Perlakuan dan Cinta Diskriminatif yang Memprihatinkan

140 Kelas VII SMP Doa Allah, Bapa kami yang bertahta dalam kerajaan surga. Dalam kehidupan kami, masih sering dijumpai orang yang membeda-bedakan dalam berteman. Hadirlah ditengah-tengah kami ya Bapa, bantulah kami memahami sabda Putera-Mu, untuk mengasihi sesama kami tanpa pilih-pilih. Bantulah kami untuk dapat melaksanakan sabda Putera-Mu, sehingga tercipta kedamaian yang kami dambakan, sesuai dengan kehendak-Mu sendiri. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin.

1. Perlakuan dan Cinta Diskriminatif yang Memprihatinkan

Masih ditemukan kebiasaan kita mengukur martabat seseorang berdasarkan penampilan. Orang yang berpenampilan rapi lebih dihormati, lebih dilayani, dibandingkan dengan yang berpenampilan biasa-biasa saja. Berikut penuturan pengalaman Bapak Anton. Hanya Gara-gara Penampilan Suatu hari Bapak Anton pergi ke satu kota dengan seorang Pastor hendak memberi penataran kepada guru-guru. Mereka pergi berdua menggunakan sebuah mobil yang dipinjamkan salah seorang mantan murid Pastor waktu di seminari. Bapak Anton duduk di depan di samping Pastor Frans yang menyetir mobilnya. Tetapi guru-guru belum pernah mengenal Pak Anton maupun Pastor Frans. Saat tiba di halaman gedung tempat penataran, guru-guru sudah berkumpul menunggu. Mereka berdua turun dari mobil mendekati para guru itu. Tetapi yang mengherankan, guru-guru itu hanya menyalami Bapak Anton. Mereka mengira Bapak Anton itu Pastor. Mereka bahkan tak segan- segan mencium tangan Bapak Anton yang dikira Pastor itu, bahkan ada yang meminta diberkati. Pastor Frans yang berdiri tidak jauh dari pak Anton, diabaikan oleh guru-guru karena disangka hanya sopir. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 141 Karena terlanjur dianggap Pastor, Bapak Anton pun makin berpura- pura menjadi pastor. Ketika dari mereka bertanya: “Lho, pembicara satu lagi Pak Anton mana?” Maka Pastor gadungan itu menjawab dengan santai:”Ia tadi telpon ke saya terlambat datang. Nanti akan menyusul, dia masih dalam perjalanan” Beberapa guru lain sibuk membuatkan kopi dan mengajak duduk untuk bercakap-cakap dengan Pak Anton. Sementara Pastor Frans duduk sendiri tidak ada yang menemani. Ketika pertemuan dimulai Bapak Anton meminta Pastor Frans untuk memulai acara sekaligus memperkenalkan diri. Pada saat itulah guru-guru itu terkejut. Ternyata yang mereka duga sopir itu adalah Pastor Frans. Seorang peserta lalu berbicara: “Mohon maaf, kami menyangka Pak Anton itu Pastor Frans, dan Pastor itu sopir. Sekali lagi mohon maaf”. Pastor Frans pun hanya tersenyum. Ia tidak marah sedikitpun. Hanya saja dalam hatinya ia merasa prihatin. Sumber: Maman Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak kasus lainnya. Sekarang masuklah dalam kelompok untuk membagikan pengalaman, entah pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, yang mirip dengan kisah di atas. Cari contoh-contoh kasus yang menunjukkan perlakuan seseorang yang diskriminatif terhadap kesukuan, ras, agama, budaya, penampilan, jabatan, dan sebagainya. Kamu dapat mencarinya di koran, buku-buku perpustakaan atau internet. Beri komentarmu atas kasus-kasus tersebut

2. Yesus Mengajarkan Kasih tanpa Membedakan