ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Banyak sarjana yang mengemukakan pandangannya tentang hukum dan tujuan pemberlakuannya di masyarakat. Hubungan hukum dan masyarakat tidak pernah dapat
dipisahkan karena berinterdependensi satu sama lain. Untuk menganalisis data yang dikumpulkan guna menjawab permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka penelitian ini
menggunakan teori
Economic Analysis of Law
yang dikembangkan oleh Richard Posner. Paling tidak ada tiga keuntungan menggunakan teori
Economic Analysis of Law
, yaitu:
2
1. Ilmu ekonomi membantu para sarjana hukum dalam memperoleh suatu perspektif dari
luar disiplin ilmu mereka. 2.
Pada tingkat normatif, ilmu ekonomi membantu menjelaskan konflik-konflik nilai dengan menunjukkan berapa banyak satu nilai, khususnya efisiensi, harus dikorbankan
untuk mencapai nilai yang lain. 3.
Pada tingkat analisis positif, ilmu ekonomi memberikan kontribusi untuk pemahaman yang mendasari alasan-alasan keputusan hukum tertentu.
Pendekatan ekonomi pada hukum pertama kali diperkenalkan kurang lebih 40 tahun yang lalu oleh Ronald H. Coase yang menulis tentang Biaya Sosial
The Problem of Social Cost
dan
Guido Calabresi
yang membahas tentang Perbuatan Melawan Hukum
torts
pada awal tahun 1960-an. Analisis ekonomi diterapkan secara sistematis pada masalah-masalah
hukum yang tidak berhubungan sama sekali dengan pengaturan masalah-masalah ekonomi. Selanjutnya pendekatan ini benar-benar menjadi teori dalam ilmu hukum setelah Posner
menerbitkan bukunya yang berjudul
Economic Analysis of Law
pada tahun 1986.
3
Posner memahami ilmu ekonomi sebagai ilmu pilihan yang dibuat oleh aktor-aktor rasional dan mempunyai kepentingan diri sendiri di dunia dimana sumber daya
resources
terbatas.
4
Analisis mikro ekonomi modern mendalilkan bahwa aktor-aktor rasional akan
2
Nick Hanley, Jason F. Shogren, dan Ben White,
Environmental Economics: In Theory and Practice
, New York: Plgrave Macmilan, 1997, h. 24-
26, dalam Riyatno, “
Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup
”, h. 14.
3
Jeffrey L. Harrison,
Law and Economics
, USA: West Publishing Co, 1995, h .1 dalam Hikmahanto Juwana, “
Analisa Ekonomi Atas Hukum Perbankan
”,
Hukum dan Pembangunan
, Nomor 1-2 Tahun XXVIII, 1998, h. 84.
4
Richard A. Posner,
The Economics of Justice
, Cambridge:Harvard University Press, 1981, h. 1, dalam Riyatno, “
Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup
”, h. 3-4.
x
berusaha memaksimalkan kesejahteraan mereka dari ketersediaan sumber daya yang terbatas. Posner mengasumsikan bahwa orang adalah pemaksimal rasional kepuasan mereka,
5
dan berupaya menerapkan asumsi ini dan disiplin ilmu ekonomi yang dibangun atas dasar asumsi
tersebut kepada bidang hukum. Apabila rasionalitas tidak dibatasi secara tegas terhadap transaksi pasar, maka konsep-konsep yang dibangun oleh ahli ekonomi untuk menjelaskan
market behavior
dapat digunakan juga untuk menjelaskan
non market behavior
.
6
Dasar dari
Economic Analysis of Law
adalah gagasan efisiensi dalam alokasi sumber daya.
Posner mendefinisikan efisiensi dengan mengatakan, “
...that allocation of resources in which value is maximated
”. Posner berupaya menggunakan teori ekonomi untuk merekonstruksi transaksi pasar dalam situasi dimana pertukaran terjadi secara tidak sukarela.
Economic Analysis of Law
mempunyai unsur baik positif maupun normatif. Walaupun Posner menegaskan bahwa karyanya tersebut menekankan analisis positif, unsur normatif juga ada
sebagai suatu teori bagaimana hukum seharusnya. Posner menganut
normative directive
bahwa hukum seharusnya mempromosikan efisiensi. Aspek normatif dari
Economic Analysis of Law
berpendapat bahwa ”
social wealth maximization
” merupakan sasaran yang berguna. Pemerintah seharusnya menciptakan suatu sistem untuk melindungi hak-hak tersebut.
Posner menggambarkan analisis ekonomi dari hukum sebagai teori hukum, akan tetapi analisis ekonomi tersebut juga dapat dipandang sebagai teori keadilan ketika dia
mengatakan bahwa ”
the most common meaning of justice is efficiency
”. Posner memahami efisiensi ekonomi sebagai konsep etika, dan walaupun Posner menyadari bahwa ”
there is more to justice than economics
”, Para ahli ekonomi menghadapi suatu permasalahan ketika mencoba membandingkan tingkat kepuasan antar individu. Mereka belum menentukan alat
untuk mengukur kepuasan relatif guna menetapkan kapan seseorang mendapatkan kepuasan lebih dari urusan sosial-politik negara tertentu dengan alokasi khusus sumber daya atas pihak
lain. Tanpa upaya semacam ini, para ahli ekonomi tidak dapat menentukan kapan individu- individu dalam masyarakat memperoleh kepuasan yang lebih besar dan oleh karenanya, tidak
dapat menganjurkan perubahan yang akan mengakibatkan agregat kepuasan yang lebih besar. Kesulitan dalam menentukan kapan satu urusan negara superior daripada urusan yang lain
dalam hal kepuasan terbesar bagi individu-individu dalam masyarakat memerlukan introduksi
5
Richard A. Posner, h
Op. cit
., h. 14-15.
6
Ibid
, h. 2.
xi
Pareto criteria
. Posner mendefinisikan ”
a Pareto-superior transaction as one that makes at least one person...better off and no one worse off
” tidak ada orang dapat dibuat lebih baik lagi tanpa membuat seseorang lain lebih buruk lagi
7
. Dalam teorinya, Posner mengganti konsep Kaldor-Hicks nama dua ahli ekonomi
Inggris yang dia rujuk sebagai ”
potential Pareto superiority: the transaction would only be Pareto superior if the transacting parties compensated third parties for any harm suffered by
them
”.
8
Konsep Kaldor-Hicks didasarkan atas kemungkinan memberikan kompensasi individu-individu yang dihilangkan dari sumber daya atau dirugikan oleh pihak lain,
9
tidak mempersoalkan apakah suatu realokasi sumber-sumber akan menyebabkan seseorang tertentu
akan menjadi lebih buruk, melainkan apakah manfaat bagi masyarakat secara menyeluruh telah diperbesar. Realokasi sumber-sumber disebut efisiensi, jikalau mereka yang mendapat
alokasi, memperoleh cukup untuk dapat secara penuh mengkompensasi mereka yang kehilangan alokasi, meskipun tidak diharuskan adanya kompensasi yang sesungguhnya.
Berdasarkan konsep Kaldor-Hicks, maka kompensasi diasumsikan untuk dibuat tanpa biaya terkait. Ini merupakan gagasan efisiensi Kaldor-Hicks yang digunakan Posner dalam teorinya.
Kerangka teori adalah alur pemikiran secara garis besar atau butir-butir pendapat mengenai suatu peristiwa dan permasalahan yang menjadi bahan perbandingan di dalam suatu
penelitian ilmiah. Dalam melihat sejauh mana pelaksanaan dari
competition policy
di Indonesia, maka perlu dilihat institusi yang paling berwenang dalam penyelenggaraan
kebijakan persaingan tersebut, yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU.
10
KPPU didirikan pada tanggal 7 Juni 2000 merupakan institusi independen yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
11
Sebagai suatu institusi yang masih relatif baru, KPPU harus berusaha untuk menunjukkan eksistensinya dengan dukungan
sumber daya yang relatif masih serba terbatas. Salah satu indikator yang cukup penting dalam melihat aspek kemampuan
affordability
adalah adanya persaingan di dunia usaha menyebabkan perusahan perusahaan
7
Richard A. Posner, Economic Analysis of Law…, Op. Cit. h. 14.
8
Ibid
, h. 14-15
9
Jules Coleman, “
Economic and the Law: A Critical Review of the Foundations of the Economic Approach
to Law”,
Ethics
, Vol. 94, 1984, h . 649 dan 651 dalam Riyatno, “
Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup
”, h. 17.
10
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
11
Ibid
xii
yang ada di indonesia memutar otak untuk bersaing mendapatkan konsumen dalam dunia usahanya. Salah satunya dengan cara melakukan persekongkolan dalam tender yang dapat
menimbulkan suatu persaingan usaha yang tidak sehat. Biasanya permasalahan ini sering terjadi dalam proyek-proyek Pemerintah. Praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme KKN
dalam proyek pemerintah telah menimbulkan persaingan yang tidak sehat alam usaha memenangkan tender proyek tersebut, persaingan yang tidak sehat ini membuka peluang
terjadinya monopoli orang atau perusahaan tertentu dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan pemerintah dan pada gilirannya merugikan masyarakat umum. Hal ini merupakan
salah satu tantangan dari KPPU dalam melaksanakan peranannya dalam mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
xiii
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN