beberapa pigmen warna yakni chlorophyl a, chlorophyl c, karoten, diatomin dan fukosantin. Pigmen chlorophyl memiliki peran sebagai katalisator dalam proses
fotosintesis sedangkan adanya pigmen karoten dan diatomin menyebabkan dinding sel dari Chaetoceros calcitrans berwarna cokelat keemasan.
Chaetoceros calcitrans memiliki bentuk sel bulat dengan ukuran sel yang sangat kecil yakni berkisar antara 4
– 6 mikro sama seperti diatom pada umumnya Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995.
2.2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Chaetoceros calcitrans
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty 1995, Chaetoceros calcitrans merupakan diatom yang bersifat eurythermal dan euryhaline. Daerah
penyebarannya meliputi muara sungai, pantai dan laut pada daerah tropis dan subtropis. Diatom ini dapat hidup pada kisaran suhu yang tinggi, pada suhu air
40
o
C fitoplankton ini masih dapat bertahan hidup namun tidak berkembang. Pertumbuhan optimumnya memerlukan suhu pada kisaran antara
25 - 30
o
C, salinitas optimal untuk pertumbuhan optimal dari Chaetoceros sp. adalah 28
– 30‰. Seperti halnya fitoplankton pada umumnya, pertumbuhan dari Chaetoceros calcitrans ini juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Intensitas
cahaya yang optimum untuk pertumbuhannya adalah berkisar antara 3000 - 45.000 lux, dan pertumbuhannya akan menurun jika intensitas cahaya melebihi
45.000 lux. Chaetoceros calcitrans bereproduksi secara aseksual yakni dengan
pembelahan sel dan seksual dengan pembentukan auxospora. Silikat memiliki peranan penting dalam proses reproduksi fitoplankton ini sebagai bahan
pembentuk cangkang. Pembelahan sel pada diatom ini sama seperti pembelahan
sel diatom pada umumnya, yaitu satu sel induk yang membelah akan menghasilkan dua sel anak. Satu sel anak mendapatkan tutup kotak epiteka akan
berkembang menyerupai ukuran sel induknya, sedangkan sel anak yang mendapatkan dasar kotak hipoteka akan tumbuh lebih kecil dari sel induk.
Pembelahan sel ini akan terus berlanjut sampai ukuran sel semakin kecil Djarijah, 1995.
Menurut Isnansetyo
dan Kurniastuty
1995, pembelahan
sel Chaetoceros calcitrans yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan
ukuran sel menjadi semakin kecil, dan sampai batas ukuran tertentu, pembelahan sel ini akan berhenti sebentar dan berganti menjadi reproduksi secara seksual
melalui pembentukan auxospora yaitu isi sel sel anak akan keluar dari cangkang dan akan tumbuh membesar hingga ukurannya sama dengan ukuran sel induk
semula dan kemudian sel ini akan melakukan reproduksi secara aseksual kembali yakni melalui pembelahan sel.
Gambar 1. Performa dari Chaetoceros calcitrans pembesaran 400x Ismi et al., 1992.
2.2.3 Kegunaan Chaetoceros calcitrans