Ekonomi kreatif

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Di mana makalah ini penulis sajikan dalambentuk yang sederhana. Adapun judul penulisan Makalah, yang penulis sajikan adalah Limbah Produksi Tahu. Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliahPendidikan Lingkungan Hidup strata satu STKIP PENMAT. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan secara satu persatu, atas bantuan dan bersedia mengorbankan waktu dan tenaganya untuk menyusun makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena terbatasnya wawasan dan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Dengan menyadari kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini maka penulis mengharapkan berbagai kritikan ataupun saran yang dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... 1

DAFTAR ISI………. 2

BAB I PENDAHULUAN..………..,...………... 3

1.1Latar Belakang………...……... 3

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Masalah... 5

1.4 Sistematika Penulisan... 5

BAB 2 PEMBAHASAN………... 6

2.1 Pengertian Limbah...………. 6

2.2 Hubungan Limbah Dengan Lingkungan...……… 7

2.3 Reaksi Masyarakat terhadap pembuanganLimbah ……… 7

2.4 Mendaur Ulang Limbah menjadi sesuatu yang berguna...…… 8

2.5 Informasi dan Cara pemanfaatan……… 19

BAB 3 PENUTUP……… 23

3.1 Kesimpulan………... 23

3.2 Saran... 24

3.3 Daftar Pustaka………....

01 02 03 03 05 05 05 06 06 07 08 08 19 22 42 52 6


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu . umumnya industri tahu termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat dan beberapa di antaranya masuk dalam wadah Koperasi Pengusaha Tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala kecil yang kebanyakan terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, di sisi lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya, yaitu untuk prosees sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan dan penyaringan. Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan modal yang terbatas.

Proses pembuatan tahu masih sangat tradisional dan banyak memakai tenaga manusia. Bahan baku utama yang digunakan adalah kedelai. Konsumsi kedelai Indonesia pada Tahun 1995 telah mencapai

2.287.317 Ton. Sarwono

menyatakan bahwa lebih dari separuh konsumsi kedelai Indonesia dipergunakan untuk diolah menjadi tahu. Perkirakan jumlah pengusaha tahu di Indonesia sekitar 10.000 buah, yang sebagian besar masih berskala rumah tangga, dan terutama terpusat di Pulau Jawa, sebagai bandingan di Jepang sekitar 38 000 buah, di Korea 1 470 buah, Taiwan 2 500 buah dan Cina 158 000 buah. Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein.


(4)

1. Kedelai yang telah dipilih dibersihkan dan disortasi. Pembersihan dilakukan dengan ditampi atau menggunakan alat pembersih.

2. Perendaman dalam air bersih agar kedelai dapat mengembang dan cukup lunak untuk digiling. Lama perendaman berkisar 4 - 10 jam.

3. Pencucian dengan air bersih. Jumlah air yang digunakan tergantung pada besarnya atau jumlah kedelai yang digunakan.

4. Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dengan mesin giling. Untuk memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang sebanding dengan jumlah kedelai.

5. Pemasakan kedelai dilakukan di atas tungku dan dididihkan selama 5 menit. Selama pemasakan ini dijaga agar tidak berbuih, dengan cara menambahkan air dan diaduk. 6. Penyaringan bubur kedelai dilakukan dengan kain penyaring. Ampas yang diperoleh

diperas dan dibilas dengan air hangat. Jumlah ampas basah kurang lebih 70% sampai 90% dari bobot kering kedelai.

7. Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada suhu 50oC, kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan besar. Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali.

8. Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-anginkan.

Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu, limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Pada saat ini sebagian besar industri tahu masih merupakan industri kecil skala rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar 400–1 400 mg/l.


(5)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah di uraikan, dapat dirumuskan masalah masalah yang akan di bahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Apakah pengertian Limbah itu?

2) Bagaimanakah hubungan limbah dengan lingkungan?

3) Bagaimana reaksi masyarakat terhadap pembuangan limbah tersebut? 4) Bagaimana cara mendaur ulang limbah menjadi sesuatu yang berguna?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun Tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut 1) Untuk mengetahui pengertian dari limbah

2) Untuk mengetahui hubungan limbah dengan lingkungan

3) Untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap pembuangan limbah tersebut

4) Untuk mengetahui bagaimana cara mendaur ulang limbah menjadi sesuatu yang berguna

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini terdiri dari 3 bab,yaitu: BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Masalah 1.4 Sisteatika Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Limbah

2.2 Hubungan Limbah Dengan Lingkungan

2.3 Reaksi Masyarakat terhadap pembuangan Limbah 2.4 Mendaur Ulang Limbah menjadi sesuatu yang berguna

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan


(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1PENGERTIAN LIMBAH

Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses pembuatan tahu pasti menghasilkan limbah. Sedangkan pengertian Limbah itu sendiri adalah limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan limbah secara benar maka bisa menjadikan limbah ini menjadi sesuatu yang berguna. Untuk limbah industri tahu ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni karakteristik fisika dan kimia.

Karakteristik fisika meliputi padatan total, suhu, warna dan bau.

Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar, yang mencapai 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak . Semakin lama jumlah dan jenis bahan organik ini semakin banyak,


(7)

dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD, COD dan TOM. Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut. Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah adalah gas nitrogen (N2 ), oksigen (O2 ), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3 ), karbondioksida (CO2 ) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan.

2.2HUBUNGAN LIMBAH DENGAN LINGKUNGAN

kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun laut. Terkadang dalam perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan. Terkadang limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut sertab di dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses dan setelah itu dibuang,Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Inilah yang menyebabkan limbah cair terdapat dalam jumlah besar di alam, terutama di lingkungan perkotaan, pertambangan, dan perindustrian.


(8)

2.3REAKSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBUANGAN LIMBAH

Berbagai kasus pencemaran lingkungan dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah tersebut kurang serius. berbagai teknik pengolahan limbah baik cair maupun padat unutk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba dan dikembangankan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, masyarakat menemukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat

“penanganan” namun juga memiliki nilai guna/manfaat.

2.4MENDAUR ULANG LIMBAH MENJADI SESUATU YANG BERGUNA

Teknologi pengolahan limbah baik cair maupun padat merupakan kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah cair dan limbah padat baik domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara masyarakat setempat. Jadi teknologi yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Salah satu nya adalah limbah cair dari produksi tahu. Tahu adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh orang Indonesia. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar.

Banyak pabrik tahu skala rumah tangga di Indonesia tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Ketidakinginan pemilik pabrik tahu untuk mengolah limbah cairnya disebabkan karena kompleks dan tidak efisiennya proses pengolahan limbah, ditambah lagi menghasilkan


(9)

nilai tambah. Padahal, limbah cair pabrik tahu memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi untuk menghasilkan biogas melalui proses an-aerobik. Pada umumnya, biogas mengandung 50-80% metana, CO2, H2S dan sedikit air, yang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tanah atau LPG. Dengan mengkonversi limbah cair pabrik tahu menjadi biogas, pemilik pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga lingkungan tetapi juga meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar pada proses pembuatan tahu.

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari.

Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan COD 130 g/kg bahan baku kedelai. Pada industri tahu, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lendir dan bahan organik lain). Industri pembuatan tahu harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair.


(10)

Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan Limbah Tahu 1. Reduce :

1.a Pengolahan Limbah Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien


(11)

dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

1.b Pengolahan Limbah Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

1.c Pengolahan Limbah Secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara nbiologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.

Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor); Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor). Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam


(12)

tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.

2. Reuse

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen). Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan.

3. Recycle

Larutan bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih. Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar. berwarna dan sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel.

Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari. Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Bio gas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai


(13)

dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan Anaerobik, Anaerobik-Biogas, Aerobik, Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.

1.Pengolahan Limbah Cair Anaerobik

Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena aktivitas mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas. Proses anaerobik dapat digunakan untuk mengolah berbagai jenis limbah yang bersifat biodegradable, termasuk limbah industri makanan salah satunya adalah limbah tahu. Proses biologi anaerobik merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang banyak digunakan. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan hasilnya bagus. Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi metana. Selebihnya terdapat interaksi sinergis antara bermacammacam kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah.N Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab untuk proses hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob fakultati dan obligat. Mikroorganisme yang diisolasi dari digester anaerobic adalahClostridiumspp.,Peptococcusanaerobus,Bifidobacteriumspp.,Desulphovibriospp.,Cor ynebacteriumspp.,Lactobacillus,Actonomyces,Staphylococcus, andEschericia coli(Metcalf and Eddy, 2003).Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan proses pengolahan limbah secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis, fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan asidogenesis), dan metanogenesis (Metcalf and Eddy, 2003). Selama proses hidrolsis, bakteri fermentasi merubah materi organik kompleks yang tidak larut, seperti selulosa menjadi molekul-molekul yang dapat larut, seperti asam lemak, asam amino dan gula. Materi polimer komplek dihidrolisa menjadi monomer-monomer, contoh : selulosa menjadi gula atau alkohol. Molekul-molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok bakteri selanjutnya. Hidrolisis molekul kompleks dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler seperti selulase, protease, dan


(14)

lipase. Walaupun demikian proses penguraian anaerobik sangat lambat dan menjadi terbatas dalam penguraian limbah selulolitik yang mengandung lignin.

Pada proses fermentasi (asidogenesis), bakteri asidogenik (pembentuk asam) merubah gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam-asam organik (asam asetat, propionate, butirat, laktat, format) alkohol dan keton (etanol, methanol, gliserol dan aseton), asetat, CO2 dan H2. Produk utama dari proses fermentasi ini adalah asetat. Hasil dari fermentasi ini bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi kultur seperti pH dan suhu. Proses metanogenesis dilaksanakan oleh suatu kelompok mikroorganisme yang dikenal sebagai bakteri metanogen. Ada dua kelompok bakteri metanogen yang dilibatkan dalam proses produksi metan. Kelompok pertama,aceticlastic methanogens, membagi asetat ke dalam metan dan karbondioksida. Kelompok kedua, hidrogen memanfaatkan metanogen, yaitu menggunakan hidrogen sebagai donor elektron dan CO2 sebagai aseptor elektron untuk memproduksi metan. Bakteri di dalam proses anaerobik, yaitu bakteriacetogens, juga mampu menggunakan CO2 untuk mengoksidasi dan bentuk asam asetat. Dimana asam asetat dikonversi menjadi metan. Sekitar 72% metan yang diproduksi dalam digester anaerobik adalah formasi dari asetat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik (Monnet, 2003) yaitu : 1.a Suhu.

Proses anaerobik dapat terjadi dibawah dua kisaran kondisi suhu, yaitu kondisi mesopilik, yaitu antara 20-45oC, pada umumnya 35oC dan kondisi thermopilik, yaitu antara 50-65oC, pada umumnya 55oC. Suhu yang optimal dari proses anaerobik bervariasi tergantung pada komposisi nutrient di dalam digester, tetapi kebanyakan proses anaerobik seharusnya dipelihara secara konstan untuk mendukung tingkat produksi gas. Digester termopilik lebih efisien dalam hal waktu tinggal, tingkat kapasitas, dan jumlah produksi gas, tetapi di lain hal membutuhkan input panas yang lebih tinggi dan mempunyai sensitivitas yang tinggi yang membuat proses lebih problematik daripada digesti mesopilik.

1.b Waktu Tinggal.

Waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses degradasi materi-materi organik yang sempurna. Waktu tinggal bervariasi dengan memproses


(15)

parameter-parameter, seperti memproses suhu dan komposisi limbah. Waktu tinggal untuk limbah yang diperlakukan dalam digester mesopilic dalam kisaran 15-30 hari dan 12-14 hari untuk digester termopilik.

1.c pH.

Nilai pH yang optimal untuk proses asidogenesis dan metanogenesis berbedabeda. Selama proses asidogenesis dibentuk asetat, laktat, dan asam propionat, dengan demikian pH turun. pH yang rendah dapat menghambat proses asidogenesis dan nilai pH dibawah 6,4 dapat bersifat racun untuk bakteri pembentuk metan (pH optimal untuk proses metanogenesis adalah antara 6,6-7). Kisaran pH optimal untuk semua yaitu antara 6,4-7,2.

1.d Rasio Karbon dan Nitrogen (C:N).

Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang hadir dalam materi organik di gambarkan oleh rasio C : N. Rasio optimal C : N dalam proses anaerobik antara 20 : 30. Rasio C : N yang tinggi mengidikasikan adanya konsumsi nitrogen yang cepat oleh bakteri metanogen dan menghasilkan produksi gas yang rendah. Selain itu rasio C : N yang rendah menyebabkan akumulasi ammonia dan nilai pH yang melebihi 8,5 dan ini bersifat racun bagi bakteri matanogen.

1.e Mixing.

Mixing di dalam digester, meningkatkan kontak antara mikroorganisme dengan substrat dan meningkatkan kemampuan populasi bakteri untuk memperoleh nutrisi. Mixing juga membangun gradien suhu di dalam digester. Mixing yang berlebihan dapat merusak mikroorganisme dan oleh karena itu mixing yang lambat lebih disukai.

1.f Anaerobik–Biogas

Secara umum proses anaerobik akan menghasilkan gasMethana(Biogas). Biogas (gas bio) adalah gas yang dihasilkan dari pembusukan bahan-bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob (tanpa ada oksigen bebas). Biogas tersebut merupakan campuran dari berbagai macam gas antara lain : CH4 (54%-70%), CO2 (27%-45%), O2 (1%-4%), N2 (0,5%-3%), CO (1%), dan H2 <<<<< (KLH, 2006). Sifat penting dari gas metan ini adalah tidak berbau, tidak berwarna,


(16)

beracun dan mudah terbakar. Karena sifat gas tersebut, maka gas metan ini termasuk membahayakan bagi keselamatan manusia (Sugiharto, 2005). Penggunaan biogas ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan, karena dengan fermentasi bakteri anaerob (bakteri metan) maka tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD, COD akan berkurang sampai 90%. Sistem ini banyak dipakai dengan pertimbangan ada manfaat yang bisa diambil yaitu pemanfaatan biogas yang sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan sumber energi karena gas metan sama dengan gas elpiji (liquid petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas metan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Contoh pemanfaatan biogas misalnya untuk memasak, lampu penerangan, listrik generator, dan dapat menggantikan bahan bakar yang lain, dsb (KLH, 2006).

Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester (LIPI, 2006), yaitu:

A. Tipe Terapung (Floating Type)

Tipe terapung ini banyak dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan diatasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena banyak dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga dengan tipe India.

B. Tipe Kubah (Fixed Dome Digester)

Tipe ini merupakan tipe yang paling banyak dipakai di Indonesia. Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang kedap udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di Cina sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe Cina. Dengan sistem anaerobik-biogas, gas yang dihasilkan tergantung pada kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang terkandung dalam limbah, lamanya waktu pembusukan minimal 30 hari karena semakin lama pembusukan semakin sempurna prosesnya, suhu di dalam digester yaitu 15oC-35oC, kapasitas kedelai minimal untuk dapat menghasilkan biogas adalah ± 400 kg, untuk produksi tahu dengan kapasitas kedelai 700 kg/hari dihasilkan tidak kurang dari 10.500 liter gas


(17)

bio per hari, kebutuhan satu rumah tangga dengan 4-5 orang anggota ± 1.200 – 2.000 liter gas bio per hari (KLH, 2006).

Adapun sistem pengolahan biogas meliputi inlet (masuknya air limbah), bak equalisasi, bak pengendapan, bakAnaerobik Filter,bak peluapan, bak pengurasan, dan outlet (keluarnya air limbah yang telah diolah) (KLH, 2006). Keuntungan atau keunggulan dari sistem anaerobik-biogas adalah mengurangi potensi kerusakan hutan yaitu mengurangi penebangan pohon yang digunakan untuk kayu bakar, mencegah erosi tanah, dan menghemat pemakaian bahan bakar minyak.

Biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan merupakan cara yang aman untuk menempatkan bahan organik jika dikelola dengan baik, sehingga meningkatkan sanitasi dan kesehatan lokal. Sisa padatan dari produksi biogas (lumpur hasil pembangkitan biogas) dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kompos. Ini dapat mengurangi polusi air tanah dan meningkatkan kualitas udara. Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida CO2 memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global (efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program internasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM) (Inforce, 2006). Untuk biogas ini sistem yang diterapkan harus dirawat dan dibersihkan secara periodik untuk menghilangkan lumpur (residu padatan) hasil pembangkitan biogas dan tindakan pencegahan serta keselamatan untuk sistem pendistribusian gas harus terus diamati.

2.Pengolahan Limbah Cair Sistem Aerobik

Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik merupakan proses lanjutan untuk mendegradasi kandungan senyawa organik air limbah yang masih tersisa setelah proses anaerobik. Sistem penanganan aerobik digunakan sebagai pencegah timbulnya masalah bau selama penaganan limbah, agar memenuhi persyaratan effluent dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke badan penerima (Jenie dan Rahayu, 1993). Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat oksigen terlarut. Oksidasi bahan-bahan organik


(18)

menggunakan molekul oksigen sebagai aseptor elektron akhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam proses ini. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron akhir adalah mikroorganisme aerobik (Jenie dan Rahayu, 1993). Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai antara lain dengan sistem lumpur aktif, piring biologi berputar (Rotating Biological Contractor = RBC) dan selokan oksidasi (Oxidation Ditch).

3.Pengolahan Limbah Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik

Secara umum proses pengolahan kombinasi ini dibagi menjadi dua tahap yakni pertama proses penguraian anaerobik dan yang kedua proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerobik-aerobik.

3.a Penguraian anaerobik.

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dikumpulkan melalui saluran limbah, kemudian dialirkan ke bak kontrol untuk memisahkan buangan padat. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak pengurai anaerobik. Di dalam bak pengurai anaerobik tersebut pencemar organik yang ada dalam limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerobik, menghasilkan gas hidrogen sulfida dan metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pada proses tahap pertama efisiensi penurunan nilai COD dalam limbah dapat mencapai 80-90%. Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem kombinsi anaerobik-aerobik dengan menggunakan biofilter (Herlambang, 2002).

3.b Proses pengolahan lanjut.

Proses pengolahan limbah dengan proses biofilter anaerobik-aerobik terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerobik, biofilter aerobik, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak klorinasi. Limbah yang berasal dari proses penguraian anaerobik (pengolahan tahap pertama) dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnva. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur (Herlambang, 2002). Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerobik dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow)


(19)

dan dari bawah ke atas (up flow). Di dalam bak anaerobik tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil dan batu pecah. Jumlah bak anaerobik ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik. Setelah beberapa hari, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. Air limpasan dari bak anaerobik dialirkan ke bak aerobik. Di dalam bak aerobik ini dapat diisi dengan media dari bahan kerikil atau plastik atau batu apung atau bahan serat sesuai dengan kebutuhan atau dana yang tersedia, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara, sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang, tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media (Herlambang, 2002).

Dari proses tersebut efisiensi penguraian zat organik dan deterjen dapat ditingkatkan serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan aerasi kontak (contact aeration). Dari bak aerasi, limbah dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini kembali ke bagian awal bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan dialirkan ke bak klorinasi (Herlambang, 2002). Di dalam bak klorinasi ini limbah direaksikan dengan klor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses klorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerobik-aerobik tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD) juga menurunkan amonia, deterjen, muatan padat tersuspensi (MPT) fosfat dan lainnva. Dengan adanya proses pengolahan lanjut tersebut, nilai COD dalam air olahan yang nilai COD dalam air olahan yang dihasilkan akan relatif rendah (Herlambang, 2002).

2.5 INFORMASI DAN CARA PEMANFAATAN

Desa Gagaksipat, merupakan desa paling timur dari Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Karena posisinya yang dekat dengan kota Surakarta menyebabkan sebagian masyarakatnya mencari nafkah ke kota itu, seperti menjadi tenaga buruh, sektor jasa ataupun berdagang. Karena adanya pengaruh kehidupan kota, lama kelamaan masyarakatnya meninggalkan lahan


(20)

pertanian. Banyak masyarakat Desa Gagaksipat yang telah menjual tanahnya kepada tuan tanah.Gagaksipat mempunyai jumlah penduduk sekitarn1733 keluarga. Dari jumlah ini hanya 300 keluarga yang bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai buruh tani dan peternak sapi kereman. Di Desa Gagaksipat ada satu dusun yaitu Kanoman yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin “tahu”. Industri rumah tangga ini selain memproduksi tahu, juga menjual jasa pengolahan dalam membuat tahu. Rata-rata setiap industri rumah tangga mampu menampung jasa pengolahan tahu dari 10 keluarga. Tahu sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat. Makanan yang terbuat dari kedelai ini juga menjadi sumber penghasilan bagi sebagian besar warga Dusun Kanoman. Di dusun ini terdapat 18 industri rumah tangga yang memproduksi tahu.

Menurut cerita Sutrisno, salah seorang perangkat desa di Gagaksipat, industri tahu di Dusun Kanoman ini sudah berkembang sejak tahun 1970. Adalah alm. Karto Lasiman, seorang pendatang, yang telah berhasil merintis untuk pertama kalinya industri tahu di dusun tersebut. Melihat keberhasilan usaha Pak Karto, warga masyarakat sekitar pun meniru, sehingga industri tahu berkembang tidak hanya di Desa Gagaksipat saja, tapi sampai ke desa lain. Apalagi, tidak diperlukan biaya yang tinggi untuk mempunyai sebuah industri tahu. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pada awalnya industri tahu masih menggunakan alat penggiling kedelai dari “batu” yang diputar dengan tenaga manusia. Sekitar tahun 1980 alat penggilingan menggunakan mesin. Perkembangan teknologi lain adalah cara memasak tepung kedelai. Kalau dulunya tepung kedelai direbus, sekarang teknologinya telah berkembang menjadi sistem pengasapan. Dengan sistem pengasapan ini pengolahan tahu menjadi sangat cepat. Kalau dengan sistem rebus tiap proses pembuatan tahu membutuhkan waktu lebih dari dua jam (120 menit), tapi dengan sistem pengasapan waktu proses pembuatannya hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Dan sekarang semua industri tahu yang ada di Desa Gagaksipat tersebut sudah menggunakan teknologi dengan sistem pengasapan.

Marto Rejo, salah seorang pengusaha tahu di desa, membutuhkan 350 kg kedelai tiap harinya untuk memproduksi tahu. Tiap kali proses produksi, Marto Rejo bersama 6 karyawannya memerlukan 5 kg kedelai untuk menghasilkan tahu berukuran 65x65 cm yang dipotong menjadi 100 potong. Karenanya, kebutuhan kedelai untuk Dusun Kanoman bisa mencapai lebih dari 4 ton tiap harinya. Oleh karena kebutuhan yang relatif tinggi dan sebagian


(21)

kedelai masih harus didatangkan dari kota Surakarta, maka harga kedelai di Desa Gagaksipat menjadi tinggi. Bukan Sembarang Limbah Sebagaimana industri pengolahan lainnya, proses pembuatan tahu juga menghasilkan limbah baik padat maupun cair. Limbah padat oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak sapi. Seperti yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peternak sapi di Kec. Ngemplak, Boyolali, dampingan Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSK- BB) Surakarta. Mereka mencampur makanan ternak sapi dengan limbah tahu padat, sehingga tiap harinya dapat meningkatkan bobot sapi lebih dari setengah kilogram dan sapi dapat dijual 3-4 bulan sekali. Selain itu, dari limbah padat ini dapat dibuat tempe (Jawa: tempe gembus) dan roti kering.

Limbah cair dulunya sering dibuang langsung ke sungai setempat karena pemilik industri tahu kurang memperhatikan sistem pembuangan limbah. Kondisi ini menyebabkan munculnya masalah sosial di masyarakat. Bau limbah dari saluran pembuangan sangat mengganggu lingkungan. Bau menyengat dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik sampai beberapa puluh meter. Akibatnya, timbul keresahan antara warga yang mempunyai usaha tahu dengan warga yang ada di sekitarnya.

2.5.A KERJA SAMA DENGAN DISPERINDAGKOP

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, akhirnya kelompok pengusaha tahu di Dusun Kanoman mengajukan permohonan kepada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Kab. Boyolali untuk mendapatkan bantuan dana, agar pencemaran lingkungan dari saluran pembuangan dapat dikurangi. Permohonan ini pun disetujui. Karena pembangunan instalasi pengolahan limbah membutuhkan biaya yang cukup besar (lebih dari 20 juta rupiah), maka berdasarkan hasil musyawarah pengusaha dan Disperindagkop, baru bisa dibuatkan satu unit instalasi pengolah limbah. Tujuan utama dari pembuatan unit pengolahan limbah tahu ini adalah untuk mengolah limbah cair yang berbau menjadi tidak berbau sehingga masyarakatyang tinggal di sekitar industri tahu merasa tidak terganggu. Pembangunannya disepakati di industri tahu PakGianto. Pertimbangannya, ia memiliki lahan yang cukup luas untuk membangun instalasi tersebut dan bersedia swadaya tenaga kerja (pembantu tukang). Pada tahapini semua peralatan merupakan bantuan dari Disperindagkop. Instalasi pengolahan limbah tidak membutuhkan alat-alat khusus karena prinsipnya sederhana. Setiap limbah cair yang mengandung sisa-sisa bahan organik, bila tertampung dalam bak


(22)

penampungan akan meng- alami perombakan secara alami (yang disebut proses fermentasi: perombakan bahan padatan menjadi bahan yang lebih halus dan biogas). Proses ini dapat lebih cepat bila bak penampungan dibuat kedap udara/tabung hampa udara. Bak tersebut bisa dibuat dari batu bata.

2.5.B PEMANFAATAN LIMBAH CAIR MENJADI BIOGAS

Selain menghasilkan cairan yang tidak berbau lagi, dalam pengolahan limbah cair tahu ini juga dihasilkan biogas. Dengan saran dari Disperindagkop, masyarakat memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar untuk kompor masak dan lampu penerangan. Untuk dapat memanfaatkan biogas ini, pada bagian atas bak penampungan tersebut diberi saluran. Gas akan keluar dari saluran tersebut (dibuat dari pipa PVC ukuran 0,5 dim). Pipa ini bisa diberi kran sehingga bila dibutuhkan bisa dibuka. Sedangkan, bila tidak dipakai bisa ditutup sehingga gas tetap dalam penampungan. Dari saluran pipa tadi dihubungkan dengan selang plastik yang lebih kecil, selang ini dihubungkan pada alat yang akan digunakan seperti kompor gas dan lampu petromak (yang biasanya memakai bahan bakar minyak). Kompor gas yang dipakai adalah kompor gas biasa tapi yang harganya murah.

2.5.C PROSES PEMBUATAN BIOGAS

Biogas merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri dari limbah bahan organik dalam kondisi hampa udara (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama proses perombakan bahan organik (yang berada dalam limbah organik) dari bentuk bahan organik yang kompleks menjadi bentuk bahan organik yang lebih sederhana melalui suatu proses fermentasi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen/hampa udara). Oleh sebab itu, untuk menjamin keberhasilan dan efektivitas proses fermentasi maka tabung yang digunakan harus dalam kondisi kedap udara. Gas tersebut sebagian besar menghasilkan metana dan karbondioksida. Gas metana inilah yang dapat terbakar sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, antara lain untuk memasak maupun lampu penerangan.

2.5.D BIOGAS UNTUK MASYARAKAT SETEMPAT

Di Dusun Kanoman, biogas belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemakainya baru 4 rumah tangga saja. Padahal instalasi yang ada di pekarangan Pak Gianto, bisa diakses oleh


(23)

siapa saja asalkan dengan biaya sendiri. Caranya sangat mudah, yaitu hanya membeli pipa sepanjang instalasi sampai ke rumah dan membeli kompor gas atau lampu petromak Penggunaan biogas ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi masyarakat miskin, terutama petani. Mereka tidak perlu membeli minyak tanah guna keperluan memasak dan penggunaan lampu penerangan. Dulu, satu keluarga harus membeli 1,5 liter minyak tanah untuk memasak tiap harinya. Biogas yang dihasilkan dari limbah tahu ini merupakan salah satu energi alternatif yang perlu dioptimalkan pemanfaatannya. Energi yang terkandung dalam biogas bila ditangani dengan baik akan mampu mengatasi masalah krisis energi yang melanda kita

(1) Pabrik tahu (2) Bak penampung limbah cair dari pembuangan industri tahu, terjadi proses hidrolisis (3) Tabung fermentasi yang kedap udara pada bagian bawah berisi limbah cair (4) Biogas berkumpul pada bagian atas tabung (5) Bak limpahan dari tabung fermentasi, bila jumlah gas meningkat dan tidak dimanfaatkan maka akan menekan cairan dari tabung fermentasi ke dalam bak limpahan (6) Biogas dari hasil proses fermentasi selanjutnya dialirka melalui pipa untuk dijadikan bahan bakar kompor (7) Biogas juga dapat digunakan untuk bahan bakar lampu penerangan (8) Cairan yang tertampung dalam bak limpahan, bila dalam keadaan penuh akan keluar melalui saluran pembuangan dan dapat digunakan sebagai pupuk cair.


(24)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai Berikut:

1. Limbah merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan limbah secara benar maka bisa menjadikan limbah ini menjadi sesuatu yang berguna.

2. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

3. Masyarakat menemukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan

metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki

nilai guna/manfaat.

4. Proses produksi tahu menhasilkan 2 jenis limbah, limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan.


(25)

3.2 SARAN

Untuk peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia perlu pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif limbah industri terhadap lingkungan hidup manusia. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan dan akan meningkatkan penyakit pada manusia dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya. Saran yang dapat disampaikan limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metoda atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.


(26)

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Kaswinarti Fibria. 2007. Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali,

Neni. 2012. Pencemaran dan Penanganan Limbah Industri Pangan (Industri Tahu) Rahman. 2010. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press, Jakarta.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in ponds for aquaculture. Alabama: Auburn University, hlm. 482. Darsono,V.2007. Pengolahan Limbah cair Tahu Secara Anaerob dan Aerob, Jurnal Teknologi Industri, Vol. 9 No.1, hlm. 9-19. Hariyadi Sigid. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Oesman Raliby, Retno Rusdjijati, Imron Rosyidi._. Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pada Industri Pengolahan Tahu. _. Sri Harti, Takiyah Salim, Sukirno.2004. Teknologi Penanganan Limbah Cair Tahu. Subang: UPT Balai


(1)

kedelai masih harus didatangkan dari kota Surakarta, maka harga kedelai di Desa Gagaksipat menjadi tinggi. Bukan Sembarang Limbah Sebagaimana industri pengolahan lainnya, proses pembuatan tahu juga menghasilkan limbah baik padat maupun cair. Limbah padat oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak sapi. Seperti yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peternak sapi di Kec. Ngemplak, Boyolali, dampingan Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSK- BB) Surakarta. Mereka mencampur makanan ternak sapi dengan limbah tahu padat, sehingga tiap harinya dapat meningkatkan bobot sapi lebih dari setengah kilogram dan sapi dapat dijual 3-4 bulan sekali. Selain itu, dari limbah padat ini dapat dibuat tempe (Jawa: tempe gembus) dan roti kering.

Limbah cair dulunya sering dibuang langsung ke sungai setempat karena pemilik industri tahu kurang memperhatikan sistem pembuangan limbah. Kondisi ini menyebabkan munculnya masalah sosial di masyarakat. Bau limbah dari saluran pembuangan sangat mengganggu lingkungan. Bau menyengat dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar pabrik sampai beberapa puluh meter. Akibatnya, timbul keresahan antara warga yang mempunyai usaha tahu dengan warga yang ada di sekitarnya.

2.5.A KERJA SAMA DENGAN DISPERINDAGKOP

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, akhirnya kelompok pengusaha tahu di Dusun Kanoman mengajukan permohonan kepada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Kab. Boyolali untuk mendapatkan bantuan dana, agar pencemaran lingkungan dari saluran pembuangan dapat dikurangi. Permohonan ini pun disetujui. Karena pembangunan instalasi pengolahan limbah membutuhkan biaya yang cukup besar (lebih dari 20 juta rupiah), maka berdasarkan hasil musyawarah pengusaha dan Disperindagkop, baru bisa dibuatkan satu unit instalasi pengolah limbah. Tujuan utama dari pembuatan unit pengolahan limbah tahu ini adalah untuk mengolah limbah cair yang berbau menjadi tidak berbau sehingga masyarakatyang tinggal di sekitar industri tahu merasa tidak terganggu. Pembangunannya disepakati di industri tahu PakGianto. Pertimbangannya, ia memiliki lahan yang cukup luas untuk membangun instalasi tersebut dan bersedia swadaya tenaga kerja (pembantu tukang). Pada tahapini semua peralatan merupakan bantuan dari Disperindagkop. Instalasi pengolahan limbah tidak membutuhkan alat-alat khusus karena prinsipnya sederhana. Setiap limbah cair yang mengandung sisa-sisa bahan organik, bila tertampung dalam bak


(2)

penampungan akan meng- alami perombakan secara alami (yang disebut proses fermentasi: perombakan bahan padatan menjadi bahan yang lebih halus dan biogas). Proses ini dapat lebih cepat bila bak penampungan dibuat kedap udara/tabung hampa udara. Bak tersebut bisa dibuat dari batu bata.

2.5.B PEMANFAATAN LIMBAH CAIR MENJADI BIOGAS

Selain menghasilkan cairan yang tidak berbau lagi, dalam pengolahan limbah cair tahu ini juga dihasilkan biogas. Dengan saran dari Disperindagkop, masyarakat memanfaatkan biogas sebagai bahan bakar untuk kompor masak dan lampu penerangan. Untuk dapat memanfaatkan biogas ini, pada bagian atas bak penampungan tersebut diberi saluran. Gas akan keluar dari saluran tersebut (dibuat dari pipa PVC ukuran 0,5 dim). Pipa ini bisa diberi kran sehingga bila dibutuhkan bisa dibuka. Sedangkan, bila tidak dipakai bisa ditutup sehingga gas tetap dalam penampungan. Dari saluran pipa tadi dihubungkan dengan selang plastik yang lebih kecil, selang ini dihubungkan pada alat yang akan digunakan seperti kompor gas dan lampu petromak (yang biasanya memakai bahan bakar minyak). Kompor gas yang dipakai adalah kompor gas biasa tapi yang harganya murah.

2.5.C PROSES PEMBUATAN BIOGAS

Biogas merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri dari limbah bahan organik dalam kondisi hampa udara (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama proses perombakan bahan organik (yang berada dalam limbah organik) dari bentuk bahan organik yang kompleks menjadi bentuk bahan organik yang lebih sederhana melalui suatu proses fermentasi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen/hampa udara). Oleh sebab itu, untuk menjamin keberhasilan dan efektivitas proses fermentasi maka tabung yang digunakan harus dalam kondisi kedap udara. Gas tersebut sebagian besar menghasilkan metana dan karbondioksida. Gas metana inilah yang dapat terbakar sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, antara lain untuk memasak maupun lampu penerangan.


(3)

siapa saja asalkan dengan biaya sendiri. Caranya sangat mudah, yaitu hanya membeli pipa sepanjang instalasi sampai ke rumah dan membeli kompor gas atau lampu petromak Penggunaan biogas ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi masyarakat miskin, terutama petani. Mereka tidak perlu membeli minyak tanah guna keperluan memasak dan penggunaan lampu penerangan. Dulu, satu keluarga harus membeli 1,5 liter minyak tanah untuk memasak tiap harinya. Biogas yang dihasilkan dari limbah tahu ini merupakan salah satu energi alternatif yang perlu dioptimalkan pemanfaatannya. Energi yang terkandung dalam biogas bila ditangani dengan baik akan mampu mengatasi masalah krisis energi yang melanda kita

(1) Pabrik tahu (2) Bak penampung limbah cair dari pembuangan industri tahu, terjadi proses hidrolisis (3) Tabung fermentasi yang kedap udara pada bagian bawah berisi limbah cair (4) Biogas berkumpul pada bagian atas tabung (5) Bak limpahan dari tabung fermentasi, bila jumlah gas meningkat dan tidak dimanfaatkan maka akan menekan cairan dari tabung fermentasi ke dalam bak limpahan (6) Biogas dari hasil proses fermentasi selanjutnya dialirka melalui pipa untuk dijadikan bahan bakar kompor (7) Biogas juga dapat digunakan untuk bahan bakar lampu penerangan (8) Cairan yang tertampung dalam bak limpahan, bila dalam keadaan penuh akan keluar melalui saluran pembuangan dan dapat digunakan sebagai pupuk cair.


(4)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai Berikut:

1. Limbah merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan limbah secara benar maka bisa menjadikan limbah ini menjadi sesuatu yang berguna.

2. Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

3. Masyarakat menemukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES, yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan

metode ini, pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki

nilai guna/manfaat.


(5)

3.2 SARAN

Untuk peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia perlu pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif limbah industri terhadap lingkungan hidup manusia. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan dan akan meningkatkan penyakit pada manusia dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya. Saran yang dapat disampaikan limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metoda atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.


(6)

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Kaswinarti Fibria. 2007. Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali,

Neni. 2012. Pencemaran dan Penanganan Limbah Industri Pangan (Industri Tahu) Rahman. 2010. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tahu

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press, Jakarta.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in ponds for aquaculture. Alabama: Auburn University, hlm. 482. Darsono,V.2007. Pengolahan Limbah cair Tahu Secara Anaerob dan Aerob, Jurnal Teknologi Industri, Vol. 9 No.1, hlm. 9-19. Hariyadi Sigid. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Oesman Raliby, Retno Rusdjijati, Imron Rosyidi._. Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pada Industri Pengolahan Tahu. _. Sri Harti, Takiyah Salim, Sukirno.2004. Teknologi Penanganan Limbah Cair Tahu. Subang: UPT Balai