Kajian Tentang Pengelolaan Harta Wakaf di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Sangihe Tabukan Utara
Kajian Tentang Pengelolaan Harta Wakaf di Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kab.Sangihe Tabukan Utara
Oleh: Husnul Ma’arif ( 05120020 )
SYARI'AH
Dibuat: 20100329 , dengan 6 file(s).
Keywords: Harta Waqaf
abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengelolaan harta wakaf di organisasi
Muhammadiyah Kab. Sangihe Tabukan Utara. Selain itu juga mengungkap faktorfaktor yang
menunjang maupun menghambat dalam pengelolaan harta wakaf yang dilakukan oleh PDM Kab.
Sangihe Tabukan Utara tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan key informannya adalah Ketua PDM
dan subyek penelitian tokohtokoh perintis Muhammadiyah di Kab. Sangihe Tabukan Utara.
Pemilihan PDM Kab. Sangihe Tabukan Utara sebagai setting penelitian didasarkan pada penulis
sendiri yang merupakan putra dan utusan daerah yang di tuntut untuk mengembangkan daerah
sesuai dengan dasar ideology Muhammadiyah, maka perlunya mengetahui dan memahami seluk
beluk ataupun sejauhmana pergerakan organisasi Muhammadiyah yang terdapat di daerahnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi yang
selanjutnya diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan bahwa pengelolaan harta wakaf yang sesuai
dengan UU No. 41 tahun 2004 dan peraturan pelaksananya PP No. 42 tahun 2006, memperoleh
hasil: terdapat 24 bidang tanah wakaf yang berdiri bangunan gedung sekolah di atasnya dan
belum bersertifikat.
Adapun mengenai proses pendaftaran tanah ke BPN Kab. Sangihe dengan cara bertahap, antara
lain: Tahap pendaftaran tanah, tahap penelitian tehadap bukti kepemilikan atas tanah dan
terhadap nama nadzir serta tahap pendaftaran tanah ke BPN Kab. Sangihe.
Faktor penunjang majlis/bagian wakaf dan kehartabendaan PDM Kab. Sangihe Tabukan Utara
dalam mengelola wakaf antara lain: Adanya program Depag yaitu “Penetapan Ikrar Wakaf”,
yaitu membuat akta ikrar wakaf terhadap lahan wakaf persyarikatan yang ada, dengan
mempertimbangkan syaratsyarat kelengkapan ikrar wakaf, meliputi adanya Nadzir, dua orang
saksi, dan wakif atau orang yang akan mewakafkan, Adanya kerjasama dengan Depag dalam
memfasilitasi administrasi guna mendapatkan sertifikasi tanah wakaf, sebahagian pengurus
berpendidikan sarjana. Sedang faktor penghambatnya adalah Kurangnya kesadaran dari pengurus
persyarikatan untuk mengurus sertifikasi tanah hak milik persyarikatan, karena rumitnya
prosedur administrasi untuk mendapatkan sertifikat tanah, serta kesibukan pengurus yang cukup
padat karena hampir seluruh pengurus persyarikatan adalah pegawai negeri sipil yang dituntut
loyalitasnya dalam menjalankan tugas profesinya, kurangnya dana untuk pengembangan
persyarikatan, dalam hal ini tanah wakaf yang ada pengelolaaannya bukan sebagai tanah wakaf
yang produktif, melainkan sepenuhnya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti rumah
ibadah dan sekolah, kesadaran umat Islam terhadap wakaf belum sepenuhnya tahu, karena tidak
adanya sosialisasi untuk menjelaskan makna wakaf pada masyarakat yang dalam anggapan
mereka bahwa wakaf hanya memberi keuntungan sepihak, yaitu hanya pada badan persyarikatan
saja, sedangkan untuk masyarakat tidak ada manfaatnya, kebanyakan pengurus menganggap
bahwa masalah sertifikasi tanah tidak terlalu penting, karena tanpa sertifikasi pun kedudukan
tanah cukup kuat. Mereka berpendapat bahwa dengan penetapan ikrar wakaf antara wakif, nadzir
dan dua orang saksi, dan di ketahui khalayak ramai masyarakat setempat, telah mengamini
kepemilikan mutlak persyarikatan, seorang ataupun individu sesuai adat budaya masyarakat
setempat, pengurus yang memegang ataupun mengetahui data sertifikasi tanah milik
persyarikatan sekarang tidak lagi berada di daerah kerena tuntutan tugas profesinya, sehingga
datadata tersebut juga ikut menghilang.
Adapun mengenai pemanfaatan tanah wakaf sampai sejauh ini masih dalam bidang peribadatan
dan pendidikan, masih sedikit dari pemanfaatan itu sebagai penunjang kegiatan.
Demi suksesnya pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004dan PP No. 42 tahun 2006 tentang
perwakafan tanah milik khususnya pada majlis wakaf dan kehartabendaan agar tidak bosan
bosannya memeberi bimbingan pada masyarakat yang akan melakukan perwakafan, perlu
adanya kerjasama antara bagian wakaf dan kehartabendaan dengan pihak lain dalam mengelola
asset tanah wakaf agar lebih optimal, untuk tanah yang belum bersertifikat demi kepastian
hukum untuk segera disertifikatkan, perlu pemanfaatan atau pendayagunaan asset wakaf sebagai
penunjang kegiatan yang tidak terfokus hanya pada bidang ibadah maupun social, perlu
sosialisasi tentang peraturan perwakafan kepada seluruh pimpinan yang ada di rantingranting
agar mengerti pentingnya persertifikatan tanah wakaf dan perlunya komputerisasi pengelolaan
harta wakaf agar lebih efektif.
Muhammadiyah Kab.Sangihe Tabukan Utara
Oleh: Husnul Ma’arif ( 05120020 )
SYARI'AH
Dibuat: 20100329 , dengan 6 file(s).
Keywords: Harta Waqaf
abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengelolaan harta wakaf di organisasi
Muhammadiyah Kab. Sangihe Tabukan Utara. Selain itu juga mengungkap faktorfaktor yang
menunjang maupun menghambat dalam pengelolaan harta wakaf yang dilakukan oleh PDM Kab.
Sangihe Tabukan Utara tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan key informannya adalah Ketua PDM
dan subyek penelitian tokohtokoh perintis Muhammadiyah di Kab. Sangihe Tabukan Utara.
Pemilihan PDM Kab. Sangihe Tabukan Utara sebagai setting penelitian didasarkan pada penulis
sendiri yang merupakan putra dan utusan daerah yang di tuntut untuk mengembangkan daerah
sesuai dengan dasar ideology Muhammadiyah, maka perlunya mengetahui dan memahami seluk
beluk ataupun sejauhmana pergerakan organisasi Muhammadiyah yang terdapat di daerahnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi yang
selanjutnya diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan bahwa pengelolaan harta wakaf yang sesuai
dengan UU No. 41 tahun 2004 dan peraturan pelaksananya PP No. 42 tahun 2006, memperoleh
hasil: terdapat 24 bidang tanah wakaf yang berdiri bangunan gedung sekolah di atasnya dan
belum bersertifikat.
Adapun mengenai proses pendaftaran tanah ke BPN Kab. Sangihe dengan cara bertahap, antara
lain: Tahap pendaftaran tanah, tahap penelitian tehadap bukti kepemilikan atas tanah dan
terhadap nama nadzir serta tahap pendaftaran tanah ke BPN Kab. Sangihe.
Faktor penunjang majlis/bagian wakaf dan kehartabendaan PDM Kab. Sangihe Tabukan Utara
dalam mengelola wakaf antara lain: Adanya program Depag yaitu “Penetapan Ikrar Wakaf”,
yaitu membuat akta ikrar wakaf terhadap lahan wakaf persyarikatan yang ada, dengan
mempertimbangkan syaratsyarat kelengkapan ikrar wakaf, meliputi adanya Nadzir, dua orang
saksi, dan wakif atau orang yang akan mewakafkan, Adanya kerjasama dengan Depag dalam
memfasilitasi administrasi guna mendapatkan sertifikasi tanah wakaf, sebahagian pengurus
berpendidikan sarjana. Sedang faktor penghambatnya adalah Kurangnya kesadaran dari pengurus
persyarikatan untuk mengurus sertifikasi tanah hak milik persyarikatan, karena rumitnya
prosedur administrasi untuk mendapatkan sertifikat tanah, serta kesibukan pengurus yang cukup
padat karena hampir seluruh pengurus persyarikatan adalah pegawai negeri sipil yang dituntut
loyalitasnya dalam menjalankan tugas profesinya, kurangnya dana untuk pengembangan
persyarikatan, dalam hal ini tanah wakaf yang ada pengelolaaannya bukan sebagai tanah wakaf
yang produktif, melainkan sepenuhnya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti rumah
ibadah dan sekolah, kesadaran umat Islam terhadap wakaf belum sepenuhnya tahu, karena tidak
adanya sosialisasi untuk menjelaskan makna wakaf pada masyarakat yang dalam anggapan
mereka bahwa wakaf hanya memberi keuntungan sepihak, yaitu hanya pada badan persyarikatan
saja, sedangkan untuk masyarakat tidak ada manfaatnya, kebanyakan pengurus menganggap
bahwa masalah sertifikasi tanah tidak terlalu penting, karena tanpa sertifikasi pun kedudukan
tanah cukup kuat. Mereka berpendapat bahwa dengan penetapan ikrar wakaf antara wakif, nadzir
dan dua orang saksi, dan di ketahui khalayak ramai masyarakat setempat, telah mengamini
kepemilikan mutlak persyarikatan, seorang ataupun individu sesuai adat budaya masyarakat
setempat, pengurus yang memegang ataupun mengetahui data sertifikasi tanah milik
persyarikatan sekarang tidak lagi berada di daerah kerena tuntutan tugas profesinya, sehingga
datadata tersebut juga ikut menghilang.
Adapun mengenai pemanfaatan tanah wakaf sampai sejauh ini masih dalam bidang peribadatan
dan pendidikan, masih sedikit dari pemanfaatan itu sebagai penunjang kegiatan.
Demi suksesnya pelaksanaan UU No. 41 tahun 2004dan PP No. 42 tahun 2006 tentang
perwakafan tanah milik khususnya pada majlis wakaf dan kehartabendaan agar tidak bosan
bosannya memeberi bimbingan pada masyarakat yang akan melakukan perwakafan, perlu
adanya kerjasama antara bagian wakaf dan kehartabendaan dengan pihak lain dalam mengelola
asset tanah wakaf agar lebih optimal, untuk tanah yang belum bersertifikat demi kepastian
hukum untuk segera disertifikatkan, perlu pemanfaatan atau pendayagunaan asset wakaf sebagai
penunjang kegiatan yang tidak terfokus hanya pada bidang ibadah maupun social, perlu
sosialisasi tentang peraturan perwakafan kepada seluruh pimpinan yang ada di rantingranting
agar mengerti pentingnya persertifikatan tanah wakaf dan perlunya komputerisasi pengelolaan
harta wakaf agar lebih efektif.