Pengertian Lembaga Negara HUKUM ACARA MEMUTUS

158 menetapkan sengketa kewenangan yang diberikan oleh UUD in de Gronwet geregeld saja yang diputus oleh Mahkamah Konstitusi, sedangkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-undang in de wet geregeld termasuk dalam lingkup penafsiran undang-undang tidak menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi. Dengan mencermati dinamika ketatanegaraan dan perkembangan pemikiran gagasan yang pesat di bidang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, serta tuntutan masyarakat terhadap penegakan supremasi konstitusi dan perlindungan hak-hak konstitusional warga masyarakat burger justiciabelen, tidak tertutup peluang ke depan akan timbul perubahan-perubahan peraturan di bidang ini. Termasuk gagasan-gagasan agar kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perkara SKLN tidak hanya sebatas pada perkara SKLN yang sumber kewenangannya berasal dari UUD in de Gronwet geregeld saja, akan tetapi juga mencakup SKLN yang sumber kewenangannya diperoleh dari undang-undang in de wet geregeld.

B. Pengertian Lembaga Negara

Dalam konsep organisasi negara ada 2 dua unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya; organ adalah status bentuknya I nggris: form, Jerman: vorm, sedangkan functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud pembentuknya. 417 Menurut Harjono, fungsi mempunyai makna yang lebih luas daripada tugas. Tugas menurutnya, lebih tepat digunakan untuk menyebut aktivitas- aktivitas yang diperlukan agar fungsi dapat terlaksana. Fungsi memerlukan banyak aktivitas agar fungsi dapat terlaksana. Gabungan dari tugas-tugas adalah operasionalisasi dari sebuah fungsi yang sifatnya ke dalam. Tugas selain mempunyai aspek ke dalam juga memiliki aspek keluar. Aspek keluar dari tugas adalah wewenang, sehingga oleh karenanya sering digunakan secara bersama-sama yaitu tugas dan wewenang. Dikatakan lebih jauh bahwa dengan dinyatakannya satu lembaga mempunyai wewenang, timbullah akibat yang sifatnya kategorial dan eksklusif. Kategorial dikatakan sebagai unsur yang membedakan antara lembaga yang mempunyai wewenang dengan yang tidak mempunyai wewenang, sedangkan eksklusif diartikan bahwa lembaga-lembaga yang tidak disebut merupakan lembaga yang tidak berwenang. Perbedaan tafsir atas kewenangan yang diberikan dalam aturan perundang-undangan oleh lembaga negara 417 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI , 2006, hal. 99. 159 yang berbeda dengan demikian dapat melahirkan sengketa kewenangan yang merupakan perselisihan atau perbedaan pendapat yang berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan antara dua lembaga negara atau lebih. 418 Dalam konsep hukum tata negara positif positieve staatsrecht, lembaga negara merupakan organ negara atau alat-alat perlengkapan negara yang biasanya diatur atau menjadi materi muatan dalam konstitusi atau undang-undang dasar suatu negara. 419 Dalam kepustakaan hukum ketatanegaraan I ndonesia, jenis dan jumlah lembaga negara menurut UUD 1945 setelah perubahan ada bermacam-macam. Jimly Asshiddiqe mengemukakan, corak dan struktur organisasi negara I ndonesia dewasa ini mengalami dinamika perkembangan yang sangat pesat. Setelah masa reformasi tahun 1998, banyak sekali lembaga-lembaga dan komisi-komisi independen dibentuk. Beberapa diantara lembaga-lembaga atau komisi-komisi independen dimaksud dapat diuraikan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1 Lembaga Tinggi Negara yang sederajat dan bersifat independen, yaitu: a Presiden dan Wakil Presiden; b Dewan Perwakilan Rakyat DPR; c Dewan Perwakilan Daerah DPD; d Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR; e Mahkamah Konstitusi MK; f Mahkamah Agung MA; g Badan Pemeriksa Keuangan BPK. 2 Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara yang bersifat independen berdasarkan konstitusi atau yang memiliki constitutional importance lainnya, seperti : a Komisi Yudisial KY; b Bank I ndonesia BI sebagai Bank Sentral; c Tentara Nasional I ndonesia TNI ; 418 Maruarar Siahaan, Undang-Undang Dasar 1945 ... op. cit., hal. 424-425. 419 Mengenai organ negara atau alat-alat perlengkapan sebagai materi muatan yang diatur dalam konstitusi ini diantaranya dikemukakan oleh James Bryce sebagaimana dikemukakan C.F. Strong dalam bukunya Modern Political Constitution : constitution is a frame of political society, organized through and by law, one in which law has established permanent institutions which recognized function and definite rights. C.F. Strong, op. cit., hal. 11. Rosco J. Tresolini dan Martin Shapiro dalam bukunya American Constitutional Law juga mengatakan ada 3 tiga hal yang diatur dalam Konstitusi Amerika Serikat, yaitu : The framework or structure of government, the power of the government, and it restrains the exercise of these power by governmental officials in order that certain individual right can be preserved. Lihat juga, Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto, Sumber Hukum Tata Negara Formal di I ndonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2001, hal. 19-20. 160 d Kepolisian Negara Republik I ndonesia POLRI ; e Komisi Pemilihan Umum KPU; f Kejaksaan Agung yang meskipun belum ditentukan kewenangannya dalam UUD 1945 melainkan hanya dalam UU, tetapi dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat penegak hukum di bidang pro justisia, juga memiliki constitutional importance yang sama dengan kepolisian; g Komisi pemberantasan Korupsi KPK juga dibentuk berdasarkan UU tetapi memiliki sifat constitutional importance berdasarkan Pasal 24 ayat 3 UUD 1945; h Komisi Nasional Hak Asasi Manusia KOMNAS-HAM yang dibentuk berdasarkan Undang-undang, tetapi juga memiliki sifat constitutional importance. 3 Lembaga-lembaga I ndependen lain yang dibentuk a Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK; b Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU; c Komisi Penyiaran I ndonesiaKPI ; 4 Lembaga-Lembaga dan Komisi di lingkungan eksekutif pemerintah lainya seperti Lembaga, Badan, Pusat, Komisi atau Dewan yang bersifat khusus di dalam lingkungan pemerintahan, seperti : a Komisi Kedokteran I ndonesia KKI ; b Komisi Pendidikan Nasional; c Dewan Pertahanan Nasional; d Lembaga Pertahanan Nasional Lemhanas; e Lembaga I lmu Pengetahuan I ndonesia LI PI ; f Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT; g Badan Pertanahan Nasional BPN; h Badan Kepegawaian Nasional BKN; i Lembaga Administrasi Negara LAN. 5 Lembaga-Lembaga Komisi di lingkunagan Eksekutif Pemerintah lainnya, seperti : a Menteri dan Kementerian Negara; b Dewan Pertimbangan Presiden; c Komisi Hukum Nasional KHN ; d Komisi Ombudsman Nasional KONI ; e Komisi Kepolisian; 161 f Komisi Kejaksaan. 6 Lembaga, Korporasi, dan Badan Hukum Milik Negara atau Badan Hukum yang dibentuk untuk kepentingan Negara atau kepentingan umum lainnya, seperti: a Lembaga kantor Berita Nasional ANTARA; b Kamar Dagang dan I ndustri KADI N; c Komite Olahraga Nasional I ndonesiaKONI ; d BHMN Perguruan Tinggi; e BHMN Rumah Sakit; f Korps Pegawai Negeri Republik I ndonesia KORPRI g I katan Notaris I ndonesia I NI ; h Persatuan Advokat I ndonesia Peradi; Banyaknya tumbuh lembaga-lembaga dan komisi-komisi, ataupun korporasi-korporasi yang bersifat independen tersebut merupakan gejala yang mendunia dalam arti tidak hanya di I ndonesia. Seperti dalam perkembangan di I nggris dan Amerika Serikat, lembaga-lembaga atau komisi-komisi itu ada yang masih berada di dalam ranah kekuasaan eksekutif, tetapi ada pula yang bersifat independen dan berada di luar wilayah kekuasaan eksekutif, legislatif maupun yudikatif. 420 Menurut Jimly Asshiddiqie, di dalam UUD 1945, terdapat tidak kurang dari 34 organ yang disebut keberadaannya dalam UUD 1945. Ke 34 Organ atau Lembaga tersebut adalah : 421 1 Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR diatur dalam Bab I I I UUD 1945 yang juga diberi judul “Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Bab I I I ini berisi dua Pasal, yaitu Pasal 2 yang terdiri dari tiga ayat, Pasal tiga yang terdiri dari 3 ayat” 2 Presiden yang diatur keberadaannya dalam Bab I I I UUD 1945, dimulai dari Pasal 4 ayat 1 dalam pengaturan mengenai Kekuasaan PemerintahanNegara yang berisi 17 Pasal; 3 Wakil Presiden yang keberadaannya juga diatur dalam pasal 4 yaitu pada ayat 2 UUD 1945. Pasal 4 ayat 2 UUD 1945 itu menegaskan, “ dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”; 4 Menteri dan Kementrian Negara yang diatur tersendiri dalam Bab V UUD 1945, yaitu pada Pasal 17 ayat 1, 2 dan 3; 420 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan ... op. cit., hal. 25-28. 421 I bid, hal. 99-103. 162 5 Menteri Luar Negeri sebagai menteri triumvirat yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 UUD 1945 yaitu bersama-sama menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan sebagai pelaksana tugas kepresidenan apabila terdapat kekosongan dlam waktu yang bersamaan dalam jabatan Presiden dan Wakil Presiden; 6 Menteri Dalam Negeri sebagai triumvirat bersama-sama Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan menurut Pasal 8 UUD 1945; 7 Menteri Pertahanan bersama-sama Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri ditentukan sebagai Menteri triumvirat menurut pasal 8 ayat 3 UUD 1945. Ketiganya perlu disebut secara sendiri-sendiri Karen dapat saja terjadi konflik atau sengketa Kewenangan Konstitusional diantara sesama mereka, atau antara mereka dan menteri lain atau Lembaga Negeri lainnya. 8 Dewan Pertimbangan Presiden yang diatur dalam Pasal 16 Bab I I I tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara yang berbunyi, “ Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang” , 422 9 Duta seperti diatur dalam pasal 13 ayat 1 dan 2; 10 Konsul seperti yang diatur dalam Pasal 13 ayat 1; 11 Pemerintahan Daerah Provinsi 423 sebagai di maksud oleh Pasal 18 ayat 2, 3, 5, 6, dan ayat 7 UUD 1945; 12 Gubernur Kepala Pemerintah Daerah seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 4 UUD 1945; 13 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 3 UUD 1945; 14 Pemerintah Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 ayat 2,3, 5, 6 dan ayat 7 UUD 1945; 422 Sebelum perubahan kekempat tahun 2002, Ketentuan Pasal 16 ini berisi 2 ayat, dan ditempatkan dalam bab I V dengan judul” Dewan Pertimbagan Agung”. Artinya, Dewan pertimbangan Agung bukan bagian dari “ Kekuasaan Pemerintahan Negara “, melainkan sebagai lembaga tinggi Negara yang berdiri sendiri. 423 Disetiap tingkatan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, dapat dibedakan adanya 3 subjek Hukum, yaitu i Pemerintahan Daerah; ii Kepala Pemerintah Daerah., dan iii Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jika disebut “ Pemerintahan” maka yang dilihat adalah subjek pemerintah daerah sebagai satu kesatuan. Kepala Eksekutif disebut sebagai Kepala Pemerintah Daerah, bukan “ Kepala Pemerintahan Daerah”. Sedangkan badan Legislatif Daerah dinamakan dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 163 15 Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 4 UUD 1945; 16 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 3 UUD 1945; 17 Pemerintah Daerah Kota sebagaimana dimaksud oleh Pasal 18 2, 3, 5, 6 dan ayat 7 UUD 1945; 18 Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 4 UUD 1945; 19 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat 3 UUD 1945; 20 Satuan Pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa seperti yang dimaksud dalam Pasal 18B ayat1 UUD 1945, diatur dengan Undang-undang. Karena kedudukannya yang khusus dan diistimewakan, satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa kini diatur tersendiri oleh UUD 1945. misalnya, Aceh Darusallam dan Papua, serta pemerintahan daerah khusus I bukota Jakarta. Ketentuan Memgenai kekhususan atau keistimewaannya itu diatur dengan Undang-undang. Oleh karena itu pemerintahan daerah ini perlu disebut secara tersendiri sebagai lembaga atau organ yang keberadannya diakui dan dihormati oleh Negara. 21 Dewan Perwakilan Rakyat DPR yang diatur dalam Bab VI I UUD 1945 yang berisi Pasal 19 sampai dengan Pasal 22B; 22 Dewan Perwakilan Daerah DPD yang diatur dalam Bab VI I A yang terdiri atas Pasal 22C dan Pasal 22 D; 23 Komisi Penyelenggara Pemilu yang diatur dalam Pasal 22 E ayat 5 UUD 1945 yang menentukan bahwa Pemilihan Umum harus diselenggarakan oleh suatu Komisi yang bersifat Nasional, tetap, dan Mandiri. Nama “ Komisi Pemilihan Umum” buaknlah nama yang ditentukan oleh UUD 1945, melainkan oleh Undang-Undang; 24 Bank sentral yang disebut eksplisit oleh Pasal 23 D, yaitu “Neagara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang”. Seperti halnya Komisi Pemilihan Umum, UUD 1945 belum menentukan bank sentral yang dimaksud. Memng benar, nama bank sentral sekarang adalah Bank I ndonesia. Tetapi, nama Bank I ndonesia bukan nama yang ditentukan oleh 164 UUD 1945, melainkan oleh Undang-undang berdasarkan kenyataan dan diwarisi dari sejarah di masa lalu; 25 Badan Pemeriksa Keuangan BPK yang diatur tersendiri dalam Bab VI I I A dengan judul “Badan Pemeriksa Keuangan”, dan terdiri atas tiga Pasal, yaitu: Pasal 23 E 3 ayat, Pasal 23 F 2 ayat, dan Pasal 23 G 2 ayat; 26 Mahkamah Agung MA yang keberadaannya diatur dalam Bab I X, Pasal 24 dan Pasal 24 A UUD 1945; 27 Mahkamah Konstitusi MK yang juag diatur keberadaannya dalam Bab I X, Pasal 24 dan Pasal 24 C UUD 1945; 28 Komisi Yudisial KY yang juga diatur dalam Bab I X, Pasal 24 B UUD 1945 sebagai auxiliary organ terhadap Mahkamah Agung yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 24 A UUD 1945; 29 Tentara Nasioanal I ndonesia TNI diatur tersendiri dalam UUD 1945, yaitu dalam Bab XI I tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, pada Pasal 30 UUD 1945; 30 Angakatan Darat TNI AD diatur dalam Pasal 10 UUD 1945; 31 Angkatan Laut TNI AL diatur dalam Pasal 10 UUD 1945; 32 Angkatan Udara TNI AU diatur dalam Pasal 10 UUD 1945; 33 Kepolisian Negara Republik I ndonesia POLRI yang juga diatur dalam Bab XI I Pasal 30 UUD 1945; 34 Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan kehakiman seperti Kejaksaan diatur dalam Undang-undang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi ,” badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang”. 424 Menurut Jimly Asshiddiqie, jika diuraikan lebih rinci lagi, apa yang ditentukan dalam Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 tersebut dapat pula membuka pintu bagi Lembaga-lembaga Negara lain yang fungsinya berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman yang tidak secara eksplisit disebut dalam UUD 1945. Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 menentukan, “ badan-badan lain yang fungsinya 424 Dalam rancangan perubahan UUD, semula tercantum pengaturan mengenai Kejaksaan Agung. Akan tetapi, karena tidak mendapatkan kesepakatan, maka sebagai gantinya disepakatilah rumusan Pasal 24 ayat 3. Karena itu, perkataan “ Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman” dalam ketentuan tersebut dapat ditafsirkan salah satunya adalah Kejaksaan Agung. Disamping itu, sesuai dengan amanat UU, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau KPK juga dapat disebut sebagai contoh lain mengenai badan-badan yang fungsinya berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman. 165 berkaitan dengan Kekuasaaan Kehakiman diatur dalam Undang-undang” artinya, selain Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, serta Komisi Yudisial dan Kepolisian Negara yang sudah diatur dalam UUD 1945, masih ada badan-badan yang lainnya yang jumlahnya lebih dari satu yang mempunyai fungsi yang berkaitan dengan Kekuasan Kehakiman. Badan-badan lain yang dimaksud itu antara lain adalah Kejaksaan Agung yang semula dalam rancanagan perubahan UUD 1945 tercantum sebagai salah satu lembaga yang diususlkan diatur dalam Bab tentang Kekuasaan Kehakiman, tetapi tidak mendapatkan kesepakatan, sehingga pengaturannya dalam UUD 1945 ditiadakan. Namun, karena yang disebut dalam Pasal 24 ayat 3 tersebut di atas adalah Badan-badan, berarti jumlahnya lebih dari 1. Artinya, selain Kejaksaan Agung, masih ada lagi lembaga lain yang fungsinya juga berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman, yaitu yang menjalankan fungsi Penyelidikan, Penyidikan, dan atau Penuntutan. Lembaga-lembaga yang dimaksud misalnya adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia KOMNAS-HAM, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, dan sebagainya. Lembaga- lembaga ini, seperti halnya Kejaksaan Agung, meskipun tidak secara eksplisit disebut dalam UUD 1945, tetapi sama-sama memiliki constitutional importance dalam sistem konstitusional berdasarkan UUD 1945. 425 Berbeda dengan Jimly Asshiddiqie, Abdul Muktie Fadjar mengatakan, ada lembaga- lembaga negara yang nama dan kewenangannya disebut tercantum dalam UUD 1945, dan ada yang diatur dalam Undang-Undang. Lembaga-lembaga negara yang nama dan kewenangannya disebut tercantum dalam UUD 1945 adalah : 1 Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR dengan kewenangan : a. mengubah dan menetapkan UUD Pasal 3 ayat 1; b. melantik Presiden dan atau Wakil Presiden Pasal 3 ayat 2; c. memutus usul DPR berdasarkan putusan MKRI untuk memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya Pasal 7A dan Pasal 7B ayat 7; d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya Pasal 8 ayat 1; 425 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan ... op. cit., hal. 104. 166 e. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya paling lambat dalam waktu enam puluh hari Pasal 8 ayat 2; f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya Pasal 8 ayat 3; 2 Presiden dengan kewenangan : a. memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD Pasal 4 ayat 1; b. mengajukan Rancangan Undang-Undang RUU kepada DPR Pasal 5 ayat 1; c. menetapkan peraturan pemerintah Pasal 5 ayat 2; d. memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Pasal 10; e. menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR Pasal 11 ayat 1; f. menyatakan keadaan bahaya Pasal 12; g. mengangkat duta dan konsul Pasal 13 ayat 1; h. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA Pasal 14 ayat 1; i. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR Pasal 14 ayat 2; j. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-Undang Pasal 15; k. membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Pasal 16; l. mengangkat dan memberhentikan para menteri Pasal 17 ayat 2; m. membahas dan melakukan persetujuan bersama dengan DPR setiap rancangan undang-undang Pasal 20 ayat 2; 167 n. mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang Pasal 20 ayat 4; o. menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang Pasal 22 ayat 1; p. mengajukan RUU anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD Pasal 23 ayat 2; q. meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD Pasal 23F ayat 1; r. menetapkan hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR Pasal 24A ayat 3; s. mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR Pasal 24B ayat 3; t. menetapkan sembilan orang anggota hakim konstitusi yang diajukan masing- masing 3 tiga orang oleh MA, 3 tiga orang oleh DPR, dan 3 tiga orang oleh Presiden Pasal 24C ayat 3; 3 Dewan Perwakilan Rakyat DPR dengan kewenangan : a. membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama Pasal 20 ayat 1 dan 2; b. memberikan persetujuan bersama Pasal 20 ayat 1 dan 2: c. menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dengan mengikutsertakannya dalam pembahasan Pasal 22D ayat 1 dan 2; d. memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama Pasal 22D ayat 2; e. menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD Pasal 23 ayat 2; f. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU APBN dan kebijakan pemerintah Pasal 20A ayat 1 dan Pasal 22D ayat 3; g. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan DPD terhadap pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumberdaya alam dan 168 sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama Pasal 22F ayat 1; h. memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD Pasal 22F ayat 1; i. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh BPK Pasal 22E ayat 2 dan 3; j. memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial Pasal 24B ayat 3; k. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diajukan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden Pasal 24A ayat 3; l. mengajukan 3 tiga orang calon anggota hakim konstitusi kepada Presiden untuk ditetapkan Pasal 24C ayat 3; m. memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan dalam pemberian amnesti dan abolisi Pasal 13 ayat 2 dan 3 dan Pasal 14 ayat 2; n. memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat perjabjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan atau pembentukan undang-undang Pasal 11 ayat 2; 4 Dewan Perwakilan Daerah DPD dengan kewenangan : a. mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumberdaya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah Pasal 22D ayat 1, dan ikut membahas RUU tersebut Pasal 22D ayat 2; b. memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama Pasal 22D ayat 2; c. dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, UU pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumberdaya alam, dan sumberdaya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidika, dan agama Pasal 22D ayat 3; 169 d. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK Pasal 23F ayat 1; e. menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK Pasal 23E ayat 2; 5 Mahkamah Agung MA dengan kewenangan : a. melakukan kekuasaan kehakiman Pasal 24 ayat 2; b. mengadili pada tingkat kasasi Pasal 24A ayat 2; c. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang Pasal 24A ayat 1; d. mengajukan 3 tiga orang calon hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai hakim konstitusi oleh Presiden Pasal 24C ayat 3; e. wewenang lain yang diberikan oleh UU Pasal 24A ayat 1; 6 Badan Pemeriksa Keuangan BPK dengan kewenangan : a. memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang keuangan negara Pasal 23E ayat 1; b. menyerahkan hasil pemeriksaan keuangan negara kepada dPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya Pasal 23E ayat 2; 7 Pemerintah an Daerah dengan kewenangan : a. menagur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan Pasal 18 ayat 2; b. menjalankan otonomi dengan seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat Pasal 18 ayat 5; c. menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan Pasal 18 ayat 6. 8 Komisi Pemilihan Umum KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dengan kewenangan : menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali Pasal 22E ayat 5, ayat 1 dan ayat 2. 9 Komisi Yudisial dengan kewenangan : a. mengusulkan pengangkatan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat persetujuan Pasal 24A ayat 3 dan Pasal 24B ayat 1; 170 b. kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim Pasal 24B ayat 1 10 Mahkamah Konstitusi RI dengan kewenangan : a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Pasal 24C ayat 1; b. memutus sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara Pasal 24C ayat 1; c. memutus pembubaran partai politik Pasal 24C ayat 1; d. memutus perselisihan hasil pemilu Pasal 24C ayat 1; e. memutus pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden menurut UUD Pasal 24C ayat 2 11 Bank Sentral yang kewenangannya diatur dengan UU Pasal 23D; 12 Tentara Nasional I ndonesia TNI dengan kewenangan : mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara Pasal 30 ayat 3; 13 Kepolisian Negara Republik I ndonesia dengan kewenangan : menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum Pasal 30 ayat 4. 426 Menurut Abdul Mukthie Fadjar, apabila ditafsirkan secara luas, dari 13 lembaga negara yang disebut dalam UUD 1945, hanya bank sentral yang kewenangannya masih akan diatur dengan Undang-Undang, sedangkan 12 lembaga negara lainnya mempunyai kewenangan konstitusional. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2002 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh Mahkamah Agung memasukkan bank sentral sebagai lembaga negara yang menjadi subyek sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara, di samping MPR, Presiden, DPR, dan BPK vide Pasal 1 butir 12. Berdasarkan penafsiran luas ini yang bisa menjadi subyek hukum sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara ada 10 setelah dikurangi MA dan MK, yaitu MPR, Presiden, DPR, DPD, KPU, Pemerintah Daerah, Komisi Yudisial, BPK, TNI dan Polri, atau 11 lembaga negara jika bank sentral dimasukkan. 427 426 Abdul Muktie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI , 2006, hal. 184-191. 427 I bid ., hal. 191-192. 171 Apabila ditafsirkan moderat, maka hanya MPR, PRESI DEN, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK yang disebut sebagai lembaga Negara yang memiliki kewenangan konstitusional, sehingga yang bisa menjadi subyek sengketa setelah dikurangi MA vide Pasal 65 uu MK dan MK sebagai lembaga peradilan yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa hanyalah MPR, PRESI DEN, DPR, DPD, dan BPK. Apabila ditafsirkan sempit, subyek hukum sengketa hanyalah DPR, DPD, dan PRESI DEN tafsiran dari Pasal 67 UU MK. Menurut A. Mukhtie Fadjar, tafsir yang tepat adalah tafsir luas minus atau tafsir moderat plus, yaitu bahwa lembaga Negara yang bisa menjadi subyek sengketa meliputi MPR, PRESI DEN, DPR, DPD, BPK, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota. Jadi tidak termasuk KPU, Komisi Yudisial, TNI , dan Polri, karena keempat lembaga tersebut meskipun mempunyai kewenangan konstitusional, tetapi kurang tepat jika menjadi subyek sengketa dengan lembaga lain dan kewenangan lebih bersifat teknis operasional. Juga bank sentral yang kewenangannya tak diatur dalam UUD 1945 tidak termasuk pihak dalam sengketa. 428 Terlepas dari pendapat para ahli tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 05 PUU-I V 2006 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial berpendapat, bahwa ada 2 dua macam lembaga negara menurut UUD 1945, yaitu : lembaga-lembaga negara utama main state organs, principal state organs dan lembaga-lembaga negara pendukung auxiliary state organs atau auxiliary agencies. Kriteria lembaga negara mana saja yang masuk dalam main state organs dan mana yang hanya merupakan auxiliary state organs dalam pandangan hukum Mahkamah Konstitusi hal tersebut dijelaskan. Berikut kutipan pandangan hukum Mahkamah Konstitusi tersebut : ‘Menimbang bahwa menurut Mahkamah Konstitusi, UUD 1945 dengan jelas membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif, eksekutif, dan judikatif yang tercermin dalam fungsi-fungsi MPR, DPR dan DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga-lembaga negara yang utama main state organs, principal state organs. Lembaga-lembaga negara dimaksud itulah yang secara instrumental mencerminkan pelembagaan fungsi-fungsi kekuasaan negara yang utama main state functions, principal state functions, sehingga oleh karenanya lembaga-lembaga negara itu pula yang dapat disebut sebagai lembaga negara utama main state organs, principal state organs, atau main state… 428 I bid, hal. 192. 172 Menimbang bahwa di samping lembaga-lembaga negara yang bersifat utama, atau yang biasa disebut sebagai lembaga tinggi negara seperti dimaksud di atas, dalam UUD 1945 juga diatur adanya lembaga-lembaga negara yang bersifat konstitusional lainnya seperti Komisi Yudisial, Kepolisian Negara, Tentara Nasional I ndonesia, bank sentral, komisi pemilihan umum, dewan pertimbangan presiden, dan sebagainya. Namun, pengaturan lembaga-lembaga tersebut dalam UUD 1945, tidaklah dengan sendirinya mengakibatkan lembaga-lembaga negara yang disebutkan dalam UUD 1945 tersebut, termasuk Komisi Yudisial, harus dipahami dalam pengertian lembaga tinggi negara sebagai lembaga utama main organs. Komisi Yudisial sebagai lembaga negara tidaklah menjalankan salah satu fungsi kekuasaan negara sebagaimana yang secara universal dipahami. Sebagai komisi negara, sifat tugas Komisi Yudisial terkait dengan fungsi kekuasaan kehakiman, yaitu dalam hubungan dengan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim. Oleh karena itu, keberadaan komisi negara yang demikian biasa disebut sebagai “ auxiliary state organs” atau “auxiliary agencies” yang menurut istilah yang dipakai oleh Soetjipno sebagai salah seorang mantan anggota PAH I BP MPR dalam persidangan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 10 Mei 2006, Komisi Yudisial merupakan “ supporting element” dalam sistem kekuasaan kehakiman vide Berita Acara Persidangan tanggal 10 Mei 2006. 429 Demikianlah, berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, kiranya dapat dikemukakan bahwa pengertian dan kualifikasi lembaga negara di dalam sistem ketatanegaraan I ndonesia itu ternyata bermacam-macam. Para ahli ternyata juga memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang lembaga-lembaga negara mana saja yang memperoleh kewenangan dari Undang- Undang Dasar 1945. Mahkamah Konstitusi dalam putusannya Nomor 05 PUU-I V 2006 menyatakan, bahwa UUD 1945 dengan jelas membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif, eksekutif, dan judikatif yang tercermin dalam fungsi-fungsi MPR, DPR dan DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga-lembaga negara yang utama main state organs, principal state organs.

C. Hukum Acara Memutus SKLN