Peranan Intensifikasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus pada KPP Pratama Bojonagara).

(1)

ABSTRAK

Pembangunan dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya melaui Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Usaha untuk meningkatkan penerimaan negara khususnya PBB telah lama diterapkan dan usaha tersebut bukan pekerjaan yang mudah. Salah satu ntuk meningkatkan penerimaan PBB maka dibentuklah tim intensifikasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan PBB. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Bojonagara Bandung.

Bentuk intensifikasi yang telah dilakukan KPP Bojonagara yaitu pelaksaan pekan panutan, operasi sisir, surat himbauan, dan penagihan aktif. Untuk mengetahui besarnya peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan PBB dapat dilihat dari sampelnya yaitu berupa data STTS yang dianggarkan, SPPT, STTS yang dibayar, Penerimaan PBB, STTS yang menunggak, dan penerimaan PBB yang menjadi tunggakan. Sampel tersebut diambil tahun 2007 dan 2008. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda hipotesis deskriftif analisis dengan menggunakan statistik non-parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan pengujian Wilcoxon, peranan Intensifikasi perpajakan sangat berperan terhadap penerimaan PBB. Besarnya peranan intensifikasi perpajakan dapat dilihat dengan menggunakan cara manual yaitu jumlah STTS dibayar yaitu sebesar 7,97 %, penerimaan PBB Sebesar 43,79%, penurunan STTS yang menunggak sebesar -6,35%, penurunan penerimaan PBB yang menunggak yaitu sebesar -8,40%

Kata kunci : intensifikasi Pajak, pekan panutan, oprasi sisir, surat himbauan dan penagihan aktif, penerimaan PBB.


(2)

ABSTRACT

Development in a country is the ongoing activities that have a goal to continually establish and improve the welfare of a society. Efforts to achieve these objectives one through Land and Building Tax (PBB). Efforts to increase state revenues, especially PBB has long been applied and the business is not an easy job. One to improve the land and building tax receipts, the intensification of the team was formed. This research was conducted to see if there is intensification of the role of taxation on land and building tax receipts. This research is a case study at the tax office Pratama (KPP) Bandung Bojonagara.

Form of intensification that has been done KPP Bojonagara, the course of the weekend was a role model, operating combs, letter of appeal, and active collection. To know the level of intensification of the role of taxation on land and building tax receipts can be seen from the sample that is data STTS budgeted, SPPT, STTS paid, Land and building tax receipts, STTS is delinquent, and receipt tax on land and buildings that become delinquent. Samples were taken in 2007 and 2008. To test This research was done using descriptive analysis method, the hypothesis using non-parametric statistics using the Wilcoxon test. Based on the Wilcoxon test, the role of taxation is very important to the intensification of land and building tax receipts. The amount of intensification of the role of taxation can be viewed by using the manual method STTS amount paid is equal to 7.97%, 43.79% amount of revenue forecasting, STTS decrease of -6.35% is delinquent, the decline in acceptance of UN arrears that is equal to -8, 40%

Keyword: intensification of Taxation, weekend was a role model, operating combs, letter of appeal and an active billing, land and building tax receipts.


(3)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PENGESAHAN………ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……….iii

KATA PENGANTAR………iv

ABSTRAK……….ix

ABSTRACT………x

DAFTAR ISI………..xi

DAFTAR GAMBAR……….xvi

DAFTAR TABEL………xvii

DAFTAR LAMPIRAN………xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Identifikasi Masalah………7

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian……… 8


(4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS……… 10

2.1 Kajian Pustaka ……… 10

2.1.1 Pajak Bumi dan Bangunan……… 10

2.1.1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan……… 10

2.1.1.2 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan……… 11

2.1.1.3 Subyek dan Obyek Pajak Bumi dan Bangunan……… 13

2.1.1.4 Pengecualian Pengenaan PBB……… 16

2.1.1.5 Wajib Pajak Bumi dan Bangunan……… 25

2.1.1.6 Pendaftaran Obyek dan Subyek Pajak……… 26

2.1.1.7 Nomor Obyek Pajak……… 27

2.1.1.8 Tarif Pajak……… 29

2.1.1.9 Nilai Jual Obyek Pajak……… 29

2.1.1.10 Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak……… 30

2.1.1.11 Nilai Jual Kena Pajak……… 30

2.1.1.12 Penghitungan Pajak Terutang………... 32

2.1.1.13 Dasar Penagihan PBB……….. …. 33


(5)

2.1.1.15 Pembayaran PBB………. 34

2.1.1.16 Sanksi Atas Keterlambatan Pembaran PBB………. 35

2.1.1.17 Penerimaan PBB………. 36

2.1.2 Intensifikasi Perpajakan……… 36

2.1.2.1 Pengertian Intensifikasi………. 36

2.1.2.2 Fungsi Intensifikasi………. 37

2.1.2.3 Strategi Intensifikasi Pajak………. 39

2.2 Kerangka Pemikiran………. 42

2.3 Hipotesis………... 47

BAB III METODA PENELITIAN……… 48

3.1 Obyek Penelitian………. 48

3.1.1 Gambar Umum Kantor Pelayanan Pajak………. 48

3.2 Metoda Penelitian……… 55

3.2.1 Opeasionalisasi variabel……… 56

3.2.2 Metoda penelitian……… 59

3.2.3 Jenis dan Sumber Data………. 60

3.2.3.1 Jenis Data………. 60


(6)

3.2.4 Populasi dan Sampel………. 61

3.2.5 Rancangan Pengujian Penelitian………. 62

3.2.5.1 Alat analisis……….. 62

3.2.5.2 Penetapan Hipotesis……….. 63

3.2.5.3 Pengujian Terhadap Hipotesis……… 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………67

4.1 Penetapan PBB………. 67

4.2 Pembayaran PBB………. 69

4.3 Bentuk Intensifikasi PBB Yang Dilakukan KPP Bojonagara………70

4.4 Prosedur pelaksanaan intensifikasi Perpajakan Pada KPP Bojonagara………...71

4.4.1 Tata Cara Pelaksanaan Penagihan PBB………. 73

4.5 Hambatan-Hambatan dalam Melakukan intensifikasi………. 85

4.6 hasil pengujian Analisis Wilcoxon………86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………. 93


(7)

Daftar pustaka………95 Daftar Lampiran………96 Daftar Riwayat Hidup………..112


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Struktur Organisasi KPP Bojonagara………50 Gambar 4.1 Tata Cara Penagihan Aktif……… 84


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel……… 57

Tabel 4.1 Hasil Uji Wilcoxon Hipotesis 1……… 86

Tabel 4.2 Hasil Uji Wilcoxon Hipotesis 2……… 87

Tabel 4.3 Hasil Uji Wilcoxon Hipotesis 3……… 88

Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Hipotesis 4………88

Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Hipotesis 5……….. 89


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Surat penelitian Kantor Wilayah Jawa Barat I……… 96

Data Penerimaan PBB Tahun 2007……… 97

Data Penerimaan PBB tahun 2008……… 98

Surat Edaran Jenderal Pajak Tentang

Kebijakan Penagihan Pajak………100

Surat Pemberitah

uan Pajak Terhutang PBB……… 109

Surat Tanda Terima Setoran ……….110


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pembangunan di dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu bangsa. Kemajuan pembangunan suatu negara dilihat dari penerimaan negara, baik penerimaan yang berasal dari dalam negeri dan penerimaan yang berasal dari luar negeri.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya melalui pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan pendapatan yang dapat memberikan sumbangan dan peranan penting yang berarti melalaui penyediaan sumber dana bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Menurut Direktorat jenderal Pajak Departemen Keuangan, Darmin Nasution mengatakan:

“Penerimaan pajak sampai dengan bulan Juni 2009 adalah sebagai berikut: penerimaan pajak penghasilan (PPH) periode Januari s.d Juni 2009 sebesar Rp 136.398,26 miliar mengalami pertumbuhan sebesar 5,19 % dibandingkan penerimaan PPH periode yang sama tahun 2008 sebesar 129.666,92 miliar. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak atas Barang Mewah (PPNBM) periode Januari s.d Juni 2009 sebesar 217.447,04 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,31% jika dibandingkan dengan penerimaan


(12)

Bab I Pendahuluan 2

PPH atau PPN/PPnBM periode yang sama tahun 2008 sebesar 216.784.17 miliar. Penerimaan pajak lainnya periode Januari s.d Juni 2009 sebesar 1465,68 mengalami pertumbuhan sebesar 2,12% dibandingkan penerimaan pajak lainnya periode yang sama tahun 2008 sebesar 1435,26 miliar.”

Dengan demikian pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dan oleh karena itu perlu dikelola dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Bumi dan bangunan memberikan keutungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak, memiliki, serta memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan. Oleh karena itu, wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat yang diperolehnya kepada negara melalui pajak yang disebut Pajak Bumi dan Bangunan.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan adalah obyeknya. Oleh karena itu, keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak terutang. Dengan demikian, Pajak Bumi dan Bangunan disebut juga pajak yang obyektif.

Pajak Bumi dan Bangunan termasuk Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga


(13)

Bab I Pendahuluan 3

negara. Dengan demikian, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber penerimaan yang sangat potensial bagi negara.

Pajak Bumi dan bangunan merupakan pajak langsung. Hal ini dikarenakan PBB yang terutang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang namanya tercantum pada Surat Ketetapan Pajak (SKP PBB) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. SKP PBB atau SPPT juga dikenakan secara periodik, dimana besarnya pajak terutang didasarkan pada keadaan obyek pajak pada tanggal 1 Januari tahun pajak berjalan.

Pemungutan PBB dilakukan dengan dilandasi pada dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang No 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Seiring dengan berjalannya waktu Undang-Undang 12 tahun 1985 berganti dengan Undang-Undang 12 tahun 1994. Perubahan Undang-Undang tersebut tidak merubah keseluruhan isi Undang-Undang No 12 tahun 1985, melainkan hanya sebagian saja. Terdapat empat pasal yang telah dirubah, namun pasal-pasal yang lain yang tidak mengalami perubahan tetap berlaku utuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Undang-Undang No 12 tahun 1994 ini tetap berlaku utuh dan ditetapkan sebagai Undang perubahan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan. Dasar pertimbangan Undang-Undang-Undang-Undang tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh sebab itu


(14)

Bab I Pendahuluan 4

perlu dikelola dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya;

b. Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya atau memperoleh manfaat, oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak; c. Bahwa sesuai amanat yang terkandung dalam Garis Besar Haluan

Negara Tahun 1983 perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan, sehingga dapat mewujudkan peran serta dan kegotongroyongan masyarakat sebagai potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional;

Sistem pemungutan pajak yang digunakan dalam PBB adalah semi-self

Assessment, yaitu gabungan self assessment system dan official assessment system,

dimana subyek pajak melaporkan sendiri data obyek pajak yang dimiliki atau dikuasainya serta data diri subyek pajak dan nantinya akan digunakan dalam penetapan pajak. Selain itu, Wajib Pajak diberi hak untuk membayar sendiri pajak terutang pada tempat yang ditunjuk pemerintah. Dalam hal penetapan besarnya pajak terutang, Undang-Undang PBB tidak memberikan kewenangan kepada subyek pajak untuk menghitung sendiri besarnya pajak terutang, tetapi kewenangan dimaksud diberikan kepada fiskus. Besarnya pajak terutang sepenuhnya didasarkan pada keadaan obyek pajak yang tercermin pada besarnya Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan.


(15)

Bab I Pendahuluan 5

Usaha untuk meningkatkan penerimaan negara khususnya dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan telah lama diterapkan. Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang mudah. Agar penerimaan pajak tercapai sesuai target dibutuhkan dedikasi, kesadaran, dan kerja keras akan hak dan kewajiban serta kedisiplinan dari wajib pajak dan seluruh aparatur perpajakan dibawah naungan Dirjen Pajak. Kita sebagai warga negara harus menyadari bahwa pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan wujud kepatuhan terhadap negara.

Untuk meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, maka dibentuklah tim intensifikasi yang angotanya terdiri dari Direktorat Jendral Pajak dan Direktorat Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah. Tim intensifikasi dibentuk untuk meningkatkan pendapatan dengan memfokuskan pada kegiatan optimalisasi penggalian pendapatan atau penerimaan pajak terhadap obyek serta subyek pajak yang telah tercatat, dimana pemungutan kegiatan tersebut dilakukan secara ketat dan teliti.

Usaha intensikasi mempunyai ciri utama yaitu memungut pendapatann sepenuhnya dalam batas ketentuan yang berlaku. Menurut Marihot Siahaan dalam bukunya “Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia Teori dan Praktek”, tugas utama tim intensifikasi adalah sebagai berikut (2009:533) :

1. Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan penagihan PBB;

2. Mengadakan penyuluhan, pemantauan, analisa, dan evaluasi penagihan PBB; 3. Memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh daerah-daerah dalam

melaksanakan penagihan PBB; dan

4. Memantau perkembangan wilayah dalam rangka pendataan guna meningkatkan potensi PBB di kabupaten/ kota yang bersangkutan


(16)

Bab I Pendahuluan 6

Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan penagihan PBB, yang dalam hal ini adalah tim intensifikasi. Dalam hal ini tim intensifikasi berusaha untuk meningkatkan penerimaan PBB, yaitu dengan cara mempercepat pemasukan dan tunggakan PBB. Kegiatan mempercepat masukan dapat dilakukan dengan cara sosialisasi atau penyuluhan pajak.

Penyuluhan PBB perlu dilaksanakan secara terus menerus dimulai dari sebelum penyerahan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) PBB sampai dengan jatuh temponya pembayaran PBB. kegiatan yang dilakukan tim intensifikasi yaitu dengan membuat himbauan atau penyuluhan yang secara rutin dapat disiarkan melalui radio pemerintah maupun radio swasta, pemasangan spanduk-spanduk mengenai himbauan atau peringatan di tempat yang starategis, membuat selebaran yang berisikan tentang PBB dan dibagikan kepada wajib pajak, melakukan penyuluhan dengan mobil keliling ke desa/kelurahan, dan memanfaatkan pertemuan rutin yang diadakan masyarakat, serta menegakkan sanksi kepada Wajib Pajak yang tidak membayar PBB.

Tim intensifikasi hendaknya secara aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mengantisipasi permasalahan yang akan timbul setiap tahunnya dan berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak, misalnya dalam hal kesalahan ketetapan dan kurangnya kesadaran Wajib Pajak dan petugas pemungut, penerbitan dan ketetapan SPPT yang salah.

Tim intensifikasi juga berusaha untuk memantau sejauh mana perkembangan di daerahnya, yang berfungsi untuk pendataan NJOP (Nilai Jual Obyek pajak) yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan PBB


(17)

Bab I Pendahuluan 7

Perincian tugas dari masing-masing unsur dalam tim intensifikasi PBB ditentukan sebagaimana dibawah ini :

1. Unsur dinas pendapatan daerah dan desa/ kelurahan sebagai petugas pemungut melaksanakan penagihan dan penyetoran PBB

2. Unsur kecamatan melaksanakan pengawasan penagihan dan penyetoran PBB 3. Unsur direktorat Jenderal Pajak melaksanakan pendataan, pengumpulan NJOP dengan bantuan unsur pemerintah daerah setempat, serta melaksanakan pengawasan dan pembinaan administrasi penagihan/penyetoran PBB

Petugas pemungut ditunjuk melaui adanya surat keputusan dari Bupati/Walikota. Dalam penunjukan yang dimaksud dicantumkan perincian tugas, kewajiban, dan tanggung jawab petugas pemungut. Petugas pemungut segera menyampaikan SPPT kepada wajib pajak di wilayah kerjanya. Pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi oleh Wajib Pajak selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.

Dengan adanya latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti

lebih jauh mengenai : “PERANAN INTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonegara di Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(18)

Bab I Pendahuluan 8

1. Bagaimana pelaksanaan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

2. Seberapa jauh peranan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggali informasi yang diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

2. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

1.4Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, dapat memberikan pemahaman yang cukup baik mengenai

peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan berguna sebagai


(19)

Bab I Pendahuluan 9

bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sebagai referensi untuk penelitian serupa yang lebih lanjut dan mendalam.


(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian- uraian yang telah dikemukakan dan data yang diperoleh dari hasil penelitian pada KPP Pratama Bojonagara, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk intensifikasi yang telak dilaksanakan pada KPP Pratama Bojonagara adalah pekan panutan, operasi sisir, surat himbauan, dan penagihan aktif

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon terhadap 6 hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Ada peningkatan significant STTS yang dianggarkan setelah intensifikasi perpajakan.

2. Ada peningkatan significant SPPT sesudah intensifikasi perpajakan.

3. Tidak ada peningkatan significant STTS dibayar sesudah intensifikasi perpajakan.

4. Ada peningkatan significant penerimaan PBB sesudah intensifikasi perpajakan.

5. Tidak ada peningkatan significant STTS yang menunggak sesudah intensifikasi perpajakan.

6. Tidak ada peningkatan significant penerimaan PBB yang menunggak sesudah intensifikasi perpajakan


(21)

Bab V Simpulan dan Saran 94

Hasil hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa, terdapat peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan PBB, hal ini dilihat dari peningkatan STTS yang dianggarkan, Surat pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) kepada Wajib Pajak, penerimaan PBB, penurunan STTS yang menunggak, dan penurunan PBB yang menunggak.

3. Menurut perhitungan yang peneliti lakukan dari data penerimaan peranan setelah dilakukan intensifikasi perpajakan adalah sebagai berikut peranan intensifikasi perpajakan dapat dilihat dengan menggunakan cara manual yaitu jumlah STTS dibayar yaitu sebesar 7,97 %, penerimaan PBB Sebesar 43,79%, penurunan STTS yang menunggak sebesar -6,35%, penurunan penerimaan PBB yang menunggak yaitu sebesar -8,40%

5.2 Saran

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mencoba memberikan beberapa saran yang nantinya diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi KPP Pratama Bojonagara dalam meningkatkan penerimaan pajaknya dimasa yang akan dating peneli, adalah :

1. Sebaiknya KPP Bojonagara mempunyai seksi intensifikasi khusus untuk menangani penagihan PBB

2.

Dalam hal pelaksanaan pemungutan pajak oleh aparat pemerintah daerah hendaknya dapat diciptakan suasana yang sehat dan kekeluargaan antara aparat dengan masyarakat agar pengertian dan pemahaman akan hak dan kewajiban masing-masing dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada.


(22)

95

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot Pahala. 2009.Pajak Bumi Dan Bangunan Di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu

Rusdji,Muhammad.2008. PBB, BPHTB, Dan BEA MATERAI, Jakarta:Indeks Ghozali, Iman.2006. Statistik Non Parametrik, Cetakan Ketiga, PenerbitUniversitas Diponogoro

Sugiyono,2006. Metoda penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan research &

Development, Bandung: CV. Alfabeta

Jogiyanto, 2004. Metoda Penelitian Bisnis : salah kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, Yogyakarta: BPFE

DK Pratiwi Artikel Srtategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) , Studi kasus di Kabupaten Klaten


(1)

Bab I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha Perincian tugas dari masing-masing unsur dalam tim intensifikasi PBB ditentukan sebagaimana dibawah ini :

1. Unsur dinas pendapatan daerah dan desa/ kelurahan sebagai petugas pemungut melaksanakan penagihan dan penyetoran PBB

2. Unsur kecamatan melaksanakan pengawasan penagihan dan penyetoran PBB 3. Unsur direktorat Jenderal Pajak melaksanakan pendataan, pengumpulan NJOP dengan bantuan unsur pemerintah daerah setempat, serta

melaksanakan pengawasan dan pembinaan administrasi

penagihan/penyetoran PBB

Petugas pemungut ditunjuk melaui adanya surat keputusan dari Bupati/Walikota. Dalam penunjukan yang dimaksud dicantumkan perincian tugas, kewajiban, dan tanggung jawab petugas pemungut. Petugas pemungut segera menyampaikan SPPT kepada wajib pajak di wilayah kerjanya. Pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi oleh Wajib Pajak selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.

Dengan adanya latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti

lebih jauh mengenai : “PERANAN INTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN”. Penelitian ini merupakan

studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonegara di Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(2)

Bab I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagaimana pelaksanaan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

2. Seberapa jauh peranan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggali informasi yang diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

2. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan intensifikasi perpajakan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

1.4Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, dapat memberikan pemahaman yang cukup baik mengenai

peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan berguna sebagai


(3)

Bab I Pendahuluan 9

Universitas Kristen Maranatha bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sebagai referensi untuk penelitian serupa yang lebih lanjut dan mendalam.


(4)

93 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian- uraian yang telah dikemukakan dan data yang diperoleh dari hasil penelitian pada KPP Pratama Bojonagara, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk intensifikasi yang telak dilaksanakan pada KPP Pratama Bojonagara adalah pekan panutan, operasi sisir, surat himbauan, dan penagihan aktif

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon terhadap 6 hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Ada peningkatan significant STTS yang dianggarkan setelah intensifikasi perpajakan.

2. Ada peningkatan significant SPPT sesudah intensifikasi perpajakan.

3. Tidak ada peningkatan significant STTS dibayar sesudah intensifikasi perpajakan.

4. Ada peningkatan significant penerimaan PBB sesudah intensifikasi perpajakan.

5. Tidak ada peningkatan significant STTS yang menunggak sesudah intensifikasi perpajakan.

6. Tidak ada peningkatan significant penerimaan PBB yang menunggak sesudah intensifikasi perpajakan


(5)

Bab V Simpulan dan Saran 94

Universitas Kristen Maranatha Hasil hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa, terdapat peranan intensifikasi perpajakan terhadap penerimaan PBB, hal ini dilihat dari peningkatan STTS yang dianggarkan, Surat pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) kepada Wajib Pajak, penerimaan PBB, penurunan STTS yang menunggak, dan penurunan PBB yang menunggak.

3. Menurut perhitungan yang peneliti lakukan dari data penerimaan peranan setelah dilakukan intensifikasi perpajakan adalah sebagai berikut peranan intensifikasi perpajakan dapat dilihat dengan menggunakan cara manual yaitu jumlah STTS dibayar yaitu sebesar 7,97 %, penerimaan PBB Sebesar 43,79%, penurunan STTS yang menunggak sebesar -6,35%, penurunan penerimaan PBB yang menunggak yaitu sebesar -8,40%

5.2 Saran

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mencoba memberikan beberapa saran yang nantinya diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi KPP Pratama Bojonagara dalam meningkatkan penerimaan pajaknya dimasa yang akan dating peneli, adalah :

1. Sebaiknya KPP Bojonagara mempunyai seksi intensifikasi khusus untuk menangani penagihan PBB

2.

Dalam hal pelaksanaan pemungutan pajak oleh aparat pemerintah daerah hendaknya dapat diciptakan suasana yang sehat dan kekeluargaan antara aparat dengan masyarakat agar pengertian dan pemahaman akan hak dan kewajiban masing-masing dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada.


(6)

95

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot Pahala. 2009.Pajak Bumi Dan Bangunan Di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu

Rusdji,Muhammad.2008. PBB, BPHTB, Dan BEA MATERAI, Jakarta:Indeks Ghozali, Iman.2006. Statistik Non Parametrik, Cetakan Ketiga, PenerbitUniversitas Diponogoro

Sugiyono,2006. Metoda penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan research & Development, Bandung: CV. Alfabeta

Jogiyanto, 2004. Metoda Penelitian Bisnis : salah kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, Yogyakarta: BPFE

DK Pratiwi Artikel Srtategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) , Studi kasus di Kabupaten Klaten