ekspor ekonomi kreatif
(2)
EKSPOR
EKONOMI
KREATIF
(3)
No. Publikasi: 06110.1804 No. Katalog: 8202033 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xvi + 243 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik Ekspor
Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Ekspor Gambar Kulit : Badan Ekonomi Kreatif
Gambar: Subdirektorat Statistik Ekspor Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Dicetak oleh: CV. Petratama Persada
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
(4)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 iii
KATA PENGANTAR
Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik,
Dr. Suhariyanto
E
konomi kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yangmengandalkan ide kreatiitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional ke depan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS
dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Proil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan
Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif 2010–2016; Klasiikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010–2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010–2016; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.
Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai
basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan
kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.
Akhirnya ucapan syukur ke hadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerja sama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerja sama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional.
(5)
(6)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 v
KATA PENGANTAR
I
ndonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamyang bernilai ekspor tinggi. Meskipun demikian, ekspor sumber daya alam tidak dapat diandalkan selamanya. Sumber daya alam akan segera habis jika dieksploitasi secara berlebihan, sehingga diperlukan strategi ekspor lain yang lebih berkelanjutan.
Sejak tahun 1980-an pemerintah telah menggalakkan industri manufaktur sebagai alternatif ekspor yang lebih berkelanjutan. Hasilnya, dominasi ekspor minyak mulai menurun di tahun 1985, sebaliknya ekspor manufaktur pun semakin
meningkat. Namun krisis ekonomi tahun 1997 membuat neraca perdagangan yang sebelumnya selalu surplus
menjadi deisit. Faktanya, bahan baku dan bahan pendukung industri manufaktur Indonesia masih
tergantung impor.
Pada era industri keempat atau yang disebut juga era ekonomi kreatif, Indonesia memiliki peluang ekspor yang lebih besar. Penduduk Indonesia yang besar, merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk ekspor yang lebih berkelanjutan. Peluang ekspor pun semakin terbuka dengan ditandatanganinya berbagai perjanjian perdagangan bebas. Tantangannya adalah, data ekspor ekonomi kreatif masih sangat terbatas. Penyusunan buku Ekspor Ekonomi Kreatif 2010–2016 ini merupakan salah satu upaya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) untuk menyediakan data ekspor ekonomi kreatif. Buku ini menyajikan perkembangan ekspor ekonomi kreatif selama tujuh tahun ke belakang. Meskipun belum mencakup enam belas subsektor ekonomi kreatif karena keterbatasan metodologi, namun buku ini diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang ekspor ekonomi kreatif.
Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia.
Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif,
(7)
Naskah Subdirektorat Statistik Ekspor
Penanggung Jawab Umum Dr. Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si
Penanggung Jawab Teknis Mila Hertinmalyana, M.Comm
Editor Rini Kusumastuti, S.Si, MSE Fadjar Herbowo, S.Si, MM Agus Suryono, S.Kom, M.Si
Penulis Naskah Purwaningsih, SST., MSE Eka Andriani, SST Fii Nofrida, SST
Sapto Rakhmawan, SST., M.Si Suheri, SST., M.Si
Realita Eschachasthi, SST Aris Saryono, SAP, M.Si Untung Sumardi, SE
Pengolah Data Seta Baehera,S.Kom
(8)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _______________________________________ iii PENYUSUN ______________________________________________ vi DAFTAR ISI ______________________________________________ vii DAFTAR TABEL __________________________________________ ix DAFTAR GAMBAR ________________________________________ xi RINGKASAN EKSEKUTIF ___________________________________ xiii Bab 1. Pendahuluan ______________________________________ 3 1.1 Latar Belakang ___________________________________ 3 1.2 Maksud dan Tujuan _______________________________ 4 1.3 Ruang Lingkup __________________________________ 4 Bab 2. Metodologi _______________________________________ 7 2.1 Konsep dan Deinisi _______________________________ 7 2.2 Metode Pengolahan Data __________________________ 10 Bab 3. Pembahasan ______________________________________ 15 3.1 Gambaran Umum ________________________________ 15 3.1.1 Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan
Ekspor Nonmigas Nasional _____________________ 16 3.1.2 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor _______ 17 3.1.3 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Negara Tujuan ___ 18 3.1.4 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Pelabuhan Muat __ 20 3.1.5 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Provinsi Asal _____ 22 3.2 Subsektor Film, Animasi, dan Video _________________ 23
3.2.1 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan
Video Menurut Negara Tujuan _________________ 24 3.2.2 Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video
Menurut Pelabuhan Muat _____________________ 25 3.2.3 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal ________________________ 25 3.3 Subsektor Kriya __________________________________ 26 3.3.1 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan ___ 27 3.3.2 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 28 3.3.3 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Provinsi Asal _____ 30
(9)
3.4 Subsektor Kuliner ________________________________ 31 3.4.1 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Negara
Tujuan ____________________________________ 32 3.4.2 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 34 3.4.3 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Provinsi Asal ___ 36 3.5 Subsektor Musik _________________________________ 38 3.5.1 Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara Tujuan ___ 39 3.5.2 Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 41 3.5.3 Ekspor Subsektor Musik Menurut Provinsi Asal ____ 43 3.6 Subsektor Fashion ________________________________ 43
3.6.1 Ekspor Subsektor Fashion Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 46 3.6.2 Ekspor Subsektor Fashion Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 47 3.6.3 Ekspor Subsektor Fashion Menurut Provinsi Asal ___ 48 3.7 Subsektor Penerbitan _____________________________ 50
3.7.1 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 52 3.7.2 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Pelabuhan Muat ______________________________________ 54 3.7.3 Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Provinsi
Asal _______________________________________ 56 3.8 Subsektor Seni Rupa ______________________________ 58 3.8.1 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Negara
Tujuan _____________________________________ 60 3.8.2 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Pelabuhan
Muat ______________________________________ 63 3.8.3 Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut Provinsi
Asal _______________________________________ 64 Bab 4. Kesimpulan dan Saran ______________________________ 69 4.1 Kesimpulan _____________________________________ 69 4.1 Saran __________________________________________ 70 LAMPIRAN
(10)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan Ekspor Total, 2010–2016 ____________________________ 16 Tabel 2. Nilai Ekspor Ekraf Menurut Subsektor (Ribu US$),
2010–2016 _______________________________________ 17 Tabel 3. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 19 Tabel 4. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 21 Tabel 5. Berat Bersih, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat, 2010−2016 ________________ 21
Tabel 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 25 Tabel 7. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 25 Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal, 2010−2016 ____________________ 25 Tabel 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 _______________________________________ 28 Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan
Muat, 2010−2016 _________________________________ 29 Tabel 11. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI
Utama Subsektor Kriya Melalui Bandar Udara
Juanda, 2015−2016 ________________________________ 30 Tabel 12. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Provinsi Asal, 2010−2016 _______________________________________ 30 Tabel 13. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Provinsi Asal, 2010−2016 _______________________________________ 36 Tabel 14. Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner Menurut
Provinsi Asal, 2010–2016 ___________________________ 38 Tabel 15. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Musik,
(11)
Tabel 16. Nilai FOB Ekspor Subsektor Musik Menurut KBLI,
2010–2016 _______________________________________ 39 Tabel 17. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara Tujuan,
2010–2016 _______________________________________ 40 Tabel 18. Berat Bersih Ekspor Subsektor Musik Menurut Negara
Tujuan, 2010–2016 ________________________________ 41 Tabel 19. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _______________________________________ 42 Tabel 20. Berat Bersih Ekspor Subsektor Musik Menurut Pelabuhan
Muat, 2010–2016 __________________________________ 42 Tabel 21. Nilai Ekspor Subsektor Musik Menurut Provinsi Asal,
2010–2016 _______________________________________ 43 Tabel 22. Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion Menurut KBLI,
2010–2016 _______________________________________ 45 Tabel 23. Ekspor Subsektor Fashion Menurut Negara Tujuan,
2010–2016 _______________________________________ 46 Tabel 24. Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion Menurut Pelabuhan
Muat, 2010–2016 __________________________________ 47 Tabel 25. Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion Menurut
Provinsi Asal Barang, 2010–2016 _____________________ 49 Tabel 26. Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut
KBLI 2015, 2010–2016 ______________________________ 52 Tabel 27. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Negara Tujuan Utama, 2010–2016 __________ 53 Tabel 28. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Pelabuhan Muat Utama, 2010–2016 ________ 55 Tabel 29. Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut 10 Provinsi Asal Utama, 2010–2016 ___________ 57 Tabel 30. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa, 2010–2016 _______________________________________ 58 Tabel 31. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa,
2010–2016 _______________________________________ 59 Tabel 32. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
Menurut Negara Tujuan, 2010–2016 __________________ 62 Tabel 33. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016 _________________ 63 Tabel 34. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa
(12)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total, 2010–2016 _____________________________________ 15 Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor,
2015 dan 2016 __________________________________ 18 Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan
Terbesar (%), 2015–2016 __________________________ 20 Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf Melalui Pelabuhan
Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Emas Menurut Subsektor
(Ribu ton), 2016 _________________________________ 22 Gambar 5. Nilai FOB dan Peranan Ekspor Ekraf Menurut
Provinsi Asal, 2016 ______________________________ 23 Gambar 6. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Film, Animasi, dan Video, 2010–2016 _______________ 24 Gambar 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya,
2010–2016 ____________________________________ 26 Gambar 8. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya (%), 2011–2016 _____________________________________ 27 Gambar 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya ke Lima Negara
Tujuan Utama, 2010–2016 ________________________ 28 Gambar 10. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner,
2010–2016 ____________________________________ 31 Gambar 11. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
Menurut 5 Negara Utama, 2010–2016 ______________ 32 Gambar 12. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
2016 terhadap 2015 Menurut Negara Tujuan (%) _____ 32 Gambar 13. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner Menurut 5 Negara Tujuan Utama,
2010–2016 ____________________________________ 33 Gambar 14. Pertumbuhan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner
(13)
Gambar 15. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
Menurut 5 Pelabuhan Muat Utama, 2010–2016 ______ 34 Gambar 16. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner
2016 terhadap 2015 Menurut Pelabuhan Muat (%) ____ 35 Gambar 17. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner Menurut 5 Pelabuhan Muat Utama,
2010–2016 ____________________________________ 35 Gambar 18. Pertumbuhan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Kuliner 2016 terhadap 2015 Menurut Pelabuhan
Muat (%) ______________________________________ 36 Gambar 19. Komoditas Utama yang Diekspor dari Provinsi
Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta, 2016 ________ 37 Gambar 20. Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor
Subsektor Fashion, 2010–2016 ____________________ 44 Gambar 21. Persentase Peranan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Fashion Menurut Negara Tujuan, 2016 ______________ 46 Gambar 22. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Fashion Menurut Provinsi Asal Barang, 2010–2016 ____ 49 Gambar 23. Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan,
2010–2016 ____________________________________ 50 Gambar 24. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor
Penerbitan, 2010–2016 __________________________ 51 Gambar 25. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut
Negara Tujuan, 2016 ____________________________ 54 Gambar 26. Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut Pelabuhan Muat Utama, 2015–2016 ________ 56 Gambar 27. Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan
Menurut Provinsi Asal Utama, 2015–2016 ___________ 58 Gambar 28. Perkembangan Nilai dan Berat Ekspor Subsektor
Seni Rupa dan Perubahannya, 2010–2016 ___________ 59 Gambar 29. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor
Seni Rupa Menurut Kawasan Negara, 2015–2016 ____ 60 Gambar 30. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa Menurut
Kawasan Negara, 2010–2015 _____________________ 61 Gambar 31. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa,
2015–2016 ____________________________________ 61 Gambar 32. Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Seni Rupa
(14)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
E
konomi kreatif merupakan era baru ekonomi setelah ekonomipertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreatiitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.1 Adanya hubungan antara tingkat kebutuhan manusia dan tingkat interaksi sosial yang semakin tinggi menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu pusat perhatian yang diyakini dapat berkontribusi secara positif terhadap perekonomian global saat ini.
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Namun tidak semua komoditas subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri data ekspor Indonesia. Selama periode 2010–2016 hanya ada tujuh subsektor ekraf yang komoditasnya diekspor ke luar negeri yaitu ilm, animasi, dan video; kriya; kuliner; musik; fashion; penerbitan; dan seni rupa. Dari ketujuh subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan ekspor komoditas fashion dan kriya, sekitar enam persen adalah ekspor komoditas subsektor kuliner dan sisanya adalah ekspor dari komoditas subsektor penerbitan; seni rupa; musik; serta ilm, animasi, dan video.
Selama periode tahun 2010 hingga 2016 nilai ekspor komoditas ekonomi kreatif mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Dibuka dengan nilai US$13,51 miliar di tahun 2010 hingga mencapai US$19,99 miliar di tahun 2016. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ekspor komoditas ekonomi kreatif Indonesia di masa yang akan datang merupakan salah satu potensi besar yang bisa diharapkan mampu mendorong kembali peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Jika dilihat menurut negara tujuan, Amerika Serikat menjadi negara tujuan dengan nilai ekspor terbesar. Komoditas ekraf utama yang diekspor ke Amerika Serikat adalah komoditas dari subsektor fashion yaitu pakaian jadi (konveksi) dari tekstil.
Pelabuhan muat utama ekspor ekraf pada tahun 2016 adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Bandar Udara Juanda, dan Pelabuhan Tanjung Emas sedangkan provinsi asal utama ekspor ekraf pada tahun 2016 adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
(15)
(16)
(17)
(18)
PENDAHULUAN
(19)
(20)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 3
1.1 Latar Belakang
Menurut Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, ekonomi kreatif (ekraf ) adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara diharapkan tidak lagi hanya mengandalkan sumber daya alam sebagai aset utama.
Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang menjadi harapan baru bagi perekonomian Indonesia. Berbeda dengan sektor lain yang sangat tergantung pada eksploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Karya seni, arsitektur, buku, inovasi teknologi, dan animasi, berasal dari ide-ide kreatif pemikiran manusia.
Pengembangan ekonomi kreatif tentunya membutuhkan data-data salah satunya adalah data ekspor ekonomi kreatif. Melanjutkan kegiatan penyediaan data series mengenai ekspor ekonomi kreatif, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) bekerja sama untuk
menyusun data series ekspor ekonomi kreatif tersebut. Selanjutnya
laporan ini disusun sebagai penjelasan ringkas dari data series tersebut.
(21)
1.2 Maksud dan Tujuan
Secara umum maksud dan tujuan dari laporan ini adalah:
1. Mengidentiikasi subsektor apa saja yang menjadi ekspor andalan dari sektor ekraf.
2. Mengidentiikasi perkembangan ekspor beberapa subsektor yang menjadi bagian dari sektor ekraf.
1.3 Ruang Lingkup
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor tersebut adalah arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; ilm, animasi, dan video; fotograi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa.
Laporan ini hanya akan membahas tujuh subsektor ekraf yang terdapat
dalam series data ekspor Indonesia periode 2010–2016.
Subsektor-subsektor tersebut adalah ilm, animasi, dan video; kriya; kuliner; musik; fashion; penerbitan; dan seni rupa.
Cakupan dari ekspor Indonesia yang dimaksud dalam laporan ini hanya mencakup ekspor barang saja. Data ekspor barang diolah dari dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan dokumen non-PEB. Dokumen PEB diperoleh dari Dirjen Bea dan Cukai, sedangkan dokumen non-PEB diperoleh dari data administrasi instansi di perbatasan, PT. Pos Indonesia, serta data survei perbatasan laut.
(22)
METODOLOGI
(23)
(24)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 7
2.1 Konsep dan Definisi
Beberapa konsep dan deinisi variabel-variabel terkait dengan ekspor ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:
1. Harmonized System (HS) merupakan suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasiikasi sebelumnya. HS juga dideinisikan sebagai standar internasional atas sistem penamaan dan penomoran yang digunakan untuk pengklasiikasian produk
perdagangan dan turunannya yang dikelola oleh World Customs
Organization (WCO).
2. Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan
klasiikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia, yang dirinci menurut kategori. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.
3. Pelabuhan muat merupakan pelabuhan tempat muat barang yang
akan diekspor.
4. Provinsi muat merupakan provinsi tempat muat barang yang akan
diekspor.
Bab 2. Metodologi
£
Harmonized System (HS) merupakan suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis
(25)
5. Provinsi asal merupakan provinsi asal barang yang akan diekspor. 6. Negara tujuan merupakan negara tujuan akhir ekspor yang diketahui
(last known destination).
7. Berat bersih merupakan berat bersih barang tanpa kemasan (dalam
satuan Kg).
8. Nilai FOB (Free on Board) merupakan nilai ekspor (dalam satuan US$). Dalam FOB pihak eksportir hanya bertanggung jawab sampai barang berada di atas kapal (vessel).
9. Ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu
kekayaan intelektual yang lahir dari kreativitas manusia berbasis ilmu pengetahuan, warisan budaya, dan teknologi. Ekonomi kreatif ini terbagi menjadi 16 subsektor.
10. Subsektor Arsitektur merupakan wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang.
11. Subsektor Desain Interior merupakan kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.
12. Subsektor Desain Komunikasi Visual merupakan seni menyampaikan
pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa
rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa
desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedangkan bahasa rupa yang dipakai berbentuk grais, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipograi/huruf dan sebagainya. 13. Subsektor Desain Produk merupakan salah satu unsur memajukan
industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendeinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesiikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
£
Ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu kekayaan intelektual yang lahir dari kreativitas manusia(26)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 9 14. Subsektor Film, Animasi, dan Video. Film merupakan karya seni
gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematograi. Animasi merupakan tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video merupakan sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.
15. Subsektor Fotograi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotograi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.
16. Subsektor Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.
17. Subsektor Kuliner merupakan kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.
18. Subsektor Musik merupakan segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
19. Subsektor Fashion merupakan suatu gaya hidup dalam
berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.
20. Subsektor Aplikasi dan Game Developer merupakan suatu media
atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective)
£
SubsektorFashion merupakan suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok
(27)
dan aturan (rules).
21. Subsektor Penerbitan merupakan suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.
22. Subsektor Periklanan merupakan bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.
23. Subsektor Televisi dan Radio. Televisi merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
24. Subsektor Seni Pertunjukan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc).
25. Subsektor Seni Rupa merupakan penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.
2.2 Metode Pengolahan Data
Data ekspor ekonomi kreatif (ekraf ) yang tersedia merupakan data ekspor barang bulanan tahun 2010 sampai dengan 2016. Dalam melakukan pengolahan data digunakan Software Microsoft Visual Foxpro dan Microsoft Oice.
£
Pengolahan data
menggunakan Software Microsoft Visual Foxpro dan Microsoft Ofice
(28)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 11 Variabel-variabel yang diolah adalah Harmonized System (HS), Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), subsektor ekraf, pelabuhan muat, provinsi muat, provinsi asal, negara tujuan, berat bersih, dan nilai FOB. Dari 16 subsektor ekraf, dilakukan identiikasi terhadap kode KBLI 2009. Setelah itu dilakukan pengecekan korespondensi terhadap kode HS 2012 sehingga didapatkan 8 subsektor aktivitas ekspor ekraf Indonesia. Komoditas ekspor yang diperoleh dari dokumen PEB awalnya masih dalam kode HS, selanjutnya dikonversi ke dalam kode KBLI ekraf yang telah disusun sebelumnya.
(29)
(30)
PEMBAHASAN
(31)
(32)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 15
3.1 Gambaran Umum
Nilai ekspor Indonesia tahun 2010 secara total mencapai US$157,78 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 28,98 persen menjadi US$203,50 miliar. Selama tahun 2012 sampai 2016, nilai ekspor Indonesia cenderung terus mengalami penurunan. Namun sebaliknya ekspor komoditas ekraf Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan.
Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total, 2010–2016
Bab 3. Pembahasan
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Ekspor komoditas ekraf Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan
0 50 000 100 000 150 000 200 000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
N
il
a
i (J
u
ta
U
S
$
)
(33)
Tahun 2010 nilai ekspor ekraf hanya sebesar US$13,51 miliar, terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga mencapai US$19,99 miliar pada tahun 2016. Jika nilai ekspor ekraf Indonesia terus meningkat maka lambat laun ekspor Indonesia secara total tentu juga akan meningkat. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ekspor ekraf Indonesia di masa yang akan datang merupakan salah satu potensi besar yang bisa diharapkan mampu mendorong kembali peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan.
3.1.1 Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan
Ekspor Nonmigas Nasional
Selama periode 2010 sampai 2016, ekspor nonmigas Indonesia cenderung mengalami penurunan. Ekspor nonmigas hanya mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 24,88 persen, selanjutnya terus mengalami penurunan sampai tahun 2015. Pada tahun 2016 ekspor nonmigas mengalami peningkatan tipis yaitu 0,22 persen. Peningkatan ekspor nonmigas 2016 belum mampu mendorong peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan karena ekspor migas Indonesia pada tahun tersebut mengalami penurunan yang cukup signiikan yaitu 29,44 persen.
Berbeda dengan ekspor nonmigas, nilai ekspor ekraf justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 sampai 2016, ekspor ekraf hanya mengalami penurunan sedikit pada tahun 2012 sebesar 1,29 persen. Selanjutnya ekspor ekraf terus mengalami peningkatan sampai tahun 2016. Secara rata-rata selama periode 2010−2016 ekspor ekraf mengalami peningkatan sebesar 6,93 persen per tahun. Peningkatan terbesar ekspor ekraf terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar US$2.294,3 juta atau sebesar 14,46 persen.
£
Dari tahun ke tahun peranan ekspor ekraf terus mengalami peningkatan
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Deskripsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Nilai Ekspor
Ekraf (miliar US$) 13,51 15,64 15,44 15,87 18,16 19,36 19,99
Nonmigas (miliar US$) 129,74 162,02 153,04 149,92 145,96 131,79 132,08 Total Migas dan Nonmigas
(miliar US$)
157,78 203,50 190,02 182,55 175,98 150,37 145,19
Perubahan Ekspor
Ekraf (%) - 15,80 -1,29 2,79 14,46 6,60 3,23
Nonmigas (%) - 24,88 -5,54 -2,04 -2,64 -9,71 0,22
Total Migas dan Nonmigas (%) - 28,98 -6,62 -3,93 -3,60 -14,55 -3,44
Peranan Ekspor Ekraf
thd Ekspor Nonmigas (%) 10,41 9,65 10,09 10,59 12,45 14,69 15,13
thd Ekspor Total (%) 8,56 7,69 8,13 8,69 10,32 12,88 13,77
Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan Ekspor Total, 2010–2016
(34)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 17 Jika dibandingkan dengan ekspor komoditas nonmigas, secara rata-rata selama periode 2010 sampai 2016 ekspor komoditas ekraf mencapai 11,86 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas. Dari tahun ke tahun peranan ekspor ekraf terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya mencapai 10,41 persen pada tahun 2010 selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga mencapai 15,13 persen pada tahun 2016.
3.1.2 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor tersebut adalah: arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; ilm, animasi dan video; fotograi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa. Masing-masing subsektor tersebut terdiri dari beberapa kelompok Klasiikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015 lima digit.
Tidak semua komoditas subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri data ekspor Indonesia. Selama periode 2010–2016 hanya ada tujuh subsektor ekraf yang komoditasnya diekspor ke luar negeri yaitu ilm, animasi dan video; kriya; kuliner; musik; fashion; penerbitan; dan seni rupa. Dari ketujuh subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan ekspor komoditas fashion dan kriya, sekitar enam persen adalah ekspor komoditas subsektor kuliner dan sisanya adalah ekspor dari komoditas subsektor penerbitan; seni rupa; musik; serta ilm, animasi, dan video. Subsektor ilm, animasi, dan video merupakan subsektor yang memiliki nilai ekspor terkecil selama periode 2010−2016, dan ekspor komoditas ini hanya ada pada tahun 2011, 2015, dan 2016.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Subsektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Film, Animasi, Video 0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,1 1,2
Kriya 4 294 196,8 4 390 189,6 4 358 484,7 4 282 512,5 6 363 369,8 7 264 504,8 7 797 661,1 Kuliner 594 239,5 863 166,3 960 895,4 956 934,0 1 081 180,1 1 178 955,6 1 260 503,6
Musik 14,6 2,5 20,4 56,9 10,6 29,0 14,5
Fashion 8 584 325,1 10 356 882,4 10 084 407,5 10 593 408,8 10 698 835,3 10 895 217,7 10 901 481,5 Penerbitan 28 602,7 22 210,7 21 200,0 27 159,6 15 983,6 22 334,5 26 166,8 Seni Rupa 5 631,9 8 943,7 14 573,6 10 556,6 5 550,6 3 035,7 3 039,9
£
Selama periode 2010–2016 hanya ada tujuh subsektor ekraf yang komoditasnya diekspor ke luar negeri
Tabel 2. Nilai Ekspor Ekraf Menurut Subsektor (Ribu US$), 2010–2016
(35)
Pada tahun 2016 nilai ekspor subsektor fashion mencapai US$10,90 miliar, meningkat sebesar 0,06 persen dibandingkan tahun 2015. Sedangkan ekspor komoditas subsektor kriya pada tahun 2016 nilainya mencapai US$7,80 miliar, meningkat sebesar 7,34 persen dibandingkan ekspor komoditas ini tahun 2015.
Jika kontribusi ekspor komoditas subsektor fashion dan kriya
dibandingkan, maka terlihat bahwa pada tahun 2016 kontribusi ekspor
komoditas subsektor fashion menurun sedangkan kontribusi ekspor
komoditas subsektor kriya meningkat. Penurunan kontribusi dari ekspor komoditas subsektor fashion tidak disebabkan oleh penurunan nilai dari ekspor komoditas tersebut pada tahun 2016, tetapi lebih disebabkan karena presentase kenaikan nilai ekspornya lebih kecil dibandingkan peningkatan ekspor komoditas subsektor kriya.
Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor, 2015 dan 2016
3.1.3 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Negara Tujuan
Nilai ekspor ke sepuluh negara tujuan ekspor ekraf terbesar selama periode 2010–2016 terdapat pada Tabel 3. Pada tahun 2016 nilai ekspor kesepuluh negara tersebut mencapai US$14,67 miliar atau 73,41 persen dari ekspor ekraf secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, ekspor ke sepuluh negara tersebut pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 13,43 persen. Nilai ekspor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah nilai ekspor ke Swiss yaitu sebesar 117,37 persen. Pada tahun 2015 nilai ekspor ke Swiss hanya sebesar US$960,9 juta dan meningkat menjadi US$2,09 miliar pada tahun 2016. Peningkatan ekspor yang cukup besar ke Swiss disebabkan oleh permintaan akan komoditas hasil subsektor kriya yaitu hasil industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi naik cukup tajam sebesar US$1,13Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
54,54%
39,01%
6,31% 0,14%
2016
56,27%
37,52%
6,09% 0,12%
2015
Fashion
Kriya Kuliner Lainnya
£
Tahun 2016 kontribusi ekspor komoditas subsektor fashion menurun sedangkan kontribusi ekspor komoditas subsektor kriya meningkat
(36)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 19 miliar. Peningkatan nilai ekspor komoditas subsektor kriya yang cukup signiikan tersebut menjadikan Swiss sebagai negara kedua tujuan ekspor ekraf pada tahun 2016, menggeser posisi Jepang.
Dari kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut, ekspor ekraf yang terus menerus mengalami peningkatan adalah ekspor ekraf ke negara Korea Selatan, Tiongkok, dan Hongkong. Tiongkok merupakan negara yang selalu mengalami pertumbuhan di atas 20 persen selama periode 2011–2015, namun tahun 2016 terjadi perlambatan pertumbuhan. Nilai ekspornya hanya tumbuh sebesar 18,57 persen. Sedangkan negara tujuan ekspor ekraf yang terus mengalami penurunan selama periode 2010–2016 adalah Inggris. Pada tahun 2010 nilai ekspor ekraf ke Inggris mencapai US$689,8 juta, selanjutnya terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2016 nilai ekspor ekrafnya menjadi US$511,6 juta atau turun sebesar 7,52 persen bila dibandingkan dengan tahun 2015.
Selama periode 2010–2016, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor komoditas ekraf Indonesia yang terbesar. Rata-rata setiap tahun peranan ekspor komoditas subsektor ekraf ke negara tersebut mencapai 36,24 persen terhadap keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Pada tahun 2016 peranannya mencapai 30,24 persen, mengalami penurunan sebesar 1,48 persen dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2015. Begitu pula secara nilai absolut, ekspor ekraf ke Amerika Serikat tahun 2016 menurun sebesar 1,60 persen dibanding tahun 2015.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Negara
Nilai FOB (juta US$) % Peran
thd Total Ekraf 2016 % Perubahan 2016 thd 2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Amerika Serikat 5 647,3 6 221,8 5 891,1 6 125,0 6 058,7 6 142,8 6 044,6 30,24 -1,60
Swiss 25,1 25,2 24,0 22,7 39,3 960,9 2 088,6 10,45 117,37
Jepang 773,2 1 047,2 1 244,6 1 336,5 1 342,4 1 305,3 1 357,4 6,79 3,99
Singapura 299,3 302,3 345,0 325,8 539,5 740,2 1 227,8 6,14 65,87
Jerman 833,2 981,9 888,5 846,1 924,0 882,5 886,1 4,43 0,40
Tiongkok 170,7 292,4 362,2 446,0 551,0 675,7 801,2 4,01 18,57
Hongkong 88,8 132,9 157,7 166,5 532,5 584,7 652,3 3,26 11,57
Belgia 438,1 534,3 526,3 503,5 584,0 567,8 576,0 2,88 1,44
Korea Selatan 198,9 329,0 405,7 496,2 514,2 523,3 527,7 2,64 0,84
Inggris 689,8 656,0 638,4 596,1 590,8 553,2 511,6 2,56 -7,52
Total 10 Negara 9 164,5 10 523,0 10 483,5 10 864,4 11 676,6 12 936,5 14 673,3 73,41 13,43
Lainnya 4 342,5 5 118,4 4 956,1 5 006,2 6 488,4 6 427,6 5 315,6 26,59 -17,30
Total Ekspor Ekraf 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 19 988,9 100,00 3,23
£
Ekspor ekraf yang terus menerus mengalami peningkatan adalah ekspor ekraf ke negara Korea Selatan, Tiongkok, dan HongkongTabel 3. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf Menurut Negara Tujuan, 2010–2016
(37)
Selanjutnya negara tujuan ekspor terbesar ketiga adalah Jepang. Pada tahun 2016 ekspor ekraf Indonesia ke negara ini mencapai US$1,36 miliar, naik sebesar 3,99 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2015 yang mencapai US$1,31 miliar. Pada tahun 2016, peranan ekspor ekraf ke Jepang mencapai 6,79 persen. Peranan ini mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 6,74 persen. Secara rata-rata selama periode 2010–2016 peranan ekspor ekraf ke negara ini sebesar 7,12 persen setiap tahunnya.
Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan Terbesar (%), 2015–2016 2015 2016 Amerika Serikat Amerika Serikat 31,72 % 30,24 % Belgia 2,93 % Belgia 2,88 % Inggris 2,86 % Inggris 2,56 % Jerman 4,56 % 4,43 % Jerman Swiss 4,96 % Swiss 10,45 % Korea Selatan 2,70 % Korea Selatan 2,64 % Jepang 6,74 % Jepang 6,79 % Hongkong 3,02 % Hongkong 3,26 % Tiongkok 3,49 % Tiongkok 4,01 % Singapura 3,82 % Singapura 6,14 %
3.1.4 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Pelabuhan Muat
Tabel 4 menunjukkan nilai ekspor dari sepuluh pelabuhan muat ekspor terbesar selama periode 2010–2016. Pada tahun 2016, sepuluh pelabuhan muat tersebut mengangkut ekspor ekraf senilai US$19,90 miliar atau 99,54 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat secara series selama periode 2010–2016, maka setiap tahunnya rata-rata sebanyak 98,74 persen nilai ekspor ekraf diangkut dari sepuluh pelabuhan tersebut dan hanya 1,26 persen diangkut dari pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.Dari peranan sebesar 99,54 persen; 53,44 persen ekspor ekraf tahun 2016 diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok; 17,34 persen diekspor melalui Bandar Udara Juanda; 10,55 persen diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Emas; 8,63 persen diekspor melalui Bandar Udara Soekarno Hatta; 6,93 persen diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak; serta sisanya melalui Pelabuhan Batu Ampar, Ngurah Rai, Sungai Guntung, Sekupang dan Belawan. Dari sepuluh pelabuhan muat tersebut, ekspor ekraf tahun 2016 yang melalui Bandar Udara Juanda mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 32,07 persen jika dibandingkan ekspor ekraf tahun 2015. Sedangkan ekspor ekraf melalui Pelabuhan Sekupang mengalami penurunan nilai paling tajam yaitu sebesar 17,84 persen.
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Negara tujuan ekspor ekraf terbesar ketiga adalah Jepang
(38)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 21 Tabel 4. Nilai FOB, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf
Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Jika dilihat berdasarkan berat bersihnya, pada tahun 2016 sebanyak 98,94 persen ekspor komoditas ekraf dimuat melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Batu Ampar, Belawan, Sungai Guntung, Sekupang, Ujung Pandang, Tembilahan, dan Bandar Udara Soekarno-Hatta. Berat bersih ekspor dari sepuluh pelabuhan muat tersebut mengalami penurunan sebesar 1,34 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015.
Pelabuhan Nilai FOB (Juta US$)
% Peran thd total Ekraf 2016 % Perubahan 2016 thd 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tanjung Priok 8 832,5 10 621,3 10 619,7 10 736,6 10 922,9 10 917,9 10 681,9 53,44 -2,16 Juanda (U) 23,3 122,9 71,2 74,2 1 848,5 2 624,8 3 466,6 17,34 32,07 Tanjung Emas 1 664,7 1 655,8 1 561,1 1 682,2 1 901,7 2 018,6 2 108,9 10,55 4,47 Soekarno-Hatta (U) 1 021,0 1 094,3 961,6 1 130,5 1 257,6 1 688,0 1 724,1 8,63 2,14 Tanjung Perak 1 290,5 1 372,3 1 388,9 1 400,3 1 412,3 1 416,6 1 385,7 6,93 -2,18 Batu Ampar 157,7 298,6 296,6 275,7 253,6 253,7 219,2 1,10 -13,61 Ngurah Rai (U) 143,1 151,2 136,8 128,5 123,8 113,3 114,0 0,57 0,59
Sungai Guntung 0,0 - 38,6 42,7 62,2 69,6 82,9 0,41 19,13
Sekupang 33,0 43,9 61,7 68,9 61,3 69,6 57,2 0,29 -17,84
Belawan 80,1 84,4 83,6 71,2 64,4 52,2 55,9 0,28 7,09
Total 10 Pelabuhan 13 245,8 15 444,8 15 219,7 15 610,6 17 908,4 19 224,5 19 896,4 99,54 3,49
Lainnya 261,2 196,6 219,8 260,0 256,5 139,6 92,5 0,46 -33,73
Total Ekspor Ekraf 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 19 988,9 100,00 3,23
Pelabuhan
Berat Bersih (Ribu Ton) % Peran thd total Ekraf 2016 % Perubahan 2016 thd 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tanjung Priok 1 381,7 1 466,4 1 447,9 1 327,9 1 330,0 1 318,0 1 296,6 53,94 -1,62 Tanjung Perak 536,6 501,7 493,0 480,4 501,3 507,2 496,2 20,64 -2,16 Tanjung Emas 401,9 320,1 273,7 271,6 301,1 325,9 313,2 13,03 -3,89
Batu Ampar 67,1 76,7 95,1 80,5 76,3 90,0 81,3 3,38 -9,68
Belawan 48,4 42,2 47,4 47,0 48,7 47,4 54,8 2,28 15,67
Sungai Guntung 0,0 - 24,0 31,6 39,8 44,2 53,2 2,21 20,39
Soekarno-Hatta (U) 41,5 39,4 39,1 41,9 40,2 44,3 45,5 1,89 2,66
Sekupang 8,1 8,6 9,7 17,2 12,1 11,6 15,2 0,63 31,03
Ujung Pandang 26,0 19,4 15,1 14,3 12,6 11,0 13,2 0,55 20,04
Tembilahan 0,0 0,0 7,5 7,9 9,7 11,3 9,3 0,39 -17,85
Total 10 Pelabuhan 2 511,3 2 474,5 2 452,4 2 320,3 2 371,8 2 410,8 2 378,5 98,94 -1,34
Lainnya 45,3 42,5 45,4 51,4 105,8 91,2 25,5 1,06 -72,02
Total Ekspor Ekraf 2 556,6 2 517,0 2 497,7 2 371,6 2 477,6 2 502,0 2 404,0 100,00 -3,92 Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Tabel 5. Berat Bersih, Peranan, dan Pertumbuhan Ekspor Ekraf Menurut Pelabuhan Muat, 2010−2016
£
Pelabuhan Tanjung Priok tetap merupakan pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak(39)
Berdasarkan berat bersihnya, Pelabuhan Tanjung Priok tetap merupakan pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak selama periode 2010–2016. Pada tahun 2016, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini sebesar 1,30 juta ton atau 53,94 persen terhadap keseluruhan berat ekspor ekraf. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini mengalami penurunan sebesar 1,62 persen.
Pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak kedua adalah Pelabuhan Tanjung Perak. Pada tahun 2016 berat bersih ekspor ekraf yang melalui pelabuhan ini adalah 0,50 juta ton atau 20,64 persen dari keseluruhan berat bersih ekspor ekraf. Selanjutnya pelabuhan terbesar ketiga adalah Pelabuhan Tanjung Emas. Pada tahun 2016 berat bersih ekspor yang dimuat adalah sebanyak 0,31 juta ton atau 13,03 persen dari keseluruhan berat bersih ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat lebih lanjut, komoditas-komoditas yang diangkut dari ketiga pelabuhan tersebut sebagian besar adalah komoditas dari subsektor kriya, fashion dan kuliner.
Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf Melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Emas Menurut Subsektor (Ribu ton), 2016
76,4 40,0 0,3 0,1
0 100 200
FASHION KRIYA KULINER PENERBITAN SENI RUPA Tanjung Emas 20,1 386,3 89,1 0,4 0,3
0 200 400
FASHION KRIYA KULINER PENERBITAN SENI RUPA Tanjung Perak 493,8 538,4 261,3 3,0 0,1
0 200 400 600
FASHION KRIYA KULINER PENERBITAN SENI RUPA Tanjung Priok
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.1.5 Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Provinsi Asal
Jika dirinci menurut provinsi asal barang, sepuluh provinsi asal utama ekspor ekraf selama tahun 2016 adalah seperti yang terdapat pada Gambar 5. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa pada tahun 2016, ekspor ekraf dari sepuluh provinsi tersebut mencapai 99,67 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia 2016. Provinsi asal utama ekspor ekraf adalah Jawa Barat dengan nilai ekspor sebesar US$6,39 miliar atau 31,96 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Walaupun memiliki nilai ekspor tertinggi namun ekspor ekraf dari Jawa Barat mengalami£
Komoditas yang diangkut dari Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas sebagian besar adalah komoditas dari subsektor kriya, fashion dan kuliner(40)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 23 penurunan sebesar 1,72 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015. Provinsi asal ekspor ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat adalah Jawa Timur. Pada tahun 2016 ekspor ekraf dari provinsi ini mencapai nilai sebesar US$4,87 miliar atau 24,36 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Berbeda dengan ekspor ekraf dari Jawa Barat yang mengalami penurunan, pada tahun 2016 ekspor ekraf dari Jawa Timur mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 20,61 persen. Selanjutnya provinsi asal terbesar ketiga adalah Banten. Seperti Jawa Timur, Banten juga mengalami peningkatan nilai ekspor ekraf pada tahun 2016, meskipun kecil yaitu sebesar 0,36 persen. Nilai ekspor ekraf Banten pada tahun 2016 mencapai US$3,04 miliar atau 15,23 persen terhadap keseluruhan ekspor ekraf Indonesia.
Gambar 5. Nilai FOB dan Peranan Ekspor Ekraf Menurut Provinsi Asal, 2016
JAWA BARAT (31,96%)
US$6,39 Miliar JAWA TIMUR (24,36%) US$4,87 Miliar BANTEN (15,23%)
US$3,04 Miliar
DKI JAKARTA (8,97%)
US$1,79 Miliar JAWA TENGAH (14,49%) US$2,90 Miliar
KEPULAUAN RIAU (1,45%) US$0,29 Miliar
RIAU (0,49%) US$0,10 Miliar
BALI (1,24%) US$0,25 Miliar
DIY (1,19%) US$0,24 Miliar
SUMATERA UTARA (0,28%)
US$56,8 Juta
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Dari sepuluh provinsi utama yang melakukan ekspor ekraf tahun 2016, penurunan nilai ekspor terbesar terjadi di DKI Jakarta yaitu mencapai nilai US$239,4 juta. Penurunan ini terjadi karena turunnya nilai ekspor seluruh subsektor ekonomi kreatif. Penurunan nilai ekspor di DKI Jakarta terbesar terjadi pada subsektor fashion mencapai nilai US$167,4 juta atau sebesar 15,41 persen dan subsektor kriya mencapai nilai US$66,7 juta atau sebesar 8,47 persen.
3.2 Subsektor Film, Animasi, dan Video
Film adalah karya seni berupa gambar bergerak yang berasal dari berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematograi. Sedangkan yang dimaksud dengan animasi adalah tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.
£
Provinsi asal ekspor ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat adalah Jawa Timur
(41)
Selanjutnya video adalah sebuah aktivitas kreatif berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam atau membuat gambar bergerak yang ditampilkan melalui media presentasi yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing dan memberikan nilai tambahan budaya, sosial, dan ekonomi.
Berdasarkan data dari tahun 2010–2016, ekspor ekraf menurut subsektor ilm, animasi dan video hanya melakukan kegiatan ekspor di tahun 2011, 2015 dan 2016. Pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 tidak ada kegiatan ekspor untuk subsektor ilm, animasi dan video. Pada tahun 2011 nilai ekspornya mencapai US$2.000,0 sementara di tahun 2015 nilainya US$94,0. Penurunan juga terjadi pada volume ekspor subsektor ilm, animasi dan video dari 24 kilogram di tahun 2011 menjadi 2 kilogram di tahun 2015. Namun di tahun 2016 nilai ekspornya meningkat menjadi US$1.161,0. Demikian pula dengan volumenya meningkat dari 2 kilogram di tahun 2015 menjadi 28,5 kilogram di tahun 2016.
Gambar 6. Berat Bersih dan Nilai FOB
Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video, 2010–2016
0 500 1 000 1 500 2 000 2 500
0 5 10 15 20 25 30
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
U
S$
Kg
Berat Bersih (Kg) Nilai FOB (US$)
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.1 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Negara Tujuan
Kegiatan ekspor pada subsektor ilm, animasi, dan video hanya dilakukan pada tahun 2011, 2015 dan 2016. Hal ini terjadi karena kebutuhan ilm dan animasi masih banyak dipenuhi karya dari luar negeri atau impor. Pada tahun 2011, ekspor subsektor ilm, animasi, dan video hanya ditujukan ke Singapura dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada tahun 2015 ditujukan ke Hongkong dengan nilai ekspor sebesar US$94,0. Pada tahun 2016 negara tujuan subsektor ilm, animasi dan video masih ditujukan ke Singapura dan ke Hongkong, dengan nilai ekspor masing– masing US$898,0 dan US$263,0.
£
Ekspor ekraf subsektor film, animasi dan video hanya melakukan kegiatan ekspor di tahun 2011, 2015 dan 2016
(42)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 25
Tabel 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video Menurut Negara Tujuan, 2010–2016
Negara Tujuan Nilai FOB (US$)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Singapura - 2 000,0 - - - - 898,0
Hongkong - - - 94,0 263,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.2 Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video
Menurut Pelabuhan Muat
Pada tahun 2011, ekspor subsektor ilm, animasi dan video hanya melalui Bandar Udara Soekarno Hatta dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 ekspor subsektor ini melalui Bandar Udara Ngurah Rai dengan nilai US$94,0 di tahun 2015 dan mengalami peningkatan di tahun 2016 dengan nilai US$1.161,0.
Tabel 7. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video Menurut Pelabuhan Muat, 2010–2016
Pelabuhan Muat Nilai FOB (US$)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Soekarno-Hatta (U) - 2 000,0 - - - -
-Ngurah Rai (U) - - - 94,0 1 161,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.2.3 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
Menurut Provinsi Asal
Provinsi asal ekspor subsektor ilm, animasi, dan video pada tahun 2011 adalah DKI Jakarta dengan nilai sebesar US$2.000,0, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar US$94,0 dari Bali. Provinsi asal ekspor subsektor ilm, animasi dan video tahun 2016 adalah Bali. Nilai ekspor di tahun 2016 mengalami peningkatan yang signiikan dibanding 2015, yaitu dari US$94,0 menjadi US$1.161,0.
Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video Menurut Provinsi Asal, 2010−2016
Provinsi Asal Nilai FOB (US$)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
DKI Jakarta - 2 000,0 - - - -
-Bali - - - 94,0 1 161,0
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Tahun 2016 negara tujuan subsektor film, animasi dan video adalah Singapura dan Hongkong£
Tahun 2016 ekspor subsektor film, animasi, dan video dimuat melalui Bandar Udara Ngurah Rai£
Tahun 2016 ekspor subsektor film, animasi, dan video berasal dari DKI Jakarta dan Bali(43)
3.3 Subsektor Kriya
Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata. Kriya adalah bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. Indonesia memiliki banyak pelaku seni kriya yang kreatif. Banyak dari mereka yang berhasil memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Hal ini dibuktikan oleh rata-rata besarnya kontribusi ekspor subsektor kriya terhadap total ekspor ekraf sepanjang tahun 2010 hingga 2016 yaitu sebesar 32,38 persen. Dimana posisi ekspor subsektor kriya ini
menempati urutan kedua setelah subsektor fashion dalam dominasi
ekspor ekraf.
Gambar 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya, 2010–2016
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Perkembangan ekspor subsektor kriya dari tahun 2010 hingga 2016 menunjukkan tren yang meningkat dari sisi nilai, namun menunjukkan tren yang menurun dari sisi volume. Pada tahun 2011 nilai ekspor subsektor kriya mengalami peningkatan sebesar 2,24 persen, namun pada tahun 2012 dan 2013 ekspor subsektor kriya mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,72 persen dan 1,74 persen.
Pada tahun 2014 kondisi ekspor subsektor kriya menunjukkan kinerja yang sangat positif yaitu naik sebesar 48,59 persen. Kenaikan pada tahun tersebut merupakan pertumbuhan yang tertinggi selama tahun 2010 hingga 2016. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan industri permata (KBLI
1 692,4 1 575,1 1 528,4 1 343,2 1 402,9 1 377,6 1 254,2
4 294,2 4 390,1 4 358,4 4 282,5
6 363,3
7 264,5 7 797,7
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berat Bersih (Ribu Ton) Nilai FOB (Juta US$)
£
Perkembangan ekspor
subsektor kriya dari tahun 2010 hingga 2016 menunjukkan tren yang meningkat dari sisi nilai, namun menunjukkan tren yang menurun dari sisi volume
(44)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 27 32111) dan industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi (KBLI 32112) yang sangat besar pada tahun 2014 masing-masing sebesar 775.576,00 persen dan 1.366,46 persen. Pada tahun 2015 perkembangan ekspor subsektor kriya terus meningkat sebesar 14,16 persen dibandingkan tahun 2014. Peningkatan ini terus dipertahankan di tahun 2016, walau kenaikannya tidak sebesar dibanding tahun sebelumnya yaitu 7,34 persen.
Gambar 8. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya (%), 2011–2016
2,24
-0,72 -1,74
48,59
14,16
7,34
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.3.1 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan
Sepanjang tahun 2011 hingga 2015 negara tujuan utama dari ekspor subsektor kriya adalah Amerika Serikat. Komoditas utama yang diekspor ke negara tersebut diantaranya komoditas industri furnitur dari kayu (KBLI 31001), industri alat musik bukan tradisional (KBLI 32202), dan industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi (KBLI 32112). Ekspor subsektor kriya ke Amerika Serikat terus mengalami pertumbuhan yang positif hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2015 ekspor subsektor ini mengalami penurunan sebesar 1,57 persen. Selanjutnya pada tahun 2016 ekspor subsektor ini kembali mengalami penurunan sebesar 3,63 persen sehingga nilainya menjadi US$1.256,3 juta.Pada tahun 2016, negara tujuan utama dari ekspor subsektor kriya adalah Swiss. Adapun komoditas utama yang diekspor adalah komoditas dari industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi (KBLI 32112). Pada tahun 2016, ekspor ke Swiss mengalami peningkatan sangat signiikan yaitu sebesar 119,81 persen dan nilai ekspornya mencapai US$2.068,4 juta.
£
Pada tahun 2014 nilai ekspor subsektor kriya mengalami pertumbuhan tertinggi
(45)
Negara Tujuan
Nilai FOB (Juta US$) %
Perubahan 2016 thd
2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Swiss 7,3 6,3 8,0 4,8 19,0 941,0 2 068,4 119,81
Amerika Serikat 1 149,2 1 174,1 1 203,0 1 302,6 1 324,4 1 303,6 1 256,3 -3,63
Singapura 204,8 185,3 182,1 154,0 370,0 549,0 1 049,3 91,13
Hongkong 29,9 51,1 61,1 64,8 418,8 452,8 503,0 11,09
Jepang 490,2 571,8 591,8 497,3 472,0 375,8 399,9 6,42
Uni Emirat Arab 89,5 97,9 93,2 88,1 449,9 313,6 285,7 -8,91
Taiwan 51,6 56,5 45,5 58,8 456,9 861,3 171,3 -80,11
Australia 173,4 181,7 184,2 167,1 263,1 194,2 168,7 -13,13
Jerman 187,6 201,4 179,9 153,3 172,8 165,1 156,2 -5,38
Malaysia 128,7 133,8 114,3 133,3 185,4 192,7 147,1 -23,67
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Negara tujuan ekspor berikutnya yang merupakan pangsa pasar strategis bagi ekspor subsektor kriya Indonesia adalah Singapura, Hongkong, dan Jepang. Selama tahun 2016 perkembangan nilai ekspor subsektor kriya ke negara-negara tersebut mengalami peningkatan yang positif. Ekspor ke negara Singapura mengalami peningkatan yang paling besar yaitu 91,13 persen dengan nilai ekspor mencapai US$1.049,3 juta.
Gambar 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya ke Lima Negara Tujuan Utama, 2010–2016
0 500 1 000 1 500 2 000 2 500
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Ju
ta
U
S
$
Swiss Amerika Serikat Singapura Hongkong Jepang
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.3.2 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan
Muat
Tabel 10 menyajikan perkembangan nilai ekspor subsektor kriya menurut pelabuhan muat dari tahun 2010 hingga tahun 2016. Pelabuhan muat yang menunjukkan kinerja positif selama tahun 2016 adalah Bandar
Tabel 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Negara Tujuan, 2010–2016
£
Pada tahun 2016 ekspor subsektor kriya ke Swiss mengalami peningkatan yang signifikan
(46)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 29 Udara Juanda, Bandar Udara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Batu Ampar, Bandar Udara Ngurah Rai, Pelabuhan Belawan, dan Pelabuhan Ujung Pandang. Ekspor melalui Bandar Udara Juanda mengalami peningkatan yang tertinggi di tahun 2016 yaitu 32,35 persen. Nilainya pada tahun 2016 mencapai US$3.449,4 juta sedangkan nilainya pada tahun 2015 mencapai US$2.606,3 juta. Ekspor melalui Pelabuhan Batu Ampar meningkat sebesar 12,74 persen dan nilainya menjadi US$84,5 juta, selanjutnya ekspor melalui Pelabuhan Belawan meningkat sebesar 9,83 persen menjadi US$45,8 juta.
Pelabuhan Muat
Nilai FOB (Juta US$) %
Perubahan 2016 thd
2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Juanda (U) 10,0 111,9 43,9 57,9 1 827,9 2 606,3 3 449,4 32,35
Tanjung Priok 1 860,7 2 054,2 2 177,1 2 030,7 2 101,9 2 004,1 1 777,2 -11,32
Tanjung Perak 1 073,6 1 073,8 1 099,6 1 092,0 1 061,9 1 008,5 943,7 -6,43
Soekarno-Hatta (U) 200,2 201,0 171,0 222,6 347,4 705,5 747,2 5,91
Tanjung Emas 832,9 675,4 585,0 563,8 647,7 653,5 625,2 -4,33
Batu Ampar 44,0 41,0 48,5 80,0 125,3 75,0 84,5 12,74
Ngurah Rai (U) 56,6 59,8 50,4 48,5 45,1 44,6 47,4 6,17
Belawan 64,6 62,1 60,2 56,3 53,6 41,7 45,8 9,83
Sekupang 29,3 33,2 50,8 46,3 36,5 33,2 32,6 -1,93
Ujung Pandang 20,3 19,2 15,2 14,1 12,6 11,1 11,9 7,50
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Berdasarkan nilai ekspor pada tahun 2016, Bandar Udara Juanda masih menempati urutan pertama dengan nilai US$3.449,4 juta. Hal ini dipengaruhi oleh ekspor industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi (KBLI 32112) yang memiliki peranan sebesar 99,68 persen terhadap total ekspor kriya yang dimuat dari Bandar Udara Juanda. Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 32,29 persen di tahun 2016 dengan nilai US$3.438,4 juta dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya mencapai US$2.599,2 juta.
Peningkatan nilai ekspor Bandar Udara Juanda di tahun 2016 yang cukup signiikan juga terjadi pada kelompok KBLI industri alat musik bukan tradisional (KBLI 32202). Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 100,71 persen dengan nilai US$6.265,7 ribu dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya sebesar US$3.121,7 ribu. Selain kelompok KBLI tersebut, kelompok industri barang logam lainnya ytdl (KBLI 25999) juga mengalami peningkatan sebesar 5.739,40 persen. Nilai ekspornya pada tahun 2016 mencapai US$969,9 ribu sedangkan pada tahun 2015 mencapai US$16,6 ribu.
Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Pelabuhan Muat, 2010−2016
£
Peningkatan nilai ekspor Bandar Udara Juanda di tahun 2016 yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok KBLI industri alat musik bukan tradisional
(47)
Kelompok KBLI
2015 2016 %
Perubahan 2016 thd 2015 Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (Juta US$) Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (Juta US$)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi (KBLI 32112)
74,90 2 599,20 91,00 3 438,40 32,29
Industri Alat Musik Bukan Tradisional (KBLI 32202) 53,70 3,10 83,50 6,30 100,71
Industri Pengolahan Lainnya YTDL (KBLI 32909) 52,90 1,40 33,00 1,00 -28,55
Industri Barang Logam Lainnya YTDL (KBLI 25999) 3,20 0,02 6,90 1,00 5 739,40
Industri Perhiasan Mutiara (KBLI 32115) 0,01 0,03 0,03 0,70 2 227,87
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
3.3.3 Ekspor Subsektor Kriya Menurut Provinsi Asal
Pada tahun 2016 ekspor subsektor kriya menurut provinsi asal didominasi oleh ekspor dari Pulau Jawa dan sekitarnya. Nilai ekspor tertinggi berasal dari Jawa Timur yang mencapai US$4.371,1 juta, dengan kenaikan sebesar 22,25 persen dibandingkan pada tahun 2015. Kemudian diikuti oleh Jawa Barat sebesar US$1.174,0 juta. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2015, ekspor subsektor kriya yang berasal dari Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 11,95 persen. Jawa Tengah mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar 0,94 persen dengan nilai US$807,6 juta. Sementara itu DKI Jakarta dan Banten mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,47 persen dan 17,85 persen.Provinsi Asal
Nilai FOB (Juta US$) %
Perubahan 2016 thd
2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Jawa Timur 992,1 1 091,1 1 054,6 1 077,2 2 808,1 3 575,4 4 371,1 22,25
Jawa Barat 1 277,5 1 352,4 1 425,0 1 374,7 1 384,9 1 333,4 1 174,0 -11,95
Jawa Tengah 868,0 769,4 700,1 694,5 777,1 800,1 807,6 0,94
DKI Jakarta 343,9 378,7 387,9 349,6 542,1 787,5 720,7 -8,47
Banten 309,4 343,7 340,7 325,2 314,1 340,5 279,7 -17,85
Bali 219,2 223,3 192,6 173,4 175,1 160,4 156,5 -2,47
Kepulauan Riau 68,6 76,6 10,3 81,1 93,7 146,8 125,0 -14,83
DI Yogyakarta 59,1 50,9 48,8 46,2 54,7 53,4 64,2 20,36
Sumatera Utara 64,9 62,3 60,6 56,6 53,9 42,0 46,2 10,19
Sulawesi Selatan 20,5 19,6 16,9 16,2 14,2 13,2 13,9 5,08
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Tabel 11. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI Utama Subsektor Kriya Melalui Bandar Udara Juanda, 2015−2016
£
Pada tahun 2016 ekspor subsektor kriya menurut provinsi asal didominasi oleh ekspor dari Pulau Jawa dan sekitarnyaTabel 12. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya Menurut Provinsi Asal, 2010−2016
(48)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 31 DI Yogyakarta yang menempati urutan ke-8 menunjukkan kinerja positif sebesar 20,36 persen. Pada tahun 2015 nilai ekspor subsektor kriya yang berasal dari provinsi tersebut hanya mencapai US$53,4 juta sedangkan pada tahun 2016 nilai ekspornya mencapai US$64,2 juta. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kelompok industri furnitur dari kayu (KBLI 31001) sebesar 4,94 persen dibandingkan tahun 2015.
3.4 Subsektor Kuliner
Perkembangan ekspor ekraf Indonesia, khususnya untuk subsektor kuliner dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan, baik secara nilai maupun berat bersihnya seperti terlihat pada Gambar 10. Secara rata-rata perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 sebesar 14,18 persen, sedangkan rata-rata perkembangan berat bersih ekspor subsektor kuliner sebesar 12,01 persen.
Pertumbuhan nilai ekspor subsektor kuliner pada tahun 2016 meningkat sebesar 6,92 persen dari tahun 2015. Pertumbuhan tertinggi nilai ekspor subsektor kuliner terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 45,26 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu turun 0,41 persen.
Gambar 10. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner, 2010–2016
256,8 317,1
346,9 363,7 422,2
465,0 502,7
594,2
863,2
960,9 956,9
1 081,2
1 179,0 1 260,5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berat Bersih (Ribu Ton) Nilai FOB (Juta US$)
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2016, nilai ekspor subsektor kuliner terbesar terjadi pada tahun 2016 yang mencapai US$1.260,5 juta. Sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2010 yang mencapai US$594,2 juta. Komoditas yang mendominasi ekspor subsektor kuliner adalah industri produk roti dan kue. Pada tahun 2016, sebanyak 41,32 persen ekspor subsektor kuliner berupa komoditas ini. Jika dilihat dari berat bersih ekspor subsektor kuliner, berat bersih ekspor terbesar
£
Pertumbuhan nilai ekspor subsektor kuliner pada tahun 2016 meningkat sebesar 6,92 persen
(49)
terjadi pada tahun 2016 yang mencapai 502,7 ribu ton, sedangkan berat bersih ekspor terkecil terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai 256,8 ribu ton.
3.4.1 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Negara Tujuan
Pada tahun 2016, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan nilai US$194,9 juta. Negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Malaysia, ketiga adalah Vietnam, keempat adalah Filipina, dan kelima adalah Singapura dengan masing-masing mencapai US$175,9 juta, US$129,8 juta, US$127,1 juta, dan US$93,1 juta.Gambar 11. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner Menurut 5 Negara Utama, 2010–2016
0 50 100 150 200 250
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
N ilai F O B (J u ta U S $ )
Tiongkok Malaysia Vietnam Filipina Singapura
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, perkembangan ekspor subsektor kuliner ke Tiongkok tahun 2016 naik sebesar 22,33 persen, Malaysia naik sebesar 6,76 persen, Vietnam naik sebesar 19,03 persen, Singapura naik sebesar 7,10 persen, sedangkan Filipina turun sebesar 0,09 persen.
Gambar 12. Pertumbuhan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner 2016 terhadap 2015 Menurut Negara Tujuan (%)
-13,39 -3,14 -0,13 -0,09 4,36 6,76 7,10 10,90 15,73 19,03 22,33
-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25
Jerman Australia Lainnya Filipina Thailand Malaysia Singapura Korea Selatan Amerika Serikat Vietnam Tiongkok
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Pada tahun 2016, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan komoditas industri produk roti dan kue£
Ekspor subsektor kuliner ke Tiongkok tahun 2016 naik 22,33 persen
(50)
EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2016 33 Diantara 10 besar negara tujuan ekspor subsektor kuliner, peningkatan tertinggi terjadi ke negara Tiongkok yaitu sebesar 22,33 persen, sedangkan penurunan tertinggi terjadi ke negara Jerman yaitu minus 13,39 persen. Perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner menurut negara tujuan yang lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 13. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner Menurut 5 Negara Tujuan Utama, 2010–2016
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Be ra t B e rsih ( R ib u T o n )
Tiongkok Malaysia Vietnam Filipina Singapura
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Perkembangan ekspor Indonesia subsektor kuliner menurut negara tujuan jika dilihat dari sisi berat bersihnya dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pada tahun 2016 berat bersih ekspor subsektor kuliner ke Tiongkok mencapai 57,2 ribu ton, atau meningkat sebesar 41,18 persen jika dibandingkan tahun 2015. Berat bersih ekspor subsektor kuliner ke Malaysia mencapai 77,6 ribu ton, ke Vietnam mencapai 39,4 ribu ton, ke Filipina mencapai 51,5 ribu ton, dan ke Singapura mencapai 55,1 ribu ton.
Gambar 14. Pertumbuhan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner 2016 terhadap 2015 Menurut Negara Tujuan (%)
41,18 -9,71 30,56 1,31 19,64 -1,88 13,01 13,38 -5,15 1,02 6,42
Tiongkok Malaysia Vietnam Filipina Singapura Thailand Amerika
Serikat
Australia Jerman Korea
Selatan Lainnya
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
£
Pada tahun 2016 berat bersih ekspor subsektor kuliner ke Malaysia mencapai 77,6 ribu ton£
Persentase pertumbuhan berat bersih ekspor subsektor kuliner tahun 2016 yang terbesar adalah Tiongkok(51)
Diantara sepuluh negara tujuan utama, persentase pertumbuhan berat bersih ekspor subsektor kuliner tahun 2016 terhadap tahun 2015 yang terbesar adalah Tiongkok, yaitu sebesar 41,18 persen. Persentase pertumbuhan berat bersih ekspor subsektor kuliner yang terkecil adalah Malaysia, yaitu turun sebesar 9,71 persen.
3.4.2 Ekspor Subsektor Kuliner Menurut Pelabuhan
Muat
Pada tahun 2016, Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan nilai US$786,0 juta atau peranannya mencapai 62,36 persen terhadap nasional. Pelabuhan muat ekspor terbesar kedua adalah Pelabuhan Tanjung Perak, ketiga adalah Pelabuhan Batu Ampar, keempat adalah Pelabuhan Sungai Guntung, dan kelima adalah Pelabuhan Tanjung Emas masing-masing mencapai US$190,1 juta, US$84,1 juta, US$82,9 juta, dan US$62,0 juta. Apabila dibandingkan dengan tahun 2015, perkembangan ekspor subsektor kuliner dari Pelabuhan Tanjung Priok naik sebesar 4,96 persen, Pelabuhan Tanjung Perak naik sebesar 28,84 persen, Pelabuhan Sungai Guntung naik sebesar 19,13 persen. Sedangkan Pelabuhan Batu Ampar turun sebesar 8,03 persen dan Pelabuhan Tanjung Emas turun sebesar 10,40 persen.
Gambar 15. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner Menurut 5 Pelabuhan Muat Utama, 2010–2016
0 200 400 600 800 1000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Nilai FOB (Juta US$)
T
a
hu
n
Tanjung Emas Sungai Guntung Batu Ampar Tanjung Perak Tanjung Priok
Sumber: Dokumen PEB dan Non-PEB, diolah
Diantara 10 besar pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner, peningkatan tertinggi terjadi di Bandar Udara Soekarno Hatta yaitu sebesar 49,67 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Pelabuhan Padang/ Teluk Bayur yaitu sebesar 23,27 persen. Perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner menurut pelabuhan muat yang lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.
£
Pada tahun 2016, Tanjung Priok merupakan pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar
(1)
Ekraf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
53 Nusa Tenggara Tim ur 2 925 400 765 1 686 704 955 38 766
61 Kalim antan Barat 0 0 0 0 0 0 4
63 Kalim antan Selatan 0 0 0 0 0 0 11
64 Kalim antan Tim ur 5 292 9 076 18 989 9 676 4 2 110 13
71 Sulaw esi Utara 0 0 0 0 0 0 21
73 Sulaw esi Selatan 1 96 0 0 600 0 4
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 8
94 Papua 0 55 3 0 1 010 0 220
Seni Rupa 1 422 245 962 328 901 789 548 801 417 890 408 756 557 497
11 Aceh 22 0 0 0 0 0 0
12 Sum atera Utara 82 0 131 0 0 99 0
14 Riau 29 132 2 140 0 586 0 0
18 Lam pung 0 0 0 110 0 0 0
21 Kepulauan Riau 207 255 309 877 563 146 573
31 DKI Jakarta 60 220 54 653 41 024 45 028 47 491 90 858 111 224
32 Jaw a Barat 18 579 15 434 6 950 19 135 7 771 3 031 11 992
33 Jaw a Tengah 188 055 36 512 166 679 202 836 65 308 41 455 56 555
34 DI Yogyakarta 103 581 38 419 59 347 58 063 51 279 7 649 30 825
35 Jaw a Tim ur 59 350 23 368 254 166 17 559 28 597 10 909 82 570
36 Banten 170 017 143 232 99 166 1 240 2 956 630 139
51 Bali 819 868 649 767 270 535 200 934 209 626 251 113 263 516
52 Nusa Tenggara Barat 30 20 142 0 0 0 0
53 Nusa Tenggara Tim ur 2 0 1 100 3 007 3 677 2 476 100
61 Kalim antan Barat 0 175 0 0 0 0 2
64 Kalim antan Tim ur 2 203 361 100 0 0 225 0
73 Sulaw esi Selatan 0 0 0 0 36 0 0
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 1
94 Papua 0 0 0 12 0 165 0
2 556 616 650 2 517 022 691 2 497 707 812 2 371 640 601 2 477 595 272 2 502 013 080 2 403 975 917 Total Ekspor Ekraf
(2)
Ekraf
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Fashion 8 584 325 102 10 356 882 421 10 084 407 505 10 593 408 750 10 698 835 313 10 895 217 691 10 901 481 517
11 Aceh 100 783 209 216 11 258 25 308 0 0 1 440
12 Sum at era Ut ara 5 714 566 5 767 453 6 785 656 5 713 280 5 690 456 3 881 291 2 337 554
13 Sum at era Barat 147 407 213 165 39 233 1 775 10 564 4 801 116 159
14 Riau 27 440 983 15 481 704 138 049 108 78 312 892 56 178 615 510 619
15 Jam bi 20 455 0 0 38 171 0 0 108 145
16 Sum at era Selat an 0 0 408 3 584 593 45 283 837
18 Lam pung 1 205 4 078 150 1 489 2 399 10 404 5 976
19 Kepulauan Bangka Belit ung 64 030 0 0 19 053 0 0 0
21 Kepulauan Riau 111 807 344 186 346 671 18 162 322 88 684 882 49 140 482 127 999 342 80 917 241 31 DKI Jakart a 1 447 883 569 1 613 102 042 1 405 819 324 1 264 333 516 1 205 101 249 1 086 639 327 919 233 195 32 Jaw a Barat 3 338 960 826 4 083 136 004 4 041 681 394 4 483 709 131 4 686 616 934 4 632 235 581 4 655 657 103 33 Jaw a Tengah 1 061 126 697 1 248 435 985 1 302 010 816 1 478 441 311 1 578 574 844 1 836 387 531 2 022 016 766 34 DI Yogyakart a 97 502 429 109 479 852 145 799 354 156 691 036 175 348 074 189 178 868 173 286 598 35 Jaw a Tim ur 181 190 490 237 084 649 260 225 946 281 346 393 307 129 334 310 667 268 308 428 791 36 Bant en 2 197 809 338 2 738 032 524 2 651 600 193 2 648 138 246 2 530 021 560 2 612 515 817 2 648 420 356
51 Bali 113 836 405 118 881 149 113 639 592 106 805 551 103 619 755 93 522 224 88 662 304
52 Nusa Tenggara Barat 7 947 0 240 206 175 0 2 000
53 Nusa Tenggara Tim ur 356 858 356 343 411 058 516 152 1 094 989 1 180 237 1 163 828
61 Kalim ant an Barat 0 748 194 13 756 64 258 625 584 564 585
62 Kalim ant an Tengah 0 50 080 0 46 444 0 0 0
63 Kalim ant an Selat an 4 456 9 174 439 49 574 0 0 13 859
64 Kalim ant an Tim ur 312 949 254 481 145 935 149 319 161 542 275 064 182 584
65 Kalim ant an Ut ara 0 0 0 0 0 37 922 92 819
71 Sulaw esi Ut ara 10 0 1 348 724 32 0 4 827
72 Sulaw esi Tengah 0 0 0 0 0 0 17 456
73 Sulaw esi Selat an 17 417 4 305 4 850 0 2 881 9 065 13 635
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 368
91 Papua Barat 18 514 0 18 492 0 0 0 0
94 Papua 424 32 798 1 542 18 957 76 577 1 572 232 472
Film, Animasi, Video 0 2 000 0 0 0 94 1 161
31 DKI Jakart a 0 2 000 0 0 0 0 0
51 Bali 0 0 0 0 0 94 1 161
Kriya 4 294 196 774 4 390 189 552 4 358 484 667 4 282 512 537 6 363 369 776 7 264 504 752 7 797 661 095
11 Aceh 56 987 52 055 3 103 176 13 124 983 10 446
12 Sum at era Ut ara 64 911 092 62 316 643 60 581 668 56 648 240 53 914 603 41 965 491 46 242 306
13 Sum at era Barat 24 363 7 281 1 450 5 188 18 643 86 988 87 872
14 Riau 16 604 484 6 668 786 99 306 894 69 725 763 120 649 751 272 541 295 708
15 Jam bi 34 013 0 0 0 34 842 0 167
16 Sum at era Selat an 2 634 172 3 261 337 2 523 341 2 130 221 1 871 101 1 924 564 2 298 075 (2)
(3)
Ekraf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
18 Lam pung 1 033 024 516 790 795 334 1 602 882 1 424 534 930 416 806 886
19 Kepulauan Bangka Belit ung 0 0 0 0 8 726 616 0 0
21 Kepulauan Riau 68 627 552 76 567 795 10 289 284 81 140 523 93 691 572 146 808 630 125 037 402 31 DKI Jakart a 343 903 068 378 710 392 387 877 213 349 602 232 542 104 558 787 487 352 720 748 749 32 Jaw a Barat 1 277 490 645 1 352 385 657 1 425 003 382 1 374 674 169 1 384 949 965 1 333 438 735 1 174 045 068 33 Jaw a Tengah 867 975 130 769 377 061 700 060 820 694 484 579 777 133 259 800 069 948 807 583 386 34 DI Yogyakart a 59 085 741 50 908 909 48 792 267 46 181 982 54 741 867 53 351 847 64 212 777 35 Jaw a Tim ur 992 129 449 1 091 114 269 1 054 551 670 1 077 156 921 2 808 064 141 3 575 403 450 4 371 090 114 36 Bant en 309 429 686 343 661 084 340 726 807 325 188 278 314 141 226 340 476 790 279 695 509
51 Bali 219 164 316 223 277 523 192 644 821 173 358 542 175 077 128 160 411 192 156 456 688
52 Nusa Tenggara Barat 310 243 426 487 362 600 1 190 009 177 859 221 718 954 659
53 Nusa Tenggara Tim ur 538 986 410 556 460 957 495 018 656 375 557 043 1 256 480
61 Kalim ant an Barat 42 945 068 2 725 645 2 775 484 2 093 172 6 303 088 2 356 066 3 088 685
62 Kalim ant an Tengah 1 705 025 766 845 3 504 818 2 884 820 0 53 524 74 890
63 Kalim ant an Selat an 3 056 435 3 851 653 3 645 097 3 380 576 2 436 484 2 077 755 7 647 047 64 Kalim ant an Tim ur 1 422 273 1 357 792 6 073 495 2 635 649 2 058 954 2 656 107 1 837 866
65 Kalim ant an Ut ara 0 0 0 0 0 73 835 55 118
71 Sulaw esi Ut ara 283 287 2 330 0 275 110 440 067 610 428 330 631
72 Sulaw esi Tengah 304 367 124 622 66 071 117 818 137 701 0 18 856
73 Sulaw esi Selat an 20 518 966 19 565 174 16 875 705 16 170 924 14 218 268 13 219 624 13 891 484
74 Sulaw esi Tenggara 440 2 042 238 1 538 107 1 359 494 299 957 0 16
75 Goront alo 0 0 0 0 0 0 29 421
81 Maluku 0 0 0 0 0 30 500 8 968 590
91 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 10 873 178
94 Papua 7 962 90 628 24 279 10 251 84 093 19 224 23 022
Kuliner 594 239 465 863 166 325 960 895 372 956 934 031 1 081 180 077 1 178 955 573 1 260 503 586 12 Sum at era Ut ara 12 556 592 18 969 648 19 766 722 11 321 113 8 009 637 8 178 206 8 226 852
13 Sum at era Barat 19 573 859 094 52 172 343 614 8 136 493 9 886 169 7 535 679
14 Riau 1 746 785 15 437 866 155 144 477 99 087 382 112 497 387 86 737 689 98 417 934
15 Jam bi 2 527 0 0 0 0 0 0
16 Sum at era Selat an 0 253 394 106 934 369 791 238 469 214 534 205 860
18 Lam pung 4 511 644 16 719 0 0 14 940 634 249
21 Kepulauan Riau 701 204 72 347 392 7 590 371 33 169 826 32 934 279 91 561 146 84 214 360
31 DKI Jakart a 93 379 598 126 306 961 137 190 450 144 566 296 141 910 392 151 823 856 147 354 314 32 Jaw a Barat 287 168 900 382 614 615 397 688 658 420 288 877 480 686 051 529 814 059 543 291 311 33 Jaw a Tengah 78 148 734 84 696 075 75 308 962 85 594 891 94 723 351 70 736 625 62 990 778
34 DI Yogyakart a 1 017 2 808 37 338 1 566 015 404 280 462 325 331 435
35 Jaw a Tim ur 53 892 248 74 278 972 84 236 947 83 823 206 120 613 235 147 213 498 189 268 398
36 Bant en 50 796 962 83 855 051 80 763 200 73 379 828 76 311 313 78 853 355 114 944 765
(4)
Ekraf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
52 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 12 977
53 Nusa Tenggara Tim ur 256 941 216 541 130 299 180 454 267 054 348 483 410 405
61 Kalim ant an Barat 422 090 476 003 438 533 374 362 923 027 1 082 388 1 521 133
64 Kalim ant an Tim ur 214 039 462 342 558 942 676 903 418 093 224 104 0
65 Kalim ant an Ut ara 0 0 0 0 0 68 156 136 484
71 Sulaw esi Ut ara 0 0 2 517 40 075 7 720 31 000 150
72 Sulaw esi Tengah 0 0 71 101 0 0 0 0
73 Sulaw esi Selat an 14 835 082 2 158 381 1 362 500 1 850 837 1 829 073 1 167 587 455 240
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 500
94 Papua 24 020 10 301 9 842 9 354 52 296 11 427 87 616
Musik 14 634 2 475 20 399 56 912 10 620 29 017 14 462
14 Riau 163 0 567 174 0 0 0
21 Kepulauan Riau 4 656 2 467 0 32 901 4 0 0
31 DKI Jakart a 65 0 19 832 23 837 10 548 29 017 14 262
32 Jaw a Barat 9 750 0 0 0 0 0 19
33 Jaw a Tengah 0 0 0 0 0 0 5
34 DI Yogyakart a 0 0 0 0 0 0 5
35 Jaw a Tim ur 0 0 0 0 0 0 142
36 Bant en 0 0 0 0 0 0 12
51 Bali 0 8 0 0 68 0 1
53 Nusa Tenggara Tim ur 0 0 0 0 0 0 15
Penerbitan 28 602 746 22 210 719 21 200 049 27 159 550 15 983 567 22 334 534 26 166 775
12 Sum at era Ut ara 8 021 12 309 28 789 14 551 994 617 4 196
14 Riau 2 299 25 559 32 070 50 088 71 847 0 2
15 Jam bi 200 0 0 200 0 0 0
18 Lam pung 0 0 0 12 904 7 987 1 917 0
21 Kepulauan Riau 53 026 137 986 3 146 86 022 42 368 50 120 199 736
31 DKI Jakart a 9 584 630 5 620 439 6 286 299 8 547 523 4 735 646 6 286 286 5 639 274
32 Jaw a Barat 12 195 393 10 685 992 9 173 869 12 155 743 4 844 317 3 740 959 14 466 281
33 Jaw a Tengah 3 175 778 2 937 186 2 399 371 2 660 509 2 907 499 6 608 166 3 796 165
34 DI Yogyakart a 184 181 13 515 9 487 35 839 2 873 2 525 1 208
35 Jaw a Tim ur 1 892 480 989 011 2 251 602 1 944 960 1 832 827 3 987 408 641 013
36 Bant en 1 132 598 1 465 534 544 804 971 607 1 133 790 1 347 641 1 111 356
51 Bali 365 754 295 160 425 943 660 575 391 636 287 036 277 844
53 Nusa Tenggara Tim ur 575 291 452 749 291 621 28 314
61 Kalim ant an Barat 0 0 0 0 0 0 135
63 Kalim ant an Selat an 0 0 0 0 0 0 21
64 Kalim ant an Tim ur 7 801 27 344 44 182 18 280 1 151 21 237 41
71 Sulaw esi Ut ara 0 0 0 0 0 0 8
(5)
Ekraf
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 10
94 Papua 0 363 35 0 882 0 1 153
Seni Rupa 5 631 904 8 943 725 14 573 648 10 556 556 5 550 551 3 035 708 3 039 881
11 Aceh 38 0 0 0 0 0 0
12 Sum at era Ut ara 754 0 1 213 0 0 256 0
14 Riau 480 133 8 299 0 1 483 0 0
18 Lam pung 0 0 0 560 0 0 0
21 Kepulauan Riau 208 1 006 3 148 376 1 287 263 1 305
31 DKI Jakart a 845 047 1 530 814 6 957 559 857 636 1 096 258 837 596 728 081
32 Jaw a Barat 944 121 2 907 882 4 063 262 6 832 406 2 016 775 17 630 292 331
33 Jaw a Tengah 261 890 1 221 991 1 010 202 662 680 402 627 191 419 197 208
34 DI Yogyakart a 381 976 106 655 312 608 533 673 364 608 284 809 170 442
35 Jaw a Tim ur 201 709 50 033 111 785 47 334 97 318 149 542 161 816
36 Bant en 259 571 166 329 97 593 24 631 128 596 2 645 11 748
51 Bali 2 732 433 2 957 521 2 006 550 1 595 384 1 437 271 1 547 886 1 476 440
52 Nusa Tenggara Barat 26 71 842 0 0 0 0
53 Nusa Tenggara Tim ur 3 0 476 1 361 4 028 3 280 360
61 Kalim ant an Barat 0 749 0 0 0 0 50
64 Kalim ant an Tim ur 3 648 541 111 0 0 21 0
73 Sulaw esi Selat an 0 0 0 0 300 0 0
81 Maluku 0 0 0 0 0 0 100
94 Papua 0 0 0 515 0 362 0
13 507 010 625 15 641 397 217 15 439 581 640 15 870 628 336 18 164 929 904 19 364 077 369 19 988 868 477 Total Ekspor Ekraf
(6)