PERADILAN PROFESI TERHADAP POLISI PELAKU PENIPUAN (STUDI KASUS PENIPUAN DI POLDA D.I YOGYAKARTA).

JURNAL
PERADILAN PROFESI TERHADAP POLISI PELAKU PENIPUAN
(STUDI KASUS PENIPUAN DI POLDA D.I YOGYAKARTA)

Diajukan oleh :
Agustinus Andry Setiawan
NPM

: 09 05 10131

Program Studi

: Ilmu Hukum

Program Kekhususan

:Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa Hukum

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM


2016

PERADILAN PROFESI TERHADAP POLISI PELAKU PENIPUAN
(STUDI KASUS PENIPUAN DI POLDA D.I YOGYAKARTA)

Agustinus Andry Setiawan
Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
agustinusandrysetiawan@gmail.com

ABSTRACT
Based on the problems that have been formulated then, the purposes of this study are: 1. To
know the judical profession to police prepetrator of fraud had been carried out in accordance with
applicable regulations; 2. To determine the obstacles in the implementation of the police profession
justice perpetrators of fraud. Law research are normative legal writting is by abstracting through a
process of positive legal norms in the form of systematic laws that describe and analyze the structure
and the positive law. Normative research is research that focuses on norms and these studies require
secondary data as the main data. Judical profession to police perpetrators of criminal acts of fraud
conducted by Police D.I Yogyakarta in accordance with Law No.2 of 2002 on the Indonesian
National Police, PPRI No.1 year 2003 on committing a crime, the Regulation No. 14 of 2011 on the

Code of Professional Polisi and Perkap No.19 Year 2012 on Organizational Structure and Work
Procedure Code Commission the Indonesian National Police. Although it has been according to the
rules but the opennes of the judiciary is quite minimal profession to the public and their non legal
factors are quite influential in the process judical profession. Obstacles that Yogyakarta Police
Departement must face in applying the law and order concerning to the law profession is the
completion time for general court in resulting permanent/inkracht decission for police members who
commit crime, so the issue in the law profession looks uncertain.
Keyword : Code of Professional Police, Judicial Profession.

kebanyakan.

1. PENDAHULUAN

Pada

umumnya

mereka

Tugas dan wewenang kepolisian


berusaha memposisikan secara positif

secara atributif tersebut dirumuskan dalam

kedudukan, fungsi dan peranan Kepolisian

pasal 30 ayat (4) UUD 1945 yang isinya,

tersebut. Upaya pembahasan Kepolisian

bahwa “ Kepolisian Negara Republik

itu dikarenakan adanya faktor kecintaan

Indonesia

sebagai

yang


dari berbagai pihak kepada lembaga

menjaga

keamanan

ketertiban

Kepolisian dan ditaruhnya harapan yang

melindungi,

begitu besar, agar fungsinya sebagai

mengayomi, melayani masyarakat, serta

aparat penegak hukum bisa berjalan

menegakkan hukum”.1


sebagaimana mestinya, perubahan struktur

masyarakat

alat

negara

dan

bertugas

Kepolisian

Kepolisian secara kelembagaan, mulai

Republik Indonesa dari masa ke masa

dari intitusi sipil, ABRI/Militer, sampai


selalu

perbincangan

dengan berdiri sendiri, merupakan sejarah

berbagai kalangan, dari praktisi hukum

yang unik. Seiring dengan perubahan

sampai

sesuai kebijakan politik itu, maka citra

Fungsi

dan

menjadi


akademis

peran

bahan

bahkan

masyarakat

Kepolisian terus melekat, baik positif
1

Sadjijono, 2008, Mengenal Hukum
Kepolisian: Perspektif kedudukan dan
hubungannya dalam hukum administratif,
Laksbang Mediatama, Surabaya, hlm 35-36

maupun negatif. Sebagai pelaksana fungsi

pemerintahan di bidang penegakan hukum

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor

melaksanakan tugas memerangi tingkah

Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian dan

laku yang bervariasi atas ketertiban yang

Peraturan Kapolri No. Pol. : 14 Tahun

terjadi di masyarakat.

2

70


2011

Tahun

tentang

2002

Kode

Tentang

Etik

Profesi

Undang-

Kepolisian Negara Republik Indonesia.


undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Peraturan kode etik anggota Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia

berisi kewajiban, larangan, sanksi, dan

yang dimuat dalam lembaran Negara

penyelesaian pelanggaran kode etik yang

tahun 2002 Nomor 2 maka secara

dilakukan oleh aparat polisi itu sendiri,

konstitusional telah terjadi perubahan

dalam Penegakan peraturan kode etik


yang menegaskan perumusan tugas, fungsi

anggota kepolisian terdapat pejabat yang

dan peran Kepolisian Negara Republik

berwewenang menjatuhkan tindakan kode

Indionesia serta pemisahan kelembagaan

etik

Tentara

menghukum atau yang disingkat ankum.

Sejak

diberlakukan

Nasional

Indonesia

dan

adalah

Atasan

yang

berhak

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Walaupun sudah diatur tegas di

dengan peran dan fungsi masing-masing.

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2

Hal ini menyebabkan anggota Kepolisian

tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin

Negara Republik Indonesia tunduk pada

Anggota Kepolisian Negara Republik

kekuasaan peradilan umum seperti diatur

Indonesia dan Peraturan Kapolri No. Pol. :

dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang

14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

nomor 2 tahun 2002 yang berbunyi

Kepolisian Negara Republik Indonesia,

“Anggota Kepolisian Negara Republik

tetapi masih banyak anggota kepolisian

Indonesia tunduk pada kekuasan peradilan

yang melakukan pelanggaran kode etik

umum”. Dengan demikian POLRI yang

dan disiplin Polri. Pelanggaran kode etik

sekarang dipersamakan dengan warga sipil

dan disiplin yang dilakukan anggota

biasa bukan anggota militer lagi seperti

kepolisian juga banyak terjadi di Daerah

sebelum diundangkan Undang-Undang

Istimewa

nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

anggota

kepolisian

Negara Republik Indonesia.

terkait

masalah-masalah

Yogyakarta,

karena

Yogyakarta

banyak
yang

pelanggaran

Dalam melaksanakan peran dan

disiplin dan kode etik Polri. Salah satu

fungsinya Kepolisian memiliki disiplin

pelanggaran yang cukup menggemparkan

anggota dan susunan organisasi serta tata

masyarakat Yogyakarta adalah Seorang

kerja

kepentingan

oknum anggota Polisi, Kompol Lilik

pelaksanaan tugas dan wewenangnya guna

Setyono (54) terlibat penipuan penerimaan

mewujudkan

pelaksanaan

calon penerimaan pegawai negeri sipil,

tugas kepolisian itu sendiri, sebagaimana

menurut informasi yang dikutip dari

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

www.kompas.com

2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin

anggota Polisi, Kompol Lilik Setyono

Anggota Kepolisian, keputusan Presiden

(54), diamankan Propam Polda DIY

sesuai

dengan

keberhasilan

“Seorang

oknum

karena terlibat kasus penipuan penerimaan
2

Utomo Hadi Warsito, 2005, Hukum
Kepolisian Di Indonesia, Prestasi Pustaka,
Jakarta, Hlm.
16.

calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Penangkapan ini berawal dari laporan
korban Okta Nusiastuti yang dijanjikan

dapat masuk menjadi pegawai negeri asal

dimana hal tersebut tidak sesuai dengan

mau membayar sejumlah uang. Direktur

fungsi dan tugas kepolisian dalam UU

Reserse Kriminal Umum Polda DIY,

No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Kombes Pol Hudit Wahyudi menuturkan,

Negara Republik Indonesia, kewajiban

pada 30 Juni 2015 lalu Okta Nuriastuti

dan

(27) warga Kretek, Bantul, melapor

Perkapolri No.14 Tahun 2011 tentang

setelah menjadi korban aksi penipuan

kode etik kepolisian. Oknum polisi yang

CPNS. Kepada korban, Lilik mengaku

diduga melakukan penipuan diduga telah

bisa

PNS.

melanggar peraturan kode etik dimana

Syaratnya, Okta mau membayar Rp

setiap anggota Polri memiliki kewajiban

100juta.

untuk menjunjung etika kelembagaan,

membantunya

menjadi

Mendengar janji-janji itu, ayah

larangan

anggota

polri

dalam

etika kemasyarkatan, dan etika pribadi,

korban, Sukamto, lantas mentransfer uang

dimana setiap anggota Polri wajib:

sebesar Rp 40 juta kepada pelaku. "Bukti

a. setia kepada Polri sebagai bidang

transfer Jumat 13 Desember 2013, ayah

pengabdian

korban telah mengirimkan uang Rp 40

bangsa,

juta,"

memedomani dan menjunjung tinggi

ujar

Hudit, Jumat

(3/7/2015).

Setelah ditunggu, janji Lilik tidak juga
ditepati. Dua tahun berselang, akhirnya

kepada
dan

masyarakat,

negara

dengan

Tribrata dan Catur Prasetya;
b. menjaga

dan

meningkatkan

citra,

korban berani melaporkan oknum anggota

soliditas, kredibilitas, reputasi, dan

polisi

kehormatan Polri; (Pasal 7 huruf a dan

tersebut

ke

Polda

DIY.

"Kejadiannya Desember 2013, namun
baru 2015 ini korban berani melapor,"

huruf b PerKapolri 14/2011).
c. memberikan

pelayanan

informasi

tuturnya. Mendapat laporan itu, juga

publik kepada masyarakat

berdasarkan bukti-bukti, pihak Propam

dengan

Polda DIY pun lantas bergerak menahan

perundang-undangan; dan

Lilik Setyono. Usai

diamankan

dan

ketentuan

d. menjunjung

sesuai
peraturan

tinggi

kejujuran,

dimintai keterangan, proses penyelidikan

kebenaran, keadilan, dan menjaga

diserahkan ke Dit Reskrimum Polda DIY.

kehormatan

"Ini bukti bahwa, Polri akan bertindak

dengan masyarakat. (Pasal 10 huruf e

tegas terhadap anggota yang melakukan

dan huruf f PerKapolri 14/2011)

tindak pidana. Kasus ini masih terus kita

e. menaati

dan

dalam

berhubungan

menghormati

norma

kembangkan," ujar Hudit. Dari kasus

kesusilaan, norma agama, nilai-nilai

penipuan yang melibatkan oknum anggota

kearifan lokal, dan norma hukum;

Polri, polisi mengamankan barang bukti

(Pasal

berupa satu lembar bukti setoran tunai

14/2011).Anggota Kepolisian Negara

bank Mandiri sebesar Rp 40 juta dan

Republik Indonesia yang ternyata

empat lembar struk ATM.”

melakukan

Berdasarkan

huruf

c

PerKapolri

tersebut

pelanggaran Peraturan Disiplin Anggota

selayaknya

Kepolisian Negara Republik Indonesia

menggunakan identitas kelembagaan dan

dijatuhi sanksi berupa sanksi kode etik

jabatan untuk kepentingan pribadi yang

(Pasal 21 Peraturan Kapolri No. Pol. : 14

merugikan kepolisian dan masyarakat

Tahun 2011). Penjatuhan sanksi atas

anggota

kepolisian

kasus

11

tidak

pelanggaran kode etik tidak menghapus

profesi terhadap polisi pelaku penipuan

tuntutan pidana terhadap anggota polisi

serta

yang bersangkutan (Pasal 28 ayat (2)

berkaitan dengan masalah yang diteliti

Perkapolri 14/2011). Oleh karena itu,

serta arsip-arsip dari instansi yang terkait.

literatur-literatur

polisi yang melakukan tindak pidana

lainya

yang

Metode pengumpulan data dengan

tersebut tetap akan diproses secara pidana

cara

walaupun telah menjalani sanksi disiplin

mempelajari dan memahami berbagai

dan sanksi pelanggaran kode etik. Dalam

peraturan

kasus

polisi

buku-buku yang berhubungan dengan

tersebut juga dijerat pasal 378 dan 372

masalah yang diteliti. b. Wawancara, yaitu

KUHP dengan ancaman masing-masing

suatu

empat tahun penjara.

mendapatkan

tersebut

diatas

anggota

:

a.

Studi

kepustakaan,

perundang-undangan

proses

serta

komunikasi

informasi

yaitu

untuk

dengan

cara

bertanya langsung kepada narasumber
yaitu orang yang mengetahui secara jelas

2. Metode Penelitian
Jenis penelitian hukum ini adalah

atau menjadi sumber informasi yang

penulisan hukum normatif yaitu dengan

tujuanya untuk memperoleh data yang

melakukan abstraksi melalui proses dari

diperlukan. Narasumber dalam wawancara

norma hukum positif yang berupa dari

adalah Bapak IPDA Adi Irawan selaku

sistematis hukum yaitu mendiskripsikan

PAUR

dan menganalisis dan struktur hukum

BIDPROPAM POLDA D.I Yogyakarta.

positif

.

Penelitian

normatif

1

SUBBIDWABPROF

yaitu

Data yang diperoleh dari studi

penelitian yang berfokus pada norma dan

kepustakaan dianalisis secara kualitatif

penelitian ini memerlukan data sekunder

yang berarti data diolah dan disusun

sebagai data utama.Sumber data Dalam

dengan sistematis, kemudian disajikan

penelitian hukum normatif data berupa

dalam bentuk uraian kalimat. Penalaran

data sekunder, terdiri dari :

yang

a. Bahan hukum primer yaitu berupa

kesimpulan yaitu menggunakan metode

peraturan

berfikir deduktif. Metode deduktif yaitu

perundang-undangan

dan

digunakan

dalam

menarik

peraturan kebijakan yang terdiri dari :

suatu pola pikir dengan mendasarkan pada

1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

kesimpulan yang bersifat umum kemudian

tentang

ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia.

khusus, dalam penelitian ini yang bersifat

2) Peraturan Kepala Kepolisian Negara

umum adalah bahan hukum primer yaitu

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

perundang-undangan dan yang bersifat

2011

khusus

Tentang

Kode

Etik

Profesi

yaitu

hasil-hasil

penelitian,

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

pendapat-pendapat hukum yang berkaitan

3) Peraturan Kepala Kepolisian Negara

dengan peradilan profesi terhadap polisi

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

pelaku penipuan, yaitu mendasarkan pada

2012 Tentang Susunan Organisasi Dan

pola pemikiran umum ke pemikiran yang

Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian

lebih khusus.

Negara Republik Indonesia

Tinjauan Pustaka :

b.

Bahan

hukum

sekunder

meliputi

literatur yang berkaitan dengan peradilan

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang

selanjutnya

disingkat

Polri

adalah alat Negara yang berperan

7. Sidang Komisi Kode Etik Polri adalah

dalam memelihara keamanan dan

sidang untuk memeriksa dan memutus

ketertiban masyarakat, menegakkan

perkara

hukum,

dilakukan oleh Anggota Polri.

serta

perlindungan,

memberikan

pengayoman,

pelanggaran

KEPP

yang

dan

8. Divisi Profesi dan Pengamanan Polri

pelayanan kepada masyarakat dalam

yang selanjutnya disingkat Divpropam

rangka

Polri adalah unsur pengawas dan

terpeliharanya

keamanan

dalam negeri.

pembantu pimpinan dalam bidang

2. Anggota Polri adalah pegawai negeri

pertanggungjawaban

profesi

dan

pada Polri dari pangkat terendah

pengamanan internal pada tingkat

sampai dengan pangkat tertinggi yang

Mabes Polri yang berada di bawah

berdasarkan undang-undang memiliki

Kapolri.

tugas,

fungsi,

dan

wewenang

9. Tindak Pidana adalah perbuatan yang

kepolisian.

dilarang oleh suatu aturan hukum

3. Profesi Polri adalah profesi yang

dengan

mana

disertai

ancaman

berkaitan dengan tugas Polri baik di

(sanksi) yang berupa pidana tertentu,

bidang operasional maupun di bidang

bagi barang siapa yang melanggar

pembinaan.

larangan tersebut.

4. Etika Profesi Polri adalah kristalisasi
nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya
yang

dilandasi

dan

dijiwai

3. Hasil dan Pembahasan

oleh

Peradilan

profesi

dilaksanakan

Pancasila serta mencerminkan jati diri

apabila ada anggota kepolisian yang

setiap Anggota Polri dalam wujud

melakukan pelanggaran tindak pidana

komitmen moral yang meliputi etika

berdasarkan PPRI No 1 Tahun 2003

kenegaraan,

tentang melakukan tindak pidana dan

kelembagaan,

kemasyarakatan, dan kepribadian.
5. Kode

Etik

Profesi

Polri

Perkap No 14 Tahun 2011 tentang Kode

yang

Etik Profesi POLRI. Prosedur awal dalam

selanjutnya disingkat KEPP adalah

melaksanakan peradilan profesi terlebih

norma-norma atau aturan-aturan yang

dahulu diawali dengan beberapa hal, yaitu

merupakan kesatuan landasan etik

:

atau filosofis yang berkaitan dengan

1. Laporan Polisi/LP

perilaku maupun ucapan mengenai

2. Pengaduan Masyarakat

hal-hal yang diwajibkan, dilarang,

3. Temuan/Direktif Pimpinan

patut, atau tidak patut dilakukan oleh

Apabila salah satu dari hal tersebut diatas

Anggota Polri dalam melaksanakan

telah terpenuhi maka dilaksanakan audit

tugas, wewenang, dan tanggung jawab

investigasi

jabatan.

mengetahui benar atau tidaknya telah

oleh

Bid.

Propam

untuk

6. Komisi kode Etik Polri adalah suatu

terjadi pelanggaran kode etik profesi

wadah yang dibentuk di lingkungan

kepolisian. Sidang kode etik profesi bagi

Polri yang bertugas memeriksa dan

anggota POLRI pelaku tindak pidana bisa

memutus perkara dalam persidangan

dilaksanakan apabila mekanisme peradilan

pelanggaran KEPP sesuai dengan

umum telah menghasilkan putusan yang

jenjang kepangkatan.

bersifat tetap/inkracht.

Berdasarkan

hasil

wawancara

obyektif. Berdasarkan ketentuan pasal 22

dengan Bapak IPDA Adi Irawan PAUR 1

ayat (2) Peraturan Kapolri No. Pol. : 14

SUBBIDWABPROF

BIDPROPAM

Tahun 2011 yang berbunyi " Sanksi

POLDA D.I Yogayakarta menyatakan

administratif berupa rekomendasi PTDH

apabila anggota POLRI pelaku tindak

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal

pidana penipuan berdasarkan peradilan

21 ayat (3) huruf a sampai huruf d, dan

umum telah menghasilkan putusan yang

huruf f diputuskan melalui Sidang KKEP

bersifat tetap/inkracht maka Akreditor

setelah

Subbid Wabrof Bid Propam menyelidiki

pelanggaran pidananya melalui proses

kasus

yang

peradilan umum sampai dengan putusan

dilakukan anggata POLRI berdasarkan

pengadilan yang mempunyai kekuatan

UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

hukum tetap ".

pelanggaran

kode

etik

terlebih

dahulu

dibuktikan

Negara Republik Indonesia, PPRI No 1

Hasil wawancara yang dilakukan

Tahun 2003 tentang melakukan tindak

dengan Bid. Propam selaku narasumber,

pidana dan Perkap No 14 Tahun 2011

pihak kepolisian dalam peradilan profesi

tentang Kode Etik Profesi POLRI dan

memiliki kendala berupa waktu selesainya

hasilnya kemudian diteruskan kepada

peradilan umum

Kapolda.

putusan

Hasil

penyelidikan

dilaksanakan oleh
Wabrof

Bid

yang

Akreditor Subbid

Propam

menjadi

dalam menghasilkan

tetap/inkracht

bagi

anggota

POLRI yang melakukan tindak pidana

dasar

tidak bisa ditentukan/diperkirakan dengan

Kapolda membentuk peradilan kode etik

tepat, dimana sidang kode etik profesi

hal ini sesuai dengan pasal 4 ayat 3 huruf

Polri dan putusan sidang kode etik profesi

b PerKapolri 19/2012. Berdasarkan hasil

Polri

wawancara tersebut menunjukkan bahwa

mekanisme

peradilan profesi dilaksanakan telah sesuai

menghasilkan

peraturan yang berlaku, dimana dalam

tetap/inkracht. Hal ini butuh waktu yang

pelaksanaan

bagi

tidak bisa ditentukan/diestimasi dengan

anggota polisi pelaku tindak pidana di

tepat sehingga perkaranya dalam peradilan

POLDA D.I Yogyakarta telah berdasarkan

profesi nampak menggantung.

peradilan

profesi

bisa

dilaksanakan
peradilan
putusan

apabila

umum
yang

telah
bersifat

UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Peraturan

4. Kesimpulan

Pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik

Tahun

Republik

2003

Indonesia

tentang

No.1

Pemberhentian

kesimpulan sebagai berikut:

Anggota Polri, Peraturan Kapolri No.14

1. Peradilan profesi terhadap Polisi pelaku

Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

tindak pidana penipuan yang dilaksanakan

Kepolisian Negara Republik Indonesia,

oleh POLDA DI Yogyakarta telah sesuai

Peraturan Kapolri No.19 Tahun 2012

dengan pasal 22 ayat (2) Perkap No 14

tentang

Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi

Organisasi

dan

Tata

Kerja

Kepolisian. Meskipun telah sesuai dengan

POLRI

aturan yang berlaku namun peradilan

administratif berupa rekomendasi PTDH

profesi tertutup, yaitu tidak terbuka untuk

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal

masyarakat dapat mengikuti peradilannya

21 ayat (3) huruf a sampai huruf d, dan

sehingga dikhawatirkan putusannya tidak

huruf f diputuskan melalui Sidang KKEP

yang

berbunyi,

"

Sanksi

setelah

terlebih

dahulu

dibuktikan

pelanggaran pidananya melalui proses
peradilan umum sampai dengan putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap ".
2. Kendala yang dihadapi oleh POLDA DI
Yogyakarta dalam penerapan Undangundang dan

peraturan terkait dalam

peradilan profesi adalah sidang KKEP dan
putusan sidang KKEP harus menunggu
adanya

putusan

tetap/inkracht

bagi

anggota POLRI yang melakukan tindak
pidana dalam peradilan umum dengan
batas

waktu

yang

tidak

bisa

ditentukan/diestimasi dengan tepat.

5. Referensi
Daftar Pustaka
Buku
Anton Tabah, 1991, Menatap dengan
matahati Polisi Indonesia, Pt Gramedia.
Jakarta.
Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum
Pidana, Cetakan ke-7, PT Rineka cipta,
Jakarta.
Philipus M. Hadjon, 2005, Fungsi
Kepolisian Dalam Pelaksanaan Good
Governance,
edisi
1,
Laksbang
Yogyakarta, Maguwoharjo, Sleman.
Sadjijono, 2008, Mengenal Hukum
Kepolisian: Perspektif kedudukan dan
hubungannya dalam hukum administratif,
Laksbang Mediatama, Surabaya.
Utomo Hadi Warsito, 2005, Hukum
Kepolisian Di Indonesia, Prestasi Pustaka,
Jakarta
Skripsi
FA. Enji Puspogondo, 2011, Upaya Divisi
Profesi dan Pengamanan (DIVPROPAM)
Dalam Mencegah Pelanggaran Kode Etik
Profesi Dan Disiplin Anggota Kepolisian
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Kristina Vina Indra Puspita, 2011,
Pelaksanaan Kode Etik Kepolisian Bagi
Tugas Polri Secara Profesional, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Sahputra
Tarigan,
2007,
Proses
Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik
Profesi Kepolisian Yang Disertai Tindak
Pidana Yang Dilakukan Oleh Anggota

Polisi Republik Indonesia Di Kepolisian
Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Website
GSI Haloho, 2012, Pengertian Tindak
Pidana.
Diakses
dari
http://gsihaloho.blogspot.co.id/
diakses pada tanggal 10 Maret 2016, jam
15.07.
Pandji Susilo, 2012, Tugas dan Wewenang
Polri diakses dari
https://pospolisi.wordpress.com/2012/11/0
3/tugas-dan-wewenang-polri/ diakses pada
tanggal 10 Maret,jam 13.59.
Rizal, 2014, Tugas Fungsi dan Wewenang
Kepolisian. Diakses dari
https://zalz10pahlawan.wordpress.com/20
14/04/28/tugas-fungsi-dan-wewenangkepolisian/ diakses 10 Maret 2016, jam
13.41 wib.
Peraturan Perundang-undangan
Undang
Undang
Dasar
Republik
Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
1
Tahun
2003
tentang
Pemberhentian Anggota Polri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan
Disiplin Anggota Kepolisian.
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2002 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian.
Peraturan Kebijakan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2011 Tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2012 Tentang Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2010 Tentang Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Satuan Organisasi Pada
Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia.