Penurunan Persamaan Perubahan Sudut

commit to user g. Dua momen ujung yang bekerja pada setiap anggota dapat diekspresikan sebagai fungsi dari kedua rotasi dan beban-beban pada ujung anggota yang bersangkutan. Jadi momen-momen M 1 hingga M 8 dapat diekspresikan sebagai fungsi dari kedua rotasi titik hubung yang tak diketahui θ B dan θ C . h. Gambar 2.2c memperlihatkan diagram-diagram benda bebas titik hubung B dan C. Aksi dari anggota terhadap titik hubung terdiri dari sebuah gaya dalam arah sumbu anggota yang bersangkutan, dan sebuah momen yang masing-masing merupakan lawan dari aksi titik hubung yang bersangkutan terhadap anggota tersebut. Pada gambar 2.2c hanya momen yang diperlihatkan. Momen-momen ini diperlihatkan dalam arah positif mereka, yakni berlawanan arah jarum jam. i. Agar seimbang, jumlah semua momen yang bekerja di setiap titik hubung harus sama dengan nol. Jadi : Syarat sambungan di B : M 2 + M 3 + M 5 = 0 Syarat sambungan di C : M 4 + M 7 = 0 Syarat sambungan di B dan C diperlukan dan cukup untuk menentukan nilai rotasi titik hubung yang tak diketahui yaitu θ B dan θ C . Dari keterangan gambar 2.2 di atas sudah dapat diketahui bahwa beban yang diterima rangka menyebabkan perubahan sudut θ yang nilainya perlu dicari dan digunakan untuk menentukan nilai momen lentur pada setiap ujung anggota.

2.3.2. Penurunan Persamaan Perubahan Sudut

Persamaan-persamaan defleksi kemiringan momen ujung yang bekerja di ujung-ujung sebuah batang dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung dan pembebanan pada batang tersebut. Jadi untuk rentangan AB yang terlihat pada gambar 2.3a, M A dan M B dinyatakan dalam suku- suku rotasi ujung θ A dan θ B dan pembebanan yang diberikan W 1 dan W 2 momen ujung searah jarum jam bernilai positif. commit to user Gambar 2.3. Persamaan perubahan sudut kerangka kaku Sumber : Wang, 1987 : 180 Dengan pembebanan yang diberikan pada batang itu maka diperlukan momen ujung mome n ujung terjepit M OA dan M OB yang diperlukan untuk mempertahankan kemiringan nol di A dan B Gambar 2.3b. Momen-momen ujung tambahan M ’ A dan M ’ B atau biasa disebut kondisi gaya titik hubung yang tanpa beban-beban bekerja pada batang AB diperlukan untuk mempertahankan kemiringan θ A dan θ B . Jika θ A1 dan θ B1 merupakan rotasi ujung yang disebabkan oleh M ’ A dan θ A2 dan θ B2 oleh M ’ B Gambar 2.3d, maka syarat-syarat bentuk yang diperlukan menurut Wang, 1987:180 : M A = M OA + M ’ A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 M A = M OA + M ’ A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3 Momen-momen ujung M OA dan M OB ditentukan sebagai momen ujung terjepit sedangkan momen-momen ujung M ’ A dan M ’ B ditentukan untuk mempertahankan kemiringan θ A dan θ B. jadi : θ A = - θ A1 + θ A2 = 3EI L M 6EI L M B A + - . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 a Persamaan perubahan sudut b c d commit to user θ B = - θ B1 + θ B2 = 3EI L M 6EI L M B A + - . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.5 Dengan menjawab persamaan 2.3 dan 2.4 untuk memperoleh M ’ A dan M ’ B, M ’ A = + B q q L 2EI L 4EI A + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.6 M ’ B = + B q q L 4EI L 2EI A + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.7 Subtitusikan persamaan 2.5 dan 2.6 ke dalam persamaan 2.1 dan 2.2 untuk memperoleh M A dan M B , M A = M OA + 2 L 2EI A B q q + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.8 M B = M OB + 2 L 2EI A B q q + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.9 Maka secara umum di dapat, M ujung-dekat = M OA + 2 L 2EI A B q q + . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.10 Dimana : θ A = Sudut rotasi titik hubung A θ B = Sudut rotasi titik hubung B M A = Momen di ujung batang AB Nmm 2 M B = Momen di ujung batang BA Nmm 2 M ’ A = Momen untuk mempertahankan kemiringan θ A M ’ B = Momen untuk mempertahankan kemiringan θ B I = Inersia mm 4 L = Panjang batang mm M OA = Momen ujung terjepit di A M OB = Momen ujung terjepit di B commit to user Persamaan 2.9 di atas adalah persamaan perubahan sudut untuk suatu anggota yang mengalami perubahan sudut tanpa rotasi sumbu anggota- anggotanya. Momen di sembarang ujung suatu anggota yang mengalami lenturan sama dengan momen ujung terjepit akibat beban-beban yang bekerja pada anggota tersebut ditambah 2EIL kali jumlah dari dua kali kemiringan di ujung dekat dan kemiringan di ujung jauh.

2.4. Pengelasan