Klub Memancing Komunitas RC Boat Di Pangandaran

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

KLUB MEMANCING KOMUNITAS RC BOAT di

PANGANDARAN

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah DI.38309 Tugas Akhir Semester genap tahun akademik 2014/2015

Oleh :

Brian Gibson sembiring 52011004

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

(5)

Nama : Brian Gibson Sembiring Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Balikpapan, 15 April 1993 Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Katolik

Alamat Lengkap : jln. Telaga sari III Rt 41 no 55 kelurahan Telagasari-Balikpapan selatan

Telepon/HP : 082219140225

Email : kerongkerong666@yahoo.co.id LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1998-1999 : TK St. Theresia Balikpapan 1999-2005 : SD Negeri 031 Balikpapan 2005-2008 : SMP Negeri 2 Balikpapan 2008-2011 : SMA Negeri 2 Balikpapan

2012-2016 : Universitas Komputer Indonesia Fakultas Desain, Jurusan desain Interior KEAHLIAN

M.office, Autocad, Skethcup, Artlantis studio, Adobe Photoshop, Adobe Flash.


(6)

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Klub Memancing Komunitas RC Boat di Pangandaran. Tugasi Akhir ini dibuat atas persyaratan kelulusan pada program studi Desain Interior, Universitas Komputer Indonesia.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir Ini penulis banyak mendapatkan saran, serta keterangan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Febry Maharlika, S.Ds. M.S.n. selaku pembimbing Tugas Akhir 2. Ibu Retia Situmeang orang tua yang selalu memberikan semangat

serta doanya.

3. Dosen jurusan Desain Interior.

4. Semua teman dari jurusan desain interior, fina hutasoit, dan keluarga.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis sangat menyadari masih ada banyak kekurangan yang sengaja atau tidak disengaja. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan tersebut.


(7)

Daftar Isi

Judul Halaman

Daftar Isi ...i

Daftar Gambar ...iii

Daftar Tabel ...vi

Daftar Skema ...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Gagasan Perancangan ... 4

1.3. Fokus Permasalahan ... 6

1.4. Permasalahan Perancangan ... 7

1.5. Maksud dan Tujuan Perancangan ... 7

1.5.1 Maksud ... 7

1.5.2 Tujuan Perancangan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS KLUB MEMANCING DI PANGANDARAN 2.1. Pengertian Memancing ... 9

2.2. Tinjauan Klub (clubhouse) ... 9


(8)

2.3.1 Peralatan Memancing ... 12

2.4. Tinjauan Interior ... 20

1. Hubungan Antar Ruang ... 20

2.5. Studi Antropometri ... 22

2.5.1. Teknik Melempar Pancing ... 22

2.5.2. Lobby ... 23

2.5.3. Restoran ... 24

2.5.4. Café ... 25

3.1. Studi Banding ... 28

BAB III KLUB MEMANCING di PANGANDARAN A. Data dan Karateristik User ... 29

B. Daftar Fasilitas dan Aktivitas ... 31

C. Struktur Organisasi ... 34

D. Alur Sirkulasi ... 35

E. Program Kedekatan Antar Ruang ... 36

F. Blocking ... 37

G. Blocking ... 37

H. Studi Image Terkait Ide/Gagasan Perancangan ... 48 BAB IV KONSEP PERANCANGAN KLUB MEMANCING di PANGANDARAN


(9)

A. Konsep Perancangan ... 50

1. Tema ... 50

2. Penggayaan ... 50

B. Implementasi Konsep Perancangan ... 51

C. Teknis Penghawaan, Teknis Pencahayaan, dan Keamanan ... 66

DAFTAR GAMBAR Judul Halaman  Gambar 2.3.1. surf casting rod ... 12

 Gambar 2.3.2. Ice Fishing Rod ... 13

 Gambar 2.3.4. Fly Fishing Rod ... 13

 Gambar 2.3.5. Trolling Rod ... 13

 Gambar 2.3.6. Bait Casting Rod ... 14

 Gambar 2.3.8. Popping Rod ... 15

 Gambar 2.3.9. Jigging Rod ... 15

 Gambar 2.3.10. Tegek Rod ... 15

 Gambar 2.3.11. Bamboo Rod ... 16

 Gambar 2.3.12. Reel / gulungan benang ... 16


(10)

 Gambar 2.3.15. Senar / nylon ... 18

 Gambar 2.3.16. Mata kail ... 19

 Gambar 2.3.17. Pelampung ... 19

 Gambar 2.3.18. Teknik memancing ... 22

 Gambar 2.3.19. Lobby ... 23

 Gambar 2.3.20. Restoran ... 24

 Gambar 2.3.21. café ... 25

 Gambar 2.3.22. café ... 26

 Gambar 2.3.23. sirkulasi café ... 27

 Gambar 2.3.24. Gedung penginapan ... 28

 Gambar 2.3.25. Cafetaria ... 29

 Gambar 2.3.26. gedung karyawan pembibitan ikan mas ... 29

 Gambar 2.3.27. area pentas musik ... 30

 Gambar F.1.1. Blocking lantai 1 ... 37

 Gambar F.1.2. Blocking lantai 2 ... 38

 Gambar F.1.3. Blocking lantai 3 ... 39

 Gambar F.1.4. Blocking lantai 4 ... 40

 Gambar F.2.1. Zonning lantai 1 ... 41


(11)

 Gambar F.2.3. Zonning lantai 3 ... 43

 Gambar F.2.4. Zonning lantai 4 ... 44

 Gambar H.1.1. Cafetaria ... 48

 Gambar H.1.2. Area Berdiskusi ... 48

 Gambar H.1.3. Pencahayaan ... 49

 Gambar H.1.4. Lobby ... 49

 Gambar 1.26. Restorant ... 52

 Gambar 1.27 Area Lounge ... 52

 Gambar 1.28. Material ... 57

 Gambar 1.30. Konsep Warna ... 58

 Gambar 1.31. Umpan Popper ... 60

 Gambar Bagian Belakang kapal ... 61

 Gambar 1.32. Desain Stool ... 63

 Gambar 1.33. Desain Meja rustic ... 63

 Gambar 1.34. Desain Coffe Table ... 64

 Gambar 1.35. Gambar display rustic ... 64


(12)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

 Tabel II.1. Lobby ... 33

 Tabel II.2. Galleri ... 34

 Tabel II.3. Ruang kepengurusan ... 34

 Tabel II.4. Ruang Rapat ... 34

 Tabel II.5. Ruang santai anggota klub ... 35

 Tabel II.6. café ... 35

 Tabel II.7. Ruang Penjualan Pancingan ... 35

 Tabel II.8. Ruang Karyawan ... 36

 Tabel II.9. Ruang Kelas Memancing Air Laut ... 36

 Tabel II.10. Ruang Kelas Memancing Air Tawar ... 36

 Tabel II.11. Ruang servis ... 37

 Tabel II.12. Mushola ... 37

 Tabel II.13. Area Lelang Barang Bekas ... 37

 Tabel II.14. Kedekatan Ruang umum ... 40


(13)

DAFTAR SKEMA

Judul Halaman

 Skema I. Struktur organisasi ... 38

 Skema II. Sistem Pengelola ... 39

 Skema III. Sistem anggota ... 39

 Skema IV. Sistem Pengunjung luar ... 39 A. Daftar Pustaka


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. Kata Hobi berasal dari kata serapan dari Bahasa Inggris Hobby, berarti kegiatan untuk memenuhi tujuan dan mendapatkan kesenangan (KBBI Ed.III). Terdapat berbagai macam jenis hobi diantaranya megumpulkan sesuatu, atau koleksi, membuat, memperbaiki, bermain dan belajar. Memiliki hobi adalah hal yang baik karena bermanfaat, sekecil apapun hobi yang dimiliki dan ditekuni, dapat membuat pikiran menjadi tenang, tidak membebani diri, dan mengurangi resiko terkena stres.

Sekelompok orang yang memiliki hobi yang sama memungkinkan untuk membentuk komunitas/klub yang didalamnya dengan cara terdapat aktivitas yang berhubungan dengan hobi yang sedang ditekuni seperti mengenai hobi yang sama, bertukar pikiran, maupun pengalaman memancing dan sebagainya. hobi yang dapat berhubungan dengan olahraga yaitu memancing.

Dalam praktiknya, tidak semua kegiatan memancing selalu menghasilkan seekor ikan, tetapi dapat juga diartikan sebagai


(15)

kegiatan menangkap katak, penyu, ikan, cumi-cumi, gurita, bahkan ikan paus. Banyak para pemancing yang rela mengeluarkan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah hanya untuk membeli peralatan memancing ikan yang jika di bandingkan dengan hasil tangkapannya pastilah akan jauh perbedaan harga. Memancing juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Kegiatan memancing dapat membuat lebih bahagia dan lebih bugar, berikut beberapa manfaat kegiatan memancing bagi kesehatan, seperti contoh menciptakan perasaan senang, sebagai pelepas stres, dan juga memberikan efek sabar dalam menunggu umpan dimakan ikan.

Hobi dapat membentuk pertemanan bahkan hubungan kekeluargaan hingga menjadi relasi bisnis. Begitu banyaknya kolam pemancingan di Pangandaran yang dibuat dengan berbagai cara dan aturan, yang membuktikan bahwa semakin banyak orang yang menggemari hobi Salah satunya adalah komunitas RC Boat Jawa Barat, adalah komunitas kapal miniatur yang berdiri sejak 2004 dan beranggotakan ±60 orang yang menyukai hobi memancing.

Salah satu kapal miniatur yang dibanggakan adalah Kapal Pinisi yang berasal dari Indonesia tepatnya kapal yang dibuat dari Makasar oleh Suku Bugis. Miniatur Kapal Pinisi ini memiliki harga jual tinggi, dikarenakan material kapal yang menggunakan kayu damar yang di produksi oleh buatan tangan penduduk Suku Bugis. Keunikan kapal


(16)

phinisi yaitu dari layar yang dibuat dengan jaitan menyilang agar mendapatkan angina yang akan menggerakkan sebuah kapal phinisi, kemudian rangka kapal yang dibuat dengan kuncian-kuncian kayu saja tetapi kapal ini adalah kapal mengangkut barang yang banyak dan keuinikannya tidak ditemukan pada kapal-kapal umumnya.

Komunitas Klub RC Boat Jawa Barat membentuk sebuah klub memancing karena beberapa diantara anggota RC Boat Jawa Barat memiliki hobi yang sama yakni memancing oleh karena itu anggota yang memiliki hobi memancing membentuk sebuah klub memancing di sekitar Pangandaran, dikarenakan potensi-potensi yang mendukung, seperti lokasi, ikan, dan lain-lainnya. Di sekitar Pangandaran, masyarakat dari berbagai kalangan datang hanya untuk melepas jenuh melalui hobinya. Pangandaran memiliki pantai timur dan pantai barat. Letak Klub ini di pantai barat karena lautnya yang dalam dan ombaknya yang besar, karena potensi ikan predator banyak ditempat yang ombak besar dan laut berterumbu karang, pada kondisi seperti itu ikan berjenis predator lebih banyak dan lebih disukai oleh para angeler. Pantai barat juga berpotensi untuk tempat berangkat menggunakan kapal laut, jika para pemancing akan berpergian karena banyaknya tempat penyewaan kapal. Dengan itu RC Boat di Pangandaran akan lebih baik jika di bentuk sebuah Klub memancing, karena memiliki kelebihan letak lokasi dan potensi ikan


(17)

agar komunitas RC Boat dapat memberikan anggotanya tempat berkumpul disebuah Klub.

Selain menjadi tempat berkumpul anggota, klub RC Boat ini juga menjadi tempat olahraga, bersantai dan selain itu juga sebagai tempat bisnis alat pancing, memberikan tempat dimana keanggotaan memancing di Pangandaran bisa lebih nyaman dengan suasana yang berbeda dengan Klub yang sudah ada, diadakannya Klub memancing di Pangandaran karena daerah yang lebih mendukung kegiatan memancing mereka yaitu dekat dengan laut dan potensi ikan di laut lebih banyak jenisnya daripada di air tawar. Perairan laut juga lebih banyak ikan yang berjenis predator karena ikan berjenis predator lebih diburu oleh para pemancing, dengan adanya kegiatan perlombaan diadakan tiap bulan dan klub memancing yang dari daerah luar Pangandaran juga boleh ikut serta dengan itu disediakannya penginapan untuk klub memancing dari luar pangandaran. Aktivitas klub memancing di pangandaran yaitu berdiskusi, berkumpul, bertukar pikiran, dan sekaligus menjadi tempat edukasi atau tempat pembelajaran teknik memancing, dengan fasilitas yang memadai dan lengkap.

Komunitas RC (remote control) Boat ini menyanjung tinggi nilai sebuah kapal Indonesia yang berasal dari suku Bugis, yaitu Kapal Phinisi. Beberapa keunikan Kapal Phinisi yaitu dari layar yang dibuat dengan


(18)

jaitan menyilang agar mendapatkan angin yang akan menggerakkan sebuah Kapal phinisi, kemudian rangka kapal yang dibuat dengan kuncian-kuncian kayu saja tetapi kapal ini termasuk kapal yang kokoh karena berlayar mengangkut barang yang banyak. Dengan demikian Klub memancing ini akan diterapkan beberapa keunikan yang terdapat di kapal phinisi.


(19)

1.2 Gagasan Perancangan

Perancangan Interior “Club House” di Pangandaran ini diambil dari kapal miniatur yang di banggakan oleh komunitas RC Boat yaitu Kapal Phinisi yang berasal dari Indonesia, maka dengan tema “The uniqueness of Pinisi Ship”, akan sesuai dengan kesukaan para anggota komunitas RC Boat yaitu kapal khas tradisional Indonesia yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makasar di Sulawesi Selatan. Kapal pinisi juga digunakan untuk mengangkut barang antar pulau di Nusantara, selain itu kapal pinisi juga digunakan untuk berlayar berbulan-bulan untuk menjaring ikan, ada dua jenis kapal phinisi yaitu lamba atau lambo yang dikenal kapal pinisi modern tenaga mesin diesel, dan kedua yaitu palari yang masi menggunakan angin. Bahan kayu yang digunakan untuk membuat kapal pinisi adalah kayu damar sebagai dinding kapal dan decking menggunakan kayu ulin (sumber:http://nationalgeographc.co.id,2006,para 1).

Untuk mendukung tema perancangan, maka penggayaan yang dipilih konsep penggayaan vintage rustic, rustic dari definisi katanya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II,2005. diartikan sebagai berkarat, kasar, hingga berkesan pedesaan. Pada prakteknya, rustic kerap dikaitkan dengan gaya natural serta kesan apa adanya.

Menurut buku Luthfi Hasan “happy vintage” (2015), vintage dan antik dapat dibedakan berdasarkan umur dari suatu benda. Bila benda


(20)

zaman dulu yang dikategorikan antik adalah benda yang usianya lebih dari 100 tahun, benda yang dikategorikan vintage adalah benda yang usianya tidak kurang dari 20 tahun, tetapi tidak lebih dari 100 tahun. Jadi suatu benda yang belum berumur 20 tahun belum dapat dikategorikan sebagai vintage.

Acuan bentuk yang digunakan diambil dari bentukan sebuah bagian-bagian Kapal Phinisi, dikarenakan memiliki keunggulan kuat berlayar di sekitaaran nusantara Indonesia, dapat mengangkut barang dalam jumlah banyak serta menyesuaikan dengan tema kapal Indonesia “The uniqueness of Pinisi Ship”, contoh bagian kapal yang di ambil yaitu bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang kapal, selain dari bentuk yang mengacu pada bagian badan kapal, dgunakan juga bentukan yang mengacu pada bagian kemudi kapal, yang memiliki fungsi untuk mengendalikan kapal saat berlayar.

Bagian depan kapal/dek bagian depan yaitu melengkung, bagian tengah kapal atau disebut lambung kapal yang berfungsi melindungi kapal bila kandas dan oleng, bagian belakang kapal atau linggi buritan yang berfungsi sebagai mengatur haluan kapal dan baling baling kapal, bentuk segitiga sama kaki yang kokoh karena bagian belakang kapal bagian yang berat untuk kapal besar, dan yang lainnya seperti lingkaran diambil dari kemudi kapal yang berfungsi mengendalikan kapal saat berlayar. dari bentukan ini akan diterapkan pengayaan


(21)

vintage rustic. Acuan yang utama adalah 3 bagian kapal, dan beberapa bentukan lainnya di ambil dari alat pancing seperti umpan buatan, dan joran / rod.

1.3 Fokus Permasalahan

Kehadiran tempat Klub Memancing untuk komunitas RC Boat di Pangandaran ini dimaksudkan untuk memberikan tempat berkumpulnya komunitas memancing yang mencakup di Jawa Barat. Adapun fokus permasalahan pada Perencanaan dan Perancangan Interior Klub Memancing di Pangandaran adalah:

1. Memberikan tempat para angota Klub untuk melakukan kegiatan edukasi dan olahraga.

2. Memberikan suasana interior yang bernuansa kapal pinisi, dan mengambil beberapa bentuk dari bagian-bagian kapal pinisi.

3. Memberikan fasilitas melalui desain interior Klub mancing ini dapat menciptakan hubungan kekeluargaan dan kebersamaan antara anggota.


(22)

1.4 Permasalahan Perancangan

Permasalahan perancangan yang di dapat dari klub memancing ini yaitu:

1. Bagaimana menjadikan sebuah Klub agar menarik bagi anggota klub, menjadikan tempat edukasi dan olahraga ?

2. Bagaimana menjadikan Klub agar terlihat suasana Tema “The unik of Pinisi Ship” dan memadukan dengan gaya vintage rustic ?

3. Bagaimana menciptakan interior ruang dengan suasana kekeluargaan dan kebersamaan anggota ?

1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan 1.5.1 Maksud

Maksud perancangan Klub Memancing komunitas RC Boat di Pangandaran adalah memberikan tempat sebagai tempat berkumpulnya Klub Memancing Komunitas RC Boat di Jawa Barat dan menyediakan fasilitas lengkap, menunjang dan memadai dengan sebaik baiknya agar anggota Klub dan pengunjung menikmati dan merasa nyaman dengan suasana keunikan sebuah Kapal Phinisi.


(23)

1.5.2 Tujuan Perancangan

1. Membuat sarana tempat berkumpul komunitas memancing yang dapat menampung anggota Klub dan pengunjung dengan sarana penunjang yang tersedia dengan kenyamanan yang dapat dipenuhi.

2. Merancang interior Klub Memancing di Pangandaran sebagai suatu tempat berkumpulnya para komunitas pemancing Jawa Barat.

3. Membuat fasilitas yang sesuai dan dibutuhkan bagi anggota klub dan pengunjung dengan merumuskan masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan fasilitas yang telah dilakukan sehingga tercipta fasilitas yang representatif dan akomodatif.

4. Memberikan fasilitas komunitas yang lengkap bagi ruangan umum maupun khusus dengan desain yang telah terkonsep dengan baik. 5. Mengangkat keunikan Kapal Phinisi dari Makasar Suku Bugis.


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

KLUB MEMANCING DI PANGANDARAN

2.1 Pengertian Memancing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II, (2005) Memancing adalah pan.cing alat penangkap ikan dengan pancing, mengail. Me.man.cing 1. Menangkap ikan dengan pancing atau mengail. Secara luas memancing diartikan sebagai kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir, di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing

(http://id.wikipedia.org/wiki/Memancing,para(2015).

2.2 Tinjauan Klub (Club House)

2.2.1 Definisi Klub

Menurut Kamus Besar Indonesia edisi kedua (2005). Klub adalah perkumpulan orang-orang yang mengadakan persatuan untuk maksud tertentu. Menurut Benson,1998, para. I) Pada dasarnya clubhouse merupakan private club


(25)

yang tidak sengaja mencari keuntugan (non_provit). Namun saat ini sering terjadi salah pengertian tentang kepemilikan dan pengoprasian club house, karena hak milik atas club house tersebut masih belum jelas, “saat club house dioprasikan, bisnis dan asetnya merupakan kombinasi dari

milik perorangan”. kepemilikan club house adalah secara pribadi, namun hal ini kembali berkembang menjadi milik umum atau milik masyarakat. Perkembangan tersebut tidak mengurangi tugas pemeliharaan dan jasa yang diberikan, sehingga kondisinya lebih baik dibandingkan fasilitas umum lain Fanning,(2003).

Menurut Benson,(1998) Club house membatasi pengguna fasilitasnya. Fasilitas hanya boleh digunakan untuk anggota Klub. Anggota Klub mempunyai kewajiban untuk membayar iuran keanggotaan dan mendapat perlakuan khusus. Anggota Klub berhak menggunakan dan menikmati fasilitas yang disediakan oleh pengembang. Uang keanggotaan yang dibayar oleh anggota tidak dipakai untuk profit bagi anggota itu sendiri, seperti digunakan untuk penambahan dan perawatan fasilitas, sehingga anggota dapat menikmati fasilitas itu sendiri dengan baik.

Club house merupakan fasilitas umum, kawasan fasilitas umum, merupakan kawasan yang didominasi pemanfaatan ruangnya sebagai tempat untuk melakukan aktifitas sosial


(26)

dan pelayanan umum kepada masyarakat. Kebutuhan sosial ini dapat dipenuhi apabila ada sarana berupa ruang bersama yang dapat menunjang interaksi sosial. Fungsi club house yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang lain untuk melakukan kegiatan rekreasi dan mencari informasi dan sekilas tentang memancing. Fakta menunjukkan persyaratan bangunan club house harus menyediakan 2 fasilitas utama yaitu tempat berdiskusi dan menyediakan tempat peralatan memancing serta area sosial, dimana pada dasarnya merupakan area untuk berkumpul orang-orang seperti restoran, café, bar dan yang lainnya atau singkatnya sebuah bangunan club house harus mempunyai suatu ruangan yang dapat dipakai untuk menggunakan kegiatan sosial (Jhon.and Heard,1981).

Pada perinsipnya club house merupakan Klub komersial, tetapi club komersial ini berkembang terus untuk memenuhi kebutuhan sosial yaitu mengembangkan fasilitas olahraga selain memancing dan tempat melakukan aktifitas sosial (Jhon and Heard,1981).

2.3 Sejarah Memancing

Memancing dalam arti menangkap ikan sudah dikenal oleh peradaban manusia sejak zaman dahulu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Aktivitas memancing zaman dahulu terbukti dari


(27)

peninggalan-peninggalan arkeologi pada goa-goa tua di Eropah bahwa aktivitas penangkapan ikan sudah ada sejak dulu dengan ditemukannya tulang-belulang, mata kail dan gambar serta lukisan pada zaman batu di dalam goa-goa tersebut.

Teknik menangkap ikan mulai beragam pada masa Neolitik sekitar 4.000 - 8.000 tahun yang lalu yang kemudian berkembang menjadi teknik yang lebih modern dan masih dipakai hingga saat ini. Begitu pula dengan cara pengolahan ikan hasil tangkapan, saat ini cara tersebut masih dilakukan dengan teknik yang sama misal pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan cara pengasapan (Fanning, 2003).

2.3.1 Peralatan Memancing

Bagian-bagian pancing yang diperlukan untuk persiapan memancing dengan jenisnya yang beragam, dengan kekuatan untuk menarik seekor ikan dan juga jenis ukuran yang disesuaikan pada jenis ikan yang akan ditangkap. Berikut beberapa contoh gambar bagian-bagian pancing tersebut.


(28)

1. Tongkat pancing / joran / fishing rod, dibagi 10 jenis

a. Surf Casting Rod memancing dari pinggiran karang atau pantai, joran ini panjangnya bisa mencapai 5 meter.

Gambar 2.1

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

b. Ice Fishing Rod ini digunakan untuk memancing di es. Joran untuk memancing di danau, kolam, atau sungai, joran ini sekitar 80-100 cm.

Gambar 2.2


(29)

c. Fly Fishing Rod ini dirancang untuk melempar umpan flies yang relative ringan, biasanya digunakan dalam teknik melempar (cast).

Gambar 2.3

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

d. Trolling Rod ini digunakan khusus untuk memancing dengan cara teknik trolling, yaitu memancing engan menyeret umpan alami memakai kapal yang berjalan dalam kecepatan tertentu.

Gambar 2.4


(30)

e. Bait Casting Rod yang digunakan untuk cast umpan di lokasi-lokasi yang sulit terjangkau dengan akurasi yang tinggi.

Gambar 2.5

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

f. Spinning Rod yang digunakan untuk cast umpan jarak jauh dengan sedikit akurasi lemparan.

Gambar 2.6

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

g. Popping Rod, joran untuk memancing dengan teknik popping, yaitu melempar umpan buatan dari bahan kayu dan plastic yang menyerupai ikan, katak, dan serangga yang disebut Popper.


(31)

Gambar 2.7

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

h. Jigging Rod, joran ini hampir sama dengan joran Popping perbedaan yaitu panjang joran bisa mencapai 5-7 kaki.

Gambar 2.8

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

i. Tegek Rod, joran yang sifat kelenturannya sangat lentur sehingga bagus digunakan untuk mendeteksi ikan-ikan kecil.


(32)

Gambar 2.9

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

j. Bamboo Rod, jenis joran ini banyak ditemukan di Yogjakarta, karena sudah bertahun-tahun ditemukan di Yogjakarta sampai sekarang, jenis joran ini tidak menggunakan reel atau gulungan benang.

Gambar 2.10

sumber www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

2. (Reel) Gulungan Benang rol pancing

Gulungan benang atau reel biasanya diletakkan pada pangkal dari tongkat pancing (joran pancing) yang berguna sebagai tempat menggulung tali senar pancing dan terdapat pemutar pada bagian sampingnya, tapi dapat pula rol pancing digunakan tanpa tongkat pancing dengan cara tali senar digulung secara manual oleh tangan.


(33)

Gambar 2.11

sumber : www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

3. Umpan Memancing

Menurut:Anjas IFT,(2015) Umpan memancing atau bait terdiri dari beragam variasi, mulai dari umpan buatan misal berupa ramuan essen atau penyedap makanan, umpan plastik dan kayu yang di bentuk seperti ikan,katak, dan serangga disebut juga popper. hingga umpan alam hidup ataupun mati misalkan ikan kecil, udang, cacing atau cumi-cumi, katak

Gambar 2.12

sumber : www.google/kaskus/umpan ikan/,(2015)

Gambar 2.13 Umpan Buatan sumber : www.IFTFhisingstore.com/,(2015)


(34)

4. Nylon

Menurut: Anjas IFT,(2015) Nilon atau nylon digunakan untuk memasang mata kail sekaligus sebagai media penghubung antara pemancing dengan ikan yang terpancing.

Gambar 2.14

sumber : www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

5. Mata kail

Menurut:Anjas IFT,(2015) Mata kail adalah salah satu alat untuk menangkap ikan yang paling populer dan digunakan untuk memancing. Mata kail digunakan sebagai tempat untuk menaruh umpan pancing, yang pada awalnya terbuat mulai dari tulang atau kayu keras pada zaman dahulu. Pada masa kini bermacam mata kail sudah dapat dibuat dari berbagai macam logam keras seperti dari besi yang diberi lapisan chrome, baja atau bisa juga dengan campuran bahan logam lainnya misalnya dari bahan karbon. Mata kail mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam. Sedangkan untuk ukuran


(35)

besar-kecilnya pada mata kail biasanya dibedakan dengan menggunakan nomer.

Gambar 2.15

Sumber: www.IFTFhisingstore.com/,(2015)

6. Pelampung Pancingan

Menurut:Anjas IFT,(2015) Pelampung pancingan bisa terbuat dari kayu, gabus atau plastic selama sesuai dengan penggunaannya sebagai pelampung yang ringan dan dapat mengambang di atas permukaan air.

Gambar 2.16


(36)

2.4 TINJAUAN INTERIOR

2.4.1 Studi Banding.

Pemancingan NFG-BHS atau kepanjangan National Fishing Ground-Balong Hardi Sumedang, menurut wawancara Uten (2015) sebagai anggota Klub.

Pemancingan BHS ini tercatat terbaik se-Asia Tenggara karena keamanan dan kenyamanan di pemancingan ini sudah baik dengan konsepnya “Smart Living”, dilengkapi juga dengan fasilitas sauna, batu refleksi, penginapan, taman bermain, ruang pertemuan, cafetaria, tempat karaoke, dan lobby caddy / kedi adalah Klub memancing air tawar dengan jenis pemancingan Galatama biasa disebut pemancingan lomba dengan kapasiatas lapak 68 lapak dan tiap jarak 5 lapak di lengkapi cctv agar tidak terjadi kecurangan dalam memancing, dan pemancingan ini juga biasa digunakan untuk berbisnis seperti menyewakan area untuk tempat acara keluarga, halal bihalal, pertemuan bisnis, dan sebagainya.


(37)

Gambar 2.17 Gedung penginapan.

Sumber: www.http://www.nfg-balonghardi.com/,(2015)

Gedung penginapan yang berkonsep “smart living” dengan jumlah ruang kamar tidur delapan buah, disediakan untuk tamu dari luar jawa maupun dari luar wilayah jawa barat yang biasanya ramai karena ada perlombaan memancing antar komunitas, penginapan ini difasilitasi tempat tidur yang cukup untuk 4-5 orang, storage 1 buah, dan lemari.

Gambar 2.18 cafetaria

sumber www.http://www.nfg-balonghardi.com/,(2015)

Area cafeteria dengan fasilitas televisi, kursi makan, dan meja makan.


(38)

Gambar 2.19 Gedung Karyawan pembibitan ikan mas sumber www.http://www.nfg-balonghardi.com/,(2015)

Gambar 2.20 Area pentas music


(39)

2.5 STUDI ANTROPOMETRI. 2.5.1 Lobby

 Besaran dan jarak ergonomis meja lobby

2.5.2 Restoran

 Besaran dan jarak ergonomis meja restoran

Gambar 2.21 Lobby


(40)

2.5.3 Café

Gambar 2.23. café Bars

Sumber : Panero, Human Dimension,2003 Gambar 2.22 Restoran


(41)

Gambar 2.24 café Dining Spaces Sumber :Panero, Human Dimension,2003


(42)

Gambar 2.25. Café Booth Seating


(43)

2.5.4 Ruang Simulator

Gambar 2.26 Teknik memancing Sumber: www.google/teknik/memancing,(2015)

Dari teknik melempar pancing dapat diukur jalur pejalan kaki di sekitar area kolam atau area mancing spot agar tidak mengait pada orang yang berjalan dibelakang pemancing tersebut dan area grup juga dapat diperhitungkan karena melempar pancing perlu ancang-ancang dan setelah itu di ayunkan ke depan/kearah kolam, jarak antar pemain/biasa disebut lapak juga diperhitungkan karena saat mendapatkan ikan pancingan teknik menarik/menyentak ikan disentakkan ke kiri, ke kanan dan ke atas, agar mendapatkan kenyamanan diantara pemain yang akan berlomba.


(44)

BAB III

DESKRIPSI PROYEK

3.1 Deskripsi Umum

Nama proyek : Klub Memancing RC Boat Status : Proyek Fiktif

Sifat Kepemilikan : Keanggotaan Fungsi Bangunan : Bangunan Klub

Lokasi : Jl.Pantai Timur Pangandaran Lokasi Lahan : 3200 m2

Jumlah Anggota : 50 Anggota

3.2 Data dan Karakteristik Pengguna (User)

Jumlah anggota Klub Memancing RC Boat terdiri dari 50 Anggota 10 Pengurus. Klub Memancing RC Boat memiliki Visi dan Misi yaitu Visi Klub Memancing RC Boat berupaya menjadi Klub yang „unggul‟ dalam bidang olahraga memancing yang berkualitas, proses aktivitas yang memberi nilai kebersamaan dan kekeluargaan bagi anggota.

Misi Klub Memancing RC Boat ini yaitu

Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh anggota, meningkatkan nilai kebersamaan yang kuat kepada


(45)

sesama anggota, Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan dan anggota sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi, meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan komunitas, menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik

Pola Kegiatan Klub (club house)dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

1. Club house memancing ikan air tawar 2. Club house memancing ikan air asin (laut)

Penentuan pembagian Klub memancing di pangandaran tersebut didasarkan dari lokasi yang dekat dengan laut.

3.3 Berdasarkan jenis anggota Klub, dapat dibagi menjadi :

a. Penyandang cacat, merupakan anggota yang memiliki cacat fisik tetapi masih bisa ikut serta,tujuan memfasilitasi penyandang cacat yang memiliki hobi memancing ini karena masih ingin menyalurkan informasi seputaran memancing dan ikut serta dalam aktifitas memancing bersama di laut.

b. Kelompok anggota per grup, merupakan anggota yang memancing bersama dengan grup yang terdiri kurang lebih 5-6 untuk memancing di dalam kompetisi besar, biasanya anggota grup ini berasal dari antar kota atau dengan Klub diluar kota maupun diluar daerah Jawa Barat.


(46)

Dapat digolongkan secara keseluruhan data dan karakteristik orang-orang yang menggunakan bangunan (club house) ini adalah: a. Kelompok pengunjung Klub (End Users)

1. Pengunjung klub memancing dari luar kota (End Users) Bangunan club house ini sering kedatangan tamu dari klub memancing dari luar kota untuk bertukar pemikiran sekilas tentang memancing, dan mencari sparepart alat pancing, dan juga menginap di penginapan Klub yang telah disediakan.

2. Anggota Klub

Klub memberikan fasilitas khusus untuk keanggotaan tetap dan memiliki privasi

3. Pengunjung diluar keangotaan

Pengunjung diluar keanggotaan juga sering datang melakukan servis pancing, membeli pancingan, membeli umpan, dan mencari informasi sekilas tentang memancing, dan ada juga yang mengikuti atau mendaftar sebagai keanggotaan di Klub memancing tersebut.

b. Kelompok Pengelola/Anggota Klub (Users)

1. Aktivitas pelayanan (service) terhadap tamu club house 2. Aktivitas perawatan terhadap sarana prasarana club house


(47)

3. Aktivitas bagian kepengurusan club house

3.4 Daftar Fasilitas dan Aktifitas

Tabel aktivitas dan Fasilitas Klub Memancing di Pangandaran a. Lobby.

Aktifitas : Menerima tamu, memberikan informasi, pendaftaran anggota baru.

Tabel 3.1 Tabel lobby

Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

b. Galeri.

Aktifitas : Tempat menyimpan dokumentasi memancing berupa foto, alat pancing yang terbatas pembuatannya limited edition, dan pancing yang tahun pembuatannya 40-50an.

Tabel 3.2 Galeri


(48)

c. Ruang bagian kepengurusan Klub (Manager).

Aktifitas : Mengurus semua kegiatan yang ada pada Klub, mendata anggota yang akan mengikuti perlombaan, mengatur perijinan memancing.

Tabel 3.3 Ruang Bagian Kepengurusan Klub Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

d. Ruang Rapat.

Aktifitas : Tempat berdiskusi privasi dari Klub, (khusus anggota).

Tabel 3.4 Ruang Rapat Sumber : Dokumentasi penulis (2015)


(49)

e. Cafe.

Aktifitas : Tempat bersantai anggota Klub dan tempat bertukar pemikiran tentang memancing dengan tamu yang berkunjung di Klub memancing. Makan, minum, dan merokok (smoking).

Tabel 3.5 Café

Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

f. Ruang penjualan alat pancing.

Aktifitas : Menyiapkan dan bertransaksi pembelian alat-alat pancing yang baru.

Tabel 3.6 Ruang Penjualan Alat Pancing Sumber : Dokumentasi penulis (2015)


(50)

g. Ruang Karyawan. Aktivitas : Mencatat.

Tabel 3.7 Ruang Karyawan Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

h. Ruang Kelas memancing air asin/laut.

Aktivitas : Belajar teknik memancing, teknik memasang umpan, teknik melempar, dan teknik memancing.

Tabel 3.8 Ruang Kelas Memancing Air Laut Sumber : Dokumentasi penulis (2015) i. Ruang Kelas memancing di air tawar.

Aktivitas : Belajar seputar memancing di alam air tawar, dan teknik memancing.

Table 3.9 Ruang Kelas Memancing Air Tawar Sumber : Dokumentasi penulis (2015)


(51)

j. Ruang servis.

Aktivitas : Mainentence / memperbaiki , membersihkan.

Table 3.10 Ruang Servis Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

k. Mushola.

Aktifitas : Ibadah.

Table 3.11 Musola

Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

l. Area lelang/toko barang bekas.

Aktivitas : Melelang pancingan, bertransaksi bernegosasi.

Table 3.12 Area Lelang


(52)

3.5 Struktur Organisasi

a. Organisasi Management.

Skema 3.1 Struktur Organisasi Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

b. Organisasi Anggota.

Skema 3.2 Organisasi Anggota Sumber : Dokumentasi penulis (2015) Ketua

Bendahara 1 Sekertaris 1 Sekertaris 2 Sekertaris 3

Ketua Anggota Mencatat

keuangan.

Untuk menginformasikan perijinan memancing dari atasan/ketua kepada anggota.

Penanggng jawab dari masalah perijinan memancing.

Peserta lomba memancing

-Bertugas untuk maintenance. -untuk mendampingi anggota

disaat memancing. Kedy


(53)

3.6 Alur Sirkulasi

a. Sistem pengelola

Skema 3.3 Sistem Pengelola

Sumber : Dokumentasi penulis (2015) b. Sistem anggota

Skema 3.4 Alur sirkulasi anggota Klub Sumber : Dokumentasi penulis (2015) c. Sistem pengunjung luar

Skema 3.5 Sistem Pengunjung Luar Sumber : Dokumentasi penulis (2015)

Masuk Masuk lapor

kerja

istirahat Kerja

kembali

pulang

masuk

Masuk Kelas

berdiskusi

Kembali pulang

masuk bersantai

Servis alat memancing membeli pulang mendaftar memancing


(54)

3.7 Program Kedekatan Antar Ruang lobby gallery r. kepengurusan Ruang diskusi Area santai Area edukasi Area penjualan &

Tabel 3.13 Program kedekatan ruang umum Sumber: Dokumentasi penulis (2015)

DEKAT SEDANG JAUH cafe gudang perpustakaan mushola lavatory

Tabel 3.14 Program kedekatan ruang penunjang Sumber: Dokumentasi penulis (2015)


(55)

(56)

1. Zonning

Gambar 1. Blocking latai 4

Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.4 Blocking latai 2 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)


(57)

Gambar 3.5 Blocking latai 3 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)


(58)

Gambar 3.6 Blocking latai 4 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)


(59)

3.9 Zonning

Gambar 3.7 Zonning latai 1 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)

privat publik Semi privat


(60)

Gambar 3.8 Zonning latai 2 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)

privat publik Semi privat


(61)

Gambar 3.9 Zonning latai 3 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)

privat publik


(62)

Gambar 3.10 Zonning latai 4 Sumber: Dokumentasi penulis (2015)

privat publik Semi privat


(63)

a. Zoning

1. Zoning Umum (Publik)

Merupakan zoning yang dimana fungsinya pengunjung umum boleh masuk.

lobby

 Café

 Ruang pameran (gallery) (Publik)

 Lavatory

 Mushola

2. Zoning Semi Umum (Semi Publik)

Merupakan zoning yang dimana fungsinya melayani tamu club house tetapi terdapat batasan bagi pengunjung umum yang tidak berkepentingan.

 Perpustakaan

 Area santai

3. Zoning Khusus (Privat)

Merupakan zoning yang dimana hanya yang memiliki kepentingan dan tujuan tertentu dan tidak diperuntukan untuk masyarakat atau tamu umum.

 Ruang kepengurusan Klub


(64)

4. Zoning Servis

Merupakan pelengkap yang menunjang kegiatan lain.

 Penjualan & reparasi pancing

 Servis khusus

b. Blocking 1. Lobby.

Lobby di blocking dengan zoning umum (publik) dimana pengunjung tidak ada batasan untuk masuk. 2. Ruang Pamer (Gallery).

Gallery di blocking dengan zoning umum (publik) dimana pengunjung bebas masuk untuk melihat kendaraan yang dipamerkan di ruang gallery.

3. Ruang bagian kepengurusan club house.

Ruang bagian kepengurusan di blocking dengan zoning khusus (privat) dimana ruangan ini di khususkan bagi pemilik ruanan terkecuali orang yang sudah memiliki izin masuk dari pemilik ruangan.

4. Ruang santai anggota klub.

Ruang santai anggota klub di blocking dengan zoning semi umum (semi publik) dimana ruangan ini melayani


(65)

tamu club house tetapi terdapat batasan bagi pengunjung umum yang tidak berkepentingan.

5. Café.

Cafe di blocking dengan zoning umum (publik) dimana area ini pengunjung dibebaskan masuk untuk melakukan makan, minum, dan merokok (smooking). 6. Ruang penjualan alat pancing & reparasi.

Ruang penjualan mobil di blocking dengan zoning umum (publik) dimana area ini pengunjung dibebaskan masuk untuk melihat dan membeli mobil yang di jual.

7. Gudang.

Gudang di blocking dengan zoning semi umum (semi publik) dimana gudang tidak bisa dimasuki bebas oleh pengunjung yang tidak memiliki kepentingan khusus dari petugas club house.

8. Perpustakan.

Perpustakaan di blocking dengan zoning umum (public) dimana pengunjung bebas memasuki perpustakaan untuk mencari buku yang akan di baca.


(66)

 Tempat wudhu.

3.10 Studi Image Terkait Ide/Gagasan Perancangan

Area café atau cafeteria dapat mengambil contoh dindingnya dan bentukan furniture sofa memberikan kesan vintage rustic.

Gambar 3.11 cafetaria


(67)

Area berdiskusi lebih menempatkan tempat duduk yang jumlahnya banyak dan lebih baik dengan berhadapan seperti gambar sofa setengah lingkaran dan untuk 4-5 orang.

Gambar 3.12 area berdiskusi Sumber:www.dreamwallglass.com(2015)


(68)

Pencahayaan ini sangat bagus untuk di café dan area diskusi karena tidak terlalu terang dan silau, pencahayaan dengan bahan pipa air besi tanpa finishing sudah termasuk dalam kategori rustik.

Gambar 3.13 pencahayaan Sumber:www.id.aliexpress.com(2015)


(69)

Area lobby contoh yang diambil yaitu pada meja dan display aksesoris pada dinding.

Gambar 3.14 lobby


(70)

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN KLUB MEMANCING

KOMUNITAS RC di PANGANDARAN

A. Konsep Perancangan 1. Tema

“Klub Memancing komunitas RC Boat di Pangandaran” merupakan tempat kegiatan anggota berdiskusi tentang memancing ikan, bersantai, olahraga, dan kegiatan lainnya. Tema yang digunakan

yaitu “The uniqueness of Pinisi Ship”. Karena beberapa ruangan di desain mengikuti beberapa bagian kapal phinisi. Klub ini di anggotakan penyuka RC Boat maka kapal pinisi adalah contoh kapal yang di terapkan pada desain ruangan, contohnya yaitu bagian-bagian kapal pinisi. Konstruksi kapal Pinisi memiliki ciri yang khas yaitu menurut wawacara suku bugis, Andi hardiansyah(2015) gabungan pengetahuan dan pengalaman tradisional kuno disertai ritual yang ketat yang harus diikuti untuk memastikan keamanan di laut. Para pengrajin perahu ini harus menghitung hari baik untuk memulai pencarian kayu sebagai bahan baku. Biasanya jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berjalan. Angka 5 (naparilimai dalle'na) yang artinya rezeki sudah di tangan. Sedangkan angka 7 (natujuangngi dalle'na)


(71)

berarti selalu dapat rezeki. Setelah dapat hari baik kemudian kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

2. Penggayaan

Penggayaan yang digunakan untuk Klub memancing di Pangandaran yaitu Vintage Rustic , Menurut buku Hasan (2015)

“happy vintage“ 9 maret 2015, vintage dan antik dapat dibedakan

berdasarkan umur dari suatu benda. Bila benda zaman dulu yang dikategorikan antik adalah benda yang usianya lebih dari 100 tahun, benda yang dikategorikan vintage adalah benda yang usianya tidak kurang dari 20 tahun, tetapi tidak lebih dari 100 tahun. Jadi suatu benda yang belum berumur 20 tahun belum dapat dikategorikan sebagai vintage. Secara harfiah, Rustic adalah sebagai sesuatu yang simpel, tak berseni dan kasar. Rustic dalam

bahasa Indonesia berarti „berkarat‟ atau tua, dan memiliki tekstur yang kasar dan tidak di-finish-ing dengan baik. Gaya rustic bisa diartikan sebagai gaya dalam desain arsitektur dan interior yang menitikberatkan pada kesan alami, dari material yang tidak difinish-ing atau dihaluskan, misalnya kayu, batu, logam, dan sebagainya. Gaya rustic merupakan perpaduan dari hal-hal baku pada penataan interior.


(72)

B. Implementasi Kosep Perancangan 1. Konsep Warna

Konsep warna yang di gunakan di ambil dari log Komunitas RC Boat dan Kapal Pinisi.

Skema warna didapatkan dari air laut , pasir pantai, batu karang, beberapa warna yagn diambil yaitu:

 Warna aksen , abu-abu, biru muda, biru tua, hijau.

 Warna utama,cream soft, silver, emas kecoklatan, putih, merah.

Warna warna yang akan terpakai pada dinding yaitu warna cream soft karena warnanya yang sejuk, dan memberikan kesan nyaman, dan menggunakan beberapa warna dari oranye yang diambil dari warna cerah umpan buatan atau pooper, karena pooper warnanya yang membuat ikan tertarik untuk memakannya, dan diterapkan pada mebel seperti meja dan kursi café.


(73)

Gambar 1.30. penggunaan warna Sumber : dokumen penulis(2015)

a. Dinding struktur.

Gambar : dinding bata dan treatment kayu memberikan suasana dermaga Sumber : dokumen penulis(2015)

Dinding jenis ini merupakan dinding yang mendukung struktur diatasnya, misalnya sebagai pendukung atau tumpuan atap atau sebagai penumpu lantai (pada bangunan bertingkat).

Dinding pada Klub ini diberikan material Glass Frassnel. Keuntungan menggunakan material batu bata ekspos selain tampilannya yang unik adalah lebih ekonomis dalam pemasangan dan perawatannya, perawatannya juga mudah, dan cocok untuk memberikan nuansa yang rustic dan sederhana pada ruangan, warna yang digunakan yaitu warna


(74)

merah maroon. Dinding batu bata ekspos bisa dibuat mengguakan batu bata balok atau bata tempel. Tampilan yang dihasilkan oleh material batu bata ekspos juga membuat ruangan terasa hangat, homey, dan dengan penataan yang tepat dapat memberikan sentuhan artistik pada ruangan. Tak hanya itu, dinding batu bata ekspos sekarang mulai populer dan banyak digunakan baik untuk hunian maupun ruang publik seperti restoran atau cafe berkat tampilannya yang menarik.

b. Lantai

Gambar : lantai kayu sesuai dengan konsep kapal (dermaga kapal). Sumber : dokumen penulis(2015)

Pada bangunan yang menggunakan sistem non struktur kebebasan peletakan dinding dan permukaan pada lantai dapat diatur menurut pembagian jenis area atau ruangan, karena tumpuan atap terletak pada kolom-kolom pendukung. Dinding


(75)

non bearing wall terdiri dari pasangan batu bata, pasangan batako, multipleks, asbes, plat alumunium, dan lain sebagainya. Dinding partisi digunakan pada area yang dalam satu ruang tetapi hanya diberi partisi untuk penghalang, contohnya pada ruang perpustakaan dan terdapat area yang membedakan yaitu area membaca dan area storage buku. Partisi menggunakan bahan besi dan kayu yang akan di gabungkan.

Dinding juga diberikan sebuah treatment dari material kayu tanpa penyelesaian akhir, untuk memberikan kesan rustic tetapi juga memberikan vintage di dalamnya dengan memberikan beberapa aksen di treatment.

c. Langit-langit (ceiling) Fungsi Langit-Langit.

Langit-langit disamping mempunyai fungsi sebagai penutup ruang, juga dapat dimanfaatkan untuk pengaturan udara panas, pengaturan lampu.

Ceiling menggunakan material Glugu Wood atau kayu kelapa, dan acrylic texture water. Dengan decking kayu bangkirai dan besi.


(76)

Gambar : ceiling kayu glugu atau kayu kelapa. Sumber : dokumen penulis(2015)

a. Penentuan Ketinggian

Penentuan ketinggian langit pertimbangan fungsi langit-langit itu sendiri, dapat juga berdasarkan pertimbangan proporsi dari ukuran ruang (panjang, besar, tinggi). Pola langit-langit (ceiling) memakai pola seperti bentuk melengkung juga yang di selaraskan dengan bentukan pola lantai, pada area cafeteria atau café penentuan ketinggian teratur dengan ukuran 3,80 m dan tidak akan ditutup tetapi digunakan kayu balok dan papan yang ter-expose dengan pencahayaan yang redup.

2. Konsep Pencahayaan - Pencahayaan Alami

Menurut jenis pemakaiannya, system pencahayaan alami dibagi menjadi 2 yaitu :


(77)

 Sistem pencahayaan alami langsung (direct lighting) Sistem pencahayaan ini langsung diterima ruangan tanpa adanya suatu penghalang. Cahaya ini langsung masuk ke dalam ruangan melalui jendela kaca maupun aksen sirkulasi cahaya yang lain seperti pintu, kaca-kaca hias yang terpasang di dinding sebagai unsur estetis maupun lubang-lubang dinding yang dimaksudkan untuk masuknya cahaya matahari. Pencahayaan alami digunakan pada area lobby pengunjung, perpustakaan, dan lobby karyawan.

Gambar : ceiling kayu glugu atau kayu kelapa. Sumber : dokumen penulis(2015)

- Pencahayaan Buatan (artificial lighting)

Adalah system pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu, armature, dan peralatan yang memendarkan cahaya. Pada prinsipnya ruang pameran menghindari bukaan yang berlebihan, pencahayaan buatan


(78)

Arsitek. Diterapkan pada ruang-ruang yang jauh dari jendela atau bukaan kearah luar, pencahayaan buatan juga diberikan pada setiap display toko, ruang kelas memancing, ruang rapat, dan gallery memancing.

Gambar : pencahayaan spotlight pada display 2D dan 3D Sumber : dokumen penulis(2015)

3. Konsep Material

Skema material ditentukan juga dari konsep bentuk dan tema, agar memudahkan memilih bahan yang mudah melengkung dan juga disesuaikan dengan lokasi yang extream dari arah selatan bangunan, banyak masalah yagn didapatkan yaitu aingin laut, struktur tanah di pesisir laut dan kelembapan lokasi bangunan, untuk itu karakteristik material yang dipilih mencerminkan material yang kuat keras, seperti batu-batuan, kayu Kalimantan seperti kayu besi yang tahan air atau disebut juga kayu ulin , dan besi.


(79)

Gambar 1.28.

Sumber : aplikasi Material artlantisstudio v5

Kayu digunakan pada setiap ruangan terutama pada lobby dan area galleri, dan batu bata dengan finishing coat putih untuk aksen vintage dan batu bata merah untuk aksen rustic pada area toko pancing, ruang kelas memancing, ruang rapat, dan cafe memakai tembok batu bata dan treatmen menggunakan batu alam seperti kerikil, dan batu karang bukit.

4. Konsep Bentuk

Konsep bentuk yang diambil dari Karakteristik laut tersebut yaitu:

 Didominasi bentuk ombak melengkung

 Memiliki sebuah gelombang yang tidak beraturan, atau teracak- acak, yang memberikan kesan yang tidak beraturan.

Memperlihatkan kesan karatan yang disebabkan air laut tersebut.(konsep bentuk)


(80)

Bulat,

Elips,

Bentuk yang di ambil dari peralatan memancing seperti umpan.

Gambar 1.31.

Sumber : www.IFTfhisngclub.com(2015)

Acuan bentuk yang digunakan diambil dari bentukan sebuah bagian-bagian kapal karena menyesuaikan dengan tema kapal berhantu “”, seakan-akan sebuah kapal Phinisi yang tenggelam dan terdampar di dalam gedung Klub, contoh bagian kapal yang di ambil yaitu bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang kapal.


(81)

Bagian tengah kapal atau disebut lambung kapal yang berfungsi melindungi kapal bila kandas dan oleng,

Bagian belakang kapal atau linggi buritan yang berfungsi sebagai mengatur haluan kapal dan baling baling kapal


(82)

Bentuk segitiga sama kaki yang kokoh karena bagian belakang kapal bagian yang berat untuk kapal besar,

Lingkaran diambil dari kemudi kapal yang berfungsi mengendalikan kapal saat berlayar. dari bentukan ini akan diterapkan pengayaan vintage rustic. Acuan yang utama adalah 4 bagian kapal.

5. Desain Mebel

Dalam pemilihan furniture mempunyai kaitan antara aspek satu dengan aspek yang lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan furniture didasarkan pada:

 Fungsi dari furniture itu sendiri

 Faktor kenyamanan dan keamanan bagi pemakai dengan menghindarkan sudut - sudut yang tajam.

 Faktor estetika yang disesuaikan dengan tema yang ditampilkan.

 Ketahahan terhadap perubahan temperatur dan kekuatan konstruksinya.

 Kemudanhan dalam perawatan maupun kebersihannya Pemilihan furniture mempunyai kaitan dengan tema yang dipilih. Dengan tema “The Unique of Phinisi Ship”


(83)

bentuk-bentuk furniture yang dipilih yaitu mengambil ide bentuk-bentuk dari peralatan memancing. Begitu juga warna yang dipilih adalah warna-warna orange, biru dn putih yang memberikan efek psikologis semangat, kreativitas, sportifitas, dan menarik.

Gambar : furniture kapal phinisi sebagai display joran Sumber : dokumen penulis(2015)

Display joran ini dibuat demikian yang menyerupai kapal Phinisi dengan tiang dermaga yang di jadikan sebgai pencahayaan sekaligus display mata kail.

Gambar : layout meja cafeteria konsep kebersamaan Sumber : dokumen penulis(2015)


(84)

(85)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Khihmawati Lyna .F. 2010. Tugas Akhir ,dalam

D.K. Ching, Francis. 1991. Arsitektur, Bentuk Ruang & Susunannya. Jakarta :

Erlangga

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

SASMITO BAGASKORO. 2011. PANDUAN LENGKAP MEMANCING IKAN DENGAN HASIL YANG MEMUASKAN.

Rahmat Dede. 2012. CLUB HOUSE DAGO ENDAH GOLF COURSE ReDesign Club House Dago Endah Golf Course. Bandung.

KBBI, 2001 ; 383 KBBI, 2005 edisi II

Suptandar, J. Pamudji. 1999. Disain Interior. Jakarta : Djambatan Human Dimension.2003

Wawancara :

Wawancara anggota IFT fhising club Jakarta. Bpk. Anjas.2015

Wawancara anggota NFG-BHS balong Hardi Sumedang, Bpk.Uten.2015

Wawancara komunitas mancing KAMIKAZE INDONESIA FISHING COMMUNITY. Bpk. Nurul Salah satu anggota.


(86)

Internet :

https://www.goodreads.com/user/rate_books?reg_path=true#art http://en.wikipedia.org/wiki/phinisi

www.IFT.fhisingshop.com www.google/teknik/memancing


(87)

(1)

Bentuk segitiga sama kaki yang kokoh karena bagian belakang kapal bagian yang berat untuk kapal besar,

Lingkaran diambil dari kemudi kapal yang berfungsi mengendalikan kapal saat berlayar. dari bentukan ini akan diterapkan pengayaan

vintage rustic. Acuan yang utama adalah 4 bagian kapal.

5. Desain Mebel

Dalam pemilihan furniture mempunyai kaitan antara aspek satu dengan aspek yang lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan furniture didasarkan pada:

 Fungsi dari furniture itu sendiri

 Faktor kenyamanan dan keamanan bagi pemakai dengan menghindarkan sudut - sudut yang tajam.

 Faktor estetika yang disesuaikan dengan tema yang ditampilkan.

 Ketahahan terhadap perubahan temperatur dan kekuatan konstruksinya.

 Kemudanhan dalam perawatan maupun kebersihannya Pemilihan furniture mempunyai kaitan dengan tema yang dipilih. Dengan tema “The Unique of Phinisi Ship”


(2)

bentuk-65

bentuk furniture yang dipilih yaitu mengambil ide bentuk dari peralatan memancing. Begitu juga warna yang dipilih adalah warna-warna orange, biru dn putih yang memberikan efek psikologis semangat, kreativitas, sportifitas, dan menarik.

Gambar : furniture kapal phinisi sebagai display joran Sumber : dokumen penulis(2015)

Display joran ini dibuat demikian yang menyerupai kapal Phinisi dengan tiang dermaga yang di jadikan sebgai pencahayaan sekaligus display mata kail.

Gambar : layout meja cafeteria konsep kebersamaan Sumber : dokumen penulis(2015)


(3)

(4)

66

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Khihmawati Lyna .F. 2010. Tugas Akhir ,dalam

D.K. Ching, Francis. 1991. Arsitektur, Bentuk Ruang & Susunannya. Jakarta :

Erlangga

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

SASMITO BAGASKORO. 2011. PANDUAN LENGKAP MEMANCING

IKAN DENGAN HASIL YANG MEMUASKAN.

Rahmat Dede. 2012. CLUB HOUSE DAGO ENDAH GOLF COURSE ReDesign Club House Dago Endah Golf Course. Bandung.

KBBI, 2001 ; 383 KBBI, 2005 edisi II

Suptandar, J. Pamudji. 1999. Disain Interior. Jakarta : Djambatan Human Dimension.2003

Wawancara :

Wawancara anggota IFT fhising club Jakarta. Bpk. Anjas.2015

Wawancara anggota NFG-BHS balong Hardi Sumedang, Bpk.Uten.2015

Wawancara komunitas mancing KAMIKAZE INDONESIA FISHING COMMUNITY. Bpk. Nurul Salah satu anggota.

Wawacara suku bugis, Bpk. Andi hardiansyah. Keturunan raja di Bugis.


(5)

Internet :

https://www.goodreads.com/user/rate_books?reg_path=true#art http://en.wikipedia.org/wiki/phinisi

www.IFT.fhisingshop.com www.google/teknik/memancing


(6)