Pendahuluan Tinjauan Pustaka T1 672014707 Full text

`7

1. Pendahuluan

Komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kini manusia dipermudah oleh teknologi untuk menyampaikan informasi. Media komunikasi yang diciptakan manusia tersebut memang memudahkan dalam penyampaian informasi, tapi di sisi lain penyampaian pesan melalui media tertentu tidak menjamin keamanan terhadap integritas data. Keamanan telah menjadi aspek yang sangat penting dari suatu sistem informasi. Dokumen dalam bentuk PDF merupakan salah satu format yang sering dibagikan lewat jaringan internet. Dokumen PDF ini dapat memuat informasi penting dari satu pihak ke pihak lain. Ada resiko bahwa selama proses pengiriman ini, terdapat isi dari file dokumen menjadi rusak atau berubah karena adanya file corrupt, virus, atau tindakan perusakanpengubahan yang sengaja dilakukan oleh pihak lain. Salah satu upaya untuk menjaga integritas dokumen PDF adalah dengan memberikan digital signature terlebih dahulu ke dalam file yang akan dikirim. Digital signature atau yang juga disebut tanda tangan digital adalah suatu mekanisme untuk menggantikan tanda tangan secara manual pada dokumen kertas [1]. Digital signature memiliki fungsi sebagai penanda pada data yang memastikan bahwa data tersebut adalah data yang sebenarnya. Penanda pada digital signature ini tidak semata hanya berupa tanda tangan digital, tetapi dapat berupa cap digital, text, bit, dan gambar. Aspek keamanan dan kerahasiaan bukan disediakan dengan sistem berupa tanda tangan digital, tetapi tanda tangan yang telah dienkripsi terlebih dahulu dengan algoritma tertentu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Perancangan dan Implementasi Digital Signature pada dokumen PDF dengan Algoritma Vigenere ”.

2. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian yang berjudul Elliptic Curve Digital signature Algorithm ECDSA [2] dibahas tentang perlunya suatu mekanisme untuk menjamin keaslian otentikasi dokumen elektronis dalam pertukaran dokumen file. Metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara menambahkan tanda tangan digital pada dokumen tersebut. Digital signature pada penelitian tersebut diimplementasikan dengan algoritma ECDSA. Penelitian yang lain, yang membahas tentang pemanfaatan digital signature untuk mengamankan dokumen adalah Pengamanan Data Transkrip Nilai Berbentuk Citra Menggunakan Digital Signature [3]. Pada penelitian tersebut dibahas tentang bagaimana menghindari terjadinya manipulasi transkrip nilai pada proses melamar kerja secara online. Solusi yang digunakan adalah dengan menambahkan digital signature pada file transkrip nilai. Kombinasi antara SHA-512, DSA, dan steganografi LSB digunakan untuk membangkitkan digital signature dan menyisipkan ke dalam file transkrip nilai. Keluaran dari sistem tersebut adalah dihasilkannya file transkrip nilai yang memiliki digital signature beserta public key yang telah disisipkan ke dalam file transkrip. `8 Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada mengenai keamanan data maka dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai Perancangan dan Implementasi Digital Signature pada dokumen PDF dengan Algoritma Vigenere sehingga dapat membantu dalam pengamanan dokumen PDF dan mengurangi kecurangan dalam manipulasi data. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Dokumen yang diamankan adalah dokumen PDF; 2 Algoritma SHA digunakan untuk membangkitkan nilai hash dari dokumen PDF; dan 3 Algoritma Vigenere digunakan untuk mengenkripsi nilai hash, sebelum disisipkan ke dalam file PDF. Digital signature adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk meningkatkan keamanan jaringan. Digital signature memiliki fungsi sebagai penanda pada data yang memastikan bahwa data tersebut adalah data yang sebenarnya tidak ada yang berubah. Digital signature dapat memenuhi setidaknya dua syarat keamanan jaringan, yaitu authenticity dan non-repudiation, dan juga integrity keutuhan data. Authenticity berarti bahwa dokumen tersebut berasal dari pemilik yang spesifik. Non- repudiation berarti bahwa berdasarkan digital signature di dalam suatu dokumen, pelakupengirim tidak dapat mengingkari bahwa yang bersangkutan melakukan pengirimanmanipulasi data. Integrity berarti bahwa keutuhan suatu dokumen dapat diketahui berdasarkan kondisi digital signature di dalamnya [4]. Vigenere Cipher merupakan algoritma kriptografi klasik. Operasi pada algoritma kriptografi klasik berbasis pada operasi karakter, sedangkan operasi pada algoritma kriptografi modern berbasis pada operasi bit. Dalam kriptografi klasik, Vigenere Cipher termasuk ke dalam cipher substitusi abjad majemuk, yang terbuat dari sejumlah cipher abjad tunggal, masing-masing dengan kunci yang berbeda [5]. Vigenere Cipher telah berkali-kali diciptakan ulang dengan cukup bervariasi. Namun, metode aslinya digambarkan oleh Giovan Batista Belaso pada tahun 1553 seperti tertulis di dalam bukunya LaCifradel Sig. Giovan Batista Belaso. Meskipun demikian, Vigenere Cipher dipopulerkan oleh Blaise de Vigenere pada tahun 1586. Vigenere Cipher menggunakan Bujur Sangkar Vigenere Gambar 1 untuk melakukan enkripsi. Pada bujur sangkar tersebut, kolom paling kiri menyatakan huruf-huruf kunci, dan baris paling atas menyatakan plainteks sedangkan karakter-karakter lainnya menunjukkan karakter cipherteks. Karakter cipherteks ditentukan dengan menggunakan prinsip Caesar Cipher. Pergeseran huruf menjadi cipherteks ditentukan oleh nilai desimal dari huruf kunci yang bersangkutan a = 0, b = 1, ..., y = 24, z = 25. Vigenere Cipher menggunakan tabel Vigenere yang dikenal dengan tabula recta Gambar 1. `9 Gambar 1 Tabula Recta yang Digunakan oleh Vigenere Cipher [6] Tabula recta digunakan untuk mendapatkan cipherteks dengan menggunakan kunci yang telah ditentukan. Jika panjang kunci lebih pendek daripada panjang plainteks, maka kunci diulang penggunaannya sistem periodik. Jika panjang kunci adalah m, maka periodenya adalah m. Secara singkat, enkripsi dapat dijelaskan sebagai berikut: p plainteks: KRIPTOGRAFI, k kunci : LAMPIONLAMP, c cipherteks : VRUEBCTCARX. SHA adalah fungsi hash satu arah. Sama halnya dengan DSA, SHA dibuat oleh NIST dan digunakan bersama DSS. SHA dinyatakan aman karena secara komputasi tidak dapat ditemukan isi pesan dari message digest yang dihasilkan, dan tidak dapat dihasilkan dua pesan yang berbeda, yang menghasilkan message digest yang sama. Setiap perubahan yang terjadi pada pesan akan menghasilkan message digest yang berbeda. Ada beberapa tipe SHA yang telah dijadikan NIST sebagai standard fungsi hash yang baru, salah satunya adalah SHA-512. Fungsi hash memetakan pesan M dengan panjang berapapun menjadi nilai hash h dengan panjang tetap tertentu, tergantung algoritmanya. Untuk algoritma SHA-512 panjang nilai hash yang dihasilkan adalah 512. SHA-512 sebagai fungsi hash mempunyai sifat-sifat sebagai berikut [7]: 1 Fungsi h dapat diterapkan pada blok berukuran berapa saja; 2 h mudah dihitung bila diberikan M. Sifat ini merupakan keharusan, karena jika h sukar dihitung, maka fungsi hash tersebut tidak dapat digunakan; 3 M tidak dapat dihitung jika hanya diketahui h. Sifat ini disebut juga one-way function atau mudah untuk menghitung h dan sukar untuk dikembalikan ke M semula. Sifat ini sangat penting dalam teknik kriptografi, karena jika tanpa sifat tersebut maka penyerang dapat menemukan nilai M dengan mengetahui nilai hash-nya h; dan 4 Tidak mungkin dicari M dan M sedemikian sehingga HM = HM. Sifat ini disebut juga collision free. Sifat ini mencegah kemungkinan pemalsuan. `10

3. Metode dan Perancangan Sistem