Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari (Studi Semiotika Roland Barthes Tentang Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Ujian Sarjana S1 (Strata Satu) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
SOPIAN ROSADI NIM : 41810056
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
(4)
138 DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Sopian Rosadi
Nama Panggilan : Opi
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 27 Agustus 1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI)
Alamat : Kp.Cijengjing RT 04/23 Padalarang
Kab.Bandung Barat
Telepon : 082216883796
Email : [email protected]
(5)
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Sulastri
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Orang Tua : Kp.Cijengjing RT 04/23 Padalarang Kab.Bandung Barat
PENDIDIKAN FORMAL
1. 1. 1997 – 2005 : SDN 2 Padalarang 2. 2. 2003 – 2006 : SMPN 2 Padalarang 3. 3. 2006 – 2009 : SMA Pasundan 1 Cimahi
4. 4. 2010 s.d Sekarang : Sedang Menjalani Pendidikan Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Komputer Indonesia Bandung PENGALAMAN ORGANISASI
1. 1.Tahun 2003 – 2004 : Pramuka SD 02 Padalarang 2. 2.Tahun 2005 – 2006 : Anggota Osis SMP 2 Padalarang 3. 3.Tahun 2008 – 2009 : Anggota Osis SMA Pasundan 1 Cimahi SEMINAR & PELATIHAN
1. Tanggal 03 Maret 2010, sebagai peserta Table Manner yang diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Hotel Amaroossa Bandung; Bersertifikat.
(6)
“Islam dan Moralitas Pembangunan” yang diselenggarakan oleh Universitas Komputer Indonesia Bandung; Bersertifikat.
3. Tanggal 30 November 2012, sebagai peserta Study Tour Mass Media Tahun Akademik 2012 yang diselenggarakan oleh UNIKOM Bandung; Bersertifikat.
4. Tanggal 16 Desember 2012, sebagai peserta seminar Training Public Speaking And Profesional Master Of Ceremony yang diselenggarakan oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, DPP TMP dan DPD TMP Jawa Barat di Gedung PMI Bandung; Bersertifikat.
5. Tanggal 16 Desember 2012, sebagai peserta seminar Training Public Speaking And Profesional Master Of Ceremony yang diselenggarakan oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, DPP TMP dan DPD TMP Jawa Barat di Gedung PMI Bandung; Bersertifikat
6. Tanggal 29 Desember 2012, sebagai peserta dalam kegiatan One Day Workshop Great Managing Event yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.
7. Tanggal 29 Desembar 2012, sebagai peserta dalam kegaiatan One Day Workshop Great Managing Even Master Of Ceremony yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.
(7)
ix
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.2.1 Pertanyaan Makro ... 8
1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9
(8)
x
2.1.1.1 Pengertian Musik Metal ... 15
2.1.2 TinjauanTentang Komunikasi ... 17
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 17
2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 21
2.1.2.3 Sifat Komunikasi ... 22
2.1.2.4 Tujuan Komunikasi... 23
2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 24
2.1.2.6 Pengertian Tentang Simbol Tangan Metal Dua Jari ... 26
2.2 Kerangka Pemikiran ... 27
2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27
2.2.1.1 Pengertian Tentang Semiotika ... 29
2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 34
2.2.2.1 Pengertian Tentang Representasi ... 34
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 43
3.1.1 Sejarah Komunitas Metal di Kota Bandung ... 43
3.1.2 Sejarah Simbol Tangan Metal Dua Jari ... 45
3.2 Metode Penelitian……… ... 48
(9)
xi
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 52
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 53
3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 56
3.2.5.1 Triangulasi Data ... 56
3.2.5.2 Menggunakan Bahan Referensi ... 57
3.2.5.3 Member Check ... 58
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 59
3.2.6.1 Lokasi Penelitian... 59
3.2.6.1 Waktu Penelitian ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 61
4.1.1 Profil Informan Penelitian ... 64
4.1.2 Penggunaan Simbol Tangan Metal Dua Jari dan Makna Sebenarnya Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Kota Bandung ... 70
4.2.Pembahasan ... 75
4.2.1 Makna Denotatif Pada Simbol Tangan Metal Dua Jari Dalam Pecinta Musik Metal Kota Bandung ... 75
4.2.2 Makna Konotatif Pada Simbol Tangan Metal Dua Jari Dalam Pecinta Musik Metal Kota Bandung ... 82
(10)
xii
Metal di Kota Bandung ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN ... 104
5.2 SARAN ... 106
5.2.1 Saran Bagi Universitas... 106
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 110
(11)
xiii
(12)
xiv
Gambar 2.2 Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes ... 38
Gambar 2.3 Perbandingan Antara Konotasi dan Denotasi... 41
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pemikiran ... 42
Gambar 3.1 Simbol Tangan Metal Dua Jari di Komunitas Metal... 48
Gambar 3.2 Analisis Data Model Interaksi Dari Miles dan Huberman ... 54
Gambar 4.1 Informan Dani Papap ... 65
Gambar 4.2 Informan Teguh Umbara ... 68
Gambar 4.3 Deskripsi Simbol ... 75
Gambar 4.4 Deskripsi Simbol ... 77
Gambar 4.5 Deskripsi Simbol ... 78
Gambar 4.6 Deskripsi Simbol ... 79
Gambar 4.7 Deskripsi Simbol ... 81
Gambar 4.8 Deskripsi Simbol ... 82
Gambar 4.9 Deskripsi Simbol ... 84
Gambar 4.10 Deskripsi Simbol ... 85
Gambar 4.11 Deskripsi Simbol ... 87
Gambar 4.12 Deskripsi Simbol ... 88
Gambar 4.13 Deskripsi Simbol ... 90
Gambar 4.14 Deskripsi Simbol ... 92
(13)
xv
Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal di Kota Bandung ... 103
Gambar L.1 Komunitas Pencinta Musik Metal di Kota Bandung ... 134
Gambar L.2 Event Musik Metal di Sebuah Cafe ... 134
Gambar L.3 Peneliti dengan Informan Dani Kadarusian ... 135
Gambar L.4 Peneliti dengan Informan Teguh Umbara ... 135
Gambar L.5 Peneliti Melakukan Wawancara dengan Teguh Umbara ... 136
Gambar L.6 Tempat Berkumpul Pencinta Musik Metal di Studio Pieces Ujung Berung Bandung ... 136
(14)
xvi
Lampiran 2 : Surat Rekomendasi Pembimbing ... 111
Lampiran 3 : Pengajuan Pendaftaran Seminar UP ... 112
Lampiran 4 : Berita Acara Bimbingan ... 113
Lampiran 5 : Lembar Revisi UP Program Studi Ilmu Komunikasi Tahun Akademik 2013-2014 ... 114
Lampiran 6 : Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 115
Lampiran 7 : Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 116
Lampiran 8 : Pedoman Observasi ... 117
Lampiran 9 : Transkrip Observasi... 120
Lampiran 10 : Pedoman Wawancara (Untuk Pelopor Musik Metal Di Kota Bandung) ... 123
Lampiran 11 : Pedoman Wawancara (Pencinta Musik Metal Di Kota Bandung) ... 124
Lampiran 12 : Identitas Informan Penelitian ... 125
Lampiran 13 : Identitas Informan Penelitian ... 126
Lampiran 14 : Transkrip Wawancara Informan Kunci ... 127
Lampiran 15 : Transkrip Wawancara Informan Pendukung ... 131
(15)
108
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Christe, Ian. 2003. Sound Of The Beast Heavy Metal. Jakarta. Arcana
Drs. Alex Sobur M.Si, 2009. Analisis Teks Media, Bandung, PT Remaja
Effendy , Onong Uchjana, 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung.
Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang. Indonesia Tera
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Suci, Afred. 2007.Jakarta Dalam Pentagram. Jakarta:Hi-Fest Publishing
(16)
Yasraf Amir Piliang, 2010. Semiotika dan Hipersemiotika kode, gaya & matinya
makna, Bandung, Matahari.
2. SumberKaryaIlmiah
Eko Nugroho, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Representasi rasisme dalam film This Is England
Nico Octo Vanroy Siagian, 2013, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Makna Simbol Tunggal Panaluan
Yaser Dwi Yasa, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Representasi kebebasan Pers Mahasiswa dalam film Lentera Merah.
3. Sumber Online
http://dynardynar.blogspot.com/2013/04/metal-musik-konspirasi-besar-zionis.html di akses pada tanggal 14 maret 2014
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/913 di akses pada tanggal 9 maret 2014
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/03/komunitas-musik-metal/di akses pada tanggal 9 maret 2014
(17)
vi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas semua rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul REPRESENTASI SIMBOL TANGAN METAL DUA JARI (STUDI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES TENTANG REPRESENTASI SIMBOL TANGAN METAL DUA JARI BAGI PECINTA MUSIK METAL DI KOTA BANDUNG) Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Sobarna dan Ibu Sulastri yang telah melahirkan dan membesarkan peneliti. Terimakasih atas semua kasih sayang yang telah diberikan serta dorongan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak luput dari segala macam kesulitan dan hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat diminimalkan karena banyaknya pihak-pihak yang memberikan bantuan. Dalam kesempatan kali ini perkenankanlah peneliti dengan segala kerendahan hati untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiahini kepada :
(18)
vii
Komunikasi sekaligus Dosen Waliyang telah memberikan pengesahan untuk judul dan untuk seluruh ilmu pengetahuanyang telah diberikan selama perkuliahan.
3. Yth. Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi dan selaku Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bantuan dan tentunya ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.
4. Yth. Ditha Prasanti, S.I.Kom, M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan segala bimbingan, arahan, waktu, dan semangat selama peneliti mengerjakan sampai dengan menyelesaikan penyusunan proposal usulanpenelitian ini. Peneliti sangat berterimakasih atas kesediaan waktu yang telah banyak diberikan untuk membimbing peneliti selama ini.
5. Yth. Bapak/Ibu Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan segala ilmunya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.
6. Yth. Sekretariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi sampai dengan peneliti menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.
7. Yth. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah mengurus semua keperluan administrasi selama peneliti melakukan penyusunan karya ilmiah ini.
(19)
viii
bantuan selama perkuliahan bagi teman-teman IK-12010.
9. Sahabat-sahabat peneliti khususnya Sendy, Satria, Erwin, Eca, Awe, Deni, Irman, Ganjar, Bayu, Meydi, Syarah, Rahma dan Nunung untuk persahabatan yang kita jalin selama berada di Universitas ini.
10. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kekurangan peneliti.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal usulan penelitian ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segi keilmuan maupun lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan. Semoga proposal usulan penelitian ini bermanfaat. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih
Bandung, Agustus 2014 Peneliti,
Sopian Rosadi NIM. 41810014
(20)
1
Simbol Tangan Metal Dua Jari adalah simbol salam dua jari – telunjuk dan kelingking yang diacungkan, secara simbol diasosiasikan dan dapat diartikan sebagai “Tanduk Kambing”. Dalam bahasa inggris disebut “goat” dan secara bunyi bahasa sangat mirip ucapan nya dengan kata “god”(Tuhan).Pemakaian simbol sendiri dapat ditemukan di aspek seni dan budaya, salah satunya adalah di dalam dunia musik.
Simbol Tangan Metal Dua Jari merupakan komunikasi nonverbal dengan mengacungkan telunjuk dan kelingking secara bersamaan mempunyai arti yang berbeda – beda di beberapa kelompok atau komunitas tertentu. Seperti misalnya, Anton LaVey, pencetus gereja setan di masa modern di tahun 1980an, menggunakan bahasa isyarat ini sebagai tanda salut atas kehebatan setan.1
Bahasa isyarat ini bila digunakan oleh penyandang bisu dan tuli diartikan dengan “I Love You”. Tapi terdapat sedikit perbedaan dengan penambahan pada ibu jari. Jadi pengertian simbol ini menurut mereka yaitu jari kelingking sebagai perwakilan huruf “I”, jari telunjuk dan jempolyang seakan – akan membentuk huruf “L” dan huruf“U” diwakili oleh lekukan antara jari kelingking dan telunjuk. Salam tiga jari juga dapat diartikan sebagai tanda kemakmuran di Afrika Selatan, karena tanda tersebut mewakili hewan ternak, semakin banyak hewan ternak, maka semakin dianggap makmur. Di China, salam tiga jari dapat berarti angka
1
(21)
delapan, karena mereka dapat menunjukkan angka 6-19 dengan diwakili satu tangan saja
Ian Christe, penulis yang pertama kali menulis tentang penjelasan yang kokoh dan jelas mengenai perkembangan musik Heavy Metal dan perkembangan dari subgenre –subgenre yang ada sekarang. Sound of The Beast: The Complete
Headbanging History of Heavy Metal (2003), menyatakan bahwa perkembangan
musik HeavyMetal yang lahir di Inggris menyebar cepat ke seluruh dunia, seperti di Brazil, Jepang, dan bahkan di Irak. Begitu pula perkembangan genre musik ini juga merambah ke tanah air Indonesia.2
Peneliti telah mencari data dari sumber online bahwa di Indonesia, khususnya di kota Bandung, telah menjadi kota tertinggi di dunia dalam pencarian
Keyword : Grindcore, Power Metal. Indonesia menempati urutan kelima di dunia
dengan keyword Black Metal, Dari urutan negara yang tertinggi di dunia Inggris dengan keyword Trash Metal, Perancis dengan keyword Hardcore,Jerman dengan
keyword Grindcore dan Amerika dengan keyword Death Metal dan semua genre
yang telah di sebutkan di simpulkan menjadi metal.3
Simbol Tangan Metal Dua Jari sangat familiar sekali di ranah permusikan yang bergenre metal bisa dibilang juga musik beraliran keras, Hal tersebut di karenakan budaya-budaya luar negeri yang sudah sampai ke indonesia dan sangat cepat melekat dalam dunia industri musik indonesia. Kini Simbol Tangan Metal
2
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/913 dalam (google trends,2013)
3
(22)
Dua Jari sudah menjadi kebudayaan bagi pecinta musik Metal di Indonesia khususnya bagi pecinta musik metal di kota bandung dan semakin banyak masyarakat kota bandung suka menggunakan Simbol Tangan Metal Dua Jari.
Simbol Tangan Metal Dua Jari secara umum memang hampir identik dengan musik metal bahkan sudah menjadi ikon musik yang beraliran keras tersebut. Coba lihat saja setiap ada pertunjukan atau konser musik yang bergenre metal tersebut sudah pasti mengacungkan Simbol Tangan Metal Dua Jari, bisa di lihat yang sedang konser dan yang menonton atau yang mendengarkan sudah pasti mengacungkan Simbol Tangan Metal Dua Jari. Disini yang menjadi peneliti tertarik untuk mengangkat masalah dari Simbol Tangan Metal Dua Jari tersebut karena banyak orang yang datang dan menonton ke acara konser metal tetapi mereka tidak mengerti apa makna sebenarnya dari Simbol Tangan Dua Jari tersebut.
Komunitas Metal tersebut adalah komunitas yang menyukai dan mengetahui lebih dalam soal musik underground,Tatkala alunan musik super keras melantun di udara dalam detuman sound system ribuam watt di tengah suasana gegap gempita gemuruhnya suara penonton yang mengelilingi pangung raksasa dan dipandu dengan jingkrak-jingkraknya para pemain musik mengikuti kerasnya irama teriakan seorang vokalis yang memekikkan telinga itu, merupakan salah satu bentuk apresiasi seni dari komunitas pecinta musik metal. Bagi anak-anak muda yang jiwanya terkontiminasi dari derasnya pengaruh globalisasi, akan melahirkan jiwa-jiwa dinamis dalam kelompok-kelompok tertentu dalam hiasan kenyentrikan atribut yang didominasi asesoris serba metal ini merupakan suatu
(23)
kelompok atau komunitas musik beraliran cadas. Bagi kelompok-kelompok yang bersebrangan dan tidak menyukainya aliran ini tentu akan merasa risih melihat gaya penampilannya terkesan urakan. Sebuah musik cadas yang aliran iramanya serba hingar bingar ini, sebagian kalangan menganggapnya sebagai musik yang hanya membuat telinga menjadi tuli dan tidak menutup kemungkinan jantung si nenek bisa copot dibuatnya. Aliran musik ini banyak digandrungi anak-anak muda sekarang baik yang masih tingkat SMA maupun tingkat Universitas bahkan tingkat orang dewasapun masih banyak menyenangi musik ini.4
Para penganut kelompok musik ini dinilai mempunyai kecenderungan sikap agresif yang tinggi, mengapa hal itu terjadi. Keagresifan itu muncul dikarenakan Irama musik yang disandangnya mempunyai beat yang terlalu cepat, dampaknya akan mempompa jantung semakin cepat pula, dan ketika jantung bekerja terlalu cepat dari biasanya akan menimbulkan efek Physiology (bukan psikologi) yang menyebarkan aliran darah yang deras keseluruh bagian tubuh (yang dikenal sebagai adrenalin yang meningkat), dari sisi kesehatan ini tidak baik, karena jantung tidak bisa dipaksa bekerja terlalu cepat yang bisa menyebabkan hypertensy, kemudian efek psikologisnya, ketika tubuh dalam keadaan tidak balance, maka akan menstimulasi suatu kecenderungan prilaku yang agresif dan reaktif.5
Metal merupakan salah satu genre musik yang pada pengertian musik adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok
4
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/03/komunitas-musik-metal/
5
(24)
musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan.Jamalus (1988 : 1). Musik juga merupakan seni yang timbul dari perasaan atau pikiran manusia sebagai pengungkapan ekspresi diri, yang diolah dalam suatu nada-nada atau suara-suara yang harmonis. Jika musik diartikan sebagai ungkapan sederhana dari suasana hati jiwa atau respon harafiah terhadap peristiwa dari diri pribadi komponis, diperlukan informasi ataupun referensi yang cukup agar kita dapat menarik hubungan langsung antara kehidupan dengan karyanya.
Sebenarnya Musik merupakan alat transaksional sebagai penyampaian sebuah pesan dan makna Simbol Tangan Metal Dua Jariyang terdapat di dalamnya, dan coba menelaah sesuai FOE (Field of Experience) terhadap objek yang sama namun dengan bahasan yang berbeda karena adanya pemberian pesan terhadap sebuah karya seni berdasarkan sumber–sumber mengenai semiotika terhadap karya seni.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengangkat atau melakukan penelitian dengan topik Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari dengan menggunakan pendekatan kualitatif analisis semiotika dari Roland Barthes.
Semiotika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda (Sudjiman dan van Zoest, 1996: vii) atau seme,yang berarti ”penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1999: 4) (dalam Sobur, .2004: 16).
Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti. Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda
(25)
itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; tanda, acuan tanda, dan penggunatanda.
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Dalam setiap kumpulan atau konser musik metal di kota Bandung, terdapat banyak pesan yang memiliki makna yang langsung dan makna yang tidak langsung yang disampaikan kepada audience, berkaitan dengan Pecinta Musik Metal Di Kota Bandung akan banyak tanda dan simbol yang pastinya memiliki makna yang akan disampaikan kepada audiencenya, maka dari itu yang manjadi peneliti tertarik adalah dari segi semiotikanya, dimana dengan semiotika akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yangada di dalamnya.
Semiotika adalah suatu bidang studi yang mempelajari makna atau arti darisuatu tanda atau lambang. (Sobur, 2006:11).
Semiotika bertujuan untuk menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotatif) atau kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. (Sobur, 2002:126-127)
(26)
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Berthes (2001:208 dalam Sobur, 2003:63)
Dalam peta Barthes terdapat tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif.
Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51 dalam Sobur, 2003:69).
Peneliti merasa bahwa dalam musik metal di kota Bandung memiliki simbol pesan, Simbol pesan yang dianggap ada didalam kumpulan pecinta musik metal di Ujung Berung kota Bandung ini merupakan Simbol Tangan Metal Dua Jari yang mengacungkan salam dua jari untuk menyampaikan arti makna simbol tersebut kepada khalayak.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari (Studi Semiotika Roland Barthes Tentang Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal di Ujung Berung Kota Bandung)
(27)
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dalam latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Pertanyaan Makro
“Bagaimana Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung kota Bandung ?”.
1.2.2 Pertayaan Mikro
1. Bagaimana Representasi denotatif Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung kota Bandung ?
2. Bagaimana Representasi konotatif Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung kota Bandung ?
3. Bagaimana Representasi mitos/ideologi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung kota Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Reprsentasi Semiotika Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung Kota Bandung.
(28)
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penetian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Representasi Denotatif Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui Representasi Konotatif Simbol Tangan Metal Dua
Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui Representasi Mitos/ideologi Simbol Tangan Metal
Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, secara khusus dalam semiotika dalam membedah makna dan tanda yang terdapat dalam sebuah karya ataupun media lainya. Dalam penelitian ini lebih khusus membahas tentang semiotika yang terdapat dalam pecinta musik metal di Ujung Berung kota Bandung.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Kegunaan Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu, yakni tentang analisis semiotik yang terdapat dalam pecinta musik metal di Ujung Berung kota Bandung.
(29)
2. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia kedepannya dalam mengungkap makna dan semiotika.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang semiotika secara menyeluruh mengenai sebuah pemaknaan yang ada dalam pecinta musik metal di Ujung Berung kota Bandung.
(30)
11 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai.
Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu,sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.
1. Eko Nugroho, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Representasi rasisme dalam film This Is England.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Representasi rasisme dalam film
This Is England”, Eko Nugroho menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui makna denotatif, makna konotatif dan mitos/idiologi yang tersembunyi dalam film tersebut.
(31)
Persamaannya terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu, pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes, dimana yang diteliti apa makna denotatif, makna konotatif dan mitosnya.
Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Pada penelitian Eko Nugroho, meneliti tentang film This Is England. Sedangkan penelitian ini meneliti Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari, yang ingin diteliti oleh penelitian Eko Nugroho mengenai Representasi Rasisme Dalam Film This Is England. Sedangkan pada penelitian ini meneliti mengenai Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari bagi pecinta musik metal di ujung berung kota Bandung. Kemudian peneliti melihat dan memperbandingkan tingkat persamaan dan perbedaan pada penelitian lainnya yaitu,
2. Yaser Dwi Yasa, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Representasi kebebasan Pers Mahasiswa dalam film Lentera Merah.
Penelitian yang berjudul “Representasi Kebebasan Pers Mahasiswa Dalam Film Lentera Merah” ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui makna semiotik tentang kebebasan pers yang terdapat dalam film Lentera Merah, menganalisis apa saja makna yang terdapat dalam film Lentera Merahyang berkaitan dengan kebebasan pers mahasiswa. yaitu makna denotasi, makna konotasi, mitos/ideologi menurut Roland Barthes.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan nanalisis semiotik Roland Barthes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Objek
(32)
yang dianalisis merupakan sequence yang terdapat dalam film Lentera Merah dengan mengambil tujuh sequence. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga makna sesuai dengan semiotik Barthes. Makna Denotasi yang terdapat dalam sequence Lentera Merah menggambarkan penyeleksian terhadap jurnalis serta tindakan pengurungan hingga pengorbanan nyawa dalam kehidupannya. Sedangkan makna Konotasi didapat yaitu masih adanya pengekangan kepada pers, apalagi terhadap presma, di mana posisi merekaberada dalam satu lingkung akademis. Sedangkan makna Mitos/Ideologi yang dapat diambil pers akan tetap hidup, namun dalam kehidupanya pers harus bersifat Independen, serta tidak berpihak, dan tetap menjungjung kejujuran dengan kekebasan pers yang mereka miliki disertai dengan tanggung jawab moral.
Kesimpulan penelitian memperlihatkan kehidupan pers harus tetap, kritis, serta harus tetap tidak terikat pada suatu sistem yang dapat mempengaruhi hasil kerja kaum pers juga menjunjung tinggi pada kebenaran. Peneliti memberikan saran bagi para sineas dapat lebih mengangkat apa yang masyarakat belum ketahui dengan representasi ke dalam sebuah film dengan tampilan yang menarik. Terdapat beberapa genre film, jenis film horor merupakan salah satu magnet bagi khalayak untuk menontonnya, walau demikian baiknya para sineas dapat lebih pandai menyusupi makna kehidupan nyata.
Persamaan yang terdapat pada penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland
(33)
Barthes. Yakni menganalisis makna. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, Yaser meneliti film Lentera Merah, sedangkan pada penelitian iniadalah Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari bagi pecinta musik metal di ujung berung kota Bandung .
3. Nico Octo Vanroy Siagian, 2013, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Makna Simbol Tunggal Panaluan
Dalam penelitiannya yang berjudul “Makna Simbol Tunggal Panaluan”, Nico Octo Vanroy Siagian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui makna denotatif, makna konotatif dan mitos/idiologi yang tersembunyi dikalangan masyarakat pulau samosir.
Persamaannya terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu, pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes, dimana yang diteliti apa makna denotatif, makna konotatif dan mitosnya.
Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Pada penelitian Nico Octo Vanroy, meneliti tentang Makna Simbol Tunggal Panaluan. Sedangkan penelitian ini meneliti Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari, yang ingin diteliti oleh penelitian Nico Octo Vanroy mengenai Makna Simbol Tunggal Panaluan di kalangan masyarakat pulau samosir.Sedangkan pada penelitian ini meneliti mengenai Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari bagi pecinta musik metal di ujung berung kota Bandung.
(34)
2.1.1.1 Pengertian Musik Metal
Musik Metal sering dianggap musik yang bernuansa kekerasan. Itu karena tema-tema musiknya yang kerap mengusung tentang kematian, siksaan, neraka, kehidupan setelah kematian, kritik, protes, dan kecaman.Awal-awal tumbuh dikalangan anak-anak urakan itu membuat metal dikenal sebagai aliran ekstrem. Predikat itu semakin kental ketika sejumlah konser musik metal waktu itu kerap melahirkan kericuhan.
Kata underground periode tahun 90-04 sempat naik daun, dan jadi
basis sayap kiri bagi kalangan musisi independen. Di Bandung basis kelompok musisi indie, kata underground diterjemahkan sebagai bawah tanah, dengan arti khusus kebebasan buat berkarya.
Aliran musik metal dalam komunitas pecinta musik metal, bisa sangat beragam, mau yang load voice, midlle voice sampai yang kalem pun itu bisa, yang penting semangat dalam pembawaan nya aja yang jangan di lupain. Soalnya semangat ini lah yang paling penting “METAL
SPIRIT”. ambil contoh, ketika kita mendengarkan beberapa buah lagu :
return of zelda-system of a down, enter sandman-metallica dan american
idiot-green day. Yang kita tahu ke tiga lagu tersebut sama-sama load
voice, sama-sama dimainkan dengan peralatan musik yang ga jauh beda
jenisnya, tapi kalo kita telisik lebih dalam pasti ada banyak perbedaan yang mencolok dari ke tiga nya, apalagi kalo bukan pembawaan ama semangatnya. Hal ini juga lah yang dapat membedakan jenis musik dan
(35)
aliran apa yang mereka mainkan. Begitu pula dengan undergound, klo selalu di deskripsikan dengan musik yang keras, tentunya itu salah besar.
Namun memang underground lebih dekat dengan jenis musik metal. Jenis musik ini memang jauh dari incaran perusahaan rekaman besar yang, yang biasa disebut major label. Bahkan ada pendapat agak ekstrem, “Kalau band indie masuk major label, pasti konsep bermusiknya jadi beda, karena harus disesuaikan dengan pasar, dan tak dapat beridealis lagi.
Sampai saat ini, belum ada defenisi yang kompak tentang apa itu underground. Karena tiap Metalhead (sebutan untuk musisi, penggemar, atau orang-orang yang peduli dengan metal) pasti punya jawaban masing-masing yang berbeda tentang underground. Musik metal itu lahir karena rasa jenuh dengan tren musik yang cengeng dan hampir semuanya membahas soal cinta. Akhirnya muncullah anak-anak muda yang benar-benar tidak peduli musik mereka laku atau tidak, disukai orang banyak atau tidak, yang penting mereka bisa menyalurkan aspirasi mereka melalui musik yang keras itu.1
1
(36)
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi
Dalam Mulyana menjelaskan, kata komunikasi atau
communications dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis
yang berarti “sama”, communicatio, communications atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikirin, satu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communications berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham sari suatu pesan tertentu.(Effendy, 2002:9)
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teoridan Praktek, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi secara pembentukan pendapat dan sifat. (Effendy,2002:10)
(37)
Hovland juga mengungkapkan bahwa yang menjadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (public attitude) yang dalam kehidupan sosialdan politik memainkan peranan yang penting. Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi adalahproses mengubah perilaku orang lain (communications
is the procces tomodify the behaviour of other individuals). Jadi, dalam
berkomunikasi bukan sekedar mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan dan tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, halini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersikap komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy,2002:10)
Menurut Willbur Schramm, seseorang ahli komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of
experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Proses
(38)
dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasa, informasi, opini dan lain-lain.
Dalam prosesnya, Mitchall N. Charmley memperkenalkan lima komponen yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku Astrid P.Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori, yaitu sebagaiberikut :
• Sumber (Source)
• Komunikator (Encoder) • Pesan (Message)
• Komunikan (Decoder) • Tujuan (Destination)
Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana,2007:69)
Harold Lasswell menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana,2007:69)
Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah :
(39)
1. Komunikator (source, sender) 2. Pesan (message)
3. Media (channel) 4. Komunikan (receiver)
Dari beberapa pengertian diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.
Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara isan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.
2. Komunikasi Non Verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yangbukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
(40)
komunikasi non verbal mencangkup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu, dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana,2005:237)
2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus dipahami. Menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Komunikasi” bahwa dari berbagai pengertian komuniakasi yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicangkup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut :
Komunikator: Orang yang menyampaikan pesan. Pesan: Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan: Orang yang menerima pesan.
Media: Saran atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyakjumlahnya.
(41)
2.1.2.3 Sifat Komunikasi
Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat- sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut yakni :
1. Tatap Muka (face to face) 2. Bermedia (mediated) 3. Verbal (Verbal)
- Lisan - Tulisan
4. Non Verbal (Non-Verbal)
- Gerakan/isyarat badaniah (Gestural) - Bergambar (Pitcural).(Effendy,2002:7)
Komunikator (Pengirim Pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri. Dalam penyampaian pesan, komunikator bisa secara langsung atau
face to face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa
menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesan nyasecara verbal dan non verbal. Verbal dibagi menjadi dua macam, yaitu (Oral)dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturial) seperti
(42)
melambaikan tangan,mengedipkan mata, dan sebagainya ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasan.
2.1.2.4 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lwan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setalah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komnukiasi Teori dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu :
1. Setiap gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
2. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka inginkan arah ke barat tapi kita memberikan jalur ke kiri.
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini alah kegiatan yang banyak mendorong,namun yang penting harus diingat bagaimana cara terbaikmelakukannya.
(43)
2.1.2.5 Fungsi Komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi menyangkut banyak aspek. Harold D. Lasswell (1948), seorang ahli ilmu politik yang kemudian menekuni komunikasi,berpendapat mengenai komunikasi yang mempunyai tiga fungsi sosial dan dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D., dkk dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Komunikasi” , sebagai berikut :
1. Fungsi pengawasan, merujuk kepada pengumpulan, pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi baik didalam ataupun diluar lingkungan suatu masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan,pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi dilingkungan masyarakat. 2. Fungsi kolerasi, merujuk kepada upaya memberikan interpretasi
atau penafsiran informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi. Atas dasar interpretasi informasi ini diharapkan berbagai kalangan atau bagian masyarakat mempunyai pemahaman, tindakan atau reaksi yang sama atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain melalui fungsi kolerasi ini komunikasi diarahkan pada upayapencapaian konsesus. Kegiatan komunikasi yang demikian lazim disebut sebagai kegiatan propaganda.
3. Fungsi sosialisasi, merujuk kepada upaya pendidikan danpewarisan nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip darisatu generasi ke generasi lainnya atau dari anggota/kelompok masyarakat
(44)
keanggota-anggota/kelompok-kelompok masyarakat lainnya.(Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D., dkk, 1993:44-45)Disamping ketiga fungsi diatas, komunikasi juga mempunyai fungsi hiburan. Kegiatan komunikasi dengan demikian juga dapat diarahkan pada tujuan untuk menghibur. Banyak contoh dalam peristiwa sehari-hari yang menggambarkan hal ini.Selain itu adapun fungsi komunikasi yang dikemukakan William I.Gordon dan dikutip oleh Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. dalambukunya ”Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar “, sebagai berikut :
1) Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,terhidar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memukau hubungan dengan orang lain.
2) Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3) Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
(45)
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (Nyani ulang tahun dan pemotongan kue), pertunangan (melamar/tukar cincin) siraman, pernikahan, (ijab qabul, sungkeman kepada orangtua, sawer, dan sebagainya) hingga upacara kematian. 4) Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur.(Prof. Deddy Mulyana, M.A., PhD., 2007 :5-23)
2.1.2.6 Pengertian Tentang Simbol Tangan Metal Dua Jari
Simbol Tangan Metal Dua Jari adalah simbol salam dua jari yaitu telunjuk dan kelingking yang di acungkan, secara simbol di asosiasikan dan dapat di artikan sebagai “Tanduk Kambing”. Dalam bahasa inggris disebut “goat” dan secara bunyi bahasa sangat mirip ucapan nya dengan kata “god” (Tuhan). Pemakaian simbol sendiri dapat ditemukan di aspek seni dan budaya, salah satunya adalah di dalam dunia musik.
Simbol Tangan Metal Dua Jari merupakan komunikasi nonverbal dengan mengacungkan telunjuk dan kelingking secara bersamaan mempunyaiarti yang berbeda – beda di beberapa kelompok atau komunitas tertentu. Seperti misalnya, Anton LaVey, pencetus gereja setan di masa
(46)
modern di tahun 1980an,menggunakan bahasa isyarat ini sebagai tanda salut atas kehebatan setan.
Bahasa Isyarat ini bila digunakan oleh penyandang bisu dan tuli diartikan dengan “I Love You”. Tapi terdapat sedikit perbedaan dengan penambahan pada ibu jari. Jadi pengertian simbol ini menurut mereka yaitu jari kelingking sebagai perwakilan huruf “I”, jari telunjuk dan jempol yang seakan – akan membentuk huruf “L” dan huruf“U” diwakili oleh lekukan antara jari kelingking dan telunjuk. Salam tiga jari juga dapat diartikan sebagai tanda kemakmuran di Afrika Selatan, karena tanda tersebut mewakili hewan ternak, semakin banyak hewan ternak, maka semakin dianggap makmur. Di China, salam tiga jari dapat berarti angka delapan, karena mereka dapat menunjukkan angka 6-19 dengan diwakili satu tangan saja.2
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimnana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan
dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa
2
(47)
objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur daritanda (Barthes,1988:179; Kurniawan, 2001:53). (Sobur, 2003:15).
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna
(meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda
(Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika. Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda. Semiotika, seperti kata Lechte (2001:191 dalam Sobur,2003:16)), adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi,semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ‘tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system (code) ‘sistem tanda’ (Seger, 2000:4 dalam Sobur, 2003:16).
Tanda tidak mengandung makna atau konsep tertentu, namun tanda memberi kita petunjuk-petunjuk yang semata-mata menghasilkan makna melalui interpretasi. Tanda menjadi bermakna manakala diuraikan isi kodenya (decoded) menurut konvensi dan aturan budaya yang dianut orang secara sadar maupun tidak sadar (Sobur, 2003:14).
Memahami kode-kode kebudayaan, analisi semiotik kebudayaan beroperasi pada dua jenjang analisis. Pertama, analisis tanda secara individual, misalnya jenis tanda, struktur tanda, kode tanda, relasi antar tanda
(48)
dan makna tanda secara individual. Kedua, analisis tanda sebagai kelompok atau kombinasi, yaitu kumpulan tanda-tanda yang membentuk apa yang disebut sebagai teks.
2.2.1.1 Pengertian Tentang Semiotika
Semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda (Sudjiman dan Van Zoest,1996:vii). Kemudian yang di turunkan kedalam bahasa Inggris semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.(Sobur,2009:15). Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan katasemiotika,dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan katasemiologi
(49)
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Berthes (2001:208 dalam Sobur, 2003:63) menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 1970-an.Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero (1953;terj.Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj.Inggris 1972) (Sobur,2003:63).`
Barthes mengembangkan sebuah akses model relasi antara apa yang disebut sitem, yaitu perbendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dansintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu (Roland Barthes, Elemenf of Semiology, dalam Yasraf amir, 2012:303).
Aksis bahasa yang dikembangkan barthes ini sangat penting dalam penelitian, termasuk penelitian desain yang menekankan aspek struktur bahasa desain, yang melaluinya dapat dipetakan struktur di balik berbagai sistem desain, seperti sistem fashion, sistem makanan, sistem furniture, sistem arsitektur, sistem iklan, dan seterusnya.
Roland Barthes, sebagai salah satu tokoh semiotika, melihat signifikasi (tanda) sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan
(50)
yang sudah terstruktur. Signifikasi itu tidak terbatas pada bahasa, tetapi terdapat pula hal-hal yang bukan bahasa. Pada akhirnya, Barthes menganggap pada kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri pula (Kurniawan, 2001:53).
Semiotika (atau semiologi) Roland Barthes mengacu kepada Saussuredengan menyelidiki hubungan antara penanda dan petanda pada sebuah tanda. Hubungan penanda dan petanda ini bukanlah kesamaan
(equality), tetapi ekuivalen. Bukannya yang satu kemudian membawa pada
yang lain, tetapi korelasilah yang menyatukan keduanya (Hawkes dalam Kurniawan,2001:22).
Roland Barthes mengungkapkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur, 2004:63). Barthes sendiri dalam setiap essainya (Cobley & Jansz, dalam Sobur, 2004:68) kerap membahas fenomena keseharian yang kadang luput dari perhatian. Barthes juga mengungkapkan adanya peran pembaca (the reader) dengan tanda yang dimaknainya. Dia berpendapat bahwa “konotasi”, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.Bagi Barthes, seperti yang ia tuangkan dalam karya yang berjudul The Empire of Sign (Kekaisaran Tanda-Tanda) (1970), dalam buku ini Barthes menerapkan semiotika pada kebudayaan Jepang, sebuah negara yang banyakdi kagumi Barthes seperti sebaliknya juga di sana terdapat minat khusus untuk Barthes dan strukturalisme pada umumnya.
(51)
Dalam “The Death of Author” (Kematian Sang Pengarang) (1977,dalam Heraty, ed., 2000), ia banyak memaparkan tentang peran pengarang, buku, dan teksnya. Dikatakan, penggusuran pengarang, peransang pengarang yang semakin mengecil (seperti pemain yang menghilang pada ujung panggung) bukan hanya suatu fakta sejarah atau sesuatu tindakan menulis saja: hal ini sama sekali mengubah teks modern (atau dengan lain perkataan, teks diproduksi, dibaca dan pengarang tidak hadir di sana pada setiap tingkat.) “Kita tahu bahwa suatu teks terdiri bukan dari sesuatu barisan kata kata yang melepaskan suatu ‘makna teologis’ (artinya, pesan dari Tuhan Pengarang), tetapi suatu ruang multidimensi di mana telah dikawinkan dan dipertentangkan beberapa tulisan, tidak ada yang asli darinya: teks adalah salahsatu tenunan dari kutipan, berasal dari seribu sumber budaya. (Sobur,2003:69)
Berikut ini adalah peta tanda dari Rolan Barthes: Gambar 2.1
Peta Tanda Roland Barthes
Sumber: Paul Cobley & Litza Jenz. Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hal.51dalam (Sobur, 2003:69)
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda
2. Signified
(petanda)
1. Signifer
(Penanda)
3. Denotative Sign(Tanda Denotatif)
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PETANDA KONOTATIF)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER
(PENANDA KONOTATIF)
(52)
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”,barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51 dalam Sobur, 2003:69). Tahapan konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yaitu : Efek tiruan, sikap (pose), dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah :Fotogenia, estetisme, dan sintaksis. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2003:69).
Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya merupakan istilah lain yang dipergunakan oleh Barthes untuk ideologi. Mitologi ini merupakan level tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karenatidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger, 1982:32 dalam Basarah, 2006:36). Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya, tetapi lebih diletakkan pada proses penandaan ini
(53)
sendiri, artinya, mitos berada dalam diskursus semiologinya tersebut. Menurut Barthes mitos berada pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem tanda-penanda-petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan pertama adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua merupakan mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes sebagai metabahasa
(metalanguage). Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu
cirikhas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat (Kurniawan, 2001:22-23).
2.2.2 Kerangka Konseptual
2.2.2.1 Pengertian Tentang Representasi
Pengertian Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi dalam bukunya yang berjudul Understanding Media Semiotics mengungkapkan bahwa representasi adalah proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu, yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam bentuk fisik. Dapat dikaraktersitikan sebagai proses konstruksi bentuk X untuk menimbulkan perhatian kepada sesuatu yang ada secara material atau konseptual, yaitu Y, atau dalam bentuk spesifik Y, X – Y.
(54)
Danesi mencontohkan representasi dengan konstruksi X yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada materil atau konsep tentang Y. Sebagai contoh misalnya konsep sex diwakili atau ditandai melalui gambar sepasang sejoli yangsedang berciuman secara romantis. Menurut Stuart Hall, representasi adalah proses socialdari “representing”. Representasi menunjuk baik pada prosesmaupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga merupakan proses perubahan konsep – konsep ideology yang abstrak dalam bentuk konkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia, yaitu dialog, tulisan, video, fotografi,dan sebagainya. Representasi adalah produksi makna melalui bahasa. (Hall, 1997).
Ada tiga pendekatan representasi menurut Stuart Hall(1997) hingga suatu objek (yang dalam hal ini dituliskan sebagaibahasa) dapat dikatakan mempresentasikan sebuah nilai.
1. Reflective Approach (Pendekatan Reflektif) Dalam pendekatan
reflektif, suatu arti atau makna dipertimbangkan berada dalam suatu benda, orang, ide, atau kejadian di dunia nyata dan fungsi bahasa seperti sebuah cermin untuk mereflesikan arti atau makna yang sebenarnya ketika sudah ada di dunia. Tanda – tanda visual benar – benar menunjang hubungan tertentu antara bentuk dan struktur objek yang mereka gambarkan.
(55)
2. Intentional Approach (Pendekatan Maksud dan Tujuan) Pendekatan ini menganggap bahwa penulis yang menentukan arti atau makna uniknya pada bahasa. Bahasa digunakan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan segala sesuatu yang khusus atau unik pada kita. Namun, kita tidak bisa menjadi sumber arti atau makna yang tunggal dalam bahasa karena itu akan berarti bahwa kita bisa mengungkapkan diri kita sendiri seluruhnya dalam bahasa pribadi. Tetapi esensi bahasa adalah komunikasi dan itu secara bergiliran bergantung pada kaidah linguistik yang sama – sama digunakan. Bahasa tidak pernah menjadi seluruhnya sebuah permainan pribadi. Bahasa adalah benar – benar sebuah system sosial. Ini berarti bahwa gagasan atau pikiran pribadi kita harus berunding dengan semua arti atau makna lain untuk berbagai kata atau gambar yang telah tersimpan dalam bahasa dimana secara tidak terelakkan pengunaan sistem bahasa kita akan mencetuskan tindakan.
3. Constructionist Approach (Pendekatan Konstruktif) Pendekatan ini
mengakui karakter publik atau sifat publik bahasa. Ini menyatakan bahwa baik segala sesuatu pada diri mereka sendiri maupun para pemakai bahasa secara perorangan dapat menetapkan arti atau makna dalam bahasa. Pendekatan konstruktif mengatakan keberadaan sistem bahasa atau sistem apa saja yang kita gunakan untuk memrepresentasikan konsep kita. Ini adalah para aktor sosial yang menggunakan sistem konseptual mengenai budaya dan linguistik
(56)
mereka, serta sistem representasi lain untuk menciptakan arti atau makna, untuk membuat dunia menjadi bermakna dan untuk mengkomunikasikan tentang dunia yang bermakna bagi orang lain.
Berdasarkan landasan teori yang sudah dipaparkan di atas, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan penelitian iniSemiotika yang yang dikaji oleh Barthes antara lain membahas apa yang menjadi makna denotatif dalam suatu objek, apa yang menjadi makna konotatif dalam suatu objek, juga apa yang menjadi mitos dalam suatu objekyang diteliti. Tidak hanya memiliki makna denotatif dan konotatif, perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi. Menurut pandangan barthes, mitos beroprasi pada tingkatan tanda lapis kedua, yang maknanya sangat bersifat konvensional, yaitu disepakati (bahkan dipercaya) secara luas oleh sebuahanggota masyarakat. Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter, terbuka,plural dan konotatif) sebagai yang dianggap sebagai alamiah (Roland BarthesMythologies, paladin, London, 1972,dalam Piliang.2012:354). Berdasarkankonsep Thwaites menggambarkan analisis tanda sampai tingkat mitos :
Tanda konotasi dan kode denotasi mitos
Pada skema diatas dapat dilihat, bahwa analisis tanda-tanda kebudayaan. Berdasarkan konsep mitos diatas, harus melalui prosedur analis bertahap, yaitu analisis pada tingkat konotasi, analisis kode analisis
(57)
denotasi (makna-makna eksplisit), dan terakhir analisis mitos, yaitu makna-makna lebih dalam yang berasal dari ideologi dan keyakinan sebuah masyarakat (Piliang,2012:354).
Roland Barthes dalam bukunya S/Z mengelompokan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-kisi, yakni kode hermeneutik, kode sematik, kode simbolik, kode narasi atau proairetik, dan kode kultural dan kode kebudayaan (Barthes,1974:106, dalam Sumbo Tinarbuko,2009:18).
Gambar 2.2
Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes
Melalui gambar 2.2 ini Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan:signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi
(58)
ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna subyektif atau paling tidak intersubyektif (tidak tetap).Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnyakata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88 dalam Sobur,2001:128).
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan (Fiske,1990:88 dalam Sobur, 2001:128). Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tahap pertama, sementara konotasi merupakan sistem signifikasi tahap kedua. Dalam hal ini, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna, dan dengan demikian, merupakan sensor atau represi politis. Sedangkan konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitologi (mitos), seperti yang telah diuraikan di atas, yangberfungsi untuk memgungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Barthes juga mengungkapkan bahwa baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif dengan
(59)
petanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman dalam Sobur, 2004:70-71).
Dalam pengamatan Barthes, hubungan mitos dengan bahasa terdapat pula dalam hubungan antara penggunaan bahasa literer dan estetis dengan bahasa biasa. Dalam fungsi ini yang diutamakan adalah konotasi, yakni penggunaan bahasa untuk mengungkapkan sesuatu yang lain daripada apayang diucapkan. Baginya, lapisan pertama itu taraf denotasi, dan lapisan kedua adalah taraf konotasi: penanda-penanda konotasi terjadi dari tanda-tanda sistem denotasi. Dengan demikian, konotasi dan kesusastraan pada umumnya, merupakan salah satu sistem penandaan lapisan kedua yang ditempatkan di atas sistem lapisan pertama dari bahasa (Sobur, 2006:19-20).
Barthes menggunakan konsep connotation-nya Hjemslev untukmenyingkap makna-makna yang tersembunyi (Dahana, 2001: 23). Konsep inimenetapkan dua pemunculan makna yang bersifat promotif, yakni denotatifdan konotatif, pada tingkat denotatif, tanda-tanda itu mencuat terutama sebagai makna primer yang “alamiah”. Namun pada tingkat konotatif, ditahap sekunder, munculah makna yang ideologis. Arthur Asa Berger mencoba membandingkan antara konotasi dandenotasi sebagai berikut:
(60)
Gambar 2.3
Perbandingan antara Konotasi dan Denotasi
KONOTASI DENOTASI
Pemakaian figur Literatur
Petanda Penanda
Kesimpulan Jelas
Memberi kesan tentang makna Menjabarkan
Dunia mitos Dunia keberadaan / eksistensi
Sumber: Arthur Asa Berger. 2000a. Media Analysis Techniques. EdisiKedua. Penerjemah Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Univ. Atma
Jaya, hal:
dalam (Sobur, 2001: 264).
Denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual, makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan. Tangan Metal Dua Jari ini memiliki arti denotatif sebagai simbol salam dua jari yaitu telunjuk dan kelingking yang di acungkan dapat di artikan sebagai “Tanduk Kambing”. Dalam bahasa inggris disebut “goat” dan secara bunyi bahasa sangat mirip ucapan nya dengan kata “god”(Tuhan). Pemakaian simbol sendiri dapat ditemukan di aspek seni dan budaya, salahsatunya adalah di dalam dunia musik. Contoh konkritnya yaitu simbol salam duajari yang terdapat di dalam musik Metal.
Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya, yang umumnya bersifat sendirian dan merupakan makna denotasi yang mengalami perubahan. Makna konotatif dari Simbol Tangan Metal Dua Jari ini simbol
(61)
yang terbentuk dari tanduk kambing yang merupakan simbol suatu penyembahan terhadap setan dan sesat.
Tergantung kepada pecinta musik metal di ujung berung kota Bandung dalam menggunakan Simbol Tangan Metal Dua Jari tersebut, apakah cuma di artikan sebagai identitas bagi pecinta musik metal di kota Bandung karena mitos nya Simbol Tangan Metal Dua Jari tersebut bisa menyesatkan bagi pecinta musik metal di seluruh dunia khusus nya di ujung berung kota Bandung.
Gambar 2.4
Bagan Kerangka Pemikiran
Sumber Kerangka Pemikiran Peneliti, 2014 Simbol Tangan Metal
Dua Jari
Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari
Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal di Ujung Berung Kota Bandung Analisis
Semiotika Roland Barthes
Denotasi
Konotasi
(62)
43 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Bagaimana Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik Metal di Ujung Berung Kota Bandung. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari.
3.1.1 Sejarah Komunitas Pecinta Musik Metal Di Kota Bandung
Pada era tahun 1880 di kota Bandung sangat marak sekali dengan musik rock,berbagai event atau panggung musik sudah pasti dimeriahkan dengan musik rock adapum event tersendiri yang artinya musik jenis rock sering konser dengan adanya festival-festival yang diselenggarakan di kota Bandung.
Tahun 1880 atau awal 1990 musik metal mulai memasuki diranah permusikan di kota Bandung dan itu juga tidak semua yang mengerti apa itu musik metal hanya segelintir orang saja yang menyukai dan mengerti apa itu musik metal, karena jenis musik metal belum menyebar secara luas. Adapun sedikit Band di kala itu membakan musik metal diatas panggung tetapi orang-orang yang menyaksikan musik metal tersebut masih banyak yang belum mengerti, manakala sebuah band membawakan musik metal itu sendiri.
Pada saat itu orang-orang yang menyukai musik metal biasanya mereka tuangkan ciri khasnya dengan memakai baju metal sedangkan pada
(63)
saat itu baju metal masih sangat jarang sekali di kota Bandung, sehingga pada saat itu sulit sekali menambah pertemanan bagi sesama pecinta musik metal kecuali ketika berpapasan dengan orang yang memakai baju metal disitulah mulai saling mengenal sesama pecinta musik metal walaupun sangat jarang sekali yang memaki baju metal.
Pecinta atau penggemar musik metal pada saat itu sangat mengetahui sekali baju-baju band metal yang asli dari import atau bajakannya, mereka sangat respect sekali dan ada rasa keinginan untuk memakai baju metal dari
import karena waktu itu band metal masih jarang di kota Bandung,maka pada
waktu itu sedikit demi sedikit banyak bermunculan orang-orang yang menyukai musik metal karena musik metal sering diputar dibeberapa stasiun radio di kota Bandung. Disitulah bermunculan orang-orang baru yang bisa diketahui menyukai musik metal lewat stasiun radio yang sering memutar musik metal dan menjadi arena atau ajang untuk saling mengenal satu sama lainnya.
Pada awal 1990 anak-anak remaja kota Bandung mulai memainkan musik metal di atas panggung walaupun pada saat itu jenis musik metal diatas panggung sangat langka dan penonton pun masih sangat terasa asing dan aneh dengan aliran musik metal,namun lama kelamaan orang-orang yang memainkan musik metal sering berada diatas panggung penonton pun terkontaminasi menyukai musik metal, Disana mereka saling bertukar informasi mengenai info jenis musik metal.
(64)
Dari berbagai tempat di kota Bandung,mereka membuat suatu komunitas pecinta musik metal dengan kesukaan yang sama yaitu musik metal dan pada saat itulah bermunculan band-band metal yang lahir di kota bandung yang sering berdiri diatas panggung untuk mamainkan musik metal.
Pada awal tahun 1995 band yang memainkan musik metal mulai banyak dan komunitas pecinta musik metal pun semakin banyak,awal tahun 2000 musik metal sudah terbiasa didengarkan oleh masyarakat kota Bandung khususnya anak muda.
Pada tahun 2010 sampai sekarang komunitas pecinta musik metal semakin banyak,berawal dari suatu komunitas kecil komunitas pecinta musik metal sekarang bisa menjadi sebuah industri bahkan bisa memutar roda perekonomian sendiri bagi komunitas pecintas musik metal. Orang-orang yang berkecimpung di dalam komunitas tersebut bisa menjadi mandiri dan merupakan salah satu tindakan hal yang positif sehingga bisa sedikit mengurangi pengangguran.1
3.1.2 Sejarah Simbol Tangan Metal Dua Jari
Di Eropa sudah ratusan tahun yang lalu mengenal simbol tangan dua jari yang jari telunjuk dan kelingkingnya membentuk tanduk ini. Istilah asing untuk simbol ini dikenal dengan sebutan malocchio, berguna untuk mengusir setan dan kekuatan sihir jahat. Bram Stocker dalam novel mashyurnya, Dracula (1897) sudah memasukan simbol ini pada salah satu bab isi cerita.
1
(65)
Selain selalu berkorelasi dengan hal berbau mistis, simbol Tangan Metal Dua Jari ini pun memiliki banyak nama untuk istilahnya. Sebut saja, maloik, devil sign, devil horns, goat horns, metal horns, death fist, horns up, slinging metal, metal sign, sticks up, throwing the goat, rocking the goat, sign of the goat, throwing the horns, evil fingers, the horns, forks, metal fist, satan salute dan jackal.
Simbol ini mulai dikenal di ranah permusikan awalnya oleh James Ronnie Dio, yang saat itu vokalis band Black Sabbath, memperkenalkan salam dua jari ke arah penonton yang tujuannya adalah untuk menyaingi ikon ‘salam victory’ mengacungkan dua jari membentuk huruf V yang dimulai oleh Ozzy Osbourne sebagai trademark saat di atas pentas.
Di era modern ini banyak orang yang memiliki hobi dan gaya metal. Seolah dengan menjalankan pola hidup metal itu mereka menemukan apa Yang tidak mereka temukan. Kebebasan yang tak terbatas dan apa apa yang nggak didapat dari lainya. itu pemahaman yang salah .Musik metal itu merupakan Konspirasi besar zionis untuk merusak budaya Islam. Sungguh belum selesai masalah umat islam yang lainnya, zionisme juga sudah menyiapkan senjata baru untuk sudah mempersiapkan penghancuran umat islam melalui seni. Dan dunia underground ternyata cukup efektif menjadi wadah penghancuran generasi muda islam di Indonesia.
Jika setiap elemen di seluruh negara yang mayoritas nya beragama islam sudah tersusupi pemikiran Zionisme maka sungguh yang terjadi adalah perpecahan umat islam. Mulai dari isu liberalism, Ahmadiyah serta aliran
(1)
Di lain hari dan kesempatan, peneliti juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan kunci kedua yaitu Teguh Umbara dan ia pun memberikan jawaban mengenai representasi simbol tangan metal dua jari bagi pecinta musik metal di kota Bandung sebagai berikut :
“Ohh iyah, rata-rata hampir semua orang juga pasti sudah mengenal dengan simbol tangan metal dua jari ini,kalo menurut saya simbol tangan metal dua jari bagi anak-anak metal itu sudah menjadi gaya tersendirinya pagi pecinta musik metal,jadi ketika orang-orang yang melihat ada yang menggunakan simbol ini sudah pasti tanggapannya orang itu anak metal meskipun kita gatu orang tersebut anak metal atau bukan,mungkin segitu sih jawaban dari saya pribadi.hehe....!!”5
2. Makna Sebenarnya Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi Pecinta Musik
Metal Di Kota Bandung
Dalam penggunaan simbol tangan metal dua jari disini, seorang pecinta musik metal di kota Bandung mempergunakan simbol tangan metal du jari yang dilakukan ketika menyambut orang yang hadir dalam event musik metal tersebut. Hal tersebut diperlukan agar terjalinnya suasana yang nyaman serta komunikasi yang efektif sesama musik metal di kota Bandung sehingga menimbulkan solideritas yang sangat tinggi terhadap sesama pecinta musik metal tersebut. Kesimpulan Dan Saran
5.1 KESIMPULAN
1. Makna Denotatif Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi
Pecinta Musik Metal Di Kota Bandung
Makna yang terdapat dalam pecinta musik metal di ujung berung kota
bandung dimulai saat komunitas pecinta musik metal di kota Bandung terdapat makna denotatif yang muncul, penggambaran simbol tangan metal dua jari yang dilakukan oleh pecinta musik metal di ujung berung kota Bandung, kemudian
(2)
makna denotatif kedua muncul dari simbol tersebut adalah dimana komunitas pecinta musik metal di kota Bandung yang mengacungkan simbol tangan metal dua jari memperlihat bahwa makna sebenbarnya simbol tangan metal dua jari.
2. Makna Konotatif Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi
Pecinta Musik Metal Di Ujung Berung Kota Bandung
Makna konotatif yang ada dari penanda dalam deskripsi simbol pecinta musik metal di kota Bandung terdapat pada simbol yang digunakan para pecinta musik metal di kota Bandung, seperti penggunaan simbol tangan metal dua jari yang digunakan atau diacungkan oleh para pecinta musik metal di kota Bandung ketika mereka sedang menonton konser musik metal, simbol yang mereka gunakan atau diacungkang ketika nonton musik metal adalah simbol yang melambangkan tanduk, tetapi makna konotatif dari simbol tangan metal dua jari itu mempunyai makna yang kedua dari makna yang sebenarnya.
Dengan demikian para penikmat musik metal di kota Bandung mereka lakukan dalam acara konser musik metal.
3. Makna Mitos/Ideologi Representasi Simbol Tangan Metal Dua Jari Bagi
Pecinta Musik Metal di Ujung Berung Kota Bandung
Makna mitos/ideologi yang diambil dari semua petanda yang ada dalam
simbol tangan metal dua jari, adalah perbedaan budaya luar dengan budaya indonesia, karena simbol tangan metal dua jari datangnya dari budaya luar yang melambangkan sebuah penyembahan terhadap setan dan aliran sesat, simbol tangan metal dua jari melambangkan tanduk kambing yaitu Baphomet, dan pencetus gereja di Ingris Aston Lavey menyebarkan simbol tersebut, Bahkan band pertama yang menyebarluaskan simbol tangan metal dua jari adalah band yang bergenre black metal mereka berniat untuk merusak generasi Islam di seluruh dunia dengan musik yang dibawakannya, Namun simbol tangan metal dua jari bagi pecinta musik metal di kota bandung khususnya adalah simbol yang menjadi identitas bagi pecinta atau penggemar musik metal bahkan sudah menjadi gaya sendiri untuk penikmat musik metal, jadi simbol tangan metal tidak
(3)
bisa dipungkiri sudah sangat melekat sekali dengan musik metal dan pecinta musik metal.
Kesimpulan dari penelitian ini memperlihatkan adanya kegiatan yang dilakukan oleh pecinta musik metal di kota Bandung dengan datang ke acara musik metal dan mereka berkumbul untuk menikmati musik metal lalu dengan spontan mengacungkan Simbol Tangan Metal Dua Jari diselah musik metal sedang berlangsung. Simbol tangan metal di luar negeri simbol yang untuk penyembahan terhadap setan simbol yang melambangkan tanduk kambing, Namun di indonesia pada umumnya dan khusunya di kota bandung Simbol Tangan Metal Dua Jari adalah simbol yang menjadi identitas bagi pecinta musik metal sehing simbol tersebut sudah menjadi gaya bagi komunitas tersebut,sehingga simbol tersebut memberikan pesan terhadap orang lain yang meihatnya ataupun masyarakat kota bandung simbol yang menjadi gaya atau identitas bagi pecinta musik metal di kota Bandung.
5.2 SARAN
5.2.1 Saran Bagi Universitas
1. Analisis semiotika merupakan analisis yang dapat di terapakan untuk meneliti Simbol dari sebuah komunitas, sehingga dapat meneliti makna atau pesan apa yang terkadung di dalamanya, Karena itu penelitian seperti ini agar dapat dikembang lagi dikalangan mahasiswa sehingga setidaknya mahasiswa tahu bahwa analisis semiotika tidak hanya digunakan untuk film,tayangan iklan tapi juga dapat di terapakan untuk meneliti komunitas karena memiliki kesamaan natara film dan tayangan iklan mempunyai makna atau pesan tersendiri.
2. Peneliti berharap penjelasan tentang analisis semiotika juga dapat lebih dijelaskan kepada mahasiswa saat perkulihan metode penelitian kualitatif baik itu konsentrasi jurnal ataupun humas, karena saat ini analisis semiotik di unikom identik dengan konsentrasi jurnalistik.
(4)
3. Peneliti juga berharap adanya matakuliah yang membahas tentang videografi, sehingga nantinya dapat menjadi penunjang untuk penelitian sejenis ini yang membahas tentang audio visual baik itu film dan simbol.
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian semiotika akan menjadi menarik apabila pada dasarnya kita menyukai objek yang akan diteliti, karena biasanya objek penelitian dari semiotika berupa film, foto , design, logo, ataupun lainya seperti Simbol dalam sebuah komunitas. Maraknya komunitas yang memiliki simbol tersendiri dimana mereka menunjukan bahwa ada pesan dari simbol mereka akan menjadi lahan untuk dijadikan objek penelitian , namun untuk peneliti selanjutnya disarankan setidaknya mengetahui dasar dari objek yang akan diteliti misalnya videografi atau foto setidaknya kita mengetahui tentang dunia videografi atau fotografi karena nantinya akan sangat membantu dalam penelitian semiotika. Referensi penelitian terdahulu juga akan sangat membantu untuk penelitian karena itu diharapkan penelitian selanjutnya dapat lebih menarik dan lebih baik daripada penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Christe, Ian. 2003. Sound Of The Beast Heavy Metal. Jakarta. Arcana
Drs. Alex Sobur M.Si, 2009. Analisis Teks Media, Bandung, PT Remaja
Effendy , Onong Uchjana, 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung.
(5)
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Suci, Afred. 2007.Jakarta Dalam Pentagram. Jakarta:Hi-Fest Publishing
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Yasraf Amir Piliang, 2010. Semiotika dan Hipersemiotika kode, gaya & matinya makna, Bandung, Matahari.
2. SumberKaryaIlmiah
Eko Nugroho, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul
(6)
Nico Octo Vanroy Siagian, 2013, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul Makna Simbol Tunggal Panaluan
Yaser Dwi Yasa, 2012, Universitas Komputer Indonesia. Skripsi dengan judul
Representasi kebebasan Pers Mahasiswa dalam film Lentera Merah.
3. Sumber Online
http://dynardynar.blogspot.com/2013/04/metal-musik-konspirasi-besar-zionis.html di akses pada tanggal 14 maret 2014
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/913 di akses pada tanggal 9 maret 2014
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/03/komunitas-musik-metal/di akses pada tanggal 9 maret 2014