. Emir Alkisah Siregar SKM, dan Dr. Ir. Achmad Ansori
Mattjik, MSG., selaku anggota Komisi Pembimbing, atas segala bimbingan,
pengarahan yang tidak henti-hentinya selama penelitian berlangsung sampai kepada
penulisan dan penyelesaian disertasi ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan Institut
Pertanian Bogor, Pimpinan Program Pasca Sarjana, Pimpinan Fakultas Kedolcteran
Hewan dan Program Studi Sains Veteriner Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan
pendidikan di Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Tidak berlebihan apabila secara pribadi ucapan terima kasih disampaikan
kepada Bapak Dr. Drh. Soehadji dm Bapak A. Karim Mahanan yang tiada hentihentinya memberikan dorongan dan sernangat untuk keberhasilan penulis dalam
melaksanakan pendidikan, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dengan sebaikbaiknya.
Tiada lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Omik
Koswara, Drh. Isya Dirdja, Drh. Sutrisno, Drh.Anwar M. Saleh, Drh. Djafar Makka,
Drh. Abdul Rachman, Drh. Iwan Sohan, Drh. Chairul Arifin,

Ir. Masduki,

Drh. Ahmad Busjra, Drh. Farid, Drs. Yusuf, Purwitno, Neneng Sunengsih dan
semua pihak yang telah membantu penulis selama dalam pendidikan terutama
sewaktu melaksanakan penelitian, penulisan dan penerbitan disertasi ini.

xi
Kepada ayahanda yang penulis sangat hormati dan. cintai dihaturkan rasa
bangga atas segala nasihat dan bimbingan, dorongan semangat serta doa-doanya
untuk keberhasilan penulis dalam mencapai cita-cita. Kepala ibunda almarhumah
tercinta yang selama hidupnya tidak henti-hentinya membimbing, mendorong dan
memberikan segala ha1 yang dibutuhkan penulis baik material maupun moral, maka
penulis memanjatkan doa dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wataala
dan semoga almarhumah dapat diterima di sisi-Nya.
Secara khusus kepada istri tercinta Elly Sumintarsih dan anak
tersayang Ciklet Girang Putra, yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan

dm pengorbanan selama penulis dalam melaksanakan pendidikan, maka atas segala
pengertian dan kerelaannya penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak
terhingga. Tiada kata yang dapat disampaikan selain permohonan maaf atas segala
pengorbanannya.
Akhirul kata, penulis dengan rasa kesadaran menyampaikan permohonan
maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan dari tulisan ini. Namun
demikian masih timbul suatu harapan semoga tulisan-tulisan di dalam disertasi ini
dapat berguna atau dapat diambil manfaatnya terutama dalam menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu kedokteran hewan
di Indonesia.
Sekian, terirna kasih.
Bogor, Pebruari 1996
Penulis.

SUMMARY ..................................................................................................
RINGKASAN ...............................................................................................
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
UCAPW TERIMA KASIH ...........................................................................
DAFTAR IS1 .................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................
DAFTAR LAMPIR4N ..................................................................................
ALUR PIKIR PENELITIAN ..........................................................................
I

.

PENDAHULUAN

...............................................................................

A. LATAR BELAKANG .....................................................................
1. Peranan ayam buras ....................................................................
2. Upaya pengembangan ................................................................

B. IDENTIFIKASI MASALAH

...........................................................

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

.

I1

......................................

5

D. KEGUNAAN PENELITIAN ............................................................

6

E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ...............................

6

.....................................................................

8

TINJAUANPUSTAKA

A. PENYAKIT TETELO (NEWCASTLE DISEASE) .........................
1. Sejarah penyebaran penyakit .....................................................
2 . Etiologi penyakit tetelo ..............................................................
3. Epidemiologi .............................................................................
a . Induk Sernang ......................................................................
b . Sifat penularan penyakit .......................................................
c. Kerugian akibat penyakit tetelo ............................................
4 . Tanda Klinik .............................................................................
Tanda-tanda klinik yang ditimbulkan oleh masing-masing strain
a. Infeksi virus viscerotropic velogenic ....................................
b . Infeksi virus neurotropic velogenic ......................................
c. Infeksi virus mesogenik .......................................................
d. Infeksi virus lentogenik ........................................................

xiii
5. Kelainan pasca mati ...................................................................
6. Diagnosis penyakit .....................................................................
7. Tindak pengendalian ..................................................................

B. VAKSIN NEWCASTLE DISEASE (ND) .......................................
1. Pengertian dan penyiapan vaksin v i m .......................................
2 . Type vaksin Newcastle disease ...................................................
a. Vaksin lentogenik aktif .........................................................
b . Vaksin mesogenik aktif ...........................................................
c. Vaksin aktif kultur jaringan ....................................................
d. Vaksin aktif dengan adjuvant .................................................
e. Vaksin inaktif ........................................................................
3. Pernilihan type vaksin Newcastle disease ....................................
C . AYAM BURAS ..............................................................................
1. Sejarah ayam buras ....................................................................
2. R a p ayam buras .....................................................................
a. Berdasarkan daerah asalnya ..................................................
b . Berdasarkan kokok suara .....2.. ....................,,.*,.....................
c. Berdasarkan ukuran badan ....................................'. .............
d. Berdasarkan warna bulu .......................................................
e. Berdasarkan keadaan badan dan bulu ....................................
3. Populasi ayam buras ..................................................................
4 . Peranan ayam buras ...................................................................
5. Produksi Telur ...........................................................................
6. Umur induk pertama bertelur .....................................................
7. Sifat mengeram ..........................................................................
8. Daya tunas clan daya tetas telur ..................................................

D. RUMAH TANGGA PERT=
...................................................
1. Ketenagakerjaan sektor pertanian ...............................................
2. Kelompok petani ternak ..............................................................
3. Kelompok petani ternak ayam buras ...........................................

.

I11 MATERI DAN METODA PENELITIAN

.......................................

A. MATERI ........................................................................................
1 Vaksin Newcastle disease .........................................................
2. Ayam buras ..............................................................................

.

3. Petani sebagai responden ..........................................................
4 . Daerah dan kelompok petani .....................................................
5. Lama dan waktu penelitian ........................................................
a. Persiapan ............................................................................
b . Pelaksanaan penelitian ........................................................

B. METODA PENELITLAN ..............................................................
1. Sasaran penelitian .....................................................................
2 . Bentuk penelitian ......................................................................
a. Pengamatan langsung ..........................................................
b. Pengamatan tidak langsung ..................................................
c. Pengamatan pendukung .......................................................
3. Macam data ..............................................................................
a. Data perkembangan ayam ....................................................
b. Data perkernbangan telur .....................................................
c. Data ekonomi veteriner .......................................................
4 . Sistim pencatatan data ...............................................................
5. Cara analisis .............................................................................
(a) Menghitung tingkat kekebalan ............................................
(b) Menghitung perkembangan populasi ...................................
(c) Menghitung kerugian ekonomi ...i .........................................
6. Cara pengolahan data ................................................................
a. Analisis deslcriptif .................................................................
b . Analisis statistik ...................................................................
c. Analisis ekonomi veteriner ...................................................

.

IV HASIL PENELITLQN ........................................................................ 76
A. DATA UMUM

.................................................................................

B. SITUASI PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA ..........................
1. Situasi penyakit tetelo (Newcastle disease) ...................................
a. Kejadian wabah ......................................................................
b. Jurnlah angka kematian ............................................................
c. Tingkat umur kematian ............................................................
d. Penyebab timbulnya wabah ....................................................
2. Vaksinasi untuk pencegahan penyakit tetelo ................................
a. Pelaksanaan vaksinasi .............................................................
b. Hasil vaksinasi .......................................................................

76

C. PERKEMBANGAN AYAM ...........................................................
1. Populasi ayam ............................................................................
2. Struktur populasi ........................................................................
a. Persentase kenailcan populasi ayam betina dewasa ................
b . Persentase kenaikan populasi ayam jantan dewasa .................
c. Persentase kenaikan populasi ayam mu& .............................
d. Persentase kenaikan populasi anak ayam ..............................
3. Dinamika populasi ......................................................................
a. Ayam buras yang dijual ..........................................................
b . Ayam buras yang dipotong (dikonsumsi) ...............................
c. Ayam buras yang saldt dan ayam yang rnati ..........................
d. Ayam buras yang hilang .......................................................
e. Ayam buras yang dibeli .........................................................

.

V

D . PRODUKSI TELUR ........................................................................
1. Produksi telur ayam buras ...........................................................
2. Telur yang ditetaskan ..................................................................
3. Telur yang dijual ........................................................................
4 . Telur yang dikonsumsi .................................................
'..............
5. Telur yang rusak atau hilang ........................................................
6. Telur yang dibeli ........................................................................

109
111
102
111
113
112
112

E. GAMBARAN PETANI TERNAK AYAM BURAS ........................
1. Tingkat pendidikan ....................................................................
2. Pemelukan agama ......................................................................
3. Status pekerjaan ...................."..................................................
4 . Anggota keluarga .......................................................................
5. Pemilikan tanah (lahan) .............................................................
6. Pemilikan ternak ........................................................................

113
113
116
117
119
118

..................................................................................

121

PEMBAHASAN

114

A . PERKEMBANGAN AYAM BURAS .............................................. 121
1. Perkembangan dan dinamika populasi ......................................... 121
2. Struktur populasi ......................................................................... 125

B . DAMPAK PENYAKIT TETELO (NEWCASTLE DISEASE)

........

126

C . VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE ........................................... 128
1. Pelaksanaanvaksinasi ................................................................. 128
2 . Imunitas hasil vaksinasi ND ........................................................ 128

3. Hubungan antara vaksin ND dengin angka kesakitan dan angka
kematian. serta produksi telur .................................................... 129

................................................................
1 . Peranan sosial ayam buras ........................................................
2 . peranan ayam buras dalam pemenuhan kebutuhan protein hewan
secara nasional .........................................................................

137

...........................................................

153

D. EKONOMI VETERINER

135
135

3 . Peranan ayam buras dalarn pemenuhan kebutuhan protein hewani
petani temak ................................................................................ 140
a. Konsumsi daging ayam buras ................................................ 141
b. Konsurnsi telur ayam buras .................................................. 142
4. Nilai ekonomi pemeliharaan ayam buras .................................... 143
5 . Kerugian ekonorni akibat penyakit tetelo secara nasional ............ 146

.

VI KESIMPULAN DAN SARAN

...........................................................................
........................................................................................

153

............................................................................

160

A.KESIMPULAN

B . SARAN

DAFI'AR PUSTAKA
LAMPIRAN

............................................................................................

155

170

Tabel 1.

Jeriis-jenis unggas sebagai induk semang dari masing-masing
serogroup Patamyxovirus ..............................................................

Tebel 2.

Contoh-contoh pengelompolcan strain dari serogroup Pararnyxovirus
berdasarkan uji patogenitas dengan metocia ICPI,IVPI dan MDT ..

Tabel 3.

Kelompok ayam buras yang melaksanakan vaksinasi ND intensif....
Kelompok ayam buras yang melaksanakan vaksinasi ND semi
intensif ..........................................................................................
Desa yang sama sekali tidak diadakan vaksinasi ND .......................
Waktu kejadii wabah penyakit tetelo ...........................................

Tabel 7.
--

Tabel 8.

Persentasejurnlah kematian ayam pada waktu terjadi wabah penyakit

ND ................................................................................................
Tingkat umur kematian ayam pada waktu wabah menurut masingmasing cara pemelhraan .............................................................
Tanda-tanda penyakit (klinik) yang dapat dilihat pada waktu wabah
pada masing-masing cara pemeliharaan .........................................

Tabel 10.

Titer antibodi dari serum darah ayam buras yang belurn pernah
divaksinasi pada k e l o q k yang memelihara ayam buras secara
intensif, semi intensif dan ekstensif (strain F intra nasal dan strain
Komarov intra muskuler)...............................................................
Titer antibdi dari senun darah ayam buras yang telah divaksinasi
lebih dari 3 kali pada kebmpok yang memelihara ayam buras secara
intensif (strain F intra nasal dan strain Komarov intra muskuler) ...
Titer m i dari serum darah ayam buras yang telah divaksinasi 12 kali pada kelompok yang mernelihara ayam buras secara semi
intensif(strain F intra nasal dan strain Kornarov intra muskuler) ....

Tabel 13.

Jurnlah populasi clan rincian serta rata-rataayam yang dipelihara pada
kelompok atau desa yang diteliti ....................................................

Tabel 14.

Struktur populasi ayarn buras ......................................................

Tabel 15.

Perkembangan dan mutasi ayam buras selama 9 bulan (Januari September 1994) .........................................................................

Tabel 16.

Rincian produksi telur dan yang ditetaskan serta yang menetas pada
kelompok intensif, semi intensif dan sistim pemeliharaan secara
ekstensif (Januari 1994-September 1994) ....................................

Tabel 17.

Tingkat pendidikan petani ternak ayam buras pada masing-masing
kelompok cara pemeliharaan ...........................................................

Tabel 18.

Agarna petani ternak ayam buras pada masing-masing kelompok cara
pemelihamm ...................................................................................

Tabel 19.

Status pekerjaan tetap petani temak ayam buras pada masing-masing

kelompok cara perneWlaraan

.........................................................

Tabel 20.

Rata-rata jumlah anggota keluarga petani ternak ayam buras pada
masing-masing kelompok cara pemehraan ...................................

Tabel 21.

Rata-rat.pemilikan tanah (lahan) petani ternak ayam buras masingrnasing kelompok cara pemeliharaan (dalam m2) ............................

Tabel 22.

Rata-rata pemilikan ternak petani ternak ayam buras pada masingmasing kelompok cara pemebaraan .................................... ..........

Tabel 23.

Analisis h g s i populasi ayam buras pada yang dipelihara intensif,
semi intensif dan ekstensif ..........................................................
Hasil pendugaan model hubungan antara pemberian vaksin ND
terhadap jumlah ayam yang sakit, ayam rnati dan jumlah produksi
telur (model awal) ........................................................................

Tabel 24.
Tabel 25.

Hasil pendugaan model hubungan antara pemberian vaksin ND
terhadap jumlah ayam yang sakit, ayam mati dan jumlah produksi
telur (model akhir) ........................................................................

.............................

Tabel 26.

Susunan pola pangan harapan (PPH)nasional

Tabel 27.

Persentase dan jumlah penduduk yang mengkonsumsi protein
hewani asal ternak ...........................................................................

Tabel 28. Perhitungan nilai kemtungan dan "break even point" pada masingmasing cara perne1ihmu.nayam buras .........................................

138

139

145

DAFTAR GRAFIK

--

Grafik 1. Ayam yang divaksinasi ND dibandingkan dengan jumlah
populasi ayam, per minggu ...............................................

84

Grafik 2. Ayam yang sakit dibandingkan dengan jumlah populasi
ayam, per minggu ...............................................................

1 04

Grafik 3. Ayam yang mati dibandingkan dengan jumlah populasi
ayam, per minggu .............................................................

106

Grafik 4. Jwnlah produksi telur dibandingkan dengan jumlah betina
dewasa, per minggu .........................................................

110

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Kuesioner ................................................................................... 170

Lampiran 2 .

Formulir isian mingguan untuk setiap responden (keadaan telur) 189

Lampiran 3 .

Formulir isian mingguan untuk setiap responden (perkembangan

...............................ayam)
.........

190

Lampiran 5.

Foto-foto ............................................................................... 193

Lampiran 6 .

Daflar nama yang membantu pelaksanaan penelitian ................ 199

ALUR PIKlR PENELITMN PERANAN VAKSIMSI NO TERHADAP
PENINGKATAN POPULASI DAN PRODUKSI A Y H BURAS SERTA DAMPAKPIYA

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

1. Peranan ayam buras.

Ayam buras (bukan ras) lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung, ada
pula yang menyatakan sebagai ayam sayur bahkan ada yang menyebut ayam lokal
(Mansyur, 1985; Whendrato dan Madyana, 1992). Pada umurnnya ayarn buras
merupakan ayarn asli Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang merupakan
keturunan hasil silangan ayam asli dan ayam ras (Mansyur, 1985). Ayam buras
mempunyai potensi cukup tinggi clan andil yang cukup besar dalarn menunjang
pembangunan sub sektor peternakan (Darminto, 1992; Soeripto et al., 1989).
Dikatakan pula ayam buras merupakan salah satu modal yang dapat
dikembangkan dalam menunjang berbagai kegiatan ekonomi dan mempunyai arti
penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya terutarna yang

berada di pedesaan (Darminto, 1992; Surnengkar, 1993; Whendrato clan Madyana,
1992).

Ayam buras banyak d i p e l i i di pedesaan dengan cara pemeliharaan yang
umurnnya sangat sederhana dan jauh dari sentuhan teknologi; walaupun ada
teknologi sifatnya bukan mempakan teknologi tinggi (Johnson et al., 1992;
Darminto, 1992). Selain itu modal investasi yang diperlukan relatif sangat kecil
apabila dibandingkan dengan investasi untuk pemeliharaan ayam ras, di pedesaan
pemeliharaan ayam buras pada umurnnya dibiarkan lepas dan berkeliaran. Pada
siang hari ayam dibiarkan mencari makanan sendiri, jarang yang diberikan
makanan khusus dan biasanya ayam mencari rnakan sisa-sisa dapur, di tempat

sampah atau tempat pembuangan kotoran, di selokan-selokan, kebun atau
tegalan dan halaman rumah (Sarengat, 1993; Darminto, 1992). Pada malam hari
ayarn rnasuk kandang atau kolong nunah, dapur, atau sebagian besar tidur dengan
cara bertengger di atas pohon, palang tiang atau di atas atap (Darminto, 1992).
Ditinjau dari sudut ekonomi ayam buras berperan sebagai simpanan atau
tabungan barang hidup (Kingston and Creswell, 1992) yang sewaktu-waktu
diperlukan dan dapat disediakan dalarn tempo yang relatif singkat (rajakaya). Hal
ini sangat membantu terutama bagi masyarakat petani dalam memenuhi
kebutuhannya yang sangat mendesak dan yang sangat terpaksa. Mencukupi
kebutuhan anak sekolah, mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan
yang menunjang ekonomi rnasyarakat lainnya. Dari sudut sosial budaya
kaitannya dengan kegiatan kemasyarakatan seperti untuk keperluan hari-hari
besar keagamaan, kegiatan pesta perkawinan, keperluan adat serta perayaan
penting lain, biasanya ayam buras menjadi penolong (rajapati). Selain itu ayam
buras merupakan surnber modal yang dapat dikelola untuk mendapat keuntungank e u n t u n p (Darminto, 1992).
Hasil produksi ayam buras, baik yang berupa daging maupun telurnya,
merupakan sumber protein yang paling dekat dengan masyarakat (Sumengkar,
1993). Pada umurnnya masyarakat terutama yang berada di pedesaan
mendapatkan protein yang berkualitas tinggi melalui konsumsi daging atau telur
ayam buras (Sumengkar, 1993). Produksi daging ayam buras bersama-sarna
dengan "broiler" sebagai alternatif dalam mensubsitusi daging sapi, setiap tahun
nilai perannya semakin besar. Peran yang berkaitan langsung dengan kegiatan
perekonomian berdasarkan laporan dari Rapim Deptan (Anonim, 1993) adalah
daging ayarn termasuk ayam buras yang dapat mempengaruhi laju inflasi atau
besar kecilnya inflasi. Di samping itu peran ayam buras lainnya, adalah dalarn

menjaga dan memelihara ekosistem lingkungan, antara lain kotorannya
menjadi pupuk kandang yang sangat baik bagi kesuburan tanah, memakan
serangga perusak, termasuk yang merusak hasil panenan dan pemakan ulat atau
binatang-binatang perusak tanaman lainnya (Whendrato dan Madyana, 1992).

2. Upaya pengembangan.

Belum banyak penelitian dilakukan terhadap ayam buras, baik yang
berkaitan dengan sifat-sifat, produktivitas maupun perannya dalam menunjang
perekonomian dan sosio-budidaya masyarakat di pedesaan. Dengan demikian,
potensi ayam buras belurn banyak digali untuk lebih dikembangkan. Hal ini
disebabkan terbatasnya data yang menyangkut berbagai permasalahannya,
seperti sifat dan perilaku, kemampuan produktivitas, serta kemampuan dan
ketahanan terhadap gangguan penyakit. Apabila data-data tersebut dapat
diketahui, maka akan sangat bermanfaat untuk dapat digunakan sebagai
parameter bagi pengembangannya.
Upaya pengembangan ayam buras ini berdasarkan data dari Direktorat
Kesehatan Hewan (1986) terus dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan
diterapkannya program Bimas Ayam Buras yang dikenal dengan Intensifikasi
Ayam Buras (Intab), yang dimulai sejak tahun 1986. Sebelum itu, pemerintah
dalam upaya mengembangkan ayam buras telah pula menerapkan program
Intensifikasi vaksinasi (Invak). Program

Invak ataupun Intab melibatkan

langsung masyarakat dengan jalan membentuk kelompok-kelompok, baik dalam
bentuk kelompok khusus peternak ayam buras maupun sebagai bagian dari
kelompok tani. Melalui upaya-upaya tersebut, ayam buras ini secara bertahap

terus berkembang, tidak saja perkembangan dalam cara pemeliharaannya tetapi
juga berkembang populasi dan penyebarannya (Soeripto et al., 1989; Anonim,
1986).

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam usaha pemeliharaan dan pengembangan ayam buras banyak dijurnpai
berbagai masalah dan hambatan, dan sebagai faktor pengharnbat yang utama adalah
faktor penyakit, khususnya penyakit tetelo (Newcastle disease) (Awan et al.,
1994). Penyakit ini sejak ditemukannya di Indonesia limapuluhan tahun yang
lalu (sejak 1927) hampi.setiap tahun mewabah dengan angka kematian (mortality)
yang cukup tinggi. Pada daerah wabah angka kematian dapat mencapai 89% - 100%

(Aini dan Ibrahim, 1990; Ronohardjo, 1983; Anonim, 198I), sehingga tidak jarang
para petani kehilangan semua ternaknya dan peternak ayam ras (modal kecil) tidak
sedikit yang gulung tikar. Faktor lain yang juga sering merupakan hambatan dalam
pengembangan ayam buras adalah cara pemeliharaannya yang sangat sederhana dan
bersifat tradisional (Sarengat, 1993).
Salah satu cara atau dapat dikatakan satu-satunya cara yang terbaik dalam
pengendalian penyakit tetelo adalah dengan jalan vaksinasi, yang dilaksanakan
secara rutin dan tens-menens (Allan et al., 1978; Box et al., 1988). Keberhasilan
pengendalian penyakit dengan vaksinasi sangat tergantung pada aktivitas dan
frekuensi pelaksanaannya, juga mutu vaksin yang digunakan serta cara-cara
pengelolaan dan penanganannya (dalam penyimpanan, transportasi clan
penggunaannya).

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Atas dasar hal-ha1 tersebut diatas diperlukan suatu pengkajian dan penelitian

mengenai berbagai aspek ayam buras, terutama yang menyangkut pengamanan
terhadap penyakit khususnya penyakit tetelo (Newcastle disease). Selain itu yang
perlu diketahui untuk diteliti adalah mengenai

seberapa besar peran vaksinasi

Newcastle disease (ND) dalam mencegah kernatian ayam buras

sehingga

meningkatkan populasi clan sekaligus produksinya. Aspek lain yang sangat penting

untuk diadakan penelitian adalah rnengenai data atau gambaran pasti dampak positif
yang bisa diperoleh bagi masyarakat yang memelihara ayam buras, khususnya para
petani yang berada di pedesaan serta perannya terhadap pembangunan nasional.
Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian adalah
untuk mendapatkan informasi dampak positif yang dihasilkan dari suatu kegiatan
vaksinasi ND untuk :
1. Mengetahui ada tidaknya penurunan angka kernatian (mortality rate) ayam buras

oleh penyakit ND.

2. Peningkatan produksi telur, karena meningkatnya daya produksi atau
meningkatnya jumlah ayam yang berproduksi.

3. Mengetahui ada tidaknya peningkatan penghasilan petani di pedesaan sebagai
hasil pemeliharaan ayam buras yang divaksinasi ND.

4. Identifikasi masalah dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit ND,
baik yang bersifat rnikm maupun makro (nasional).

6

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap suatu inforrnasi yang
bermanfaat, baik dari segi ilmiah yaitu dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan, maupun bagi kepentingan penyelenggaraan kegiatan pembangunan
nasional, khusus pembangunan dalam bidang peternakan. Kedua sasaran manfaat
itulah yang menjadi arah sasaran akhir yang dituju dan dihasilkan oleh kegiatan
penelitian ini.
Secara lebih mengarah, kegunaan dari penelitian adalah dalam rangka
menyusun strategi dasar landasan teori yang mampu menjelaskan manfaat vaksinasi

ND secara lan&~;ung
terhadap gerak laju pengembangan ayam buras. Manfaat lanjut
adalah secara tidak langsung meningkatkan atau perbaikan kualitas hidup petaniternak terutama yang berada di pedesaan, serta manfaat nyata dalam menunjang
pembangunan nasional.
Sebagai efek positif sumbangan ilmiah tersebut, dapat dikaji terhadap
ditemukannya metoda-metoda baru atau metoda-metoda alternatif dari yang ada
sebelurnnya. Metoda baru ataupun metoda altematif tersebut terutama yang berkaitan
dengan bidang keilmuan ekonomi veteriner khususnya atau bidang keilmuan
epidemiologi pada umumnya, antara lain dalam menghitung kerugian ekonorni akibat
ND, dalam lingkup kecil (petani ternak) atau lingkup yang luas (nasional).

E. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Penyakit ND sudah hampir satu abad merajalela di sebagian besar penjuru
dunia, termasuk di Indonesia. Namun sampai saat ini belum ada obat atau cara
penyembuhan yang efektif yang dapat memberantas penyakit. Satu-satunya cara
yang dianggap efektif untuk menghadapi ND adalah teori pencegahan dengan

menggunakan vaksin. Pelaksanaan vaksinasi ND terbukti dapat menekan
timbulnya kernatian ayam buras dan memberikan berbagai harapan lainnya, termasuk

peningkatan peran ayam buras dalam menambah pendapatan dan gizi petani ternak.
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat diambil suatu hipotesis, bahwa
dengan vaksinasi ND yang teratur berdampak positif dalam meningkatkan populasi

dan produksi ayam buras, serta efek lanjut berperan dalam meningkatkan pendapatan

dan surnber protein hewani bagi petani ternak di pedesaan.

11. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENYAKIT TETELO (NEWCASTLE DISEASE).
1. Sejarah penyebaran penyakit.

Penyakit Tetelo atau lebih dikenal dengan narna Newcastle Disease
(ND) merupakan penyakit unggas yang sangat penting, sehingga dalam daftar
penyakit hewan menular yang temuat dalam "Office International Des

Epizooties Zoonisatory Code" adalah satu-satunya penyakit unggas yang

dimasuklcan dalarn L i t A (Epidemiological Major Diseases). Penyakit yang
ternasuk List A yang menyerang jenis ternak di luar unggas antara lain
Penyakit Mulut dan Kuku (Aphtae E p h t i c a e ) , Penyakit Sampar Sapi

(Rinderpest), Penyakit Dada Menular (Contagious Bovine Pleura
Pneumonia) dan Penyakit Lepuh Mulut (Vesicular Stomatitis), yang
kesemuanya merupakan penyakit hewan menular yang sering menimbulkan
masalah dalam bidang peternakan (Anonim, 1993 dan 1994). Diketahui,
penyakit-penyakit yang termasuk List A tersebut secara ekonomis sangat
merugikan dan dapat mengganggu dan menjadi hambatan bagi kegiatan
perdagangan (ternak, bahan clan hasil ternak) internasional.
Penyakit ND disebabkan oleh mikroorganisme (jasad renik) kelompok
virus, yaitu dari Famili Paramyxoviridae d e n p genera termasuk Genus
Pneumovirus

atau

Paramyxovirus. Pada

umumnya virus

Famili

Paramyxoviridae ukurannya berkisar antara 100-300 nm (Waterson dan
Cruickshank, 1963; Allan et al., 1978). Diameter heliks nukleoprotein adalah
18 nm dan berat molekul Asam Ribo Nucleat (ARN)4-8 x lo6 Dalton

9

(Granoff, 1964; Palmieri dan Perdue, 1989). Resisten terhadap actinomycin,
memproduksi haemolisin, serta dalam kultur sel membentuk badan inklusi
(inclusion body) yang terletak di dalam sitoplasma atau kadang-kadang di
dalarn inti (Alexander, 1982; King, 1986).
Berdasarkan jenis hewan yang diserang, gejala klinik dan sifat-sifat
keganasan penyakit yang ditimbulkannya, maka penyakit tetelo selain disebut
Newcastle disease juga disebut sebagai penyakit pseudo fowl plague, pseudo
poultry plague, pseudo wgelpest (Kraneveld dan Nasoetion, 194I), atypische

getlugelpet, avian pat, avian disremper dan ranikhet disease (Beaudette dan
Black, 1946; Haddow dan Idnani, 1946; Beard dan Hanson, 1984).

Dalarn catatan sejarah penyakit, disebutkan bahwa penyakit tetefo mulai
dilaporkan kejadiannya secara resmi pada tahun 1927, yaitu sewaktu tejadi
wabah penyakit yang ganas pada unggas yang timbul di daerah Newcastle
Upon Tyne, Inggris. Oleh karena pada waktu itu kejadian wabah tersebut
belum diketahui penyebabnya, maka oleh pelapor (Doyle, 1927) disebut
sebagai penyakit Newcastle (Newcastle disease), yaitu sesuai dengan tempat
pertama kali ditemukannya. Sejak itu penyakit ini disebut sebagai Newcastle
disease disingkat ND sampai sekarang. Sebenarnya penyakit yang diduga
sama, karena menunjukkan tanda yang sarna dengan penyakit tetelo pernah
diidentifikasi pada tahun sebelumnya yaitu tahun 1924 di Semenanjung Korea
(Doyle, 1935; Levine, 1964) dan wabah dengan tanda yang sama yang terjadi
di Eropah Tengah tahun 1926 (Alexander, 1988).
Beberapa tahun kemudian, penyakit tersebut menyebar dengan cepat ke
belahan bumi lainnya, dan akhirnya merupakan penyakit yang bersifat
universal. Di benua Amerika khususnya di negara Amerika Serikat penyakit

yang menimbulkan gangguan pernapasan pada unggas ditemukan kasusnya
sekitar tahun 1930 yang pada waktu itu disebut sebagai penyakit
Pneumoencephalitis (Beach, 1944).
Selanjutnya kejadian wabah yang meluas, yang terjadi bukan di suatu
negara saja tetapi menyerang beberapa negara (panzootik) yaitu yang terjadi
di Eropah Tengah yang lamanya sekitar 30 tahun (1926 - 1960). Kejadian
wabah panzootik lainnya di negara-negara Asia seperti di negara Timur

Tengah terjadi pada tahun 1940-1948 dan pada tahun 1962-1972 (Alexander,
1982). Dengan melihat kejadian-kejadian ini, maka apabila wabah Penyakit
tetelo terjadi secara panzootik baru dapat dikendalikan setelah berjalan
bertahun-tahun sampai puluhan tahun (Chu et al., 1976).

Pada saat ini penyakit tetelo telah menyebar ke berbagai belahan dunia
(universal), dan diduga yang kemungkinan belum tertular hanya daerah kutub
(antartika) baik kutub utara maupun kutub selatan (Allan and Lancaster, 1978).
Secara umum kejadian penyakit bersifat enzootik, narnun tidak jarang di
beberapa dae*

atau negara terjadi wabah (epizootik). Di beberapa negara

seperti Australia, Selandia Baru, Kanada, Amerika Serikat, Jerrnan dan

beberapa negara Eeropah penyakit ini sarnpai sekarangjuga ada, namun diduga
oleh virus lentogenik, bukan oleh virus velogenik (Spradbrow, 1988).
Di Indonesia, sebenarnya penyakit tetelo sudah diketahui sebelum
ditemubnya penyakit Newcastle di Inggris (1927), yaitu pada tahun 1926 di
Jakarta dan Bogor. Pada waktu itu Kraneveld seorang akhli rnikrobiologi

bangsa Belanda yang bekerja di Balai Penelitian Veteriner yang waktu itu
bernama Veeartsenijkundig Instituut (V.I.) melaporkan terjadinya wabah
penyakit pada ayarn yang menyerupai penyakit pes sehingga disebutnya
sebagai wabah pseudo vogel pest (Kraneveld and Nasoetion, 1941). Setelah

kejadian itu, penyakit tersebut terus menyebar ke daerah lainnya baik di Jawa
rnaupun di luar Jawa, dan dilaporkan hampir sepanjang tahun terjadi di manamana. Saat ini hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah tertular
dan belum ada satu daerah atau satu pulau pun yang dapat dibebaskan dari
penyakit tetelo (Soeripto et al., 1991). Pada umurnnya serangan ND mulai
meningkat pada awal musim hujan dan mencapai puncaknya pada pertengahan
m u s h tersebut, serta wabah biasanya terjadi pada peralihan musim hujan ke
musim kemarau (Danninto, 1992),

2. Etiologi ND.
Seperti telah disinggung diatas, Penyakit Tetelo disebabkan oleh virus
yang berukuran 100 - 250 nm, yang tersusun dari Asam Inti Ribo (AIR) atau
sering disebbt Ribo Nucleic Acid (RNA), protein dan lemak (Waterson, P. dan
Cruickshank, 1963; Granoff, 1964). Virus ini terrnasuk dalam Famili

Paramyxoviridae dengan genera terrnasuk Genus Pneumovirus atau Genus
Parampmirus (PMV. Gen