Tatacara Pembagian Dan Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah Di KPP Pratama Majalaya

(1)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian Kerja Praktek

Universitas Komputer Indonesia merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang berbasis IT. UNIKOM merupakan kampus yang berprestasi yang dapat menghasilkan para ahli yang tidak dimiliki perguruan tinggi lainnya yang dapat bersaing didunia kerja.

UNIKOM sendiri memiliki beberapa fakultas salah satunya adalah Fakultas Ekonomi yang memilki beberapa program studi salah satunya Program Studi Manajemen, untuk menghasilkan lulusan yang baik dan siap terjun dalam dunia pekerjaan, UNIKOM melalui program studi manajemen melaksanakan kerja praktek yang dimasukkan ke dalam mata kuliah wajib.

Adapun pelaksanaan kerja praktek tidak mengganggu perkuliahan, penulis melaksanakan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. Dimana KPP Majalaya ini merupakan tempat atau sarana bagi masyarakat Indonesia untuk memperoleh pelayanan yang berhubungan dengan pajak, tempat pembayaran pajak bagi wajib pajak. Dengan tujuan menghimpun penerimaan pajak guna membiayai pembangunan di Indonesia.


(2)

Selama pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan di bagian ekstensifikasi, tugas- tugas yang diberikan oleh kepala seksi selama melakukan kerja praktek antar lain, mendata surat himbauan yang akan dikirimkan kepada wajib pajak, menyusun laporan rencana penerimaan dan realisasi pajak dari tahun ke tahun. Tujuan menyusun laporan rencana penerimaan ini adalah untuk mengetahui langkah apa yang harus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak agar bisa menghimpun penerimaan pajak sesuai rencana penerimaan yang telah dibuat. Rencana ini dibuat bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak.

Penerimaan pajak ini diharapkan membantu negara dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan.

Pembangunan merupakan kegiatan penting bagi seluruh negara di dunia, selain demi meningkatkan kesejahteraan warganya pembangunan tersebut juga dapat menentukan apakah negara tersebut telah mengalami perkembangan, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang dan sedang giat melakukan pembangunan di segala bidang guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Melaksanakan pembangunan sudah tentu akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit terhadap kas negara. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penerimaan bagi negara untuk membiayai segala pengeluarannya dan memajukan pembangunan.

Penerimaan yang didapat selain untuk meningkatkan pembiayaan pembangunan juga untuk memantapkan kestabilan ekonomi, pemerataan pendapatan serta untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Sejalan dengan tujuan


(3)

tersebut maka usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan selain dari sektor migas dan non migas adalah melalui sektor perpajakan.

Sektor perpajakan merupakan sumber penerimaan negara yang sangat potensial, dimana pajak merupakan wujud nyata partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan.

Pajak itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penerimaannya masuk ke APBN. Pajak Pusat terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah. Hasil penerimaannya masuk ke APBD. Jenis Pajak Daerah antara lain Pajak Propinsi dan Pajak Kebupaten/Kota.

Dalam rangka mengamankan dan meningkatkan penerimaan negara dari Pajak Pusat yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, diperlukan peran aktif dari seluruh masyarakat.

Peran aktif masyarakat disini diartikan bahwa seluruh masyarakat Indonesia diwajibkan untuk membayar pajak atas fasilitas yang mereka miliki dan mereka rasakan. Contoh dari fasilitas itu sendiri adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal.


(4)

Tetapi dalam faktanya masih banyak masyarakat yang belum disiplin untuk membayar pajak atas bangunan yang mereka jadikan tempat tinggal, hal ini mengakibatkan penerimaan pajak tidak mengalami kemajuan yang positif, sedangkan pembangunan negara harus terus berjalan.

Hal ini jelas sekali menghambat tujuan departemen keuangan melalui direktorat jenderal pajak untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Pada faktanya penerimaan Pajak atas bumi dan bangunan sendiri bertujuan untuk memajukan pembangunan pusat dan pembangunan di daerah.

Dewasa ini Departemen Keuangan melalui direktorat jenderal pajak telah mengeluarkan suatu peraturan dimana adanya pembagian penerimaan hasil pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang terbagi menjadi dua, yaitu untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan adanya pemerataan pembangunan antara pusat dan di daerah.

Adapun didalam peraturan tersebut dijelaskan pula mengenai pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), alur penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sehingga membuat saya sebagai penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

ke dalam sebuah laporan praktek kerja lapangan yang berjudul “Tata Cara Pembagian dan Penggunaan Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Di KPP Pratama Majalaya”.


(5)

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pembagian hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di KPP Pratama Majalaya.

2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan hasil penerimaan biaya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di KPP Pratama Majalaya. 3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi yang dilakukan dalam pembagian dan

penggunaan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di KPP Pratama Majalaya.

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang diharapkan penulis dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah :

1. Bagi Penulis

a. Memperoleh pengalaman yang berharga dan bekal pengalaman untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

b. Menambah wawasan penulis, terutama pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah didapatkan selama perkuliahan.

c. Mengetahui keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya sebagai bahan perbandingan bagi pengetahuan teoritis yang didapat diperkuliahan.


(6)

2. Bagi Perusahaan

a. Ikut menunjang program akademik, serta membantu pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja yang berpengalaman di bidangnya.

b. Sebagai upaya untuk membantu menyiapkan tenaga terampil bagi mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.

c. Menjalin kerjasama dan saling mengenal antara Instansi kerja dan pendidikan, sehingga bias dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan kompetitif.

3. Bagi Pihak Luar

Penelitian dalam Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan.

1.4. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek untuk memperoleh data yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, yang beralamat di Jalan Peta no. 7 Bandung.

Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010. Kerja praktek ini dilakukan setiap hari kerja mulai dari pukul 08.00 s.d. 16.30.


(7)

Tabel 1.1

Daftar Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Di KPP Pratama Majalaya

Bagian Ekstensifikasi

No. Uraian Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. PelaksanaanKerjaPraktek

2. Pengumpulan Data

3. Bimbingan

4. EvaluasiLaporanKerjaPraktek


(8)

8 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1. Sejarah KPP Pratama Majalaya

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.

Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks. Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7 Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP. PBB Bandung Dua.


(9)

Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di wilayah

Kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah Kabupaten

Bandung. Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.

Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain: Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.

Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan dalam menyusun


(10)

terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan Badan Pembangunan Daerah.

Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya antara lain menggambarkan :

1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di masing-masing daerah

Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan (termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara rata-rata mengalami peningkatan.

2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan

Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.


(11)

3. Sektor-sektor Strategis dari wilayah yang bersangkutan

Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.

4. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi yang ada Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor pariwisata.

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Majalaya, kami berusaha ‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan

intensifikasi melalui rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah


(12)

2.1.2. Geografis

Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30 kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di Kabupaten Bandung Barat).

Batas-batas wilayah Kabupaten Bandung :

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis umum letak Kabupaten

Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dsb.) dan Kabupaten Sumedang; sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten


(13)

Garut; sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dsb.).

Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya):

a. Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan, persawahan, perkebunan.

b. Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri (garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.

c. Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang didominasi oleh bukit-bukit yang memiliki potensi dan nilai strategis bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan raya lintas propinsi.

d. Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor perikanan.

e. Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang didominasi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling menonjol untuk


(14)

bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan teh – karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini. Semua itu tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).

Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007 meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :

1. Wilayah Selatan, meliputi: - Kecamatan Kertasari; - Kecamatan Pacet; - Kecataman Ibun. 2. Wilayah Tengah, meliputi:

- Kecamatan Majalaya; - Kecamatan Solokanjeruk. 3. Wilayah Utara, meliputi:

- Kecamatan Cimenyan;

- Kecamatan Cilengkrang; - Kecamatan Cileunyi; - Kecamatan Rancaekek.


(15)

4. Wilayah Timur, meliputi: - Kecamatan Nagreg; - Kecamatan Cicalengka; - Kecamatan Cikancung; - Kecamatan Paseh. 5. Wilayah Barat, meliputi:

- Kecamatan Bojongsoang; - Kecamatan Ciparay.

2.1.3. Gambaran Sektor Usaha

Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:

1. Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan dan minuman.


(16)

2. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk listrik, gas dan air meningkat.

3. Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas (cash flow) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung.

2.1.4. Visi dan MIsi

Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan perpajakan.

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.


(17)

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

2.2. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job description dalam pelaksanaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan.

Pengertian struktur sendiri adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Sedangkan pengertian organisasi adalah adanya kebutuhan untuk melakukan pembagian kerja diantara anggotanya dan kemudian melakukan koordinasi diantara berbagai departemen, unit kerja, atau kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Jadi, struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.


(18)

KPP Pratama Bandung Majalaya yang merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan struktur organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.

Penulis akan mengemukakan Struktur Organisasi dan uraian tugas di KPP Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara vertikal, dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :


(19)

Kepala Kantor

Kasubag

Bendahara & Pembuat Daftar Gaji

Pelaksana Kepegawaian Pelaksana Rumah Tangga Kasi Pelayanan Pelaksana Kasi Pengolahan Data & Informasi

Kasi Waskon I Kasi Waskon II Operator Console Account Representatif Account Representatif

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Supervisor Fungsional Pemeriksa Kasi Waskon III Kasi Penagihan Kasi Ekstensifikasi Kasi Pemeriksaan Juru Sita Pajak Account Representatif Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya

Keterangan: Penempatan pada saat pelaksanaan kerja praktek

K

Gambar.2.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya Fungsional


(20)

Terdapat beberapa kebaikan dan keburukan dalam struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya sebagai berikut:

Kebaikan struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya:

- Dibuat dalam bentuk garis komando dan tanggung jawab secara vertikal, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan di lapangan.

- Terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah, sehingga memudahkan dalam penyelesaian setiap ada permasalahan.

Keburukan struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya:

- Belum optimalnya fungsi beberapa tim yang telah dibentuk dalam struktur organisasi.

- Masih kurangnya tenaga penyuluhan perpajakan dalam struktur organisasi.

2.3. Deskripsi Jabatan

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. Dan memiliki


(21)

tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai

2. Kepala Subbagian Umum

Memiliki wewenang melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki wewenang membantu pelaksanaan pengumpulan,

pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan kinerja

4. Seksi Pelayanan

Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan registrasi Wajib Pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Kepala Seksi Penagihan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.


(22)

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Juru Sita Pajak

Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.


(23)

10.Account Representative

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

11.Operator Console

Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan back-up data dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap pemakai

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan

Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana setip bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh setiap bagian.

Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP Pratama Majalaya yaitu sebagai berikut:


(24)

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum serta menelitinya.

2. Kepala Subbagian Umum

Menerima arsip in aktif (non berkas Wajib Pajak) yang diserahkan oleh Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara, memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Menyusun laporan kegiatan Seksi, menyampaikan Laporan Kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor.

4. Seksi Pelayanan

Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala Kantor, melaksanakan program penyuluhan.

5. Kepala Seksi Penagihan

Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan, meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan, pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.


(25)

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari permasalahan Wajib Pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. 8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak 9. Juru Sita Pajak

Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.

10.Account Representative

Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak serta laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

11.Operator Console


(26)

26 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 – 26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya dan penulis ditempatkan di bagian Ekstensifikasi. Dalam menjalankan Kerja Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.

3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kerja Praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya adalah membantu kegiatan dari karyawan.

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek adalah sebagai berikut:

1. Merekam data atau surat yang masuk serta keluar dari Seksi Ekstensifikasi 2. Menyampaikan data yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi

3. Data dari Seksi Ekstensifikasi kemudian disampaikan ke Kepala Seksi 4. Mendisposisikan ke staf-staf/AR di Ektensifikasi


(27)

3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1. Pembagian Hasil Penerimaan PBB

Menurut Pasal 5 ayat 1 dan 2 PP No. 16 tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai berikut:

1. Hasil penerimaan PBB untuk biaya pemungutan dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan daerah.

2. Biaya pemungutan Direktorat Jenderal Pajak digunakan antara lain: - Mendukung operasional pemungutan PBB.

- Peningkatan sumber daya manusia. - Komputerisasi perpajakan.

- Pemberian insentif atas prestasi kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

3.3.2. Penggunaan Hasil Penerimaan PBB

Berikut ini penggunaan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB):

1. Imbangan pembagian biaya pemungutan PBB antara Direktorat Jenderal Pajak dan daerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan PBB.

2. Besarnya imbangan biaya pemungutan PBB adalah:


(28)

- Operasional sektor perkotaan, 20% Direktorat Jenderal Pajak dan 80% daerah. - Operasional sektor perkebunan, 60% Direktorat Jenderal Pajak dan 40%

daerah.

- Operasional sektor perhutanan, 65% Direktorat Jenderal Pajak dan 35% daerah.

- Operasional sektor pertambangan, 70% Direktorat Jenderal Pajak dan 30% daerah.

Menurut Pasal 18 ayat 1, 2, dan 3 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 sebagai berikut:

1. Hasil penerimaan pajak merupakan penerimaan yang dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90% untuk pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah daerah tingkat I sebagai pendapatan daerah yang bersangkutan.

2. Bagian pemerintah daerah sebagian besar diberikan kepada pemerintah daerah tingkat II.

3. Imbangan pembagian hasil penerimaan pajak diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan menurut Pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai berikut:

1. Hasil penerimaan PBB untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan imbangan sebagai berikut:


(29)

- 90% untuk pemerintah daerah

2. Jumlah 90% bagian pemerintah daerah diperinci sebagai berikut: - 16,2% untuk propinsi

- 64,8% untuk kabupaten atau kota yang bersangkutan - 9% untuk Biaya Pemungutan

Menurut Pasal 2 ayat 1 dan 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 34/PMK.03/2005 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, jumlah 10% bagian pemerintah pusat dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten atau kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut:

1. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten atau kota.

2. 35% dibagikan secara insentif kepada daerak kabupaten atau kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai atau melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.


(30)

Berikut ini adalah gambar pembagian hasil penerimaan PBB:

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Gambar 3.1


(31)

Berikut ini adalah Alur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan:

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Gambar 3.2

Alur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Berikut adalah penjelasan dari gambar alur penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan:

1. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak sesuai dengan pajak yang harus dibayar kepada petugas pemungut pajak melalui tempat pembayaran pajak. 2. Dari tempat pembayaran pajak, petugas pajak melimpahkan pungutan dari

wajib pajak kepada bank persepsi/ kantor pos.

3. Kemudian bank persepsi/kantor pos melimpahkan ke bagian operasional perpajakan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah pusat sebesar 10%, untuk propinsi 16,2%, kabupaten atau kota yang bersangkutan sebesar 64,8%, dan sisanya untuk biaya pemungutan sebesar 9% sesuai dengan Pasal 2 ayat 1


(32)

dan 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

3.3.3. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Pembagian dan Penggunaan Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga menghambat peningkatan penerimaan pajak.

3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.

Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.

2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data 3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan


(33)

33 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa pembagian hasil penerimaan PBB telah diatur sedemikian rupa seperti yang tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 dan 2 PP No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai berikut:

- Hasil penerimaan PBB untuk biaya pemungutan dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan daerah.

- Biaya pemungutan Direktorat Jenderal Pajak digunakan antara lain:

 Mendukung operasional pemungutan PBB.

 Peningkatan sumber daya manusia.  Komputerisasi perpajakan.

 Pemberian insentif atas prestasi kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pada dasarnya imbangan pembagian pemungutan PBB antara Direktorat Jenderal Pajak dan daerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan PBB.


(34)

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga menghambat peningkatan penerimaan pajak.

3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.

Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.

2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data

3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan cara penerimaan pajak.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dengan adanya sistem pembagian hasil penerimaan PBB dapat membantu meningkatkan kualitas operasional Direktorat Jenderal Pajak.

2. Mengoptimalkan hasil pembagian pemungutan PBB untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


(35)

3. Mengoptimalkan dan perbaikan tim fungsi ekstensifikasi dan intensifikasi serta penyempurnaan sistem penerimaan pajak


(36)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA

: IRFI WESTIANA

NIM

: 21207111

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(37)

(1)

32

dan 2 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil

Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

3.3.3. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Pembagian dan Penggunaan Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah

dibentuk.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga

menghambat peningkatan penerimaan pajak.

3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.

Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah:

1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.

2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data

3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan


(2)

33 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Bahwa pembagian hasil penerimaan PBB telah diatur sedemikian rupa seperti yang

tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 dan 2 PP No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian

Hasil Penerimaan PBB antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai

berikut:

- Hasil penerimaan PBB untuk biaya pemungutan dibagikan kepada Direktorat

Jenderal Pajak dan daerah.

- Biaya pemungutan Direktorat Jenderal Pajak digunakan antara lain:

 Mendukung operasional pemungutan PBB.

 Peningkatan sumber daya manusia.

 Komputerisasi perpajakan.

 Pemberian insentif atas prestasi kerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pada dasarnya imbangan pembagian pemungutan PBB antara Direktorat Jenderal

Pajak dan daerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam


(3)

34

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi di KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah

dibentuk.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga

menghambat peningkatan penerimaan pajak.

3. Terbatasnya tenaga penyuluhan perpajakan.

Solusi yang sedang dilakukan dan akan dilakukan adalah:

1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi.

2. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data

3. Penyederhanaan tata cara pembayaran pajak serta moderenisasi aturan cara

penerimaan pajak.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis

adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dengan adanya sistem pembagian hasil penerimaan PBB dapat membantu

meningkatkan kualitas operasional Direktorat Jenderal Pajak.

2. Mengoptimalkan hasil pembagian pemungutan PBB untuk pemerintah pusat dan


(4)

35

3. Mengoptimalkan dan perbaikan tim fungsi ekstensifikasi dan intensifikasi


(5)

Tata Cara Pembagian dan Penggunaan Hasil Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah Di KPP Pratama Majalaya

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA

: IRFI WESTIANA

NIM

: 21207111

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)